Sap DHF, Ispa, Diare
Sap DHF, Ispa, Diare
Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan Anggota pokjakes Dusun Sege-
Segeri
mengerti tentang penyakit Demam Berdarah beserta perawatan dan
pencegahannya.
Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan seluruh Anggota pokjakes Dusun
Sege-Segeri akan dapat :
a. Menyebutkan pengertian penyakit Demam Berdarah.
b. Mengenali Tanda dan Gejala penyakit Demam Berdarah.
c. Menyebutkan ciri - ciri nyamuk Aedes Aegepty.
d. Mengetahui tempat - tempat bersarangnya nyamuk Aedes Aegepty.
e. Mengetahui dan memahami tindakan pertama bila menemukan penyakit
Demam Berdarah.
f. Mengetahui dan memahami pencegahannya.
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
D. Kegiatan Belajar :
Kegiatan Waktu
No Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Penyuluhan
1. Membuka 3 – 5 menit Memperkenalkan Duduk dan
Pengajaran diri dan membuka mendengarkan
(5-10 %) penyuluhan.
G. Rujukan / Kepustakaan :
1. Dinkes Sul-sel, Pembinaan dan Pengawasan Kesehatan Lingkungan,
Bakti Husada, Proyek Pengawasan kualitas Air dan Penyuluhan PABL Sul-
Sel, 1993.
2. Werner, David, Where There is No Doctor, Yayasan Essentia Medica,
Jakarta, 2000.
H. Materi Penyuluhan
DENGUE HAEMORAGIC FEVER ( DHF )
a. PENGERTIAN
Demam berdarah / DHF( dengue haemorragic fever) adalah penyakit yang
ditandai dengan panas dan perdarahan yang disebabkan oleh gigitan
nyamuk demam berdarah (Aedes Aegepty). Masa inkubasi terjadi selama 4-6
hari
b. PENYEBAB
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue yang tergolong dalam famili
Arthropod borne B viruses (arboviruses).Virus ini dikenal dalam 4 tipe
yaitu dengue 1,2, 3 dan dengue 4.Virus dengue berbentuk batang , bersifat
termolabil, sensitive terhadap inaktivasi oleh dietileter dannatrium
0
dioksikolat, stabil pada suhu 70 c.Keempat type virus tersebut telah
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan
Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus
dengue dengan tipe satu dan tiga.
Sekalipun vector DHF di Indonesia belum diteliti secara luas namun
diperkirakan Vektor virus dengue terdiri atas Nyamuk Aedes aegypti sebagai
vector terpenting didaerah perkotaan dan Aedes albopictus didaerah
pedesaan.
c. EPIDEMIOLOGI
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan suatu spectrum
manifestasi klinik yang bervariasi antara penyakit paling ringan ( mild
udifferentiated febrile illness ),dengue fever, dengue haemoragick fever
( DHF ),dan denguen shock syndrome ( DSS )
d. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk kedalam tubuh, seseorang akan
mengalami keluhan dengan gejala karena viremia seperti demam ,sakit
kepala, mual nyeri otot , pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokan,
timbul ruam dan timbul kelainan yang mungkin terjadi pada system
retikuloendotelal seperti pembesaran kelenjar – kelenjar getah bening, hati
dan limpa . Ruam pada Dengue fever disebabkan oleh kongesti pembuluh
darah dibawah kulit .
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit
dan membedakan DF dan DHF adalah meningginya permeabilitas dinding
kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamine dan serotonin serta
aktivasi system kalikrein yang berakibat ekstravasasi cairan intra vaskuler,
hal ini menyebabkan berkurangnya volume plasma,terjadinya hipotensi,
hemokosentrasi,hipoproteinemia efusi dan renjatan , plasma merembes
selama perjalanan penyakit mulai dari saat permulaan demam dan mencapai
puncaknya pada saat renjatan .Pada saat renjatan berat volume plasma
dapat menurun sampai lebih dari 30 %
Adanya kebocoran plasma kedaerah ekstravaskuler dibuktikan
dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa yaitu rongga
peritoneum ,pleura dan perikard yang pada autopsy ternyata melebihi jumlah
cairan yang telah diberikan sebelumya melalui infus, Renjatan hipovolemik
yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma , bila tidak diatasi segera
dapat menyebabkan anoksia, jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
Renjatan yang tewrjadi akut dan perbaikan klinis yang drastic
setelah pemberian plasma/ ekspander plasma yang efektif , sedangkan pada
otopsi tidak ditemukan kerusakan didining pembuluh darah yang dkstruktif
atau akibat radang, menimbulkan dugaan bahwa perubahan fungsional
pembuluh darah mungkin disebabkan mediator farmakologis yang berkerja
singkat, sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat yang
biasanya timbul secara renjatan berlangsung lama dan tak teratasi,
perdarahan pada DHF umumnya dihubungkan dengan trombositopenia ,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan system koagulasi.
Trombositopenia dihubungkan dengan meningkatnya
megakariosit muda dalam sum – sum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit menimbulkan dugaan meningkatnya dekstruksi trombosit yang
terjadi diretikuloendotlial.Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin
isebabkan proses imunologis , terbukti denga adanya kompleks imun dalam
peredaran darah.Kelainan system koagulasi disebabkan oleh adanya
kerusakan hati yang fungsinya fungsinya terganggua oleh aktivasi system
koagulasi.
e. MANIFESTSI KLINIK
DHF ditandai oleh 4 manifestasi klinik, yaitu demam
tinggi,perdarahan terutama perdarahan kulit, hepatomegali dan kegagalan
peredaran darah( circulatory failure )
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan :
a. Demam akut yang tetap tinggi selama 2 – 7 hari
( 380C – 400C ) kemudian turun secara lisis , demam disertai gejala tidak
spesifik seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang
persendian dan kepala.
b. Manifestasi pendarahan, dengan bentuk :
uji tourniquet positif
petechia,purpura ,ekimosis
epitaksis,perdarahan gusi
Hematemesis , melena, dsb.
c. Hepatomegali (pembesaran hati) disertai nyeri
tekan tanpa ikterus.
d. Dengan atau tanpa renjatan
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam menurun hari ke–3 & ke-
7sakit ,Renjatan yang terjadi sejak awal / sejak demam biasanya
mempunyai prognosis buruk.
e. Kenaikan nilai hematokrit / hemokonsentrasi; Meingkatnya nilai Ht
merupakan indicator yang peka akan timulnya renjatan , kanaikan Ht >
20 % menunjang diagnosa klinis DHF,selain melalui Ht, hemokosentrasi
juga dapat dilihat dari pemeriksaan Haemoglobin ( Hb ) secara berkala
dan dilakukan dengan pemeriksaan yang saa, kenaikan Hb > 20 %
menunjang diagnosis klinis DHF.
Derajat beratnya penyakit DHF secara klinis sbb :
1. Derajat I (Ringan ) : Demam mendadak 2-7 hari, disertai
gejala klionis lain dengan manifestasi perdarahan teringan yaitu uji
tourniquet positif
2. Derajat II ( sedang ) : Ditemukan pula perdarahan kulit dan
manifestasi perdarahan lain ( perdarahan spontan )
3. Derajat III : Ditemukan tanda – tanda dini renjatan atau kegagalan
sirkulasi yaitu nadi cepat dan lembut ( lemah ) tekanan nadi menurun (
< 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit dingin,lembab dan penderita
menjadi gelisah.
4. Derajat IV : ditemukan Dengue Shock Syndrome ( DSS ).Pada
keadaan Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,
tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah,
mual, muntah, sakit perut, diare kejang dan sakit kepala.,Rasa sakit
pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah.
f. Penularan
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes
albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari
penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti berasal dari Brazil dan
Ethiopia dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang.
Orang yang beresiko terkena demam berdarah adalah anak-anak
yang berusia di bawah 15 tahun, dan sebagian besar tinggal di lingkungan
lembab, serta daerah pinggiran kumuh. Penyakit DBD sering terjadi di daerah
tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul
akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia.
F. Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah
padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping
kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh:
Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-
kurangnya sekali seminggu
Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum
burung seminggu sekali
Menutup dengan rapat tempat penampungan air
Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas
di sekitar rumah dan lain sebagainya
2. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan
jentik (ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14).
3. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
Pengasapan/fogging (dengan
menggunakan malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi
kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos)
pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga,
kolam, dan lain-lain.
Cara yang paling efektif dalam
mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di
atas, yang disebut dengan “3M Plus”, yaitu menutup, menguras,
menimbun. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara
ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada
waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida,
menggunakan repellent, memasang obat nyamuk, memeriksa jentik
berkala, dll sesuai dengan kondisi setempat.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Pada DHF umumnya dijumpai:
a. Trombositopenia ( < 100.000/mm 3 dan hemokonsentrasi dimana terjadi
peningkatan nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan
dengan nilai hematokrit pada masa konvalesen.,Uji tourniquet
merupakan pemeriksaan penting untuk mengetahui adanya diatesis
haemorogik.
b. Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa
perdarahannya biasanya memanjang.
c. Pada analis kuantitatif ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX, dan X
d. Padaemeriksaan kimia darah ditemukan
hipoproteinemia,hiponatremia,serta hiokloremia,SGOT,SGPT, ureum dan
PH darah mungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah.
2. Urine, dapat ditemukan albuminuria ringan
3. Sum – sum tulang , Pada awal sakit biasanya hioselluler, kemudian menjadi
hiperselluler pada hari ke – 5 dengan gangguan maturasi , sedangkan hari
ke-10 biasanya sudah kembali untuk semua system.
4. Serologi;Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas 2
kelompok besar yaitu :
Uji serologi memakai serum ganda,yaitu serum yang diambil pada masa
akut atau masa konvalese. Pada uji ini yang dicari adalah kenaikan
antibody anti dengue sebanyak minimal 4 kali, termasuk dalam uji ini
pengikatan komplemen (PK),uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot.
Uji serologi menggunakan serum tunggal, pada uji ini yang dicari ada
atau tidaknya titer tertentu antibody antidengue.Termasuk dalam
golongan ini adalah uji dengue blot tanpa memandang kelas
antibodynya
H. PENATALAKSANAAN
Setiap pasien tersangka DF atau DHF sebaiknya dirawat ditempat
terpisah dengan pasien penyakit lain, sebaiknya pada kamar yang bebas
nyamuk (berkelambu ),penatalaksanan pederita DF dan DHF tanpa
penyulit :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak ; bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum
banyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam ( susu,air dengan gula / sirup) atau air
tawar ditambah dengan garam saja.
3. Medikamentosa yang bersifat simptomatik; untuk pireksia diberikan
kompres/surface cooling ( dikepala,ketiak dan inguinal), antipiretik
sebaiknya dari golongan asetaminofen,eukinin,atau dipiron, hindari
pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan, bila disertai kejang dapat
diatasi dengan antikonvulsan, anak berumur lebih 1 tahun diberikan
luminal 75 mg dan dibawah1 tahu diberikan luminal 50 mgsecara IM,Bila
dalam waktu 15 menit kejang tidak teratasi pemberian luminal diulangi
dengan dosis 3 mg/kgbb,anak diatas 1 tahun diberikan 50 mg dan
dibawah 1 tahun diberikan 30 mg dengan memperhatikan adanya depresi
fungsi vital( pernafasan atau jantung )
4. Antibiotik diberikan jika ada indikasi terjadinya infeksi sekunder.
5. Pada beberapa penderita diberikan gastrointestinal oral solution ( oralit ).
Pada pasien DHF harus diobservasi adanya penemuan dini tanda renjatan
yaitu
1. KU memburuk
2. Hati makin membesar
3. Masa perdarahan memanjang karena trombositopenia
4. Hematokrit meningkat pada pemeriksaan berkala.
Penatalaksanaan Renjatan :
Penatalaksanan renjatan bertujuan untuk mengembalikan volume
cairan intra vaskuler ketingkat yang normal dan hal ini dapat tercapai dengan
pemberian ssegera cairan intravena, jenis cairan adalah Ringer Laktat atau
bila terdapat renjatan yang berat dapat diberi plasma atau ekspander plasma,
jumlah cairan dan kecepatan pemberian disesuaikan dengan keadan klinis.
Kecepatan permulaan tetesan ialah 20 ml/kg BB/jam,menginagt
bahwa kebocoran plasma dapat berlangsung 24 – 48 jam, maka pemberian
cairan intra venadipertahankan walaupun tanda – tanda vital telah
menunjukkan perbaikan nyata.Karena hematokrit merupakan indeks yang dapat
dipercaya dalam menentukan kebocoran plasma, maka pemeriksaan hematokrit
perlu dilakukan secara periodic.
Dalam masa penyembuhan , cairan dari ruang ekstravaskuler
akan direabsorpsi kembali kedalam ruang intravaskuler, dalam keadan ini
hendaknya pemberian cairan dilakukan secra berhati – hati .
Indikasi pemberian transfuse darah ialah pada penderita dengan
perdarahan gastrointestinal hebat, kadang – kadang perdarahan
gastrointestinal
berat dapat diduga apabila nilai Hb dan Ht menurun,sedangkan perdarahannya
sendiri tidak Nampak
DAFTAR PUSTAKA
Keperawatan Komunitas
Topik : Penyakit ISPA
Hari/Tanggal : Sabtu, 14 juli 2007
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah kediaman Ketua pokjakes dussun sege-segeri
Sasaran : Anggota pokjakes Dusun Sege-Segeri
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, demontrasi
Media : Leaflet, Gambar balik
Materi : Terlampir
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan ini Anggota Pokjakes dusun Sege-
Segeri dapat mengetahui tentang penyakit Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA)
B. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan ini, Anggota Pokjakes Sege-Segeri
akan mampu :
1. Menyebutkan pengertian ISPA
2. Menyebutkan penyebaba ISPA
3. Menyebutkan tanda-tanda dan bahaya penyakit ISPA
4. Menyebutkan faktor-faktor yang memperburuk ISPA
5. Menyebutkan akibat ISPA
6. Menyebutkan prinsip perawatan penyakit ISPA
7. Menyebutkan cara pencegahan penyakit ISPA
Kegiatan Waktu
No Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Penyuluhan
1. Membuka 3 – 5 menit Memperkenalkan Duduk dan
Pengajaran diri dan membuka mendengarkan
(5-10 %) penyuluhan.
G. Rujukan / Kepustakaan :
3. Dinkes Sul-sel, Pembinaan dan Pengawasan Kesehatan Lingkungan,
Bakti Husada, 1993.
4. Werner, David, Where There is No Doctor, Yayasan Essentia Medica,
Jakarta, 2000.
H. Materi Penyuluhan
a. Pengertian
Infeksi saluran nafas atas (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena
adanya infeksi pada hidung,tenggorokan dan paru-paru
b. Penyebab
ISPA disebabkan oleh virus atau bakteri.
b. 2 bulan - 5 tahun;
1. Tidak bisa minum
2. Kejang
3. Kesadaran menurun
4. Bunyi nafas ngorok
5. Gizi buruk
I. DAFTAR pUSTAKA
Corwin, Elizabeth. J : Buku Saku Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2000
Ngastiyah : Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta, 1997.
Soegijanto, Soegeng : Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan,
Edisi I, Salemba Medika, Jakarta, 2002.
Keperawatan Komunitas
Topik : Penyakit DIARE
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 juli 2007
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah kediaman anggota pokjakes dusun sege-segeri
Sasaran : warga dan Anggota pokjakes Dusun Sege-Segeri
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, demontrasi
Media : Leaflet, Gambar balik
Materi : Terlampir
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan seluruh Anggota pokjakes
Dusun Sege-Segeri mengerti tentang penyakit Diare dan perawatannya.
III. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
- Diskusi
- Demonstrasi
V. Kegiatan Penyuluhan
No. KEGIATAN KEGIATAN KEGIATAN
PENYULUHAN PENYULUH PESERTA
1. Membuka Memberi salam Menyimak
penyuluhan Memberi gambaran umum (mendengarkan
(5 menit) tentang penyakit diare dan
Menggali pengetahuan memperhatikan)
peserta tentang penyakit
diare
2. Penyajian Menjelaskan tentang Menyimak
materi pengertian diare dengan seksama
(15 menit) Menjelaskan tentang (mendengarkan
penyebab diare dan
Menjelaskan tentang memperhatikan)
penatalaksanaan diare di
rumah
Menjelaskan cara
pencegahan diare
3 Menutup Menyimpulkan materi yang Menyimak
penyuluhan telah disampaikan penjelasan
(10 menit) Memberi kesempatan penyuluh
kepada sasaran untuk Bertanya
menanyakan hal-hal yang
belum jelas
V. Media
- Leaflet
- Flipchart
- Alat peraga
VI. Evaluasi
Menanyakan secara langsung kepada sasaran mengenai materi yang telah
disampaikan.
VII. Sumber
Corwin, Elizabeth. J : Buku Saku Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2000
Ngastiyah : Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta, 1997.
Soegijanto, Soegeng : Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan
Penatalaksanaan, Edisi I, Salemba Medika, Jakarta, 2002.
a. Pengertian Diare
Penyakit Diare ( mencret ) adalah penyakit yang ditandai dengan
perubahan bentuk tinja yang melembek sampai mencair dan frekwensi lebih
dari biasanya ( lebih dari 3 x sehari semalam ). Sering juga anak yang mencret
mengalami muntah -muntah, perut kembung dan kejang serta kotoran berbau
lebih busuk dari biasanya.
b. Penyebab / Etiologi Diare
1 Faktor infeksi ( Masuknya kuman penyakit
kedalam perut )
Infeksi bakteri ( Vibrio, E. Coli, Salmonella, dll), virus (Enterovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), parasit (cacing, protozoa, jamur)
2 Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, lemak, protein
3 Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4 Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang , tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar)
d. Patofisiologi
A. Gangguan osmotik
Makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit kedalam rongga usus, hal ini menyebabkan isi rongga usus
berlebihan sehingga merangsang usus mengeluarkannya (diare).
B. Gangguan sekresi
Toxin pada dinding usus meningkatkan sekresi air dan lektrolit
kedalam usus, peningkatan isi rongga usus merangsang usus untuk
mengeluarkannya.
g. Gejala Klinik
Gejal klinik yang timbul tergantung dari intensitas dan tipe diare, namun
secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi adalah :
a. Sering buang air besar lebih dari 3 kali dan dengan jumlah 200 – 250 gr.
b. Anorexia.
c. Vomiting.
d. Feces encer dan terjadi perubahan warna dalam beberapa hari.
e. Terjadi perubahan tingkah laku seperti rewel, iritabel, lemah, pucat,
konvulsi, flasiddity dan merasa nyeri pada saat buang air besar.
f. Respirasi cepat dan dalam.
g. Kehilangan cairan/dehidrasi dimana jumlah urine menurun, turgor kulit
jelek, kulit kering, terdapat fontanel dan mata yang cekung serta terjadi
penurunan tekanan darah.
h. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada anak yang menderita diare adalah :
1. Dehidrasi
2. Hipokalemi.
3. Hipokalsemi
4. Cardiac disrythmias
5. Hiponatremi.
6. Syok hipovolemik
7. Asidosis.
i. Penatalaksanaan
Dasar-dasar penatalaksanaan diare pada anak adalah : (5 D)
1. Dehidrasi.
2. Diagnosis.
3. Diet.
4. Defisiensi disakarida
5. Drugs
Pada dehidrasi ringan diberikan :
a. Oralit + cairan
b. ASI/susu yang sesuai
c. Antibiotika (hanya kalau perlu saja)
Pada dehidrasi sedang, penderita tidak perlu dirawat dan diberikan :
a. Seperti pengobatan dehidrasi ringan
b. Bila tidak minum ASI :
1. Kurang dari 1 tahun LLM dengan takaran 1/3, 2/3 penuh
ditambah oralit.
2. Untuk umur 1 tahun lebih , BB 7 kg lebih : teh, biskuit, bubur dan
seterusnya selain oralit. Formula susu dihentikan dan baru dimulai
lagi secara realimentasi setelah makan nasi.
Sumber :
Corwin, Elizabeth. J : Buku Saku Patofisiologi, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2000
Ngastiyah : Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta, 1997.
Soegijanto, Soegeng : Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan
Penatalaksanaan, Edisi I, Salemba Medika, Jakarta, 2002.