Anda di halaman 1dari 33

KEJAKSAAN NEGERI PONTIANAK P-42

“Untuk Keadilan”

SURAT TUNTUTAN
Nomor :126/Pid.sus-PRK/2017/PN.Pontianak

Terdakwa :

ANDY PHA THIENUT


SURAT TUNTUTAN
Nomor :117/Pid.sus-PRK/2017/PN.Pontianak
I. PENDAHULUAN
Majelis Hakim yang Mulia ;
Saudara Penasehat Hukum yang kami hormati ;
Hadirin persidangan yang terhormat ;

------------Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas Rahmat dan dan karunianya kita semua dapat hadir dipersidangan ini
dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, tanpa ada halangan apapun sehingga
persidangan pada hari ini dapat berlangsung sebagaimana adanya. Pertaa tama
kami ucapkan terima kasih kepada Majelis Hakim, yang telah melakukan
pemeriksaan terhadap perkara ini sejak awal sampai dengan pembacaan Surat
Tuntutan ini dengan terbuka, adil dan tidak berpihak dan begitu pula ucapan
terima kasih kami sampaikan hal serupa kepada Penasehat Hukum yag telah
menjalankan tugasnya mendampingi terdakwa selama persidangan berlangsung,
sehingga persidangan ini berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada halangan
yang berarti. Jaksa Penuntut umum pada Pengadilan Negeri Pontianak dengan
memperhatikan pemeriksaan sidang dala perkara atas nama terdakwa :

Nama : Andy Pha Thienut


Tempat lahir : Hoai Thant Nhon Binh Dihn, Vietnam
Umur/tanggal lahir : 35 Tahun/14 Oktober1982
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Vietnam
Tempat tinggal : Ho Chy Mint City, Hoal Thanh Hoai Binh Dinh,
Vietnam
Agama : Kristen
Pekerjaan : Nahkoda Kapal KM OI OENG LHA 014 TS
Pendidikan : SMA (berijazah)
Berdasarkan Surat Pelimpahan Perkara biasa Nomor : 122/P-31/Eun.a.12/04/2017
tanggal 12 Juni 2017 dan Surat Penetapan Hakim pada Pengadilan Perikanan di
Pengadilan Negeri Pontianak tanggal Nomor : 123/Pid.Sus-PRK/2016/PN
PONTIANAK 14 Juni 2017, terdakwa dihadapkan ke depan persidangan dengan
dakwaan sebagai berikut :

II. D A K W A A N

Primer :
----------Bahwa ia terdakwa Andy Pha Thienut selaku nahkoda kapal KM OI OENG
LHA 014 TS baik secara sendiri-sendiri maupun bersama pada tanggal 20 Maret
2017, tanggal 21 Maret 2017, Tanggal 22 Maret 2017 atau pada suatu waktu
dalam tahun 2017, bertempat di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia pada posisi 05° 41’ 58” U ­ 106° 02’ 56” T sesuai Global Posision
System (GPS) setelah dikonversi dan diplot pada peta laut masih termasuk dalam
daerah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Perairan Laut Cina Selatan dan oleh
karena barang bukti ditahan di Pelabuhan/Dermaga PSDKP Pontianak dan
berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat (2) PERMA No.1 tahun 2007 tentang
Pengadilan Perikanan, maka Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri
Pontianak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, dengan sengaja di
wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan usaha
perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengangkutan,
pengolahan dan pemasaran ikan, yang tidak memiliki Surat Izin Usaha
Perikanan (SIUP) sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (1), yang
dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :

---------Bermula ketika terdakwa ANDY PHA THIENUT yang merupakan


Nahkoda kapal KM OI OENG LHA 014 TS salah satu kapal milik U Phe Yen
Marine Company yang bergerak dalam bidang penangkapan ikan dan pengelolaan
ikan dengan direktur utama Mr. Khai Ris Tho. ANDY PHA THIENUT yang
bertanggung jawab mengoperasikan kapal dan mengikut sertakan Mualim I
bernama Chen Has Radieng, Mualim II Harry Jayadi, Mualim III bernama Nguyen
Van Dee Phe serta 15 ABK yang ikut melakukan operasi penangkapan ikan.

---------Bahwa pada pertengahan Mater 2017 terdapat kapal tanker pengangkutan


minyak milik Brunei Darussalam bertabrakan dengan kapal tanker milik Singapura
sehingga mengakibatkan 300 liter minyak tumpah kelaut Cina Selatan
berdekatan perairan Vietnam yang membawa dampak besar yang sangat
merugikan perusahaan U Phe Yen Marine Company karena tidak dapat
menangkap ikan di perairan Vietnam.

---------Bahwa Link Khi Ma Che menawarkan kepada kepada Mr. Khai Ris Tho
agar memerintah salah satu nahkoda yang dapat dipercayai untuk pergi berlayar
menagkap di Semenanjung Provinsi Cha Mau yang kemudian menunjuk ANDY
PHA THIENUT untuk mengkap ikan di semenjung Provinsi Cha Mau yang terletak
dibagian utara negara Vietnam.

---------Bahwa pada tanggal 18 Maret 2017 berangkat dari Pelabuhan Tien


Giang, Vietnam menuju semenanjung Provinsi Cha Mau untuk melakukan
penangkapan ikan, namun ikan yang didapatkan tidak sesuai dengan target untuk
mendapatkan upah 2 kali lipat yang dijanjikan oleh Mr. Khai Ris Tho jika berhasil
membawa pulang ikan sebanyak 10 Ton. Melihat hasil tangkapan tidak sesuai
dengan yang diharapkan ANDY PHA THIENUT memberi tahukan kepada HARRY
JAYADI untuk berlayar lebih jauh ke arah utara dan memasuki perairan laut
Indonesia.

---------Bahwa pada tanggal 20 Maret 2017 ANDY PHA THIENUT beserta ABK
kapal KM OI OENG LHA 014 TS berbendera Vietnam sampai ke perairan Nasional
Indonesia di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) tepatnya di Laut Cina
Selatan wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia, ANDY PHA THIENUT
berlayar lagi mendekati perairan Daerah Pontianak berkat usulan HARRY JAYADI
sampai ketempat yang mempunyai titik koordinat 05° 41’ 58” U ­ 106° 02’ 56” T.
---------Bahwa setelah memasuki perairan Indonesia kapal KM OI OENG LHA 014
TS melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat penangkap ikan
jenis jaring Purse Siene dengan cara semua lampu kapal KM OI OENG LHA
014 TS dihidupkan untuk memancing ikan agar datang dan mendekati
cahaya lampu, jika ikan sudah berkumpul dan banyak mendekati cahaya
lampu, maka alat penangkap ikan jaring Purse Seine yang dibawa KM OI
OENG LHA 014 TS diturunkan/dioperasikan dengan cara dilingkarkan untuk
menangkap ikan-ikan yang bergerombol.

---------Bahwa setelah jaring selesai diturunkan dan kedua ujung tali bertemu,
kemudian tali kerut ditarik agar ikan tidak keluar. Setelah ikan berkumpul dalam
jaring dan bagian bawahnya mengerut menyerupai mangkuk, lalu jaring ditarik
hingga lingkaran mengecil. Jaring tersebut dinaikkan ke atas kapal
menggunakan roda besar yang tergantung di atas tiang dan talinya ditarik oleh
gardan yang berada disisi kapal. Selama proses tersebut ikan yang ada di dalam
jaring diambil menggunakan serok dan dilakukan pemisahan sesuai jenis dan
ukurannya ke dalam keranjang dan dimasukkan ke dalam kapal.

---------Bahwa pada saat kapal KM OI OENG LHA 014 TS dalam perjalanan


pulang tangki bahan bakar mengalami sedikit kebocoran yang mengakibatkan
minyak bahan bakar tumpah kelaut. Jika kebocoran tangki bahan bakar tidak
segera diperbaiki akan mengakibatkan kebakaran kapal, dalam keadaan panik
ANDY PHA THIENUT mengarahkan kapal ke pelabuhan Tanjung Pinang.

---------Bahwa di saat bersamaan salah seorang TNI di Kapal KRI Oswald Siahaan
345 Koarmabar Sumatera Barat menyelidiki tumpahan minyak di laut dan setelah
30 menit menyelidiki tumpahan minyak tersebut kapal KRI Oswald Siahaan 345
melihat kapal KM OI OENG LHA 014 TS didepan dan melakukan pengejaran
selama beberapa menit, akhirnya kapal KM OI OENG LHA 014 TS ditahan.
----------Bahwa setelah TNI melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM OI OENG
LHA 014 TS dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya muatan ikan di atas kapal
dengan jenis ikan laying 2.882 kg, 5.000 kg, ikan Tuna sirip biru 2.005 kg, ikan
kembung serta 2.008 kg udang beku, adanya alat penangkap ikan di atas kapal
ikan serta awak kapal yang berjumlah 15 (lima belas) orang termasuk
Nakhoda yaitu terdakwa ANDY PHA THIENUT.

---------Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diketahui bahwa KM OI OENG


LHA 014 TS dalam yaitu alat tangkap Purse Seine berjumlah 1 (satu) unit, Surat
izin berlayar, alat navigasi dan komunikasi berupa 1 (satu) unit GPS, 1 (satu) unit
Radio, kartu pengenal Nakhoda. Tidak ditemukan dokumen-dokumen terkait kapal
dan izin penangkapan melakukan penangkapan ikan pada posisi 05° 41’ 58” U -
106° 02’ 56” T sesuai Global Posision System (GPS) yang masih termasuk
dalam daerah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang merupakan
Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia tidak dilengkapi dengan
Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Pengkapan Ikan (SIPI) yang
dikeluarkan oleh pemerintah RI. Selanjutnya Nakhoda dan awak kapal KM IO
OENG LHA 014 TS diserahkan Ditpolair Polda Kalbar kepada PPNS Perikanan di
Pelabuhan / Dermaga PSDKP untuk diproses lebih lanjut.

---------Perbuatan terdakwa ANDY PHA THIENUT sebagaimana diatur dan


diancam pidana dalam Pasal 92 jo Pasal 26 Ayat (1) jo Pasal 102
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang
Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan perikanan Jo.
Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Subsidair :

----------Bahwa ia terdakwa Andy Pha Thienut selaku nahkoda kapal KM OI OENG


LHA 014 TS baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama pada tanggal 20
Maret 2017, tanggal 21 Maret 2017, Tanggal 22 Maret 2017 atau pada suatu
waktu dalam tahun 2017, bertempat di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia pada posisi 05° 41’ 58” U ­ 106° 02’ 56” T sesuai Global
Posision System (GPS) setelah dikonversi dan diplot pada peta laut masih
termasuk dalam daerah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Perairan Laut Cina
Selatan dan oleh karena barang bukti ditahan di Pelabuhan/Dermaga PSDKP
Pontianak dan berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat (2) PERMA No.1 tahun 2007
tentang Pengadilan Perikanan, maka Pengadilan Perikanan pada Pengadilan
Negeri Pontianak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, dengan
sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan
usaha perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengangkutan,
pengolahan dan pemasaran ikan, yang tidak memiliki Surat Izin Usaha
Perikanan (SIUP) sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (1), yang
dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :

---------Bermula ketika terdakwa ANDY PHA THIENUT yang merupakan


Nahkoda kapal KM OI OENG LHA 014 TS salah satu kapal milik U Phe Yen
Marine Company yang bergerak dalam bidang penangkapan ikan dan pengelolaan
ikan dengan direktur utama Mr. Khai Ris Tho. ANDY PHA THIENUT yang
bertanggung jawab mengoperasikan kapal dan mengikut sertakan Mualim I
bernama Chen Has Radieng, Mualim II Harry Jayadi, Mualim III bernama Nguyen
Van Dee Phe serta 15 ABK yang ikut melakukan operasi penangkapan ikan.

---------Bahwa pada pertengahan Mater 2017 terdapat kapal tanker pengangkutan


minyak milik Brunei Darussalam bertabrakan dengan kapal tanker milik Singapura
sehingga mengakibatkan 300 liter minyak tumpah kelaut Cina Selatan
berdekatan perairan Vietnam yang membawa dampak besar yang sangat
merugikan perusahaan U Phe Yen Marine Company.

---------Bahwa Link Khi Ma Che menawarkan kepada kepada Mr. Khai Ris Tho
agar memerintah salah satu nahkoda yang dapat dipercayai untuk pergi berlayar
menagkap di Semenanjung Provinsi Cha Mau yang kemudian menunjuk ANDY
PHA THIENUT untuk mengkap ikan di semenjung Provinsi Cha Mau yang terletak
dibagian utara negara Vietnam.

---------Bahwa pada tanggal 18 Maret 2017 berangkat dari Pelabuhan Tien


Giang, Vietnam menuju semenanjung Provinsi Cha Mau untuk melakukan
penangkapan ikan, namun ikan yang didapatkan tidak sesuai dengan target untuk
mendapatkan upah 2 kali lipat yang dijanjikan oleh Mr. Khai Ris Tho jika berhasil
membawa pulang ikan sebanyak 10 Ton. Melihat hasil tangkapan tidak sesuai
dengan yang diharapkan ANDY PHA THIENUT memberi tahukan kepada HARRY
JAYADI untuk berlayar lebih jauh ke arah utara dan memasuki perairan laut
Indonesia.

---------Bahwa pada tanggal 20 Maret 2017 ANDY PHA THIENUT beserta ABK
kapal KM OI OENG LHA 014 TS berbendera Vietnam sampai ke perairan Nasional
Indonesia di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) tepatnya di Laut Cina
Selatan wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia, ANDY PHA THIENUT
berlayar lagi mendekati perairan Daerah Pontianak berkat usulan HARRY JAYADI
sampai ketempat yang mempunyai titik koordinat 05° 41’ 58” U ­ 106° 02’ 56” T.

---------Bahwa setelah memasuki perairan Indonesia kapal KM OI OENG LHA 014


TS melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan alat penangkap ikan
jenis jaring Purse Siene dengan cara semua lampu kapal KM OI OENG LHA 014
TS dihidupkan untuk memancing ikan agar datang dan mendekati cahaya lampu,
jika ikan sudah berkumpul dan banyak mendekati cahaya lampu, maka alat
penangkap ikan jaring Purse Seine yang dibawa KM OI OENG LHA 014 TS
diturunkan/dioperasikan dengan cara dilingkarkan untuk menangkap ikan-ikan
yang bergerombol.

---------Bahwa setelah jaring selesai diturunkan dan kedua ujung tali bertemu,
kemudian tali kerut ditarik agar ikan tidak keluar. Setelah ikan berkumpul dalam
jaring dan bagian bawahnya mengerut menyerupai mangkuk, lalu jaring ditarik
hingga lingkaran mengecil. Jaring tersebut dinaikkan ke atas kapal
menggunakan roda besar yang tergantung di atas tiang dan talinya ditarik oleh
gardan yang berada disisi kapal. Selama proses tersebut ikan yang ada di dalam
jaring diambil menggunakan serok dan dilakukan pemisahan sesuai jenis dan
ukurannya ke dalam keranjang dan dimasukkan ke dalam kapal.

---------Bahwa pada saat kapal KM OI OENG LHA 014 TS dalam perjalanan


pulang tangki bahan bakar mengalami sedikit kebocoran yang mengakibatkan
minyak bahan bakar tumpah kelaut. Jika kebocoran tangki bahan bakar tidak
segera diperbaiki akan mengakibatkan kebakaran kapal, dalam keadaan panik
ANDY PHA THIENUT mengarahkan kapal ke pelabuhan Tanjung Pinang.

---------Bahwa di saat bersamaan salah seorang TNI di Kapal KRI Oswald Siahaan
345 Koarmabar Sumatera Barat menyelidiki tumpahan minyak di laut dan setelah
30 menit menyelidiki tumpahan minyak tersebut kapal KRI Oswald Siahaan 345
melihat kapal KM OI OENG LHA 014 TS didepan dan melakukan pengejaran
selama beberapa menit, akhirnya kapal KM OI OENG LHA 014 TS ditahan.

----------Bahwa setelah TNI melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM OI OENG


LHA 014 TS dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya muatan ikan di atas kapal
dengan jenis ikan laying 2.882 kg, 5.000 kg, ikan Tuna sirip biru 2.005 kg, ikan
kembung serta 2.008 kg udang beku, adanya alat penangkap ikan di atas kapal
ikan serta awak kapal yang berjumlah 15 (lima belas) orang termasuk
Nakhoda yaitu terdakwa ANDY PHA THIENUT.

---------Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diketahui bahwa KM OI OENG


LHA 014 TS dalam yaitu alat tangkap Purse Seine berjumlah 1 (satu) unit, Surat
izin berlayar, alat navigasi dan komunikasi berupa 1 (satu) unit GPS, 1 (satu) unit
Radio, kartu pengenal Nakhoda. Tidak ditemukan dokumen-dokumen terkait kapal
dan izin penangkapan melakukan penangkapan ikan pada posisi 05° 41’ 58” U ­
106° 02’ 56” T sesuai Global Posision System (GPS) yang masih termasuk
dalam daerah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang merupakan
Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia tidak dilengkapi dengan
Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Pengkapan Ikan (SIPI) yang
dikeluarkan oleh pemerintah RI. Selanjutnya Nakhoda dan awak kapal KM IO
OENG LHA 014 TS diserahkan Ditpolair Polda Kalbar kepada PPNS Perikanan di
Pelabuhan / Dermaga PSDKP untuk diproses lebih lanjut.

---------Perbuatan terdakwa ANDY PHA THIENUT sebagaimana diatur dan


diancam pidana Pasal 93 jo. Pasal 27 ayat (2) jo. Pasal 102 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun
2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Lebih Subsidair :

----------Bahwa ia terdakwa Andy Pha Thienut selaku nahkoda kapal KM OI OENG


LHA 014 TS baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama pada tanggal 20
Maret 2017, tanggal 21 Maret 2017, Tanggal 22 Maret 2017 atau pada suatu
waktu dalam tahun 2017, bertempat di Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia pada posisi 05° 41’ 58” U ­ 106° 02’ 56” T sesuai Global
Posision System (GPS) setelah dikonversi dan diplot pada peta laut masih
termasuk dalam daerah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di Perairan Laut Cina
Selatan dan oleh karena barang bukti ditahan di Pelabuhan/Dermaga PSDKP
Pontianak dan berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat (2) PERMA No.1 tahun 2007
tentang Pengadilan Perikanan, maka Pengadilan Perikanan pada Pengadilan
Negeri Pontianak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, Setiap orang
yang memiliki dan/atau mengoperasikan kapal penangkap ikan berbendera
asing melakukan penangkapan ikan di ZEEI yang tidak memiliki SIPI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2),yang dilakukan terdakwa
dengan cara sebagai berikut :
---------Bermula ketika terdakwa ANDY PHA THIENUT yang merupakan
Nahkoda kapal KM OI OENG LHA 014 TS salah satu kapal milik U Phe Yen
Marine Company yang bergerak dalam bidang penangkapan ikan dan pengelolaan
ikan dengan direktur utama Mr. Khai Ris Tho. ANDY PHA THIENUT yang
bertanggung jawab mengoperasikan kapal dan mengikut sertakan Mualim I
bernama Chen Has Radieng, Mualim II Harry Jayadi, Mualim III bernama Nguyen
Van Dee Phe serta 15 ABK yang ikut melakukan operasi penangkapan ikan.

---------Bahwa pada pertengahan Mater 2017 terdapat kapal tanker pengangkutan


minyak milik Brunei Darussalam bertabrakan dengan kapal tanker milik Singapura
sehingga mengakibatkan 300 liter minyak tumpah kelaut Cina Selatan
berdekatan perairan Vietnam yang membawa dampak besar yang sangat
merugikan perusahaan U Phe Yen Marine Company.

---------Bahwa Link Khi Ma Che menawarkan kepada kepada Mr. Khai Ris Tho
agar memerintah salah satu nahkoda yang dapat dipercayai untuk pergi berlayar
menagkap di Semenanjung Provinsi Cha Mau yang kemudian menunjuk ANDY
PHA THIENUT untuk mengkap ikan di semenjung Provinsi Cha Mau yang terletak
dibagian utara negara Vietnam.

---------Bahwa pada tanggal 18 Maret 2017 berangkat dari Pelabuhan Tien


Giang, Vietnam menuju semenanjung Provinsi Cha Mau untuk melakukan
penangkapan ikan, namun ikan yang didapatkan tidak sesuai dengan target untuk
mendapatkan upah 2 kali lipat yang dijanjikan oleh Mr. Khai Ris Tho jika berhasil
membawa pulang ikan sebanyak 10 Ton. Melihat hasil tangkapan tidak sesuai
dengan yang diharapkan ANDY PHA THIENUT memberi tahukan kepada HARRY
JAYADI untuk berlayar lebih jauh ke arah utara dan memasuki perairan laut
Indonesia.
---------Bahwa pada tanggal 20 Maret 2017 ANDY PHA THIENUT beserta ABK
kapal KM OI OENG LHA 014 TS berbendera Vietnam sampai ke perairan Nasional
Indonesia di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) tepatnya di Laut Cina
Selatan wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia, ANDY PHA THIENUT
berlayar lagi mendekati perairan Daerah Pontianak berkat usulan HARRY JAYADI
sampai ketempat yang mempunyai titik koordinat 05° 41’ 58” U ­ 106° 02’ 56” T.

---------Bahwa setelah memasuki perairan Indonesia ANDY PHA THIENUT selaku


nahkoda kapal KM OI OENG LHA 014 TS melakukan penangkapan ikan
dengan menggunakan alat penangkap ikan jenis jaring Purse Siene dengan
cara semua lampu kapal KM OI OENG LHA 014 TS dihidupkan untuk memancing
ikan agar datang dan mendekati cahaya lampu, jika ikan sudah berkumpul dan
banyak mendekati cahaya lampu, maka alat penangkap ikan jaring Purse Seine
yang dibawa KM OI OENG LHA 014 TS diturunkan/dioperasikan dengan cara
dilingkarkan untuk menangkap ikan-ikan yang bergerombol.

---------Bahwa setelah jaring selesai diturunkan dan kedua ujung tali bertemu,
kemudian tali kerut ditarik agar ikan tidak keluar. Setelah ikan berkumpul dalam
jaring dan bagian bawahnya mengerut menyerupai mangkuk, lalu jaring ditarik
hingga lingkaran mengecil. Jaring tersebut dinaikkan ke atas kapal
menggunakan roda besar yang tergantung di atas tiang dan talinya ditarik oleh
gardan yang berada disisi kapal. Selama proses tersebut ikan yang ada di dalam
jaring diambil menggunakan serok dan dilakukan pemisahan sesuai jenis dan
ukurannya ke dalam keranjang dan dimasukkan ke dalam kapal.

---------Bahwa pada saat kapal KM OI OENG LHA 014 TS dalam perjalanan


pulang tangki bahan bakar mengalami sedikit kebocoran yang mengakibatkan
minyak bahan bakar tumpah kelaut. Jika kebocoran tangki bahan bakar tidak
segera diperbaiki akan mengakibatkan kebakaran kapal, dalam keadaan panik
ANDY PHA THIENUT mengarahkan kapal ke pelabuhan Tanjung Pinang.
---------Bahwa di saat bersamaan salah seorang TNI di Kapal KRI Oswald Siahaan
345 Koarmabar Sumatera Barat menyelidiki tumpahan minyak di laut dan setelah
30 menit menyelidiki tumpahan minyak tersebut kapal KRI Oswald Siahaan 345
melihat kapal KM OI OENG LHA 014 TS didepan dan melakukan pengejaran
selama beberapa menit, akhirnya kapal KM OI OENG LHA 014 TS ditahan.

----------Bahwa setelah TNI melakukan pemeriksaan terhadap kapal KM OI OENG


LHA 014 TS dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya alat penangkap ikan yaitu
alat tangkap Purse seine yang berada di haluan kapal sebelah kiri, tidak
disimpan di dalam palka, adanya muatan ikan di atas kapal dengan jenis ikan
laying 2.882 kg, 5.000 kg, ikan Tuna sirip biru 2.005 kg, ikan kembung serta 2.008
kg udang beku serta awak kapal yang berjumlah 15 (lima belas) orang
termasuk Nakhoda yaitu terdakwa ANDY PHA THIENUT.

---------Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diketahui bahwa KM OI OENG


LHA 014 TS dalam yaitu alat tangkap Purse Seine berjumlah 1 (satu) unit, Surat
izin berlayar, alat navigasi dan komunikasi berupa 1 (satu) unit GPS, 1 (satu) unit
Radio, kartu pengenal Nakhoda. Tidak ditemukan dokumen-dokumen terkait kapal
dan izin penangkapan melakukan penangkapan ikan pada posisi 05° 41’ 58” U ­
106° 02’ 56” T sesuai Global Posision System (GPS) yang masih termasuk
dalam daerah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang merupakan
Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia tidak dilengkapi dengan
Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Surat Izin Pengkapan Ikan (SIPI) yang
dikeluarkan oleh pemerintah RI. Selanjutnya Nakhoda dan awak kapal KM IO
OENG LHA 014 TS diserahkan Ditpolair Polda Kalbar kepada PPNS Perikanan di
Pelabuhan / Dermaga PSDKP untuk diproses lebih lanjut.

---------Perbuatan terdakwa ANDY PHA THIENUT sebagaimana diatur dan


diancam pidana Pasal 97 jo. Pasal 38 ayat (1) jo. Pasal 102 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun
2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

III. FAKTA PERSIDANGAN

---------Fakta – Fakta yang terungkap dalam pemeriksaan di persidangan berturut


turut berupa keterangan saksi saksi, alat bukti, keterangan terdakwa, dan barang
bukti, sebagai berikut :--------------------------------------------------------------------------------

I. KETERANGAN SAKSI SAKSI


ANALISA TERHADAP KETERANGAN CHEN HAS RADIENG SEBAGAI
SAKSI DALAM PERKARA PERSIDANGAN :
A. KETERANGAN SAKSI
1. Saksi Pertama
Nama : Harry Jayadi
Tempat Lahir : Sungai Jawi Dalam, Pontianak
Umur/Tanggal Lahir : 34 tahun/ Lahir 14 Oktober 1983
Jenis Kelamin : Laki Laki
Alamat : Desa Sungai Jawi Dalam
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pekerjaan Navigator Kapal KM. OI OENG
LHA 014 TS

Dibawah sumpah menurut Agama Islam telah memberikan keterangan


sebagai berikut
- Bahwa saksi mengatakan diperintahkan untuk menangkap ikan sebanyak

10 ton, penangkapan ikan yang dilakukan oleh Andy Pha Thienut

merupakan keinginannya sendiri untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan

sebanyak 10 ton untuk mendapatkan upah dua kali lipat.


- Bahwa saksi mengatakan kepada Andy Pha Thienut bahwa kapal tidak

dapat berlayar di Indonesia apabila tidak memiliki SIPI dan SIUP, namun

tetap saja Andy Pha Thienut ini memaksa untuk mengarahkan kapal ke

perairan Indonesia.

- Bahwa saksi mengatakanhanya memberi saran kepada Andy Pha

Thienut, karena Harry Jayadi yang tahu mengenai perairan indonesia.

Maka tanpa perintah dari nakhoda kapal Harry Jayadi tidak akan

mengarahkan kapal lebih dalam ke perairan Indonesia.

2. Saksi Kedua
Nama : Chen Has Radieng
Tempat Lahir : Nanjing Lu, Shanghai Shi, Cina
Umur/Tanggal Lahir : 31 Tahun/10 Juni 1986
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : 09 Huangpu District, Shanghai, Cina
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Navigator Kapal KM. OI OENG LHA 014 TS

Dibawah sumpah menurut Agama Kristen telah memberikan


keterangan sebagai berikut
- Bahwa saksi mengatakan yang paling berperan dalam pelayaran dan

penangkapan ikan ke Indonesia sudah pasti Andy Pha Thienut kami

hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh andy pha thienut.

- Bahwa saksi mengatakan alasan mereka masuk ke indonesia karena

perbuatan Harry Jayadi dan Andy Pha Thienut , sedangkan dia hanya

bertugas untuk mempersiapkan perlengkapan diatas kapal.


- Bahwa saksi mengatakan ikut serta dalam pegkapa ikan atas perintah dari

Andy Pha Thienut.

3. Saksi Ketiga
Nama : Mr. Khai Ris Tho
Tempat Lahir : Kimlem, Annam, Vietnam,
Umur/Tanggal Lahir : 56 Tahun/ 10 November 1961
Jenis Kelamin :Laki - Laki
Alamat : 84 Hyunh Thuc Khang, Binh Thuan
Agama : Kristen
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Direktur Utama U Phe Yen Marine Company

Dibawah sumpah menurut Agama Kristen telah memberikan


keterangan sebagai berikut
- Bahwa saksi mengatakan perusahaan U Phe Yen Marine Company

belum menjalin kerja sama dengan pemerintah Indonesia.

- Bahwa saksi mengatakan Andy pha theinut merupakan salah satu

nahkoda kepercayaan perusahaan U Phe Yen Marine Company.

- Bahwa saksi mengatakan tidak mengetahui bahwa Andy Pha Thienut

melakukan penagkapan ikan di perairan indonesia, sepengetahuannya

mereka berlayar pertama kali pada tanggal 18 Maret 2017 dari

pelabuhan Thien Ghiang setelah mengurus surat izin berlayar.

- Bahwa saksi mengatakan tidak mengurus SIPI dan SIUP pada kapal

Andy Pha Thienut karena perusahaan kami sama sekali tidak menjalin

kerja sama dalam bidang pengakapa ikan dengan pemerintah indonesia.


Kami hanya melakukan kerja sama dengan pemerinth indonensia dalam

bidang pemasaran ikan.

4. Saksi Keempat
Nama : Kopda M. Yusuf
Tempat Lahir : Makassar
Umur/Tanggal Lahir :: 36 Tahun/2 Mei 1981
Jenis Kelamin : Laki Laki
Alamat : Kompleks Perumahan TNI AL Dewa Ruci
block B No. 3 Pontianak
Agama : Islam
Pendidikan : Pendidikan AKMIL
Pekerjaan : TNI AL

Dibawah sumpah menurut Agama Islam telah memberikan keterangan


sebagai berikut
- Bahwa saksi mengatakan melakukan patroli diperairan tanjung pinang

dan pada saat bersamaan melihat tumpahan minyak, dan setelah diselidiki

selama kurang lebih 30 menit saya menemukan sebuah kapal yang

berbendera Vietnam. Setelah melakukan pengejaran selama 30 menit dan

pada akhirnya kapal tersebut ditahan.

- Bahwa saksi mengatakan posisi kapal KM OI OENG LHA 014 TS saat

ditangkap berdasarkan Global Position Sistem kapal KM OI OENG LHA

014 TS berada pada posisi 05°41’58”U 106°02’56”T.

- Bahwa saksi menyatakan Tedapatmuatan ikan yang diantaranya 2882 kg

ikan laying, 5000 kg ikan tuna sirip biru, 2005 kg ikan kembung, dan 2008

kg udang. Selain itu, terdapat barang bukti yang ditemukan seperti 1 unit

alat navigasi/komunikasi berupa GPS, 1 unit alat tangkap ( pursesiene) 1


unit radio, 1 unit kompas dan Kartu tanda pengenal Nakhoda yang berada

diluar kapal.

- Bahwa saksi mengatakan kapal KM OI OENG LHA 014 TS tersebut belum

dilengkapi SIPI dan SIUP atau surat permohonan dari menteri kelautan.

5. Saksi Kelima
Nama : Nguyen Hoai
Tempat Lahir : Hanoi, Vietnam
Umur/Tanggal Lahir : 33 Tahun/21 Agustus 1984
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Alamat : Dong Hoi, Vietnam
Agama : Kristen
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Anak Buah Kapal KM OI OENG 014 TS

Dibawah sumpah menurut Agama Kristen telah memberikan


keterangan sebagai berikut
- Bahwa saksi mengatakan mengetahui pasti batas – batas wilayah

perairan, dan saya juga tidak tahu bahwa kami akan berlayar hingga ke

perairan Indonesia, karna yang mengetahui pasti perairan Indonesia

hanya Harry Jayadi.

- Bahwa saksi mengataka pertama kali di ajak oleh Andy Pha Thienut, dan

merasa bahwa ajakan ini bisa bermanfaat

B. KETERANGA AHLI
1. Ahli Perikanan

Nama : Dr. Nisma Achmad, S.Pi,M.P

Tempat Lahir : Tanjung Hulu


Umur/Tanggal Lahir : 54 Tahun/11 Januari 1963

Jenis Kelamin : Perumpuan

Alamat : Jalan Paris 2 No. 12 Pontianak

Agama : Islam

Pendidikan : S3 (Ilmu Perikanan)

Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan Universitas

Tanjung Pura

Dibawah sumpah menurut Agama Islam telah memberikan keterangan


sebagai berikut
- Bahwa ahli mengatakan syarat seorang dapat mengoperasikan kapal dan
selanjutnya melakukan penangkapan ikan di wilayah perairan indonesia
diantaranya harus memiliki SIUP ( surat izin usaha perikanan), SIPI ( surat
izin penangkapan ikan) dan SIKPI ( surat izin kapal penangkapan ikan),
sebagaimana diatur di dalam Pasal 26 ayat (1) UU perikanan NO. 31
TAHUN 2004 tentang SIUP, Pasal 27 ayat (2) dan 28 ayat (2) UU Perikanan
NO. 45 TAHUN 2009, tentang SIPI DAN SIKPI.
- Bahwa ahli mengatakan ketika seorang warga negara asing mengoperasikan
kapal dan tidak memiliki syarat- syarat administrasi tersebut maka kegiatan
seseorang tersebut dapat dikategorikan sebagai ilegal fishing dan dapat di
pidana sesuai dengan UU yang berlaku.
- Bahwa ahli mengatakan ketika kapal asing hendak melakukan penangkapan
ikan di indonesia harus mengurus SIUP,SIPI dan SIKPI, melalui perwakilan
menteri luar negeri negara tersebut, dan juga jumlah kapal asing di batasi,
sedangkan kapal indonesia langsung mengurus SIUP,SIPI dan SIKPI, tanpa
melalui perwakilan.
6. Ahli Pidana
Nama : Dr. Aisyah Annisa, S.H, M.H
Tempat Lahir : Tanjung Hulu
Umur/Tanggal Lahir : 52 Tahun/10 November 1965
Jenis Kelamin : Perumpuan
Alamat : Jalan Dr. Sutomo No 19, Pontianak
Agama : Islam
Pendidikan : S3 (Ilmu Hukum)
Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan Universitas
Tanjung Pura
Dibawah sumpah menurut Agama Islam telah memberikan keterangan
sebagai berikut
- Bahwa ahli mengatakan dalam undang undang fishing tediri dari 3
perbuatan yaitu ilegas fishing yaitu kegiatan menangkap ikan secara
ilegal di perairan Indonesia wilayah ZEE suatu negara tanpa memliki izin
dari negara tersebut, Unregulated fishing yaitu kegiatan mengkap ikan di
wilayah di perairan Indonesia berlaku di suatu negara atau ZEE suatu
negara yang tidak memenuhi aturan di suatu negara, dan Unreported
fishing yaitu kegiatan menangkap ikan di ZEE suatu negara yang tidak
dilaporkan baik secara optimal.
- Bahwa ahli mengatakan tindak pidana di bidang perikanan sebagai
kejahatan yakni tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 103 (1)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 84, pasal 85, pasal
86, pasal 88, pasal 91, pasal 92, pasal 93, dan pasal 94 UU No 31
Tahun 2004. Jadi jelas saudara Andy Tpha Thienut telah melakukan
kejahatan dalam bidang perikanan.

IV. ALAT BUKTI


1. Surat Izin Berlayar dari pelabuhan
2. Surat hasil lelang tangkapan ikan
V. KETERANGAN TERDAKWA
Analisis terhadap keterangan Terdakwa (Andy Pha Thienut) sebagai
terdakwa :

Nama : Andy Pha Thienut


Tempat lahir : Hoai Thant Nhon Binh Dihn, Vietnam
Umur/tanggal lahi r : 35 Tahun/15 Oktober 1982
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Vietnam
Tempat tinggal : Ho Chy Mint City, Hoal Thanh Hoai Binh Dinh,
Vietnam
Agama : Kristen
Pekerjaan : Nahkoda Kapal KM OI OENG LHA 014 TS
Pendidikan : SMA (berijazah)
Telah memberikan keterangan pada pokoknya sebagai berikut :
- Bahwa terdakwa mengatakan hasil tangkapan ikan yang kami dapatkan tidak
sesuai target kemudian pada saat itu juga kapal yang nahkodainya telah
mendekati wilayah peraira Indonesia yaitu di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (ZEEI). Jadi saya memberitahukan kepada Harry Jayadi untuk
berlayar memasuki periran laut Indonesia.
- Bahwa terdakwa mengatakan jumlah ikan yang ditargetkan adalah 10 ton
- Bahwa terdakwa mengatakan berhubung ada Harry Jayadi sebagai orang
asli Indonesia jadi kami memberanikan untuk memamasuki wilayah perairan
laut Indonesia.
- Bahwa terdakwa mengatakan awalnya mereka tidak memiliki niat untuk
memasuki wilayah perairan Indonesia karena tujuan awal adalah melakukan
penangkapan di semenanjung Provinsi Cha Mau yang terletak dibagian utara
Negara Vietnam, namun karena hasil yang didapatkan tidak sesuai target
kemudian memerintahkan kepada Harry Jayadi untuk berlayar memasuki
wilayah perairan laut Indonesia yaitu di Zona Ekonomi Esklusif Indonesia
(ZEEI).
- Bahwa terdakwa mengatakan masuk ke perairan indonesia untuk mengkap
ikan karena di perairan Vietnam itu nyaris tida ada ikan yang dapat ditangkap
akibat tumpahan minyak kapal tanker. Banyaknya permintaan ikan dipasar
membuat perusahaan mendesak saya untuk mengakap ikan lebih dari 10
ton. Pihak perusahaanpun menawarkan uang dua kali lipat jika saya berhasil
mengkap ikan lebih dari 10 ton.
- Bahwa terdakwa mengatakan pada awalnya kami telah puas dengan hasil
tangkapan ikan yang telah ada, ditengah perjalanan pulang Harry Jayadi
kembali menyarankan untuk masuk ke perairan pontianak karena disana
terdapat ikan yang melimpah.
- Bahwa terdakwa mengatakan Harry jayadi selaku navigator yang selalu
mengarahkan saya untuk masuk ke perairan indoensi ditambah lagi ada
desaka dari perusahaa untuk mebawa hasil tangkapan ikan mengingat
banyaknya pemintaan ikan di pasar.

VI. BARANG BUKTI


Barang bukti yang diajukan ke muka persidanga sehubungan dengan
perkara ini adalah sebagai berikut :
 kapal KM OI OENG LHA 014 TS
 Foto ikan kembung laying, ikan Tuna sirip Biru, ikan kembung, Foto udang
beku.
 Satu unit Alat Purse seine
 Satu unit GPS
 Satu unit Radio
 Satu unit Kompas
 Kartu Pengenal Nakhoda
 KTP Nakhoda, Mualim dan ABK

Barang bukti tersebut telah memperoleh izin penyitaan dari Pengadilan


Negeri Pontianak Nomor: 003/Pen.Pid/2017/PN Pontianak maka dengan demikian
barang bukti yang di ajukan di persidangan tersebut telah disita secara sah
menurut hukum karena itu dapat digunakan untuk memperkuat pembuktian.
VII. ANALISA YURIDIS
--------Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dala persidanga maka sampailah
kami pada pembuktian mengenai unsur – unsur tindak pidana yang di dakwaan
terhadap para terdakwa yaitu:

Kesatu : Pasal 92 jo Pasal 26 Ayat (1) jo Pasal 102 Undang-Undang


Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan
atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2004 Tentang Perikanan Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1
KUHP.

Atau Kedua : Pasal 93 jo. Pasal 27 ayat (2) jo. Pasal 102 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004

Tentang Perikanan. Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Atau Ketiga : Pasal 97 jo. Pasal 38 ayat (1) jo. Pasal 102 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan

atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun

2004 Tentang Perikanan. Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

---------Oleh karena dakwaan Jaksa penuntut umum disusun oleh dalam bentuk
subsideritas, maka akan langsung menguraikan pembuktian unsur- unsur delik
dalam dakwaan yang kami anggap terbukti yakni dakwaan primair melanggar Pasal
92 jo Pasal 26 Ayat (1) jo Pasal 102 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2004 Tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan
atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang
Perikanan perikanan, yang unsur- unsur sebagai berikut :
1. Setiap unsur
2. Dengan sengaja di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
3. Melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan,
pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan.
4. Tidak memiliki SIUP.

Yang unsur tindak pidananya sebagai berikut:


Ad.1. Unsur “ Setiap Orang “
Bahwa yang dimaksud dengan “Setiap Orang” menurut pasal 1 angka 14
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan, adalah orang perseorangan atau korporasi.
Bahwa yang dimaksud dengan Setiap Orang adalah siapa saja sebagai
subyek hukum yang mengemban hak dan kewajiban baik perorangan maupun
badan hukum yang diduga melakukan suatu perbuatan pidana dan diancam
dengan Undang Undang yang dapat dimintakan pertanggungjawabannya
dihadapan hukum.
Bahwa, menurut Sudikno Mertokusumo: “Subyek hukum (subjectum juris)
adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh, mempunyai atau menyandang hak
dan kewajiban dari hukum, yang terdiri dari : Orang (natuurlijkepersoon); Badan
hukum (rechtspersoon), (Sudikno Mertokusumo, 1999, hal. 12, 68-69). Unsur
“setiap orang” hanya merupakan element delicht dan bukan bestandeel delict (delic
inti) yang harus dibuktikan. Artinya, unsur setiap orang harus dihubungkan dengan
perbuatan selanjutnya, apakah perbuatan tersebut memenuhi unsur pidana atau
tidak.
Menurut Simons, merumuskan strafbaar feit atau delik sebagai berikut :
“eene strafbaar gestelde, onrechtmatige. Met schuld in verband staande, van een
toekeningsvatbaar persoon” Artinya : Suatu perbuatan yang oleh hukum diancam
dengan pidana, bertentangan dengan hukum, dilakukan oleh seseorang yang
bersalah dan orang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya (Andi
Hamzah, 2005, h. 98).
Mr. Drs. H.J. Van Schravensijk, berpendapat mengenai unsur barang siapa
sebagai berikut: “Barang siapa mengerjakan suatu perbuatan, yang tidak dapat
ditanggungkan kepadanya karena kurang sempurna ‘akalnya atau karena sakit
berubah’ akal, tidak boleh dihukum”. Bahwa terhadap unsur Barang siapa harus
dipertimbangkan juga terhadapa kemampuan bertanggung jawab subjek hukum
tersebut. (Mr. Drs. H.J. Van Schravensijk, 1956, hlm. 138).
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga,
pengertian “barangsiapa” adalah sama dengan: “siapapun, sembarang orang, siapa
saja”. (Hasan Alwi, Dkk. 2005, hlm. 1059).
Bahwa setelah melihat dari Bertita Acara Penyidikan di Polda Papua yang
berkaitan erat dengan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang keseluruhannya
menunjuk kepada diri terdakwa sebagai pelaku dari tindak Pidana, lebih lanjut
dalam pemeriksaan di persidangan dengan memperhatikan identitas terdakwa
maka yang didakwa sebagai pelaku dalam perkara Aquo adalah seorang yang
bernama Andy Pha Thienut yang identitasnya sebagaimana tersebut dalam
dakwan telah dibenarkannya.
Bahwa dalam persidangan kemudian diperkuat oleh saksi-saksi dan bukti
surat pemeriksaan Majelis Hakim di persidangan adalah orang yang sehat jasmani
maupun rohani, berdasarkan pertimbangan tersebut maka unsur ke 1 telah
terpenuhi.

A.d. 2 Unsur Dengan Sengaja di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik


Indonesia.
Bahwa sengaja adalah kesadaran untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Dalam teori ada tiga tingkatan, yaitu sengaja dengan maksud (opzet als oogmerk),
sengaja dengan kesadaran kepastian (opzet bij zekerheid bewustzijn), dan sengaja
dengan kesadara kemungkinan (opzet bij heidsbewustzijn).
Bahwa yang dimaksud dengan sengaja berarti adanata kehendak yang
disadari yang ditujukan untk melakukan kejahatan tertentu. Dilakukan dengan
sengaja terkandung pengertian menghendaki atau mengetahui (willens en
wetens).
Menurut Von Hippel, merumuskan teori kehendak yang dirumuskan maka
maka dapat dikatakan bahawa yang dimaksud dengan sengaja adalah kehendak
membuat suat perbuatan dan kehendak untuk menimbulkan perbuatan dari suatu
akibat dari perbuatan itu atau akibat dari perbuatanya itu yang menjadi maksud
dari dilakukanya perbuatan itu.
Bahwa dalam perkara ini dimana berdasarkan fakta hukum yang
diperoleh dari keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa
serta barang bukti yang diajukan di persidangan, ternyata bahwa kapal KM OI
OENG LHA 014 TS yaitu kapal penangkap ikan dengan ANDY PHA THIENUT
sebagai Nahkoda , pada tanggal 18 Maret 2016 telah berangkat dari pelabuhan
Tien Giang menuju laut untuk melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan
jaring lingkar (Purse Seine) dan telah beroperasi di perairan laut Cina Selatan, pada
tanggal 22 Maret 2017 ditangkap kapal KRI Oswald shichaan 354 pada posisi 05°
41’ 58” U ­ 106° 02’ 56” T sesuai GPS dan setelah dikonversi dan diplot pada peta
Laut merupakan wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) yaitu laut Cina
Selatan, yang merupakan bagian dari Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik
Indonesia.
Bahwa berdasarkan fakta di atas, disimpulkan Terdakwa TRAN VAN DANG
sebagai Nahkoda kapal KM OI OENG LHA 014 TS berada di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia yaitu Zona Ekslusif Indonesia (ZEEI) Laut Cina
Selatan, adalah telah memenuhi unsur kesengajaan akan maksud dan
kepastian sekaligus.
Bahwa dari uraian fakta diatas, unsur dengan sengaja di wilayah perikanan
Republik Indoensia pasal 1 angka 21 jo pasal 5 ayat (1) huruf b Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dengan Sengaja
di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia telah terbukti.

A.d. 3 Unsur Melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan,


pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan.

Bahwa dalam usaha perikanan tersebut terdapat kata: penangkapan,


pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan yang
sifatnya adalah alternatif, artinya dengan terbuktinya salah satu dari alternatif yang
ada tersebut sudah cukup membuktikan akan kesalahan Terdakwa.

Bahwa dalam perkara ini dimana berdasarkan fakta hukum yang


diperoleh dari keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa
serta barang bukti yang diajukan di persidangan, ternyata bahwa kapal KM OI
OENG LHA 014 TS TS yaitu kapal penangkap ikan dengan ANDY PHA THIENUT
sebagai Nahkoda , pada tanggal 18 Maret 2017 telah berangkat dari pelabuhan
Tien Giang menuju laut untuk melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan
jaring lingkar (Purse Seine) dan telah beroperasi di perairan laut Cina Selatan, pada
tanggal 09 September 2016 ditangkap oleh kapal KRI Oswald shichaan 354 pada
posisi 05° 41’ 58” U ­ 106° 02’ 56” T sesuai GPS dan setelah dikonversi dan diplot
pada peta Laut merupakan wilayah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) yaitu
laut Cina Selatan.

Bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan kapal KM OI OENG


LHA 014 TS tersebut termasuk kategori melakukan usaha perikanan sesuai
pasal 26 ayat (1) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
Melakukan usaha perikanan di bidang penangkapan, pembudidayaan,
pengangkutan, pengolahan, dan pemasaran ikan telah terbukti.

A.d. 4 Unsur Tidak Memiiki SIUP


Bahwa pasal 26 ayat (1) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan, menyatakan “ Setiap orang yang melakukan usaha perikanan di
bidang penangkapan, pembudidayaan, pengangkutan, pengolahan, dan
pemasaran ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia wajib
memiliki Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)“.

Bahwa sesuai pasal 1 angka 16 Undang Undang Republik Indonesia Nomor


31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan,
yang menyatakan: “Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disebut
SIUP, adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk
melakukan usaha perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang
tercantum dalam izin tersebut.

Bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan,


ternyata kapal KM OI OENG LHA 014 TS yaitu kapal penangkap ikan dengan
ANDY PHA THIENUT sebagai Nahkoda telah melakukan usaha penangkapan ikan
di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia yaitu di wilayah Zona
Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI) laut Cina Selatan dan kapal tersebut tidak
dilengkapi dengan dokumen Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) untuk
melakukan usaha penangkapan ikan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia yaitu Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Bahwa mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30


Tahun 2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Indonesia pasal 14 ayat ( 1 ) menyebutkan Menteri melimpahkan
kewenangan penerbitan Izin Usaha Perikanan tangkap kepada Direktur
Jenderal, Gubernur, dan Bupati/ Walikota sesuai kewenangannya.
Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
30 Tahun 2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia, pasal 14 ayat ( 2 ) menyebutkan Direktur
Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) Berwenang menerbitkan
SIUP, SIPI dan SIKPI untuk Kapal Perikanan dengan ukuran di atas 30 ( tiga
puluh ) GT dan Usaha Perikanan Tangkap yang menggunakan modal asing
dan / tenaga kerja asing Pasal 14 ayat ( 3 ) Gubernur sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) berwenang menerbitkan SIUP, SIPI dan SIKPI, untuk kapal
perikanan dengan ukuran diatas 10 ( sepuluh ) GT sampai dengan 30 ( tiga
puluh ) GT, untuk orang yang berdomisili di Wilayah administrasinya dan
beroperasi pada perairan di Wilayah pengelolaan Perikanan provinsi tersebut
berkedudukan, serta tidak menggunakan modal asing dan / atau tenaga kerja
asing.Pasal 14 ayat ( 4 ) Bupati / Walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (
1 ) berwenang menerbitkan SIUP, SIPI dan SIKPI untuk kapal perikanan
dengan ukuran sampai dengan 10 ( sepuluh ) GT untuk orang yang berdomisili di
wilayah administrasinya dan beroperasi pada perairan provinsi tempat Kabupaten
Kota tersebut berkedudukan, serta tidak menggunakan modal asing dan atau
tenaga kerja asing dan Bukti Pencatan Kapal untuk nelayan kecil yang
menggunakan 1 ( satu ) kapal berukuran paling besar 5 ( lima ) GT untuk
memenuhi kebeutuhan hidup sehari hari. Pasal 14 ayat ( 5 ) Penerbitan SIUP,
SIPI dan SIKPI oleh Gubernur dan Bupati/ Walikota sebagaimana dimaksud
ayat ( 3 ) ayat ( 4 ) huruf a dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Dinas.

Bahwa SIUP (Surat Izin Usaha Perikanan) diatur dalam Pasal 26 ayat ( 1 )
UU RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan yang berbunyi” Setiap orang yang
melakukan usaha perikanan di bidang Penangkapan, Pembudidayaan,
pengangkutan, pengolahan dan pemasaran ikan, di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia wajib memiliki SIUP (Surat Izin Usaha
Perikanan). Dan Surat Izin Penangkapan Ikan ( SIPI ) diatur dalam pasal 27 ayat ( 1
), ( 2 ), ( 3 ), UU RI No 45 Tahun 2009 Perubahan atas UU RI No 31 Tahun 2004
Tentang Perikanan.
Bahwa kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan kapal KM OI OENG
LHA 014 TS tidak dilengkapi dengan SIUP dan SIPI sesuai dengan pasal 1 ayat
(17) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang Undang
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan Unsur
Tidak Memiiki SIUP telah terbukti.

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Unsur yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau yang turut


melakukan tindak pidana,

Bahwa unsur tersebut merupakan “penyertaan dalam tindak pidana”


(deelneming aan strafbaar feiten) sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 ayat (1)
ke – 1 KUHPidana, yaitu sehubungan ada pelaku atau 2 (dua) orang atau lebih
pelaku yang terlibat dalam suatu tindak pidana yang oleh karena itu masing-masing
dapat dipidana sebagai pelaku tindak pidana/ daders, yang terdiri dari :

1. “yang melakukan” (plegen), yaitu orang hanya dengan seorang diri dapat
mewujudkan suatu tindak pidana dengan melakukan suatu perbuatan yang
harus memenuhi semua unsur tindak pidana ;

2. “yang menyuruh melakukan” (doen plegen), yaitu orang yang menyuruh


orang lain untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepada pelaku fisik (orang yang disuruh) ; serta

3. “yang turut melakukan tindak pidana” (mede plegen), yaitu beberapa orang
atau setidaknya terdiri dari 2 (dua) orang yang bekerja sama melakukan
suatu perbuatan dan yang secara kolektif memenuhi rumusan unsur tindak
pidana, dan oleh karena itu harus ada kesadaran yang seimbang dari
masing-masing orang itu, bahwa orang-orang itu menyadari telah bekerja
sama untuk mewujudkan suatu tindak pidana.

Bahwa menurut doktrin ilmu hukum pidana, orang yang melakukan (dader),
orang yang turut serta melakukan (mededader) dalam arti bersama-sama
melakukan, dihukum sebagai orang yang melakukan perbuatan pidana (delik),
atau dengan kata lain terdapat delik yang dilakukan lebih dari satu orang yang
dapat dipertanggungjawabkan ;

Bahwa menurut pendapat Prof. Satochid Kartanegara disebutkan bahwa


untuk adanya mededader harus dipenuhi 2 (dua) syarat yakni :

1. Harus ada kerja sama secara fisik ;

2. Harus ada kesadaran kerja sama ;

Bahwa selanjutnya Prof. Satochid Kartanegara mengutarakan mengenai


syarat kesadaran kerja sama itu dapat diterangkan bahwa kesadaran itu perlu
timbul sebagai akibat permufakatan yang diadakan oleh para peserta. Akan
tetapi sudah cukup dan terdapat kesadaran kerja sama apabila para peserta
pada saat mereka melakukan kejahatan itu sadar bahwa mereka bekerja sama.

Bahwa menurut Langemeijer (Laintang, 1997;295 dan 296) : Apabila orang


yang mendengar perkataan pelaku, maka menurt pengertiannya yang umum
dalam tata bahasa , teringatlah orang mula-mula pada orang yang secara
sendirian telah memenuhi seluruh rumusan delik adalah sudah jelas bahwa
undang undang tidak pernah untuk mempunyai maksud untuk memandang
mereka yang telah menyuruh melakukan atau mereka yang telah menggerakkan
orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana itu sebagai pelaku dalam
pengertian seperti yang dimaksud yan diatas sebab mereka juga harus
dipandang sama dengan pelaku, maka mereka harus pula melaksanakan sendiri
tindaka pelaksanaannya.

Maka dari uraian diatas unsur yang melakukan, yang menyuruh melakukan,
atau yang turut melakukan tindak pidana, telah terbukti.

Sebelum memasuki tuntutan pidana atas diri terdakwa perkenankanlah kami


mengemukakan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa sebagai
berikut:
Hal-hal Yang memberatkan:
1. Terdakwa melakukan penangkapan ikan tanpa membawa kelengkapan
2. Perbuatan terdakwa dapat meresahkan nelayan Indonesia
3. Perbuatan terdakwa merupakan illegal fishing yang sedang galak-gala
diberantas oleh Pemerintah Republik Indonesia
4. Perbuatan terdakwa dapat merugikan negara dan perekonomian Republik
Indonesia.
5. Perbuatan terdakwa merusak keberlanjutan sumberdaya ikan dan biota
lainnya.

Hal-hal yang Meringankan:


1. Terdakwa telah berumur 35 tahun dan mempunyai tanggungan keluarga.
2. Terdakwa belum Pernah dihukum
3. Terdakwa merupakan tulang punggung kehidupan keluarga
4. Terdakwa mempunyai keluarga di Vietnam

Berdasarkan uraian dimaksud kami Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini
dengan memperhatikan ketentuan undang-undang yang bersangkutan :

-----------------------------------------------MENUNTUT-------------------------------------------------
Agar Majelis Hakim Pengadilan Perikanan di Pengadlan Negeri Pontianak yang
memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan :
1. Menyatakan terdakwa ANDY PHA THIENUT telah terbukti secara syah dan
meyakinkan bersalah MELAKUKAN TINDAK PIDANA PERIKANAN sesuai
dengan dakwaan Primer secara bersama-sama.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ANDY PHA THIENUT dengan pidana
penjara selama 8 (Delapan) Tahun penjara.
3. Menjatuhkan pidana denda terhadap terdakwa tersebut dengan pidana
denda sebesar Rp. 1.500.000.000,- (Satu setengah miliar rupiah) dan apa bila
denda tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 6 bulan.
4. Menyatakan barang bukti berupa :
i. Foto kapal KM OI OENG LHA 014 TS
ii. Foto ikan kembung laying, ikan Tuna sirip Biru,
ikan kembung, Foto udang beku.
iii. Foto alat purse seine
iv. Foto GPS
v. Foto Radio
vi. Foto Kompas
vii. Kartu Pengenal Nakhoda

5. KTP Nakhoda, Mualim dan ABK Menetapkan biaya perkara sebesar Rp. 5.000,-
(lima ribu rupiah) dibebankan kepada terdakwa.

Demikianlah surat tuntutan ini kami bacakan dan diserahkan dalam sidang hari
ini Kamis 24 Juli 2017

Penuntut Umum I

KERISTOPEL HENDRA TONGLO. L, SH, MH

Penuntut Umum II

FETRIANI, SH., MH

Anda mungkin juga menyukai