Anda di halaman 1dari 10

EFEKTIVITAS SPA KAKI DIABETIK TERHADAP SIRKULASI DARAH

PERIFER PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOKROMO
SURABAYA

Rahmi Affiani, Puji Astuti

Email : rahmi.affiani@gmail.com
puji@unusa.ac.id

ABSTRAK
Diabetes mellitus tipe 2 paling sering terjadi dan menyebabkan komplikasi penyakit vaskuler
perifer akibat penurunan sirkulasi darah perifer. Salah satu terapi untuk mencegahnya yaitu spa
kaki diabetik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas spa kaki diabetik
terhadap sirkulasi darah perifer. Desain penelitian ini Quasy-Experiment, dengan populasinya
semua penderita diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Wonokromo Surabaya.
Besar sampel 46 orang, dibagi 2 kelompok yaitu perlakuan dan kontrol masing-masing 23 orang
diambil dengan teknik purposive sampling. Data dianalisa dengan uji Mann-Whitney α=0,05.
Hasil penelitian pada kelompok perlakuan sebelum dilakukan spa kaki diabetik sebagian besar
(52,2%) sirkulasi darah perifer ringan dan kelompok kontrol sebagian besar (60,9%) juga ringan.
Setelah dilakukan spa kaki, kelompok perlakuan hampir seluruhnya (91,3%) sirkulasi darah
perifer normal, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar (73,9%) tetap ringan. Analisa
uji Mann-Whitney P=0,000<α=0,05, sehingga H0 ditolak artinya spa kaki diabetik efektif
terhadap sirkulasi darah perifer. Semakin rutin dilakukannya spa kaki diabetik, maka sirkulasi
darah perifer akan semakin baik, sehingga dapat mencegah komplikasi dari diabetes mellitus.

ABSTRACT
Diabetes mellitus type 2 is often occur and became chronic complication of vascular
peripheral disease caused by decreasing peripheral blood circulation. One of therapy to improve
peripheral blood circulation is diabetic foot spa, The purpose of this study is to find out the
effectiveness of diabetic foot spa towards peripheral blood circulation. Design of this study is
Quasy-Experiment. The population were all diabetes mellitus patients type 2 in Public Health
Centre Wonokromo Surabaya. Number of sample was 46 person, divided into 2 group, that are
treatment group and control group, with 23 person each group, taken by purposive sampling
technique. Data analyzed by Mann-Whitney test with α=0.05. Study results on treatment group
before giving diabetic foot spa majority (52.2%) of peripheral blood circulation in mild category
and for control group mostly (60.9%) have blood circulation in mild category as well. After the
foot spa was give to the treatment group, almost entirely (91.3%) had normal peripheral blood
circulation, whereas in the control group majority (73.9%) remain mild. Analysis of Mann-
Whitney test P=0.000 < α=0.05, which means diabetic foot spa is effective towards blood
circulation. The more frequent perform of diabetic foot spa, the better peripheral blood
circulation, it can prevent complications of diabetes mellitus.

120
121 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Februari 2017, hal 120-129

1.
2. Pendahuluan dan foot massage. Beberapa rumah luka
Diabetes mellitus adalah penyakit sudah ada yang menerapkan spa kaki
kronis progresif dengan karakteristik diabetes, salah satu contohnya di Rumah
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan Luka Aska Sidoarjo. Tetapi efek terhadap
metabolisme karbohidrat, lemak, protein, peningkatan sirkulasi darah perifer belum
yang dapat menyebabkan gula darah diteliti lebih lanjut, sehingga perawat perlu
meningkat (hiperglikemia) (Black & Hawks, mengembangkannya.
2009). Diabetes mellitus tipe 2 merupakan Laporan statistik dari International
jenis diabetes yang paling sering terjadi, Diabetes Federation (IDF) menyebutkan,
mencakup sekitar 85% pasien diabetes bahwa di tahun 2012 sudah ada lebih dari
(Greenstain & Wood, 2010). Diabetes tipe 2 371 juta penderita diabetes dengan tiap
bisa menyebabkan berbagai komplikasi pada tahun angka kejadian diabetes naik 3% atau
penderitanya, baik akut maupun kronik. bertambah 7 juta orang. Pada tahun 1995,
Salah satu komplikasi kronik yang banyak Indonesia berada di nomor 7 sebagai negara
terjadi adalah penyakit vaskuler perifer dan dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia,
neuropati sensorik maupun motorik. Hampir dan pada tahun 2025 diperkirakan Indonesia
60% penderita mengalami komplikasi akan naik menjadi nomor 5 terbanyak. Kini
tersebut (Black & Hawks, 2014). dilaporkan, masyarakat kota besar seperti
Komplikasi penyakit vaskuler perifer Jakarta dan Surabaya sudah mencapai
dan neuropati disebabkan oleh sirkulasi hampir 10% penduduk yang mengidap
darah perifer yang menurun hingga ke diabetes (Tandra, 2013).
serabut saraf, menyebabkan penderita Diabetes telah menjadi penyebab
diabetes mudah mengalami luka gangren. kematian terbesar ke-4 di dunia. Di tahun
Pasien DM dengan luka gangren yang 2012 sudah ada 4,8 juta kematian yang
berlanjut dapat berisiko amputasi seperti disebabkan langsung oleh diabetes. Pada
pendapat Greenstain dan Wood (2010) tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta jiwa
bahwa penderita diabetes mellitus kematian per tahun karena penyakit tidak
berpeluang mengalami amputasi tungkai menular seperti diabetes mellitus seiring
bawah 15 kali lipat daripada yang tidak dengan peningkatan faktor risiko akibat
menderita diabetes. Berbagai intervensi perubahan gaya hidup, gangguan mental
untuk mencegah atau memperlambat emosional dengan adanya perubahan
komplikasi tersebut dikembangkan melalui lingkungan fisik dan perkembangan dunia
penelitian. Intervensi yang pernah diteliti yang semakin modern (Depkes RI, 2010).
antara lain senam kaki, massase kaki serta Komplikasi penyakit diabetes antara lain,
latihan rentang gerak sendi atau yang sering penyakit vaskuler perifer dan neuropati
dikenal dengan Range of Motion (ROM) diabetik, dapat menyebabkan kaki diabetes.
(Ika, 2010). Keadaan kaki diabetik kronis yang tidak
Salah satu jenis terapi yang baru ditangani secara tepat dapat berkembang
berkembang saat ini adalah spa kaki menjadi suatu tindakan amputasi. Setiap
diabetes. Spa kaki diabetes merupakan terapi tahun, lebih dari 1 juta orang penderita
untuk pasien diabetes mellitus secara diabetes kehilangan salah satu kakinya
menyeluruh mulai dari senam kaki, sebagai komplikasi diabetes (FK UI, 2011).
pembersihan (skin cleansing), foot mask, Lebih dari setengah amputasi tungkai bawah
Affiani, Astuti; Efektivitas Spa Kaki Diabetik Terhadap Sirkulasi Darah Perifer pada Pasien 122
Diabetes Mellitus Tipe 2

non traumatik berhubungan dengan Berbagai upaya dilakukan untuk


perubahan karena diabetes seperti penyakit mencegah dan mengontrol terjadinya
vaskuler perifer dan neuropati (Black & komplikasi dalam penatalaksanaan DM.
Hawks, 2009). Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan kaki adalah salah satu faktor yang
Wonokromo sendiri terdapat 50% penderita dapat mempengaruhi sirkulasi darah perifer.
diabetes mellitus yang mengalami luka Spa kaki diabetik merupakan serangkaian
gangren akibat sirkulasi darah perifer yang kegiatan perawatan kaki yang di dalamnya
menurun. Masalah tersebut merupakan terdapat kegiatan senam kaki, pembersihan
penyebab utama morbiditas, disabilitas, dan dengan air hangat, dan pemijatan (Purwanto,
mortalitas pada seseorang yang menderita 2014). Kegiatan-kegiatan tersebut selain
diabetes mellitus (Prabowo, 2007). dapat melancarkan aliran darah, juga
Di Wilayah Kerja Puskesmas membuat pasien merasa nyaman dan rileks.
Wonokromo Surabaya, didapatkan dari 5 Perawat dapat memberikan edukasi dan
orang, terdapat 1 orang dengan sedikit luka melatih keluarga untuk melakukan spa kaki
berwarna hitam di kaki kiri. Berdasarkan di rumah, sehingga pasien diabetes tertarik
survey, dari 5 orang terdapat 3 orang (60%) dan rutin melakukan spa kaki agar dapat
yang mengalami gangguan sirkulasi darah mencegah terjadinya luka gangren.
perifer sedang dan ringan yaitu dengan nilai
ankle brachial index 0,8 pada responden 3. Metodologi Penelitian
yang memiliki luka dan 0,9 pada responden Tujuan penelitian ini adalah untuk
yang tidak memiliki luka. Sedangkan 2 mengetahui efektivitas spa kaki daibetik
responden lainnya (40%) memiliki ankle terhadap sirkulasi darah perifer. Penelitian
brachial index 1,1 yang berarti normal. ini adalah penelitian kuantitatif dengan
Ketika seseorang sudah terkena desain quasi eksperimen dengan pendekatan
diabetes mellitus, maka hal yang dapat pre-post test with control group design.
dilakukan adalah mencegah komplikasi Populasi penelitian ini adalah seluruh
penyakit vaskuler perifer dan neuropati pasien DM tipe 2 di Wilayah Kerja
diabetik dengan memperbaiki sirkulasi darah Puskesmas Wonokromo Surabaya.
pada kaki. Pada pasien diabetes, penurunan Sedangkan jumlah sampel 46 orang yang
sirkulasi darah perifer disebabkan oleh memenuhi kriteria inklusi terbagi atas 23
insufisiensi insulin, sehingga terjadi orang kelompok perlakuan dan 23 orang
gangguan-gangguan berupa penimbunan kelompok kontrol. Waktu penelitian adalah
sorbitol dalam intima vaskular, mulai bulan Maret sampai dengan April
hiperlipoproteinemia, dan kelainan 2015 2011. Analisa data dengan SPSS 18
pembekuan darah (Price & Wilson, 2005). menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank
Pada akhirnya, gangguan pada sirkulasi dengan α = 0,05.
darah perifer akan menyebabkan komplikasi
penyakit vaskuler perifer dan neuropati 4. Hasil Penelitian
diabetik. Hal tersebut jika tidak dicegah, Hasil penelitian menunjukkan dari
maka akan terjadi luka gangren yang dapat 46 responden hampir seluruhnya (76,0%)
berujung pada tindakan amputasi. Faktor- berumur 45-59 tahun yaitu sebanyak 35
faktor yang dapat mempengaruhi sirkulasi orang. Berdasarkan jenis kelamin, hampir
darah perifer diantaranya obat-obatan, seluruhnya (91,3%) berjenis kelamin
berhenti merokok, latihan, dan perawatan perempuan sebanyak 42 orang. Distribusi
kaki (Black & Hawks, 2009). pekerjaan menunjukkan bahwa 30 orang
123 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Februari 2017, hal 120-129

(65,2%) memiliki pekerjaan sebagai ibu Tabel 2. Distribusi ankle brachial index responden
rumah tangga. Dari 46 responden, pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
sesudah dilakukan spa kaki diabetik di Wilayah Kerja
didapatkan paling sedikit sudah terkena Puskesmas Wonokromo Surabaya
diabetes mellitus tipe 2 selama 1 tahun dan No. ABI Kelompok Kelompok
dan paling banyak selama 7 tahun. Perlakuan Kontrol
Distribusi keteraturan terapi responden n % n %
menunjukkan sebagian besar (67,3%) teratur 1. Normal 21 91,3 4 17,4
melaksanakan terapi diabetes yaitu sebanyak 2. Abnormal 0 0 1 4,3
3. Ringan 2 8,7 17 73,9
31 orang. Berdasarkan frekuensi olahraga 4. Sedang 0 0 1 4,3
responden didapatkan sebagian besar Jumlah 23 100 23 100
(54,3%) yaitu sebanyak 2 orang yang tidak Tabel 2 menunjukkan distribusi
pernah berolahraga. Sebagian besar (63,0%) ankle brachial index pada kelompok
yaitu sebanyak 29 orang dari 46 responden perlakuan dan kelompok kontrol sesudah
memiliki aktivitas jalan kaki atau bersepeda dilakukan spa kaki diabetik. Pada kelompok
kurang dari 1 jam. Sebagian besar responden perlakuan hampir seluruhnya (91,3%)
(95,6%) tidak memiliki kebiasaan merokok memiliki ABI dalam kategori normal setelah
dan hampir seluruhnya (82,6%) memiliki dilakukan spa kaki diabetik, sedangkan pada
pola makan yang patuh terhadap pantangan kelompok kontrol sebagian besar (73,9%)
makanan atau minuman manis maupun memiliki ABI ringan.
berlemak.
Distribusi ankle brachial index Tabel 3. Distribusi perbedaan ankle brachial index
sebelum dilakukan spa kaki diabetik pada sebelum dan sesudah dilakukan spa kaki diabetik
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada kelompok perlakuan dan perbedaan ankle
brachial index sebelum dan sesudah dilakukan spa
dapat dilihat pada tabel 1 berikut. kaki diabetik pada kelompok perlakuan
Tabel 1. Distribusi ankle brachial index pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
dilakukan spa kaki diabetik di Wilayah Kerja No ABI Pre Post Pre Post
Puskesmas Wonokromo Surabaya . N % n % n % n %
No. ABI Kelompok Kelompok 1. Normal 8 34,8 21 91,3 5 31,7 4 17,4
Perlakuan Kontrol 2. Abnormal 2 8,7 0 0 1 4,3 1 4,3
n % n % 3. Ringan 12 52,2 2 8,7 14 60,9 17 73,9
1. Normal 8 34,8 5 21,7 4. Sedang 1 4,3 0 0 3 13,0 1 4,3
2. Abnormal 2 8,7 1 4,3
Jumlah 23 100 23 100 23 100 23 100
3. Ringan 12 52,2 14 60,9
P value Wilcoxon 0,000* 1.000
4. Sedang 1 4,3 3 13,0
Jumlah 23 100 23 100 P value Mann- 0,000
Whitney
Tabel 1 menunjukkan distribusi Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 23
ankle brachial index responden kelompok responden kelompok perlakuan sebagian
perlakuan dan kelompok kontrol sebelum besar (52,2%) memiliki ABI dalam kategori
dilakukan spa kaki diabetik. Pada kelompok ringan sebelum dilakukan tindakan spa kaki
perlakuan sebagian besar (52,2%) memiliki diabetik, dan setelah dilakukan spa kaki
ABI dalam kategori ringan dan pada diabetik, hampir seluruhnya (91,3%)
kelompok perlakuan sebagian besar (60,9%) memiliki ABI dalam kategori normal. Pada
juga memiliki ABI dalam kategori ringan. kelompok kontrol didapatkan sebagain besar
(60,9%) memiliki ABI dalam kategori
ringan sebelum dilakukan tindakan spa kaki
Affiani, Astuti; Efektivitas Spa Kaki Diabetik Terhadap Sirkulasi Darah Perifer pada Pasien 124
Diabetes Mellitus Tipe 2

diabetik, setelah pelaksanaan spa kaki perubahan struktur yang berakibat


diabetik didapatkan sebagian besar (73,9%) ketidakcukupan suplai darah ke jaringan.
memiliki ABI dalam kategori ringan. Hal tersebut selanjutnya akan meningkatkan
Berdasarkan uji Wilcoxon Sign Rank risiko untuk terkena luka gangren (Guyton
pada kelompok perlakuan didapatkan nilai P & Hall, 2014). Gangguan pada sirkulasi
= 0,000 dan nilai α = 0,05 berarti P < α darah perifer akan menyebabkan komplikasi
maka H0 ditolak, artinya spa kaki diabetik penyakit vaskuler perifer dan neuropati
efektif terhadap sirkulasi darah perifer pada diabetik pada penderita diabetes mellitus.
pasien diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Umur adalah salah satu faktor yang
Kerja Puskesmas Wonokromo Surabaya. dapat mempengaruhi sirkulasi darah perifer.
Sedangkan pada kelompok kontrol Lazimnya penyakit vaskuler perifer banyak
didapatkan nilai P = 1.000 dan nilai α = 0,05 dialami pada orang yang lebih tua (Black &
berarti P > α maka H0 diterima, yang berarti Hawks, 2014). Berdasarkan tabel 5.1
tidak ada pengaruh pada sirkulasi darah menunjukkan bahwa dari 23 responden
pasien kelompok kontrol karena tidak kelompok perlakuan didapatkan hampir
diberikan tindakan spa kaki diabetik. seluruhnya (78,3%) berumur 45-59 tahun,
Berdasarkan uji Mann-Whitney sementara dari 23 responden kelompok
untuk membedakan hasil post spa kaki kontrol sebagian besar (73,9%) berumur 45-
diabetik pada kelompok perlakuan dan 59 tahun. Kejadian diabetes mellitus tipe 2
kelompok kontrol didapatkan nilai P = 0,000 mencapai puncaknya pada usia 40-70 tahun,
dan nilai α = 0,05 berarti P < α, artinya hal ini disebabkan karena kelompok usia
bahwa ada perbedaan yang bermakna antara diatas 40 tahun mempunyai risiko lebih
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tinggi terkena DM akibat menurunnya
setelah tindakan spa kaki diabetik. toleransi glukosa yang berhubungan dengan
berkurangnya sensitivitas sel perifer
5. Pembahasan terhadap efek insulin. Hal ini sesuai dengan
4.1 Sirkulasi darah perifer sebelum teori Guyton & Hall (2014) resistensi insulin
tindakan spa kaki diabetik (pre test) pada penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 cenderung meningkat pada usia diatas 30
sebelum dilakukan spa kaki diabetik tahun. Hal tersebut disebabkan karena
didapatkan dari 23 responden kelompok berkurangnya sensitivitas jaringan-jaringan
perlakuan sebagian besar (52,5%) memiliki tubuh terhadap insulin. Resistensi terhadap
sirkulasi darah perifer dalam kategori insulin menyebabkan kerentanan terhadap
ringan. Sedangkan pada kelompok kontrol penyakit vaskuler perifer pada pasien
sebagian besar (60,9%) memiliki sirkulasi diabetes mellitus yang berakibat terjadinya
darah perifer dalam kategori ringan. penurunan terhadap sirkulasi darah perifer.
Sirkulasi darah perifer yang dapat diukur Selain itu semakin tua usia seseorang maka
dengan nilai ankle brachial index sirkulasi darahnya pun akan semakin
menunjukkan risiko seseorang dapat menurun (Tandra, 2008).
mengalami luka gangren atau tidak. Pada Selain umur, jenis kelamin juga
pasien diabetes, bila kadar glukosa darah berpengaruh terhadap sirkulasi darah perifer.
tidak terkontrol, baik dalam waktu yang Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari
lama pada diabetes mellitus, pembuluh 23 responden kelompok perlakuan hampir
darah di berbagai jaringan di seluruh tubuh seluruhnya (91,3%) berjenis kelamin
mulai mengalami gangguan fungsi dan perempuan, dan dari 23 responden
125 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Februari 2017, hal 120-129

kelompok kontrol hampir seluruhnya berolahraga. Hal ini berarti bahwa pekerjaan
(91,3%) juga berjenis kelamin perempuan. tidak mutlak mempengaruhi sirkulasi darah
Hal tersebut sesuai dengan teori Guyton & seseorang, bergantung pada aktivitas yang
Hall (2014) bahwa 6% perempuan dijalani di dalam pekerjaannya tersebut.
mengalami sindrom ovarium polikistik 4.2 Sirkulasi darah perifer sesudah
(PCOS), menyebabkan peningkatan tindakan spa kaki diabetik (post test)
produksi androgen di ovarium dan resistensi Sirkulasi darah perifer pada pasien
insulin serta merupakan salah satu kelainan diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah kerja
endokrin tersering pada perempuan. Puskesmas Wonokromo Surabaya setelah
Meskipun patogenesis PCOS masih belum diberikan tindakan spa kaki diabetik
jelas, resistensi insulin dan hiperinsulinemia mengalami perubahan, terutama pada
sering dijumpai, kira-kira sebanyak 80% kelompok perlakuan. Berdasarkan tabel 2
perempuan yang mengalami sindrom ini. menunjukkan bahwa dari 23 responden
Meskipun presentase menunjukkan angka kelompok perlakuan setelah dilakukan spa
yang kecil pada wanita untuk terjadinya kaki diabetik hampir seluruhnya (91,3%)
PCOS, namun hal ini dapat berpengaruh dan mengalami peningkatan sirkulasi darah
menyebabkan wanita lebih berisiko terkena perifer menjadi kategori normal. Sedangkan
gangguan sirkulasi darah. dari 23 responden kelompok kontrol
Distribusi responden berdasarkan sebagian besar (73,9%) memiliki sirkulasi
pekerjaan menunjukkan bahwa dari 23 darah perifer dalam kategori ringan.
responden kelompok perlakuan didapatkan Pengukuran sirkulasi darah perifer dengan
sebagian besar (65,2%) memiliki pekerjaan ankle brachial index dikategorikan menjadi
sebagai ibu rumah tangga dan dari 23 5 yaitu kategori normal dengan nilai ABI
responden kelompok kontrol sebagian besar ≥1,0, abnormal (≥1,4), ringan (≤0,9), sedang
(65,2%) juga memiliki pekerjaan sebagai ibu (≤0,6-0,8), dan berat (≤0,5). Normal berarti
rumah tangga. Pekerjaan seseorang pada pembuluh darah tidak terjadi suatu
berhubungan dengan aktivitasnya sehari- gangguan, sedangkan ringan hingga berat
hari, dimana aktivitas mempengaruhi menunjukkan adanya aterosklerosis, dan
sirkulasi darah seseorang (Black & Hawks, abnormal berarti sudah terjadi penyempitan
2014). Ibu rumah tangga belum tentu pada pembuluh darah di berbagai tempat di
memiliki aktivitas yang rendah seperti dalam tubuh. Terjadinya aterosklerosis pada
mencuci, memasak, menyapu dan lain pembuluh darah pada pasien diabetes
sebagainya. mellitus ini disebabkan karena adanya
Hasil penelitian pada data umum gangguan-gangguan berupa penimbunan
menunjukkan bahwa sebagian besar sorbitol dalam intima vaskular,
responden (69,6%) pada kelompok hiperlipoproteinemia, dan kelainan
perlakuan dan sebagian besar responden pembekuan darah seperti teori yang
(56,5%) pada kelompok kontrol melakukan dikemukakan oleh Price & Wilson (2005).
aktivitas jalan kaki atau bersepeda ≤ 1 jam, Berdasarkan data umum mengenai
selain itu, kebiasaan olahraga responden. umur, jenis kelamin, pekerjaan, lamanya
Pada kelompok perlakuan sebagian besar terkena diabetes, keteraturan terapi,
(56,5%) tidak pernah berolahraga, dan dari frekuensi olahraga, aktivitas jalan kaki atau
23 responden kelompok kontrol sebagian bersepeda, kebiasaan merokok, dan pola
besar (52,5%) juga didapatkan tidak pernah makan antara kelompok perlakuan dan
Affiani, Astuti; Efektivitas Spa Kaki Diabetik Terhadap Sirkulasi Darah Perifer pada Pasien 126
Diabetes Mellitus Tipe 2

kelompok kontrol menunjukkan persentase akan menyebabkan kadar gula darah


yang hampir sama rata. Setelah tindakan spa meningkat, sehingga orang dengan pola
kaki diabetik selama 5 hari menunjukkan makan yang tidak terkontrol lebih rentan
peningkatan terhadap sirkulasi darah terhadap gangguan pada sirkulasi darahnya.
responden pada kelompok kontrol, Seperti pendapat dari Helmawati (2014)
sedangkan pada kelompok kontrol sebagian yang menyatakan bahwa pola makan yang
besar (73,9%) sirkulasi darah perifer masih tidak seimbang erat kaitannya dengan
berada dalam kategori ringan. Hal ini berarti diabetes mellitus.
bahwa tindakan spa kaki diabetik yang Spa kaki diabetik terdiri dari
diberikan pada kelompok perlakuan dapat berbagai macam kegiatan yaitu senam kaki
meningkatkan sirkulasi darah perifer dalam diabetik sebelum pelaksanaan spa kaki, skin
mencegah komplikasi kronis diabetes cleansing yaitu pembersihan dengan
mellitus. Spa kaki diabetik merupakan menggunakan sabun mandi bayi yang
perawatan kaki secara menyeluruh, dimana lembut dan ringan, pedicure yaitu
perawatan kaki adalah salah satu faktor yang pemotongan dan pengikisan kuku jika
mempengaruhi sirkulasi darah perifer seperti responden memiliki kuku yang sedang
teori yang dikemukakakn oleh Black and panjang, foot mask yaitu tindakan
Hawks (2014). memberikan lulur dengan tujuan untuk
4.3 Perbedaan sirkulasi darah perifer membersihkan sel-sel kulit mati, tetapi
pre-post spa kaki diabetik pada kelompok untuk tindakan ini tidak dilakukan setiap
perlakuan dan perbedaan sirkulasi darah hari agar lapisan kulit tidak semakin
perifer pre-post spa kaki diabetik pada menipis, dan terakhir adalah foot massage
kelompok kontrol yaitu pemijatan superfisial pada kaki untuk
Pada tabel 3 menunjukkan perbedaan meningkatkan sirkulasi darah. Spa kaki
pre dan post test pada kelompok perlakuan diabetik ini dilakukan ±30 menit selama 5
dan kelompok kontrol. Pada kelompok hari berturut-turut pada kelompok
perlakuan setelah dilakukan spa kaki perlakuan. Kegiatan-kegiatan di dalam spa
diabetik terjadi perubahan nilai ankle kaki diabetik memberikan pengaruh
brachial index dari ringan menjadi normal terhadap sirkulasi darah perifer secara
meskipun sebagian kecil (8,7%) masih menyeluruh. Kegiatan-kegiatan tersebut
memiliki ABI dalam kategori ringan. Hal selain dapat melancarkan aliran darah, juga
tersebut dikarenakan ada responden yang membuat pasien merasa nyaman dan rileks.
merokok, tidak teraturnya menjalankan Menurut Andriyanto et. al. (2013),
terapi diabetes, dan tidak menjaga pola senam kaki efektif terhadap tingkat
makannya terhadap makanan manis dan sensitivitas kaki. Rangsangan yang
berlemak. Menurut Black and Hawks diberikan dari sesi refleksiologi senam kaki
(2014), rokok adalah vasokonstriktor kuat akan membuat rileks dan melancarkan
sehingga mengganggu aliran darah ke peredaran darah. Lancarnya peredaran darah
ekstremitas. Hal tersebut membuat seorang tersebut memungkinkan darah mengantar
perokok rentan mengalami penurunan lebih banyak oksigen dan gizi ke sel-sel
sirkulasi darah perifer. Pola makan yang tubuh, sekaligus membawa lebih banyak
dimaksud adalah tidak mengontrol makanan racun untuk dikeluarkan. Sehingga aliran
dan minuman yang mengandung gula tinggi darah yang lancar akan meningkatkan
serta makanan-makanan berlemak. Makanan sensasi proteksi pada kulit. Pada saat
dan minuman dengan kadar gula tinggi tentu kegiatan skin cleansing (pembersihan), kaki
127 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Februari 2017, hal 120-129

klien direndam dengan menggunakan air bersepeda ≤ 1 jam dan sebagian besar
hangat. Air hangat bermanfaat untuk (52,5%) juga didapatkan tidak pernah
memperlancar sirkulasi darah, karena air berolahraga.
hangat dapat membuat vasodilatasi pada 4.4 Efektivitas spa kaki diabetik terhadap
pembuluh darah (Susanti, 2012). sirkulasi darah perifer pada pasien
Selain senam kaki dan perendaman diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja
dengan air hangat, kegiatan pijat kaki Puskesmas Wonokromo Surabaya
didalam spa kaki diabetik juga Efektivitas spa kaki diabetik
mempengaruhi sirkulasi darah perifer. terhadap sirkulasi darah perifer pada pasien
Menurut Badawi (2009), foot massage atau diabetes mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja
pijat kaki dapat mempengaruhi hormon Puskesmas Wonokromo Surabaya dapat
tubuh, yaitu dapat meningkatkan sekresi dilihat pada tabel 3 yang menunjukkan
endorfin. Endorfin memiliki efek narkotika bahwa dari 23 kelompok perlakuan sesudah
alami yaitu mengurangi rasa sakit dan diberikan spa kaki diabetik hampir
meningkatkan kegembiraan. Endorfin seluruhnya (91,3%) memiliki ankle brachial
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah index normal. Berdasarkan uji Wilcoxon
sehingga dapat meningkatkan sirkulasi darah Sign Rank didapatkan nilai P adalah 0,000
perifer. dan nilai α = 0,05, berarti P < α maka H0
Tabel 3 juga menunjukkan distribusi ditolak, artinya ada efektivitas spa kaki
nilai ankle brachial index pada kelompok diabetik terhadap sirkulasi darah perifer
kontrol antara sebelum dan sesudah tindakan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
spa kaki diabetik. Berdasarkan tabel 3 Wilayah Kerja Puskesmas Wonokromo
menunjukkan bahwa dari 23 responden Surabaya.
kelompok kontrol sebagian besar (60,9%) Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan
memiliki ABI dalam kategori ringan bahwa spa kaki diabetik efektif terhadap
sebelum dilakukan tindakan spa kaki sirkulasi darah perifer. Senam kaki
diabetik, dan setelah pelaksanaan spa kaki merupakan salah satu kegiatan latihan di
diabetik, sebagian besar (73,9%) juga dalam spa kaki untuk melancarkan sirkulasi
memiliki ABI dalam kategori ringan. Hal ini darah perifer, didalamnya terdapat beberapa
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan gerakan untuk melatih otot-otot kaki.
yang bermakna pada nilai ankle brachial Menurut pendapat Sari (2012) bahwa
index kelompok kontrol. Pada kelompok terdapat manfaat latihan untuk penderita
kontrol tidak dilakukan tindakan spa kaki diabetes yaitu mengontrol gula darah dengan
diabetik seperti pada kelompok perlakuan. menurunkan resistensi insulin yang akan
Selama 5 hari berturut-turut, responden pada meningkatkan sensitivitas insulin di otot-
kelompok kontrol hanya melakukan otot dan jaringan lain sehingga kadar gula
kegiatan sehari-hari seperti biasa dan sama- mengalami perbaikan. Resistensi insulin itu
sama menjalani pengobatan diabetes. sendiri dapat mengakibatkan kerentanan
Meskipun ada 2 responden pada kelompok terhadap penyakit vaskuler perifer, sehingga
kontrol yang memiliki ABI sedang kegiatan senam kaki sangat bermanfaat
meningkat menjadi ringan, namun didalam spa kaki diabetik.
berdasarkan aktivitas didapatkan dari 23 Spa kaki diabetik merupakan
responden kelompok kontrol sebagian besar kegiatan perawatan kaki yang diperlukan
(56,5%) memiliki aktivitas jalan kaki atau pasien diabetes secara menyeluruh untuk
Affiani, Astuti; Efektivitas Spa Kaki Diabetik Terhadap Sirkulasi Darah Perifer pada Pasien 128
Diabetes Mellitus Tipe 2

mencegah timbulnya luka gangren. Seperti


pendapat dari Helmawati (2014) bahwa Referensi:
pencegahan timbulnya kaki diabetik mutlak 1. Baradero, Mary dkk. 2009. Seri Asuhan
diperlukan. Prinsip pencegahan kaki Keperawatan Klien Gangguan Endokrin.
diabetes adalah menghindari terjadinya luka Jakarta: EGC
dan terus berupaya mengontrol keadaan gula 2. Black, M. Joyce dan Jane Hokanson
darah. Pada spa kaki diabetik selain kegiatan Hawks. 2009. Medical-Surgical Nursing
senam kaki, kegiatan pembersihan (skin – Clinical Management for Positive
cleansing) dan pedicure atau pemotongan Outcomes. Missouri: Elsevier
kuku dimaksudkan untuk mencegah kuku 3. Black, M. Joyce dan Jane Hokanson
yang terlalu panjang dan masuk ke dalam Hawks. 2014. Keperawatan Medikal
sehingga dapat melukai kaki. Kegiatan foot Bedah – Manajemen Klinis untuk Hasil
massage merupakan rangkaian kegiatan spa yang Diharapkan Edisi Bahasa
kaki diabetik yang tidak kalah penting selain Indonesia. 2014. Singapura: Elsevier
kegiatan senam kaki, skin cleansing, 4. Dharma, Kelana Kusama. 2011.
pedicure, dan foot mask. Dalam pijat kaki Metodologi Penelitian Keperawatan –
terdapat titik-titik tertentu yang Panduan Melaksanakan dan
menghubungkan ke organ pankreas untuk Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta:
merangsang produksi insulin. Seperti Trans Info Media
pendapat Gala (2009) bahwa pemijatan di 5. Endriyanto, Eko dkk. 2013. Efektifitas
area telapak kaki kiri dapat merangsang Senam Kaki Diabetes Mellitus dengan
pankreas untuk memproduksi insulin. Pijat Koran terhadap Tingkat Sensitivitas
kaki juga sangat disenangi oleh banyak Kaki pada Pasien DM Tipe 2.
orang karena selain bermanfaat untuk www.googlescholar.com, diunduh pada
sirkulasi darah, namun memberikan efek tanggal 20 Februari 2015
relaksasi. 6. Fakultas Kedokteran Universitas
4.5 Keterbatasan Penelitian Indonesia. 2011. Penatalaksanaan
Dalam penelitian ini, peneliti Diabetes Melitus Terpadu – Panduan
memiliki keterbatasan tidak dapat Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi
mengontrol bagaimana pola makan Dokter dan Edukator. Jakarta: Badan
responden, aktivitas sehari-hari seperti Penerbit FK UI
berjalan kaki atau bersepeda, maupun 7. Fitria D.A, Lailatul. 2011. Spa sebagai
kegiatan olahraganya. Hal tersebut Daya Dukung Wisata Kesehatan di Solo
dikarenakan penelitian dilakukan di (Taman Sari Royal Heritage Spa).
komunitas. www.googlescholar.com, diunduh
tanggal 31 Januari 2015
6. Kesimpulan 8. Greenstain, Ben dan Diana Wood. 2010.
Terdapat efektivitas spa kaki diabetik At a Glance Sistem Endokrin Edisi
terhadap sirkulasi darah perifer dan terdapat Kedua. Jakarta: Erlangga
perbedaan yang bermakna antara kelompok 9. Guyton dan Hall. 2014. Buku Ajar
perlakuan dan kelompok kontrol. Semakin Fisiologi Kedokteran Edisi Keduabelas.
rutin dilakukan spa kaki diabetik pada Singapore: Saunders Elsevier
pasien diabetes mellitus, maka akan semakin 10. Harmaya dkk. 2014. Pengaruh Masase
baik pula sirkulasi darah perifernya dalam Kaki terhadap Sensasi Proteksi pada
mencegah komplikasi diabetes mellitus. Kaki Pasien Diabetes Melitus Tipe II
129 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 10, No. 1, Februari 2017, hal 120-129

dengan Diabetic Peripheral Neuropathy. Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta:


www.googlescholar.com, diunduh pada EGC
tanggal 25 Januari 2015 22. Purwanto, Budhi. 2014. Spa Kaki
11. Harefa, Karnirius dan Artika Sari. 2011. Diabetesi (Layanana Estetika pada Kaki
Pengaruh Senam Kaki terhadap Penderita Kencing Manis). Yogyakarta:
Sirkulasi Darah kaki pada Pasien Gava Medika
Diabetes Melitus di Ruang Penyakit 23. Riyadi, Eka Aditya. 2013. Perbandingan
Dalam RSU Dr. Pirngadi Medan. Nilai Angkle Brachial Index pada
www.googlescholar.com, diunduh 19 Kombinasi Terapi Ceragem dan Senam
Januari 2015 Kaki Diabetik dengan Senam Kaki
12. Hasdianah. 2012. Mengenal Diabetes Diabetik Standar pada Penderita
Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak- Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas
anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Cilacap Utara I.
Nuha Medika http://keperawatan.unsoed.ac.id,
13. Helmawati, Triana. 2014. Hidup Sehat diunduh pada tanggal 20 Januari 2015
Tanpa Diabetes. Jakarta: NOTEBOOK 24. Setyoadi dan Kushariyadi. 2011. Terapi
14. Iskandar, Munadjat. 2010. Health Triad Modalitas Keperawatan pada Klien
(Body, Mind, and System). Jakarta: Elex Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika
Media Komputindo 25. Suari dkk. 2015. Pengaruh Pemberian
15. Kementrian Kesehatan Republik Active Lower ROM terhadap Perubahan
Indonesia. 2012. Buletin Jendela Data Nilai Ankle Brachial Index Pasien DM
dan Informasi. www.depkes.go.id, Tipe 2 di Wilayah Puskesmas II
diunduh pada tanggal 21 Januari 2015 Denpasar Barat.
16. Laksmi dkk. 2013. Pengaruh Foot www.googlescholar.com, diunduh pada
Massage terhadap Ankle Brachial Index tanggal 5 Februari 2015
(ABI) Pada Pasien DM Tipe 2 Di 26. Sulistiari, Dwi Anis. 2013. Pengaruh
Puskesmas II Denpasar Barat. Pendidikan Kesehatan Perawatan Kaki
www.googlescholar.com, diunduh 19 terhadap Kepatuhan Pasien Diabetes
Januari 2015 Mellitus Tipe 2 dalam Melakukan
17. Mahendra dan Ade Tobing. 2008. Care Perawatan Kaki di Wilayah Kerja
Your Self Diabetes Mellitus. Jakarta: Puskesmas Jenggawah Kabupaten
Penebar Plus Jember. www.googlescholar.com,
18. Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. diunduh pada tanggal 25 januari 2015
Metodologi Penelitian Kesehatan. 27. Susanti, Nurlaili. 2012. Efektifitas
Jakarta: Rineka Cipta Kompres Dingin dan Hangat pada
19. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Penatalaksanan Demam.
Metodologi Penelitian Ilmu www.googlescholar.com, diunduh pada
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba tanggal 20 Februari 2015
Medika 28. Tandra, Hans. 2013. Life Healthy with
20. Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Diabetes - Diabetes Mengapa &
Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Bagaimana. Yogyakarta: Rapha
Medika Publishing
21. Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson.
2005. Patofisiologi Konsep Klinis

Anda mungkin juga menyukai