Disusun oleh :
Kelompok 3
2017
Toksikologi merupakan ilmu mempelajari pengaruh merugikan suatu
zat/bahan kimia pada organisme hidup. Ilmu ini berkaitan dengan efek-efek dan
mekanisme kerja yang merugikan dari bahan kimia terhadap binatang dan manusia.
Bahan toksik adalah bahan kimia dalam jumlah relative sedikit, berbahaya bagi
kesehatan. Beberapa tahap untuk mengenal bahaya dari bahan kimia adalah sebagai
berikut :
1. SURVEI PENDAHULUAN
Mengidentifikasi bahan kimia yang terdapat di industri dan merencanakan
program evaluasi resiko bahaya serta tindak lanjutnya. Survei pendahuluan ini
yang mencakup pendataan tentang nama bahan baku dan bahan sampingan,
jenis bahan yang diperkirakan beracun, identifikasi penggunaannya, sampingan,
jumlah pekerja yang terpajan, cara pengendaliannya dan sebagainya. Tujuan
utama dari kegiatan ini adalah untuk menentukan apakah ada bahaya potensial
dari bahan – bahan yang ada di lingkungan kerja.
Cara mudah mengidentifikasi suatu bahan kimia dapat dilakukan dengan cara
mempelajari informasi yang terta pada label kemasan.
Assemblyng (Lead
fume)*
*faktor bahaya
a. Lead Grid
Bagian pembuatan rangka pelat ( grid ) aki. Proses pembuatannya
dilakukan dengan mengalirkan cairan timbal ( 400oC ) ke dalam cetakan
(mold) yang telah dipersiapkan dengan menggunakan spray dan material
yang dapat menjaga panas mold secara merata, kemudian grid
didinginkan lalu dipotong sesuai ukuran dan akhirnya diperoleh rangka
pelat aki.
b. Lead Powder
Bagian / tempat pembuatan bubuk timbal hitam (lead powder), dimana
bahan baku yg digunakan adalah timbal murni ( pure lead 99,99 % ) dan
O2. Proses pembuatannya berdasarkan reaksi oksidasi yaitu :
2 Pb + O2 →2PbO
Cairan timbal hitam ( pada suhu 400oC ) dialirkan kedalam cetakan lead
bar, kemudian dipotong – potong berbentuk kubus ( ukurannya 8 Cm3)
dan dimasukkan ke dalam drum yang berputar, inputnya ditiupkan udara
dan outputnya dihisap sehingga bubuk timah yang dihasilkan terbawa
keluar drum ( temperatur drum 185oC ) dam masuk ke saire colector, dan
lalu disalurkan ke Silo ( tangki penyimpanan bubuk timbal hitam ).
c. Lead Casting
Bagian pembuatan pole / terminal aki. Proses pembuatannya dilakukan
dengan cara mengalirkan cairan timbal hitam ( 400o C ) ke dalam cetakan
kemudian didinginkan sehingga akhirnya diperoleh pole / terminal. Bahan
baku yang digunakan adalah paduan timbal antimoni.
d. Lead Pasting & Plate
- Paste Mixing.
Bagian pembuatan pasta yang bahan – bahannya terdiri dari
bubuk timbal asam sulfat, air murni, dan bahan tambahan lainnya.
Campuran bahan – bahan tersebut diaduk sedemikian rupa di dalam “
Mixer “ selama waktu tertentu, sehingga akhirnya diperoleh hasil
berupa pasta.
- Pasting.
Setelah pasta selesai dibuat, lalu dilakukan proses pelapisan
terhadap rangka pelat aki dengan pasta dan menggunakan mesin
khusus sehingga dihasilkan pelat aki.
- Surface Drying.
Pelat aki yang selesai dibuat, permukaannya dikeringkan
terlebih dahulu dengan menggunakan oven.
- Curing.
Pada tahap ini, pelat aki dikeringkan lagi di dalam suatu
ruangan khusus, yang kondisi suhu dan kelembaban udara diatur
konstan. Proses pengeringan ini berlangsung selama ( 2 – 3 ) x 24
jam.
- Drying.
Setelah dikeluarkan dari ruangan khusus pada proses Curing,
pelat – pelat aki tersebut kemudian menjalani proses pengeringan
akhir di udara terbuka selama 3 sampai dengan 4 hari.
e. Formation
Pada tahap ini, terhadap pelat – pelat aki yang telah dikeringkan
dilakukan proses pengisian ( charging ) sehingga pelat – pelat aki tersebut
menjadi bermuatan listrik. Pada tahap ini diperoleh aki yg mempunyai
pelat positif ( berwarna coklat ) dan pelat negatif (berwarna abu – abu ).
f. Assemblyng & Packing
Merupakan lanjutan dari proses diatas , dimana seluruh komponen
yang telah disiapkan dalam proses sebelumnya digabungkan menjadi
sebuah battery yang dapat dijual. Proses terakhir assembling yang
meliputi pembersihan unit agar siap untuk dikemas, pemeriksaan akhir
secara tampilan visual, dan packing atau pengemasan dengan kemasan
karton.
Bak sedimentasi merupakan bak dengan ukuran yang paling luas. Hal
ini bertujuan untuk menampung endapan yang semakin besar. Dinding
bak dibuat lebih rendah dari dinding elektrokoagulasi. Salah satunya
dindingnya dibuatkan cekungan untuk mengalirkan luapan air dari bak
menuju pasir saring. Aliran air yang telah melewati pasir saring dapat
langsung dialirkan menuju ke lingkungan luar.
b. Pemasangan Peralatan
Peralatan pompa dipasang di atas bak penampung. Pompa dapat
menyalurkan limbah cair dari bak penampung menuju bak
elektrokoagulasi dengan debit 1,5 liter/menit. Alat elektrokoagulasi
dipasang pada bak koagulasi sedemikian rupa. Alat dihubungkan dengan
sumber listrik.
c. Pengerjaan
Proses koagulasi limbah cair dilakukan ketika telah ditampung cukup
limbah cair dalam bak penampung. Cairan dialirkan menuju bak
elektrokoagulasi dengan debit 1,5 liter/menit. Elektrokoagulator
dihidupkan ketika bak telah penuh. Alat dibiarkan terus hidup selama ada
aliran limbah dari bak penampung menuju bak elektrokoagulasi.
d. Mekanisme koagulasi
Apabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri
arus listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala
dekomposisi elektrolit, dimana ion positif (kation) bergerak ke katoda dan
menerima elektron yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke
anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Katoda Ion H+ dari
suatu asam akan direduksi menjadi gas hidogen yang akan bebas sebagai
gelembung-gelembung gas.
Reaksi : 2H+ + 2e ⎯⎯→ H2
Larutan yang mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk gas
hydrogen (H2) pada katoda.
Reaksi : 2H2O + 2e ⎯⎯→ 2OH- + H2
Anoda
Anoda terbuat dari logam almunium akan teroksidasi.
Reaksi : Al + 3H2O ⎯⎯→ Al(OH)3 + 3 H+ + 3e
Ion OH- dari basa akan mengalami oksidasi membentuk gas oksigen (O2)
Reaksi : 4 OH- ⎯⎯→ 2H2O + O2 + 4e
Jika larutan mengandung ion-ion logam lain maka ion-ion logam akan
direduksi menjadi logamnya dan terdapat pada batang.
Katoda
Li+ + e ⎯⎯→ L
Contoh:
Pb2+ + 2e ⎯⎯→ Pb
Dari reaksi tersebut, pada anoda akan dihasilkan gas, buih dan flok
Al(OH)3. Selanjutnya flok yang terbentuk akan mengikat logam Pb yang
ada di dalam limbah, sehingga flok akan memiliki kecenderungan
mengendap. Selanjutnya flok yang telah mengikat kontaminan Pb
tersebut diendapkan pada bak sedimentasi (proses sedimentasi) dan sisa
buih akan terpisahkan pada unit filtrasi. Pengolahan limbah Pb pada
industri aki dilakukan secara berkesinambungan (kontinyu) pada setiap
akhir proses produksi.
3. MEMPELAJARI MSDS (MATERIAL SAFETY DATA SHEET)
MSDS adalah suatu dokumen teknik yang memberikan informasi
tentang komposisi, karakteristik, bahaya fisik dan potensi bahaya kesehatan,
cara penanganan dan penyimpanan bahan yang aman, tindakan pertolongan
pertama dan prosedur khusus lainnya. Bagian dan informasi lembar MSDS:
Bagian 1 : Identifikasi produk dan pabrik
Identifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama
kimia atau nama dagang, nama yang tertera harus sama dengan nama
yang ada pada label. Contohnya Methyl alcohol juga dikenal sebagai
Metanol atau Alkohol kayu.
Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon,
tanggal HDSs dibuat dan nomor darurat untuk menelepon setelah jam
kerja, merupakan ide yang baik bagi pengguna produk untuk
menelepon pabrik pembuat produk sehingga mendapatkan informasi
tentang produk tersebut sebelum terjadi hal yang darurat.
Bagian 2 : Bahan-bahan berbahaya
Produk campuran, hanya bahan-bahan berbahaya saja yang
tercantum pada daftar khusus bahan kimia, dan di data bila
komposisinya ≥ 1% dari produk. Pengecualian zat karsinogen yang
harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas
konsentrasi yaitu Permissible Exposure Limit (PEL) dan The
Recommended Threshold Limit Value (TLV ) harus didata dalam HDSs.
Bagian 3 : Data Fisik
Data yang tertera berupa data titik didih, tekanan, density, titik
cair, tampilan, bau dan lain-lain. Informasi pada bagian ini membantu
anda mengerti bagaimana sifat bahan kimia dan jenis bahaya yang
ditimbulkannya.
Bagian 4 : Data Kebakaran Dan Ledakan
Bagian ini mendata titik nyala api dan batas mudah terbakar
atau meledak, serta menjelaskan bagaimana memadamkan api.
Informasi dibutuhkan untuk mencegah, merencanakan dan merespon
kebakaran atau ledakan dari bahan kimia.
Bagian 5 : Data Reaktifitas
Data ini menjelaskan suatu substansi stabil atau tidak, jika tidak
bahaya apa ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Mendata
ketidakcocokan substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau
digunakan secara bersamaan. Informasi ini penting untuk
penyimpanan dan penanganan produk yang tepat.
Bagian 6 : Data Bahaya Kesehatan
Rute masuk berupa pernafasan, penyerapan kulit atau
ingestion, efek kesehatan akut dan kronik, tanda-tanda dan gejala
awal, apakah produk bersifat karsinogen, masalah kesehatan makin
buruk bila terkena, dan pertolongan pertama
direkomendasikan/prosedur gawat darurat, semuanya harus terdaftar
di bagian ini.
Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk Penanganan
Informasi dibutuhkan untuk memikirkan rencana respon gawat
darurat, prosedur pembersihan, metode pembuangan aman,
penyimpanan dan penanganan tindakan pencegahan harus detail pada
bagian ini. Pabrik pembuat produk sering meringkas informasi ini
dengan satu pernyataan yang simple, seperti hindari menghirup asap
atau hindari kontak dengan kulit.