Anda di halaman 1dari 7

Status Gizi Remaja

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang
diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi) dan penggunaan zat gizi makanan dalam
tubuh. Status gizi merupakan faktor penting untuk menilai seseorang dalam keadaan sehat
atau tidak menderita penyakit akibat gangguan gizi, baik secara mental maupun fisik.
Ketidakseimbangan dalam penyediaan pangan menyebabkan masalah dalam pemenuhan gizi,
yani masalah kurang dan masalah gizi lebih.

Status gizi remasa merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan terjhadap zat gizi, yaitu
keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi. Penentuan status gizi remaja dapat
ditentukan dengan pengukuran antropometri yaitu dari berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB).

Asupan zat gizi juga mempengaruhi kematangan seksual pada remaja putri. Remaja putri
yang mendapat menstruasi pertama lebih dini cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada
saat menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia yang
sama. Pada umumnya, mereka yang menjadi matang lebih dini akan memiliki indeks masa
tubuh (IMT) yang lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki IMT lebih kecil
pada usia yang sama.

Bentuk atau ukuran yang baik adalah ideal, tidak terlalu gemuk atau tidak terlalu kurus.
Status gizi remaja merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan terhadap zat gizi, seseorang
dapat mencapai tubuh yang ideal apabila keseimbangan energi dalam tubh terpenuhi, yaitu
bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang sama dengan energi yang
dikeluarkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ada dua, yaitu faktor penyebab langsung dan
tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu asupan makan dan penyakit infeksi.
Sedangkan faktor penyebab tidak langsung yaitu akktivitas fisik, faktor indivisu, faktor
keluarga, lingkungan sekolah dan teman sebaya, tingkat sosial dan ekonomi, dan media
massa.

1. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran
tenaga secara sederhana dan penting bagi pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas
hidup sehat. Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi gaya hidup
seseorang. Gaya hidup yang kurang menggunakan aktivitas fisik berpengaruh
terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik diperlukan remaja untuk menjaga
berat badan ideal dn kebugaran tubuh.
Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor yaitu tingkat aktivitas fisik dan angka
metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan untuk mempertahankanfungsi
minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut metabolisme basal memiliki tanggung
jawabb dua per tiga dari pengeluaran energi orang normal. Pada saat berolahraga
kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak kalori yang hilang.
Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sisten metabolisme basal. Aktivitas fisik
menyebabkan pembakaran kalori tubuh, sehingga dapat mempengaruhi berat badan.
2. Faktor individu
a. Usia
Umur memiliki peranan penting dalam pemilihan makanan. Pada saat menginjak
usia remaja dan dewasa seseorang mulai dapat mengontrol dan memilih jenis
makanan yang akan dikonsumsi sesuai keinginan.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah karakteristik remaja yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi bagi
seseorang. Kebutuhan zat gizi remaja laki-laki biasanya lebih daripada remaja
perempuan, karena remaja laki-laki memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi.
c. Pengetahuan remaja
Pengetahuan gizi yang cukup dapat mengubah perilaku remaja sehingga dapat
memilih makanan bergizi sesuai selera dan kebutuhan. Pengetahuan remaja erat
kaitannya dengan pendidikan. Terdapat hubungan yang bermakna antara
pendidikan remaja dan status giiz. Pengetahuan gizi mempengaruhi seseorang
dalam pemilihan makanan sehat dalam kehisupan sehari-hari.
3. Faktor keluarga
Lingkungan keluarga besar pengaruhnya terhadap anak, hal ini karena didalam
keluarga, anak memperoleh pengalaman pertama dalam kehidupannya. Orangtua
mempunyai pengaruh yang kuat dalam membntuk kesukaan makan pada anak.
Hubungan sosial yang dekat yang berlangsung lama antara anggota keluarga
memungkinkan bagi anggotanya mengenal jenis makanan yang sama dengan keluar.
Selain itu asupan zat gizi seseorang juga berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi
mereka. Tingkat sosial ekonomi ini meliputi tingkat pendapatan dan pengetahuan. Hai
ini berkaitan erat dengan kemampuan daya beli seseorang terhadap beraneka ragam
pangan. Jika seseorang dapat menjangkau berbgai macam bahan pangan yang kaya
dengan nilai gizi maka asupan makanan yang diperoleh juga bernilai gizi yang
kemudian berpengaruh pada pembentukan status gizinya.
Keadaan ekonomi akan mempengaruhi daya beli seseorang dalam memenuhi
kebutuhan pangan. Seseorang yang berpendapatan lebih tinggi akan memiliki
kemampuan membeli bahan pangan yang berkualitas dengan jumlah yang cukup
dibandingkan dengan orang yang berpendapatan lebh rendah.
Pendapatan keluarga berhubungan erat dengan gizi dan kesehatan, dimana
peningkatan pendapatan akan memperbaiki status gizi dan kesehatan anggota
keluarga. Faktor pendapatan keluarga mempunyai peranan besar dalam masalah gizi
dan kebiasaan makan masyarakat. Rendahnya pendapatan merupakan kendala yang
menyebabkan orang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik
dan beragam.
4. Lingkungan sekolah dan teman sebaya
Tahap pemilihan makanan penting bagi remaja. Pada tahap ini mereka sudah mampu
menentukan jenis makanan yang disukai dan kurang berselera untuk makan dirumah.
Aktivitas yang sering dipengaruhi teman sebaya, terutama dalam pemilihan makanan.
Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar
bersosialisasi, kesenangan, dan supaya tidak kehilangan status. Pada masa remaja,
pengaruh teman sebaya lebih menonjol dari pada keluarga.
5. Media massa
Media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam sosial budaya. Media yang
muncul dimana-mana memberikan gambaran berbagai jenis makanan. Anak-anak
dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi atau
mendapatkan informasi melalui internet. Konsumsi media yang tinggi dapat
mempengaruhi konsumen dalam memilih makanan yang dikonsumsi.
Pengukuran status gizi remaja
Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium (bio-kimia),
antropometri, survey konsumsi makanan, dan klinis. Penilaian status gizi dengan cara
dan survey konsumsi makanan, biokimia dan klinis kurang praktis untuk pengukuran
status gizi masyarakat, karena memerlukan keahlian khusus dan biaya tinggi. Diantara
ke empat cara diatas, pengukuran denga cara antropometri adalah yang paling sering
dilakukan, mudah, murah dan relatif sederhana.
Penentuan status gizi remaja dapat ditentukan dengan pengukuran antropometri yaitu
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Metode yang digunakan adalah dengan
perhitungan indeks massa tubuh yang didapatkan dengan cara membagi berat badan
(kg) dengan kuadrat tinggi badan (meter). Selain itu kreteria status gizi juga bisa
berdasarkan nilai z-score IMT/U remaja berusia 5-19 tahun. Nilai IMT yang sudah
diperoleh melalui perbandingan berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (meter)
kemudian diplotkan dalam angka dalam tabel z-score untuk anak perempuan berusia
5-19 tahun berdasarkan nilai indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U).
Angka z-score yang diperoleh kemudian kita bandingkan dengan kategori status gizi
berdasarkan nilai z-score. Berikut adalah kategori status gizi berdasarkan nilai z-score
WHO 2007.
Kategori status gizi berdasarkan IMT/U
Rentang z-score Kategori status gizi
> + 2SD Kegemukan (Obesitas)
> + 1SD Kelebihan berat badan (Overweight)
-2 SD sampai + SD Normal
< - 2SD Kurus (Thinnes)
< -3 SD Sangat kurus (severe thinness)

Kebutuhan gizi remaja


1. Kebutuhan makronutriet
Pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang cepat disertai perubahan fisiologis dan
mental, sehingga dibutuhkan gizi yang tepat meliputi jumlah, jenis makanan dan
frekuensinya. Kebutuhan gizi berhubungan erat dengan masa pertumbuhan, jika
asupan gizi terpenuhi maka pertumbuhan akan optimal. Remaja membutuhkan energi,
protein, vitamin serta mineral lebih banyak dari orang dewasa karena diperlukan
untuk membentuk jaringan.
Kebutuhan energi untuk remaja putri dibutuhkan untuk beraktivitas fisik dan
berfungsi untuk pertumbuhan tubuh. Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG),
kebutuhan energi bagi remaja putri sebesar 2350-2200 kkal. Peningkatan kebutuhan
protein saat remaja terjadi karena proses pertumbuhan yang sangat cepat. Kecukupan
protein bagi remaja berkisar antara 1,5-2,0 g/kg BB/hari. Pada masa remaja awal
kebutuhan protein remaja putri lebih tinggi, sedangkan dimasa remaja akhir
kebutuhan protein remaja putri berkurang. Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG),
kebutuhan protein bagi remaja putri sebesar 50-57 kg.
Pemenuhan kebutuhan energi dapat diperoleh dari berbagai makanan yang
mengandung karbohidrat, lemak maupun protein. Karbohidrat memberikan proporsi
yang paling besar dalam menyumbangkan energi yaitu 50% sd 60% dari total
kebutuhan energi dibandingkan lemak dan protein. Sumber bahan makanan yang
mengandung karbohidrat antara lain roti, mie, nasi, gandum, jagung, ubi, biskuit,
jagung, dll.
2. Kebutuhan mikronutriet
Selain kebutuhan zat gizi makro, peningkatan kebutuhan pada remaja terhadap zat
gizi mikro seperti vitamin dan mineral juga terjadi, karena adanya pengaruh proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Beberapa mineral yang penting
untuk diperhatikan adalah kalsium, besi dan seng. Asupan kasium yang tinggi
memang diperlukan untuk pembentukan massa tulang dan menghindari osteoporosis
di masa yang akan datang. Zat besi juga sangat penting pada remaja. Pertumbuhan
remaja yang cepat menyebabkan volume darah meningkat, demikian pula massa otot
dan enzim-enzim. Oleh karena itu, diperlukan asupan besi yang cukup untuk
menjamin kebutuhan tersebut.
Pada wanita , menstruasi yang dialami setiap bulan juga akan meningkatkan
kebutuhan akan zat besi. Hal-hal ini menyebabkan kaum remaja rawan terhadap
anemia karena kekurangan zat besi. Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) bagi
remaja putri sebesar kebutuhan zat besi sebesar 26 mg. Peningkatan kebutuhan zat
besi tergantung kadar zat besi didalam tubuh, hal ini juga akan mempengaruhi
efisiensi penyerapan besi. Remaja yang mengalami defisiensi besi maka penyerapan
zat besi akan lebih efisien dibandingkan yang tidak mengalami defisiensi besi.
Mineral seng sangat essen sial didalam sistem enzim. Seng berfungsi dalam sintesis
protein untuk pertumbuhan badan dan mineralisasi tulang. Defisiensi seng
menyebabkan retardasi pertumbuhan, berkurangnya indra perasa, ketidakmatangan
seksual dan menghambat penyembuhan luka. Kebutuhan mineral seng untuk remaja
putri usia 13-18 tahun berdasatkan AKG yaitu 14-15 mg.

Masalah gizi remaja putri


Masalah gizi yang sering dialami remaja alah masalah gizi ganda yaitu kekurangan
gizi dan kelebihan berat badan (overwaight) serta kegemukan (obesitas). Disamping
itu salah satu masalah serius yang dihadapi dunia kini adalah konsumsi makanan
olahan secara berlebihan. Makanan ini, meski dalam iklan dklaim kaya akan vitamin
dan mineral, sering terlalu banyak mengandung gula serta lemak, disamping bahan-
bahan aditif. Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat berakibat
kekurangan gizi lain.
Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan, yaitu :
1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat
gizi yang lebih banyak.
2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini berpengaruh pada
kebutuhan dan asupan gizi.
3. Kebutuhan khusus zat gizi perlu diperhatikan pada kelompok remaja yang
mempunyai aktivitas olahraga, mengalami kehamilan, gangguan makan, restriksi
asupan makanaa, konsumsi alkohol, kecanduan obat-obatan maupun hal-hal lain
yang bisa terjadi pada remaja.
Disamping itu tidak sedikit remaja yang makan seca berlebihan dan akhirnya
mengalami obesitas. Dalam beberapa hal, masalah gizi remaja (merupakan
kelanjutan dari) masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi,
kelebihan dan kekurangan berat badan.
Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan psikososial.
Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh
lingkungan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan vegetarian, atau food
faddism, merupakan contoh terpengaruhan ini. Kecemasan akan bentuk tubuh
membuat remaja sengaja tidak makan, tidak jarang berujung pada anoreksia
nervosa. Kesibukan menyebabkan mereka memilih makan diluar, atau hanya
menyantap kudapan. Lebih jauh, kebiasaan ini di pengaruhi oleh keluarga, teman,
dan media (terutama iklan di televisi). Teman akrab sebaya berpengaruh besar
pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan. Banyak remaja putri mempunyai
kebiasaan tidak sarapan pagi, antara lain karena bangun kesiangan, karena ingin
menjaga badan tetap langsing, atau karena lebih penting berdandan dibanding
sarapan. Karena standar kegemukan belum dipahami betul, maka banyak remaja
perempuan berdiet agar badan lebih langsing, meskipun realitas tubuhnya
terhitung kurus.

Anda mungkin juga menyukai