Anda di halaman 1dari 5

Gizi dan Penyakit Kanker

2 Votes

Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat dikontrol
sehingga cepat menyebar. Sel-sel ini merusak jaringan tubuh sehingga mengganggu fungsi
organ tubuh yang terkena. Kanker juga disebut Neoplasma Maligna. Neoplasma adalah
massa jaringan yang dibentuk oleh sel-sel kanker, sedangkan Maligna berarti ganas.

Kanker termasuk jenis penyakit penyebab kematian terutama di negara-negara maju


disamping penyakit jantung dan pembuluh darah otak (stroke). Di Amerika Serikat, kanker
sebagai pembunuh di urutan ke dua (20%), dimana jantung pada urutan pertama (30%), dan
stroke pada urutan ketiga (10%) (Linder, 1993).

Penyebab kanker belum diketahui dengan pasti, tetapi sering dikaitkan dengan factor
lingkungan (Polusi, bahan kimia dan virus) dan makanan yang mengandung bahan
karsinogen. Karsinogenesis atau perkembangan kanker terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap
Inisiasi dan promosi. Inisiasi adalah awal terjadinya perubahan sel yang disebabkan oleh
interaksi bahan-bahan kimia, radiasi dan virus dengan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) dalam
sel.

Perubahan ini terjadi dengan cepat, tapi sel yang telah berubah ini tidak aktif selama waktu
yang tidak dapat ditentukan, sehingga pada tahap ini tidak dapat dirasakan oleh pasien.
Tahap promosi adalah tahap berikutnya, yaitu aktifnya sel-sel kanker yang menjadi matang,
berkembang, dan kemudian menyebar dengan cepat. Tahap inisiasi hingga manifestasi klinis
dapat terjadi dalam waktu 5-20 tahun. Studi memperlihatkan pengaruh gizi lebih banyak
terjadi pada fase promotion dibanding fase initiation (Cheney dan Aker, 1992).

Walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti, tetapi gizi diduga dapat mengubah
proses karsinogenesis, termasuk metabolisme karsinogen, pertahanan sel, diferensiasi sel dan
pertumbuhan tumor.

Berbagai factor resiko telah dapat diidentifikasi baik melalui penelitian pada binatang
maupun pada manusia. Sekitar 80% dari factor resiko tersebut berhubungan dengan keadaan
lingkungan yang dapat dicegah termasuk makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari-
hari. Sepertiga dari faktor yang dapat menyebabkan orang meninggal akibat kanker adalah
factor gizi

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan factor gizi dengan kanker. Studi
yang paling dikenal adalah studi korelasi yang menggambarkan hubungan antara angka
kejadian kanker jenis tertentu dengan pola makan pada setiap negara. Negara dengan
kebiasaan makan dan gaya hidupyang berbeda mempunyai insidens penyakit kanker yang
berbeda pula. Hal ini memudahkan dihubungkannya factor gizi dan gaya hidup dari negara
tersebut dalam kejadian kanker yang paling banyak dinegara tersebut.

Namun demikian, studi yang dilakukan untuk mengevaluasi peran makanan terhadap
timbulnya suatu kanker seringkali memberikan hasil yang tidak konsisten. Hal ini disebabkan
oleh kompleksnya suatu makanan, seperti makanan yang mengandung lemak yang tinggi,
juga mengandung protein tinggi dan serat yang rendah. Dalam satu makanan terdapat factor
penghambat dan pencetus sekaligus. Beberapa hasil penelitian tentang hubungan gizi dengan
terjadinya beberapa jenis kanker yang telah diperoleh selama ini diungkapkan secara singkat
di bawah ini :

Energi dan Lemak

Penelitian pada binatang percobaan telah diungkapkan bahwa penurunan jumlah energi yang
dikonsumsi dapat menghambat pertumbuhan dari tumor dan hal ini lebih efektif pada fase
promotion dari pertumbuhan tumor. Hal ini dihubungkan dengan hambatan aktivitas sel
karena tidak tersedianya karbohidrat yang cukup. Ada juga yang berpendapat bahwa terjadi
perubahan hormon dan imunitas sehingga menghambat pertumbuhan tumor namun
mekanismenya belum diketahui.

Selain itu pada konsumsi energi yang berlebih, sebaliknya terjadi percepatan pembentukan
tumor pada binatang percobaan. Obesitas telah dihubungkan dengan kematian akibat kanker
baik pada laki-laki dan wanita. Pada wanita dengan obesitas, terjadinya peningkatan tumor
yang berhubungan dengan esterogen seperti kanker payudara, mungkin berhubungan dengan
produksi esterogen terutama pada jaringan lemak.

Kejadian kanker yang berhubungan dengan konsumsi lemak telah sering diperlihatkan
dengan studi epidemiologi dengan memperlihatkan variasi dari kanker payudara pada negara
yang berbeda-beda. Jenis kanker yang sering dihubungkan dengan intake lemak yang
berlebihan adalah payudara, kolon dan prostat. Namun demikian, perlu diingat bahwa karena
konsumsi lemak juga berhubungan dengan konsumsi energi, protein dan serat, maka sangat
sulit mengambil kesimpulan apakah lemak satu-satunya penyebab tingginya angka kematian
karena kanker. Ada juga bagian dari lemak sendiri sangat berguna termasuk mencegah
terjadinya kanker.

Protein

Sangat sulit untuk mencari peran dari protein dalam terhadinya kanker oleh karena makanan
yang tinggi protein juga tinggi lemak dan rendah serat. Namun demikian, secara umum telah
dikemukakan bahwa rendahnya protein dibawah yang dibutuhkan tubuh dapat menekan
terjadinya pertumbuhan kanker, sebaliknya melebihi 2-3 kali dari yang dianjurkan (AKG)
akan meningkatkannya.

Salah satu penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan hasil yang tidak konsisten. Salah
satu penelitian memperlihatkan bahwa konsumsi daging yang tinggi berhubungan dengan
terjadinya kanker kolorektal dengan payudara namun penelitian lainnya tidak. Dilain pihak
salah satu penelitian korelasi antara konsumsi daging dengan angka kejadian kanker kolon di
23 negara terlihat sangat tinggi (Amstrong & Doll, dikutip dari Willet, 1990).

Makanan Berserat

Peranan makanan berserat sebagai proteksi dari terjadinya kanker kolon dan rectum semakin
mendapat perhatian. Serat dalam makanan akan meningkatkan jumlah fases yang nantinya
menurunkan resiko kanker melalui penurunan konsentrasi karsinogen yang potensial seperti
asam empedu dalam fases, sehingga mengurangi kontak dengan mukosa usus.

Salah satu penelitian pada pasien yang menderita “Familial adenomatous Polyposis”
(DeCosse et al., 1989) memperlihatkan bahwa mereka yang menerima suplemen serat
mempunyai pertumbuhan polip baru yang lebih rendah dibanding mereka yang hanya
menerima vitamin C atau E.

Vitamin

Dari sejumlah vitamin yang ada, vitamin A (retinal) dan prekursornya mempunyai
kemampuan dalam mencegah terjadinya karsinogenesis. Diperkirakan bahwa vitamin A dapat
mempengaruhi ekspresi gem dan diferensiasi sel, dan meningkatkan baik imunitas humoral
dan sel mediated immunity bahkan merangsang imunitas spesifik antitumor (Olson, 1986).
Hasil peneltiian lainnya membuktikan bahwa konsumsi buah dan sayur yang mengandung
tinggi vitamin C dapat mencegah terjadinya kanker lambung dan esophagus (Glatthaar et al.,
1986).

Vitamin C menjadi penting setelah diketahui dapat menghambat pembentukan nitrosamin


yang telah dikenal sebagai salah satu karsinogen pada manusia.

Vitamin E merupakan anti oksidan intraseluler sehingga diduga mempunyai efek protektif
terhadap karsinogen yang merusak kromosom. Walaupun hasil penelitian tidak konsisten,
diduga adanya interaksi antara vitamin E dan selenium yang berperan sebagai antioksidan
protektif terhadap lipid peroksidasi intraseluler. Oleh karena itu fungsi vitamin E terhadap
proteksi kanker, tergantung pada intake lemak dan zat gizi lainnya.

Mineral

Beberapa mineral telah dihubungkan dengan kejadian kanker seperti kalsium, selenium dan
zinc. Peranan kalsium terhadap pencegahan kanker kolon telah diperlihatkan oleh Wargovich
(1988) berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan.

Diduga ion kalsium mengandung ikatan dengan lemak dan asam empedu yang berfungsi
menurunkan resiko kontak epitel usus terhadap bahan-bahan toksik. Disamping itu kalsium
diduga terlibat dalam pengaturan proliferasi epitel pada usus. Sehubungan dengan kerja dari
kalisum, vitamin D yang membantu transport kalsium keluar dari lumen usus juga turut
terlibat dalam kegiatan proteksi terhadap kejadian kanker kolon. Namun demikian, terlepas
dari kaitannya dengan kalsium dan vitamin D juga mempunyai peranan dalam proliferasi dan
diferensiasi sel (Deluca dan Ostrem, 1986).

Selenium terkenal sebagai komponen dari glutathione peroxidase, yaitu suatu enzim yang
memproteksi kerusakan jaringan oksidatif. Namun demikian efek protektif dari seleniumtidak
berasal dari kerja enzim ini tetapi berasal dari penghambatan sintesis DNA dan meningkatkan
respon imunologi dari tubuh seseorang (Nomura et al., 1987).

Kekurangan zinc dihubungkan dengan meningkatnya angka kejadian tumor yang disebabkan
oleh nitrosamin. Hubungan ini belum diketahui mekanismenya. Studi epidemiologi juga
memperlihatkan bahwa konsumsi zinc yang rendah dihubungkan dengan terjadinya kanker
osofagus (Van Rensberg, dikutip dari Cheney & Akar, 1993).

Komponen Makanan Lainnya

Kopi telah diteliti mempunyai kemungkinan berhubungan dengan berbgai kanker. Penelitian
laboratorium telah mengungkapkan bahwa kopi bukan suatu yang bersifat karsinogenik akan
tetapi angka kematian kanker pancreas di beberapa negara dihubungkan dengan konsumsi
kopi. Namun demikian, beberapa penelitian lainnya tidak memberikan hasil yang mendukung
hal ini.

Saccharin, yang merupakan pemanis buatan yang banyak digunakan, diduga mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya kanker kantong empedu.
Nitrat dan nitrit memperoleh perhatian yang cukup besar mengingat hubungannya dengan
nitrosamin. Nitrat dapat tereduksi menjadi nitrit yang kemudian berinteraksi dengan bahan
makanan amine dan amide (komponen protein) membentuk nitrosamine.

Hubungan antara konsumsi makanan dan terjadinya kanker


pada seseorang telah diperlihatkan di atas, akan tetapi beberapa penyebab darisebagian
komponen dalam makanan masih belum konsisten terlihat dari hasil penelitian. Seperti yang
telah dikatakan bahwa komponen diet bukanlah satu-satunya yang dapat mempengaruhi
terjadinya pembentukan suatu kanker, maka beberapa factor lainnya perlu diperhatikan. Suatu
anjuran yang sangat berkaitan dengan diet adalah keterkaitan dari tiga factor yang sangat
berhubungan dengan makanan dan gaya hidup yaitu diet, aktifitas fisik dan
kegemukan.kemungkinan untuk memperbaiki kualitas dari ketiga hal ini yaitu memperbaiki
diet, meningkatkan aktivitas fisik dan menjaga berat badan yang normal merupakan salah
satu bentuk pencegahan yang sangat dianjurkan (Trichopoulos, 1996).

KEPUSTAKAAN

1. Almatsier, Sunita, DR, MSc. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarata.
2. Hadju, Venny, Dr, PhD. 1997. Peran Gizi dalam Mencegah Kanker. Materi Seminar
Sehari Mengenal kanker Melalui Makanan pada tanggal 15 November 1977 di
Gedung Pertemuan Ilmiah Unhas, Ujungpandang.

Anda mungkin juga menyukai