Anda di halaman 1dari 24

A.

Pengertian
Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,
berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran otak non traumatic (Mansjoer 2000: 17)
Menurut WHO, stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi
serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat.
Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya
penyebab selain daripada gangguan vaskuler. Persoalan pokok pada stroke
adalah gangguan peredaran darah pada daerah otak tertentu.
Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari
proses patologis pada pembuluh darah serebral, missal : Trombosis, embolis,
ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Prince, 2002 : 964).

B. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Stroke Hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat
melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran
umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat
hipertensi yang tidak terkontrol.
Dua jenis stroke hemoragik :
a. Perdarahan intraserebral, adalah perdarahan di dalam otak yang
disebabkan oleh trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah
(aneurisma atau angioma). Jika tidak disebabkan oleh salah satu kondisi
tersebut, paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi kronis.
Perdarahan intraserebral menyumbang sekitar 10% dari semua stroke,
tetapi memiliki persentase tertinggi penyebab kematian akibat stroke.
b. Perdarahan subarachnoid, adalah perdarahan dalam ruang subarachnoid,
ruang di antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid
mater) dari jaringan selaput otak (meninges). Penyebab paling umum
adalah pecahnya tonjolan (aneurisma) dalam arteri. Perdarahan
subarachnoid adalah kedaruratan medis serius yang dapat menyebabkan
cacat permanen atau kematian. Stroke ini juga satu-satunya jenis stroke
yang lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

2. Stroke Non Hemoragik


Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah
otak, umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur.
Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema
otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Stroke non hemoragik dapat juga
diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :
a. TIA (Trans Ischemic Attack)
Gangguan neurologist yang timbul mendadak dan hilang dalam beberapa
menit (durasi rata-rata 10 menit) atau beberapa jam saja, dan gejala akan
hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam
waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
c. Stroke in Volution atau Progresif
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang
muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan
dalam beberapa jam atau beberapa hari.
d. Stroke Complete
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent,
maksimal sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan parbaikan
dapat didahului dengan TIA yang berulang.

C. Etiologi
Stroke non haemoragi merupakan penyakit yang mendominasi kelompok usia
menengah dan dewasa tua karena adanya penyempitan atau sumbatan vaskuler
otak yang berkaitan erat dengan kejadian.
1. Trombosis Serebri
Merupakan penyebab stroke yang paling sering ditemui yaitu pada 40%
dari semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya
berkaitan erat dengan kerusakan fokal dinding pembuluh darah akibat
anterosklerosis. Tanda-tanda trombosis selebral bervariasi. Sakit kepala
adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing,
perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara
umum trombosis selebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara
sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului
awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Trombosis terjadi biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local dinding
pembuluh darah akibat atrosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak
berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria
sereberi menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel – sel ototnya
menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung
terbentuk pada percabangan atau tempat – tempat yang melengkung. Trombi
juga dikaitkan dengan tempat – tempat khusus tersebut.
2. Embolisme
Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung kiri,
seperti endocarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard,
serta infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli. Embolus biasanya
menyumbat arteriserebral tengah, atau cabang-cabangnya yang merusak
sirkulasi serebral.
Embolisme sereberal termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama
stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita
trombosis. Kebanyakan emboli sereberi berasal dari suatu trombus dalam
jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari
penyakit jantung. Meskipun lebih jarang terjadi, embolus juga mungkin
berasal dari plak ateromatosa sinus karotikus atau arteria karotis interna.
Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya
embolus akan menyumbat bagian – bagian yang sempit. tempat yang paling
sering terserang embolus sereberi adalah arteria sereberi media, terutama
bagian atas.

D. Patofisiologi
1. Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh
thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan
iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada
jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut
menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan
neurologist fokal. Perdarahan otak dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding
pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi
atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen
intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen
intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan
peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak
sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi
otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh
darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah
berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

E. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1. Hipertensi,
Dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga
dapat mengganggu aliran darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat
yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan
maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan
endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan
menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses
embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya
peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya
serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga
terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk
pembuluh darah otak.
6. Polocitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat
sehingga perfusi otak menurun.
7. Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan
terbentuknya embolus dari lemak.
8. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya
pembuluh drah otak
9. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
terjadi aterosklerosis.
10. Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk
kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya
pembuluh darah otak.

F. Manifestasi Klinis
1. Hemiplegia
Akibat kerusakan pada area motorik pada bagian konteks atau pada traktus
piramidal. Perdarahan atau bekuan darah pada otak kanan akan meyebabkan
tubuh pada sisi kiri akan mengalami hemiplegia. Hal ini disebabkan oleh
karena serabut saraf bersilang pada traktus piramidal dari otak menuju ke
sumsum tulang belakang.
2. Aphasia
Kerusakan dalam mempergunakan atau menginterpretasikan simbol-simbol
dan bahasa. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan pada korteks serebral.
Gangguan pada semua aspek berbahasa seperti bercakap, membaca, menulis
dan memahami bahasa yang diucapkan. Dikenal dua macam aphasia , yaitu
aphasia sensorik yang berhubungan dengan pemahaman bahasa, dan aphasia
motorik yang berhubungan dengan produk bercakap-cakap. Aphasia sensorik
termasuk kehilangan kemampuan pemahaman menulis, menciptakan atau
mengucapkan kata-kata, misalnya klien tidak dapat memahami apa yang
dibicarakan. Mendengar bunyi, tetapi tidak mengetahui komunikasi simbolik
yang berhubungan dengan suara. Aphasia motorik, dimana klien dapat
memahami kata-kata, tetapi tidak dapat menguraikan dengan kata-
kata.Aphasia disebabkan oleh adanya lesi patologis yang berhubungan
dengan lokasi tertentu pada korteks. Penyebab utamanya adalah gangguan
suplai darah ke otak terutama yang berhubungan dengan pembuluh darah.
Middle cerebral artery.
3. Apraxia
Kondisi dimana klien dapat bergerak pada bagian tubuh yang mengalami
gangguan tetapi tidak berfungsi dengan baik, misalnya berjalan, berbicara,
berpakaian, dimana bagian yang mengalami paralisis tidak dapat
dikoordinasikan.
4. Dysarthria
Artikulasi yang tidak sempurna yang menyebabkan kesulitan berbicara. Klien
mengenal bahasa tetapi kesulitan mengucapkan kata-kata. Tidak ada
gangguan dalam tata bahasa atau ungkapan atau konstruksi kata. Klien dapat
berkomunikasi secara verbal walaupun mengalami angguan, membaca atau
menulis. Kondisi ini disebabkan akibat disfungsi saraf kranial menyebabkan
kelemahan atau paralisis otot sekitar bibir, lidah dan larynx.
5. Kinesthesia
Gangguan sensasi yang terjadi pada satu sisi tubuh, berupa :
a. Hemianesthesia : Kehilangan asensasi.
b. Paresthesia: Kehilangan sensasi pada otot sendi
c. Inkontinen : Inkontinen urin dan defekasi dapat terjadi, sebagai akibat
kurangnya perhatian, kehilangan memori, faktor emosi, tidak mampu
berkomunikasi.
d. Nyeri pada bahu : Terjadi sebagai akibat hambatan mobilitas serta
overstreching otot bahu, serta gerakan yang tidak tepat serta kehilangan
ROM (range of motion).
e. Horner’s Syndrome : paralisis saraf simpatis pada bagian mata
menyebabkan tenggelamnya bola mata sebagai akibat ptosis kelopak
mata atas dan peningkatan kelopak mata bawah, konstriksi pupil, dan
berkurangnya air mata.
f. Gangguan emosional ; setelah menderita stroke mengakibatkan emosi
klien labil, kebingungan, gangguan memori dan frustrasi : social
withdrawal terutama aphasia, gangguan perilaku seksual, regresi, dan
marah.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke
antara lain adalah :
1. Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan.
Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria femoralis
di daerah inguinal menuju arterial, yang sesuai kemudian zat warna
disuntikkan.
2. CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
3. EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di
daerah yang mengalami gangguan pungsi lumbal.
a. Menunjukkan adanya tekanan normal
b. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan
adanya perdarahan
4. MRI (magnetic resonansi imagin)
Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik
5. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)

H. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu :
1. Hipoksia serebral
Diminimalakan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat ke otak.
Fungsi otak tergantung pada ketersediaan O2 yang dikirimkan ke jaringan.
Pemberian O2 suplemen dan mempertahankan hemoglobin dan hematokrit
pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan
hemoglobin dan hematrokit pada tingkat dapat diterima akan membantu
dalam mempertahankan oksigenasi jaringan adekuat.
2. Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan intregitas pembuluh
darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan
vikosis darah dan memperbaiki aliran darah serebral dan potensi meluasnya
area cedera.
3. Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard/fibrilasi atrium/dapat berasal dari katup
jantung protestik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibtakan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombul lokal.
Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus
diperbaiki.

I. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang
dapat meningkatkan TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.

J. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
a. Data Subyektif :

- Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, kehilangan sensasi atau


paralysis.

- Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )

b. Data obyektif :

- Perubahan tingkat kesadaran

- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,


kelemahan umum.

- Gangguan penglihatan

2. Sirkulasi

a. Data Subyektif :

Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,


endokarditis bacterial ), polisitemia.

b. Data obyektif :

- Hipertensi arterial

- Disritmia, perubahan EKG

- Pulsasi : kemungkinan bervariasi

- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

3. Integritas ego

a. Data Subyektif :
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

b. Data obyektif:

- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan

- kesulitan berekspresi diri

4. Eliminasi

a. Data Subyektif:

- Inkontinensia, anuria

- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara


usus( ileus paralitik )

5. Makan/ minum

a. Data Subyektif:

- Nafsu makan hilang

- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK

- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia

- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah

b. Data obyektif:

- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )

- Obesitas ( factor resiko )

6. Sensori neural

a. Data Subyektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )

- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub


arachnoid.

- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti


lumpuh/mati

- Penglihatan berkurang

- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada
muka ipsilateral ( sisi yang sama )

- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

b. Data obyektif:

- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan


tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif

- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis


stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral )

- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )

- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/


kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif,
global / kombinasi dari keduanya.

- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli


taktil

- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik


- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral

7. Nyeri / kenyamanan

a. Data Subyektif :

- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya

b. Data obyektif:

- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

8. Respirasi

a. Data Subyektif:

- Perokok ( factor resiko )

- Tanda : Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas

- Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur

- Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

9. Keamanan

a. Data obyektif:

- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang


kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh

- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,


berkurang kesadaran diri

10. Interaksi social

a. Data obyektif :

- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi

11. Pengajaran / pembelajaran

a. Data Subjektif :

- Riwayat hipertensi keluarga, stroke

- penggunaan kontrasepsi oral

12. Pertimbangan rencana pulang

- Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi

- Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan


diri dan pekerjaan rumah

(Doenges E, Marilynn, 2000)

Diagnosa Keperawatan

1. Dx 1 :

Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit


oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.
Dibuktikan oleh :

a. Perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori

b. Perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan

c. Defisit sensori , bahasa, intelektual dan emosional

d. Perubahan tanda-tanda vital

Tujuan Pasien / kriteria evaluasi :

a. Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi


sensori / motorik

b. Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK

c. Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan

Intervensi :

a. Monitor dan catat status neurologis secara teratur

R/ melihat penurunan dan peningkatkan saraf

b. Monitor tanda-tanda vital

R/ menentukan keadaan klien

c. Evaluasi pupil 9 ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya 0

R/ melihat reaksi dan fungsi

d. Bantu untuk mengubah pandangan , misalnya pandangan kabur,


perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang

R/ mengurangi penurunan penglihatan


e. Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami
gangguan fungsi

R/ mengurangi penurunan fungsi

f. Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral.

R/ agar tidak kaku

g. Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur


kunjungan sesuai indikasi

R/ Untuk kenyamanan

2. Dx : 2

Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular,


ketidakmampuan dalam persespi kognitif

Dibuktikan oleh :

Ketidakmampuan dalam bergerak pada lingkungan fisik : kelemahan,


koordinasi, keterbatasan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan otot.

Tujuan Pasien / kriteria evaluasi ; Tidak ada kontraktur, foot drop.

a. Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari


bagian tubuh

b. Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas sebagaimana


permulaannya

c. Terpeliharanya integritas kulit

Intervensi :
a. Ubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )

R/ mencegah terjadinya dekubitus

b. Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas

R/ agar tidak terjadinya kekakuan

c. Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada saat
selama periode paralysis flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan
netral

R/ kenyamanan klien

d. Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi

R/ untuk kenyamanan

e. Bantu meningkatkan keseimbangan duduk

R/ untuk kenyamanan

3. Dx 3 :

Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan


neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih.
Ditandai :

a. Gangguan artikulasi

b. Tidak mampu berbicara / disartria

c. ketidakmampuan moduasi wicara , mengenal kata , mengidentifikasi


objek

d. Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara komprehensif.


Tujuan pasien / kriteria evaluasi

a. Pasien mampu memahami problem komunikasi

b. Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi

c. Menggunakan sumber bantuan dengan tepat

Intervensi :

a. Bantu menentukan derajat disfungsi

R/ agar tidak terjadinya disfungsi

b. Sediakan bel khusus jika diperlukan

R/ mencegah kegawatdaruratan

c. Sediakan metode komunikasi alternative

R/ kenyamanan

d. Antisipasi dan sediakan kebutuhan pasien

R/ untuk kenyamanan

e. Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas

R/ terciptanya saling kepercayaan

f. Bicara dengan nada normal

R/ mencegah terjadinya prasanka buruk dan mengurangi keadaan

4. Dx 4 :

Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan


ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Ditandai dengan :

Kerusakan kemampuan melakukan AKS misalnya ketidakmampuan makan


,mandi, memasang/melepas baju, kesulitan tugas toileting

Kriteria hasil:

a. Melakukan aktivitas perwatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri

b. Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam memberikan bantuan


sesuai kebutuhan

c. Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kenutuhan


perawatan diri

Intervensi:

a. Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 1-


4) untuk melakukan kebutuhan sehari-hari

b. Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien


sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan

c. Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya


untuk menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan
urinal,bedpan.

d. Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan pada


kebiasaan pola normal tersebut. Kadar makanan yang berserat, Anjurkan
untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas.

e. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau
keberhasilannya.

5. Dx 5 :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan
mengatasi lender

Kriteria hasil :

a. Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas

b. Ekspansi dada simetris

c. Bunyi napas bersih saaatauskultasi

d. Tidak terdapat tanda distress pernapasan

e. GDA dan tanda vital dalam batas normal

Intervensi :

a. Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi

b. Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan
memmberikan pengeluaran sekresi yang optimal

c. Penghisapan sekresi

d. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam

e. Berikan oksigenasi sesuai advis

f. Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Stroke itu suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi
secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak.
Stroke juga menjadi salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis
yang utama. Stroke dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi) Hal ini terjadi karena adanya
penyumbatan pembuluh darah otak
Perdarahan (Stroke Hemoragi) Terjadi pecahnya pembuluh darah otak.
Faktor risiko utama ; Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit Jantung,
Transient Ischemic Attack (TIA), Faktor resiko tambahan ; Kadar lemak darah
yang tinggi termasuk kolesterol dan trigliserida, Kegemukan atau obesitas,
Merokok, Riwayat keluarga dengan stroke, Lanjut Usia, Penyakit darah
tertentu seperti polisitemia dan leukemia, Kadar asam urat darah tinggi,
Penyakit paru-paru menahun

B. Saran

Dari uraian diatas dapat kami sarankan sebaiknya para pembaca dengan
kasus stroke mengetahui tentang: Faktor-faktor resiko yang dapat ditemui
pada klien dengan stroke, laboratorium yang perlu dilakuka dan cara
penatalaksanaan pada stroke, paham tentang cara menanggulangan stroke,
cara mengatasi stroke.
DAFTAR PUSTAKA
Read more: http://cholate-gustiar.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-
klien-dengan-stroke.html#ixzz3yvJamVDG
Read more: http://cholate-gustiar.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-klien-
dengan-stroke.html#ixzz3y8oJ9HiW
.

Anda mungkin juga menyukai