Anda di halaman 1dari 20

TOKSIKOLOGI

Cara Mengenal Bahaya Bahan Kimia

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Vista Dwi Setyarini P27834015005

2. Asmaul Khusna Wati P27834015012

3. Nanda Krisna Yeni P27834015021

4. Dinar Rizki Wiraswati P27834015029

5. Chusnul Chotimah P27834015033

6. Putri Kurnia Rahmah P27834015036

D3 ANALIS KESEHATAN SEMESTER 4

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

2017
Toksikologi merupakan ilmu mempelajari pengaruh merugikan suatu
zat/bahan kimia pada organisme hidup. Ilmu ini berkaitan dengan efek-efek dan
mekanisme kerja yang merugikan dari bahan kimia terhadap binatang dan manusia.
Bahan toksik adalah bahan kimia dalam jumlah relative sedikit, berbahaya bagi
kesehatan. Beberapa tahap untuk mengenal bahaya dari bahan kimia adalah sebagai
berikut :

1. SURVEI PENDAHULUAN
Mengidentifikasi bahan kimia yang terdapat di industri dan merencanakan
program evaluasi resiko bahaya serta tindak lanjutnya. Survei pendahuluan ini
yang mencakup pendataan tentang nama bahan baku dan bahan sampingan,
jenis bahan yang diperkirakan beracun, identifikasi penggunaannya, sampingan,
jumlah pekerja yang terpajan, cara pengendaliannya dan sebagainya. Tujuan
utama dari kegiatan ini adalah untuk menentukan apakah ada bahaya potensial
dari bahan – bahan yang ada di lingkungan kerja.
Cara mudah mengidentifikasi suatu bahan kimia dapat dilakukan dengan cara
mempelajari informasi yang terta pada label kemasan.

1.1. Informasi-Informasi yang Dapat Diperoleh pada Label Bahan Kimia

a. Nama bahan kimia


Nama bahan kimia dapat disertai rumus kimia pada label berada di
bagian tengah. Nama sebagai identitas penting dan pada contoh label tertulis
Natrium Hidroksida dengan rumus NaOH.
b. Kemurnian bahan kimia
Kemurnian bahan kimia pada label tertera dengan tulisan “pro analisis”
atau Analar (AR) atau ACS untuk reagensia analitik, karena memiliki
kemurnian yang sangat tinggi (> 99%). Tingakat kemurnian bahan kimia
yang tertinggi dikenal dengan istilah Aristar atau Saprapur. Label bahan kimia
yang tidak tercantum spesifikasi rinci biasa dikenal dengan istilah “tekniks”
c. Symbol / tanda bahaya
Symbol / tanda bahaya pada label menunjukkkan sifat bahaya dari
bahan kimia bersangkutan. Simbol-simbol ditulis dengan berbagai bahasa
dengan maksud agar siapa saja yang menggunakan bahan kimia tersebut
bias memahami peringatan yang tertulis pada label, sehingga resiko bahaya
dapat dicegah sekecil mungkin.
d. Informasi Simbol Bahan Kimia
Karakteristik bahan kimia terutama sifatnya dapat di pelajari melalui
simbol-simbol yang menggambarkan tingkatan bahaya bahan kimia yang
bersangkutan.
e. Kode R/S
Kode R ( Hazard Warning for Dangerous Chemicals) merupakan peringatan
bahaya untuk bahan kimia berbahaya. Sedangkan S (Safetiy Precautions for
Dangerous Chemical) menunjukkan tindakan pencegahan atau saran
penyimpanan untuk bahan-bahan kimia berbahaya.
Tabel e.1 kode R ( Hazard Warning for Dangerous Chemicals) untuk bahan-
bahan kimia berbahaya

Kode R Keterangan Kode R Keterangan


R1 Dapat meledak di R23 Meracuni bila terhirup
tempat kering atau
panas
R2 Meledak bila kena R24 Mercuni kulit
benturan, gesekan,
api
R3 Mudah meledak bila R25 Meracuni bila tertelan
kena benturan,
gesekan dan api
R4 Sangat sensitive dan R26 Sangat meracuni bila
mudah meledak terhirup
R5 Meledak bila kena R27 Sangat meracuni kulit
panas
R6 Meledak jika R28 Sangat meracuni bila
kelebihan udara dan tertelan
kelebihan udara
R7 Dapat menyebabkan R29 Dapat mengembangkan /
kebakaran membentuk gas beracun bila
terkontak dengan air
R8 Menimbulkan api R30 Kemungkinan akan
jika kontak dengan mengakibatkan kebekaran
bahan yang mudah bila digunakan
terbakar

R9 Resiko ledakan bila R31 Membentuk gas beracun


di campur dengan biladi campur dengan asam
bahan yang mudah
terbakar
R10 Mudah terbakar R32 Membentuk gas sangat
beracun bila kontak dengan
asam
R11 Agak mudah R33 Resiko bila di timbulkan
terbakar
R12 Sangat mudah R34 Menyebabkan korosi dan
terbakar luka bakar
R13 Mencair, sangat R35 Menyebebkan korosi keras
mudah terbakar
R14 Memeberi reaksi R36 Iritasi terhadap mata
keras terhadap air
R15 Jika reaksi dengan R37 Iritasi terhadap organ
air membentuk gas pernafasan
yang mudah
terbakar
R16 Meledak bila di R38 Iritasi terhadap kulit
campur dengan
bahan yang mudah
terbakar
R17 Terbakar langsung R39 Resiko serius/ cacat tetap
di udara
R18 Dapat meledak dan R40 Resiko serius cepat sekali
terbakar
(tergantung
pemakaian)
R19 Dapat membentuk R41 Sensitive bila di hirup
peroksida yang
mudah meledak
R20 Merusak paru-paru R42 Sensitive / pekah terhadap
bila terhirup/ kulit
tertelan berbahaya
terhadap kesehatan
bila terhirup
R21 Melukai kulit/ R48 berbahaya akibat kerusakan
berbahaya terhadap serius bagi kesehatan karena
kulit pemajanan yang
berkepanjangan
R22 Berbahaya terhadap R50 sangat beracun terhadap
kesehatan bila organisme air, dapat
tertelan menimbulkan dampak buruk
dalam jangka panjang dalam
lingkungan air

Tabel e.2 Kode S (safety Precaution) untuk bahan-bahan Kimia berbahaya

Kode S Keterangan Kode S Keterangan


S1 Simpan di tempat S13 Jauhkan dari makanan dan minuman
terkunci
S2 Jaukan dari S14 Jauhkan dari bahan kimia yang
jangkauan anak- bertentangan
anak
S3 Simpan di tempat S15 Lindungi dari panas
yang sejuk
S4 Jauhkan dari S16 Jauhkan dari sumber api, jangan
ruangan / kamar merokok
tempat tinggal
S5 Jauhkan dari cairan S17 Jauhkan dari bahan-bahan yang
mudah terbakar
S6 Jauhkan dari cairan S18 Buka kemasan dengan hati-hati
S7 Simpan di tempat S20 Jangan makan dan minum di saat
tertutup rapat bekerja
S8 Simpan di wadah / S42 Pakai sarung tangan jangan respirator
tempat yang kering ketika melakukan suatu yang
menghasilkan / uap berbahaya
S9 Simpan di tempat S43 Gunakan pemadam kebakaran
yang berventilasi
cukup baik
S10 Hindari dari uap air S44 Mintalah nasehat dokter apabila anda
merasa ragu
S11 Cegah udara masuk S45 Panggillah dokter bila terjadi
kecelakaan atau bila anda merasa
tidak sakit

S12 Jangan tutup rapat

Kode terpenting dalam bahan kimia dan resiko-resiko yg terjadi


Resiko fisiko-kimia Resiko Kesehatan Resiko Lingkungan
Huruf kode Huruf kode Huruf kode
Keterangan Keterangan Keterangan
untuk simbol untuk simbol untuk simbol
bahaya bahaya bahaya
bahaya bahaya bahaya
Eksplosif
Sangat Bahaya
/mudah
E T+ beracun N untuk
meledak
(Very toxic) lingkungan
(Explosive)
Pengoksidas
Beracun
O i (Oxidizing T
(Toxic)
)
Amat sangat
Korosif
F+ mudah C
(Corrosive)
terbakar
(Extremely
flammable)
Sangat
mudah
Berbahaya
F terbakar Xn
(Harmful)
(Highly
flammable)
Mudah
terbakar Iritan
Xi
R10: (Irritant)
flammable

1.2. Cara Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya


a. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun
dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan sekeliling-
nya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat yang
ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang
inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut
maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak
terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber panas.
b. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya
dapat bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang /
merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk tenaga
manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada
peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap.
Wadah/kemasan dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam
keadaan tertutup dan dipasang label. Semua logam disekeliling tempat
penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan yang
disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding
dan lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran
pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat
penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi
pekerja yang terkena bahan tersebut
c. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar
dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus.
Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
- Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan
tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
- Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga
bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah
percikan api
- Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya
kebakarannya
- Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan
yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi
dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas
- Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah
dicapai
- Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
- Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
- Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta
dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara
periodic
d. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat,
letak tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber
tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan,
agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus
merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan
yang tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan
bebas dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk
penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat
dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan.
Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya
terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau
nyala api. Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering,
sampah, atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan
perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.
e. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada
suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan
oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis
lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu
kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap
dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini
harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan
yang memiliki titik api rendah.
f. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat
laun mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala. Karena
banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan
bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari
penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis
di dalam ruang simpan.
g. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas,
hydrogen dan gas-gas yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk
bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api
harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat
menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka
bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang
berventilasi. Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau
dibuat kebal dan pasif terhadap bahan asam.
h. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan
berdiri dan diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga
tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk , bebas dari sinar
matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada
peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada
tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi kebakaran, misalnya
dengan memasang sprinkler.
i. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan
efek genetik, efek somatik dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila
terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat menyebabkan
sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan sindroma
kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang
rendah. Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya
diturunkan pada keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua
persenyawaan yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan
sumber radiasi harus memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih
untuk bekerja dengan zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan
mendapat izin dari BATAN. Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki
peralatan cukup untuk memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan
lain yang dapat membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus
mengikuti ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan
harus dipelihara.
2. MENGENAL PROSES PRODUKSI
Mengenal proses produksi dilakukan dengan mempelajari alur proses
mulai dari tahap awal sampai akhir, sumber bahaya kimia dan keluhan
kesehatan oleh pekerja serta memanfaatkan panca indera untuk
mengidentifikasi lingkungan kerja misalnya mengenal bau yang timbul,
merasa pedas di mata, rangsangan batuk dan sebagainya. Dengan melihat
secara garis besar tentang diagram alir proses produksi di dalam suatu
industri sehingga dapat diketahui di setiap bagian mana saja yang
memungkinkna untuk menimbulkan bahaya dan dapat dicegah agar tidak
berlanjut ke proses berikutnya.

2.1. Diagram Alur Proses Produksi pada Industri Accu

PROSES PRODUKSI ACCU

Lead Inggot Lead Powder (Lead


Lead Grid dust)*

Lead Casting(Lead Lead Pasting (Lead


dust)* dust)*

Lead Plate (Lead


fume)*

H2SO4 Formation (Lead fume, uap As. Sulfat)*

Assemblyng (Lead
fume)*

KARDUS Packing (Lead fume, debu tak spesifik)*

*faktor bahaya
a. Lead Grid
Bagian pembuatan rangka pelat ( grid ) aki. Proses pembuatannya
dilakukan dengan mengalirkan cairan timbal ( 400oC ) ke dalam cetakan
(mold) yang telah dipersiapkan dengan menggunakan spray dan material
yang dapat menjaga panas mold secara merata, kemudian grid
didinginkan lalu dipotong sesuai ukuran dan akhirnya diperoleh rangka
pelat aki.
b. Lead Powder
Bagian / tempat pembuatan bubuk timbal hitam (lead powder), dimana
bahan baku yg digunakan adalah timbal murni ( pure lead 99,99 % ) dan
O2. Proses pembuatannya berdasarkan reaksi oksidasi yaitu :
2 Pb + O2 →2PbO
Cairan timbal hitam ( pada suhu 400oC ) dialirkan kedalam cetakan lead
bar, kemudian dipotong – potong berbentuk kubus ( ukurannya 8 Cm3)
dan dimasukkan ke dalam drum yang berputar, inputnya ditiupkan udara
dan outputnya dihisap sehingga bubuk timah yang dihasilkan terbawa
keluar drum ( temperatur drum 185oC ) dam masuk ke saire colector, dan
lalu disalurkan ke Silo ( tangki penyimpanan bubuk timbal hitam ).
c. Lead Casting
Bagian pembuatan pole / terminal aki. Proses pembuatannya dilakukan
dengan cara mengalirkan cairan timbal hitam ( 400o C ) ke dalam cetakan
kemudian didinginkan sehingga akhirnya diperoleh pole / terminal. Bahan
baku yang digunakan adalah paduan timbal antimoni.
d. Lead Pasting & Plate
- Paste Mixing.
Bagian pembuatan pasta yang bahan – bahannya terdiri dari
bubuk timbal asam sulfat, air murni, dan bahan tambahan lainnya.
Campuran bahan – bahan tersebut diaduk sedemikian rupa di dalam “
Mixer “ selama waktu tertentu, sehingga akhirnya diperoleh hasil
berupa pasta.
- Pasting.
Setelah pasta selesai dibuat, lalu dilakukan proses pelapisan
terhadap rangka pelat aki dengan pasta dan menggunakan mesin
khusus sehingga dihasilkan pelat aki.
- Surface Drying.
Pelat aki yang selesai dibuat, permukaannya dikeringkan
terlebih dahulu dengan menggunakan oven.
- Curing.
Pada tahap ini, pelat aki dikeringkan lagi di dalam suatu
ruangan khusus, yang kondisi suhu dan kelembaban udara diatur
konstan. Proses pengeringan ini berlangsung selama ( 2 – 3 ) x 24
jam.
- Drying.
Setelah dikeluarkan dari ruangan khusus pada proses Curing,
pelat – pelat aki tersebut kemudian menjalani proses pengeringan
akhir di udara terbuka selama 3 sampai dengan 4 hari.
e. Formation
Pada tahap ini, terhadap pelat – pelat aki yang telah dikeringkan
dilakukan proses pengisian ( charging ) sehingga pelat – pelat aki tersebut
menjadi bermuatan listrik. Pada tahap ini diperoleh aki yg mempunyai
pelat positif ( berwarna coklat ) dan pelat negatif (berwarna abu – abu ).
f. Assemblyng & Packing
Merupakan lanjutan dari proses diatas , dimana seluruh komponen
yang telah disiapkan dalam proses sebelumnya digabungkan menjadi
sebuah battery yang dapat dijual. Proses terakhir assembling yang
meliputi pembersihan unit agar siap untuk dikemas, pemeriksaan akhir
secara tampilan visual, dan packing atau pengemasan dengan kemasan
karton.

2.2. Proses pengolahan Limbah Timbal (Pb) pada Industri Accu


Dengan Metode Elektrokoagulasi

Pengolahan Limbah Industri aki merupakan salah satu industri yang


menghasilkan limbah Pb dalam jumlah yang paling banyak. Pb sebagai salah
satu unsur yang termasuk dalam kelompok logam berat dalam konsentrasi
tertentu sangat berbahaya terhadap manusia dan lingkungan hidup.
Pengolahan limbah Pb dapat dilakukan dengan berbagai macam metode,
salah satunya adalah dengan metode elektrokoagulasi. Proses
elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia dan proses
flokulasi-koagulasi. Keuntungan proses elektrokoagulasi untuk mengolah
limbah adalah pada proses ini tidak ada penambahan zat kimia. Proses
elektrokoagulasi meliputi beberapa tahap yaitu proses equalisasi, proses
elektrokimia (flokulasi-koagulasi) dan proses sedimentasi. Berikut adalah
tahapan-tahapan yang akan dipersiapkan untuk pengolahan limbah Pb pada
industri accu.

a. Pembuatan Rangkaian Bak Penampungan


Bak penampung didesain dengan ukuran yang cukup untuk
menampung debit limbah cair dari pabrik. Bak penampung dibuat agar
debit limbah cair yang disalurkan dari bak ini menuju peralatan koagulasi
tetap konstan. Hal tersebut bertujuan menjaga alat dapat bekerja secara
optimal. Bak sebaiknya dibuat dengan beton dengan ketebalan dinding
sebesar 30 cm dengan bagian atas tertutup. Ke dalam bak dimasukkan
selang pompa yang akan mengalirkan limbah cair menuju bak
elektrokoagulasi.

Bak elektrokoagulasi dibuat dengan ukuran yang sesuai dengan jenis


alat yang digunakan. Bak dibuat dengan salah satu dindingnya dibuat
lebih rendah atau dibuat cekungan untuk mengalirkan limbah yang telah
diolah menuju bak sedimentasi.

Bak sedimentasi merupakan bak dengan ukuran yang paling luas. Hal
ini bertujuan untuk menampung endapan yang semakin besar. Dinding
bak dibuat lebih rendah dari dinding elektrokoagulasi. Salah satunya
dindingnya dibuatkan cekungan untuk mengalirkan luapan air dari bak
menuju pasir saring. Aliran air yang telah melewati pasir saring dapat
langsung dialirkan menuju ke lingkungan luar.
b. Pemasangan Peralatan
Peralatan pompa dipasang di atas bak penampung. Pompa dapat
menyalurkan limbah cair dari bak penampung menuju bak
elektrokoagulasi dengan debit 1,5 liter/menit. Alat elektrokoagulasi
dipasang pada bak koagulasi sedemikian rupa. Alat dihubungkan dengan
sumber listrik.
c. Pengerjaan
Proses koagulasi limbah cair dilakukan ketika telah ditampung cukup
limbah cair dalam bak penampung. Cairan dialirkan menuju bak
elektrokoagulasi dengan debit 1,5 liter/menit. Elektrokoagulator
dihidupkan ketika bak telah penuh. Alat dibiarkan terus hidup selama ada
aliran limbah dari bak penampung menuju bak elektrokoagulasi.
d. Mekanisme koagulasi
Apabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri
arus listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala
dekomposisi elektrolit, dimana ion positif (kation) bergerak ke katoda dan
menerima elektron yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke
anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Katoda Ion H+ dari
suatu asam akan direduksi menjadi gas hidogen yang akan bebas sebagai
gelembung-gelembung gas.
Reaksi : 2H+ + 2e ⎯⎯→ H2
Larutan yang mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk gas
hydrogen (H2) pada katoda.
Reaksi : 2H2O + 2e ⎯⎯→ 2OH- + H2
Anoda
Anoda terbuat dari logam almunium akan teroksidasi.
Reaksi : Al + 3H2O ⎯⎯→ Al(OH)3 + 3 H+ + 3e
Ion OH- dari basa akan mengalami oksidasi membentuk gas oksigen (O2)
Reaksi : 4 OH- ⎯⎯→ 2H2O + O2 + 4e
Jika larutan mengandung ion-ion logam lain maka ion-ion logam akan
direduksi menjadi logamnya dan terdapat pada batang.
Katoda
Li+ + e ⎯⎯→ L
Contoh:
Pb2+ + 2e ⎯⎯→ Pb
Dari reaksi tersebut, pada anoda akan dihasilkan gas, buih dan flok
Al(OH)3. Selanjutnya flok yang terbentuk akan mengikat logam Pb yang
ada di dalam limbah, sehingga flok akan memiliki kecenderungan
mengendap. Selanjutnya flok yang telah mengikat kontaminan Pb
tersebut diendapkan pada bak sedimentasi (proses sedimentasi) dan sisa
buih akan terpisahkan pada unit filtrasi. Pengolahan limbah Pb pada
industri aki dilakukan secara berkesinambungan (kontinyu) pada setiap
akhir proses produksi.
3. MEMPELAJARI MSDS (MATERIAL SAFETY DATA SHEET)
MSDS adalah suatu dokumen teknik yang memberikan informasi
tentang komposisi, karakteristik, bahaya fisik dan potensi bahaya kesehatan,
cara penanganan dan penyimpanan bahan yang aman, tindakan pertolongan
pertama dan prosedur khusus lainnya. Bagian dan informasi lembar MSDS:
Bagian 1 : Identifikasi produk dan pabrik
Identifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama
kimia atau nama dagang, nama yang tertera harus sama dengan nama
yang ada pada label. Contohnya Methyl alcohol juga dikenal sebagai
Metanol atau Alkohol kayu.
Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon,
tanggal HDSs dibuat dan nomor darurat untuk menelepon setelah jam
kerja, merupakan ide yang baik bagi pengguna produk untuk
menelepon pabrik pembuat produk sehingga mendapatkan informasi
tentang produk tersebut sebelum terjadi hal yang darurat.
Bagian 2 : Bahan-bahan berbahaya
Produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang
tercantum pada daftar khusus bahan kimia, dan di data bila
komposisinya ≥ 1% dari produk. Pengecualian zat karsinogen yang
harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas
konsentrasi yaitu Permissible Exposure Limit (PEL) dan The
Recommended Threshold Limit Value (TLV ) harus didata dalam HDSs.
Bagian 3 : Data Fisik
Data yang tertera berupa data titik didih, tekanan, density, titik
cair, tampilan, bau dan lain-lain. Informasi pada bagian ini membantu
anda mengerti bagaimana sifat bahan kimia dan jenis bahaya yang
ditimbulkannya.
Bagian 4 : Data Kebakaran Dan Ledakan
Bagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah terbakar
atau meledak, serta menjelaskan bagaimana memadamkan api.
Informasi dibutuhkan untuk mencegah, merencanakan dan merespon
kebakaran atau ledakan dari bahan kimia.
Bagian 5 : Data Reaktifitas
Data ini menjelaskan suatu substansi stabil atau tidak, jika tidak
bahaya apa ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Mendata
ketidakcocokan substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau
digunakan secara bersamaan. Informasi ini penting untuk
penyimpanan dan penanganan produk yang tepat.
Bagian 6 : Data Bahaya Kesehatan
Rute masuk berupa pernafasan, penyerapan kulit atau
ingestion, efek kesehatan akut dan kronik, tanda-tanda dan gejala
awal, apakah produk bersifat karsinogen, masalah kesehatan makin
buruk bila terkena, dan pertolongan pertama
direkomendasikan/prosedur gawat darurat, semuanya harus terdaftar
di bagian ini.
Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk Penanganan
Informasi dibutuhkan untuk memikirkan rencana respon gawat
darurat, prosedur pembersihan, metode pembuangan aman,
penyimpanan dan penanganan tindakan pencegahan harus detail pada
bagian ini. Pabrik pembuat produk sering meringkas informasi ini
dengan satu pernyataan yang simple, seperti hindari menghirup asap
atau hindari kontak dengan kulit.

Bagian 8 : Pengukuran Kontrol


Metode yang direkomendasikan untuk mengontrol bahaya
termasuk ventilasi, praktek kerja dan alat pelindung diri/Personal
Protective Equipment (PPE). Tipe respirator, baju pelindung dan sarung
tangan material paling resisten untuk produk harus diberitahu.
gambar 3.a contoh dari MSDS

gambar 3.b simbol MSDS

Anda mungkin juga menyukai