KELOMPOK 1
TINGKAT II B
ARI SULISTIANTO MADE ASMA
ALVIONITA REZA NINGSIH RANDES SUGARA
AHMAD RAMADHAN RM EDO HARYANTO
DIO FEBRI ANJAS TARI SEPTI ANDRIANI
DOSEN PEMBIMBING
YANTI SUTRIYANTI, SKM., M.Kep
Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Keperawatan ini.
Secara khusus, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen kami di Poltekkes
Bengkulu Akademi Keperawatan yang telah berkenan memberikan masukan terhadap makalah ini.
Banyak sekali saran yang kami jadikan bahan untuk menyempurnakan makalah ini. Selain itu kami
juga mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, Kami
senantiasa mengharapkan masukan demi penyempurnaan makalah Kami selanjutnya. Akhirnya,
semoga makalah ini bisa turut andil di Poltekkes Bengkulu.
Penulis
BAB I
TEORI KOMUNIKASI KEPERAWATAN
B. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan
publik.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995)
ada dua jenis komunikasi yaitu verbal dan non-verbal yang dimanifestasikan secara
terapeutik.
1. KOMUNIKASI VERBAL
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah
sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap
muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang.
Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu
untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1. Jelas dan ringkas
Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin
anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”
2. Perbendaharaan Kata
Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk,
sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan
“Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
3. Arti denotatif dan konotatif
Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata
sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika
menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4. Selaan dan kesempatan berbicara
Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas.
Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu
kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.
5. Waktu dan relevansi
Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko
operasi.
6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan
rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat
dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
2. KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata.
Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan. Perawat perlu
menyadari pesan yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi
asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal.
Komunikasi non-verbal teramati pada:
1. Metakomunikasi
Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat
hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan
sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang
marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan.
Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan
profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien
terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien
mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat.
3. Intonasi (Nada Suara)
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena
maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi
oleh nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan
klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak
tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap
tubuh dan langkah klien
6. Sentuhan
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun
harus mnemperhatikan norma sosial.
B. TUJUAN KHUSUS:
Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)
Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien
Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya
Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
D. MANFAAT:
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
2. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat
3. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
4. Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien
5. Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan
6. Menimbulkan rasa aman
7. Meningkatkan percaya diri/bangga
8. Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap
9. Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur operan jaga (Nursalam, 2002),
meliputi:
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung
jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medic
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4) Intervensi kolaborasi dan dependen
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaan pada saat
timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat.
A. PENGERTIAN
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer
atau konselor, kepala ruangan, perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota
tim.
B. TUJUAN
Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien.
Meningkatkan validitas data klien.
Menilai kemampuan justifikasi.
Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
4. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.
BAB IV
KONFERENSI
(PRE & POST CONFERENCE)
A. PENGERTIAN SUPERVISI
Supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segalam bantuan dari
pemimpin/penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para perawat
dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Kegiatan supervisi semacam ini adalah merupakan dorongan, bimbingan dan
kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan para perawat.
Prajudi Atmosudiro (1982), Supervisi diartikan sebagai pengamatan atau pengawasan
secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya rutin.
Swansburg (1999), Supervisi adalah suatu proses kemudahan sumber-sumber yang
diperlukan untuk penyelesaian tugas-tugasnya.
Thora Kron (1987), Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara
terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap
perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan
tepat secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari perawat.
Dengan demikian supervisi diartikan sebagai suatu aktifitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para tenaga keperawatan dan staf lainnya dalam melakukan
pekerjaan mereka secara efektif.
Supervisor harus mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman. Ini
tidak hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantara para tenaga
keperawatan dan tenaga lainnya. Juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan peralatan
agar memudahkan pelaksanaan tugas. Supervisor juga mengusahakan semangat
kebersamaan dengan lebih menekankan “kita” daripada “saya”.
Walaupun supervisor memperhatikan kondisi dan hasil kerja, tetapi perhatian utama
ialah manusianya, untuk itu harus mengenal tiap individu dan mampu merangsang agar tiap
pelaksana mau meningkatkan diri. Salah satu tujuan utama dari supervisi adalah orientasi,
latihan dan bimbingan individu, berdasarkan kebutuhan individu dan mengarah pada
pemanfaatan kemampuan dan pengembangan ketrampilan yang baru.
B. SASARAN SUPERVISI
Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanan tugas sesuai dengan pola
2. Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana
3. Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinue/sistematis
4. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis.
5. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang
6. Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan objek/rational
7. Tidak terjadi penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan.
C. TUJUAN SUPERVISI
Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang nyaman, ini tidak hanya meliputi
lingkungan fisik, tetapi juga suasana kerja diantaranya para tenaga keperawatan dan tenaga
lainnya , juga meliputi jumlah persediaan dan kelayakan perawatan agar memudahkan
pelaksanaan tugas. Oleh karena itu tujuan supervisi adalah :
D. KOMPETENSI
Seorang supervisor harus memiliki kemampuan dalam :
1. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf
dan pelaksana keperawatan.
2. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf/pelaksana keperawatan
3. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan pelaskanaan
keperawatan
4. Proses kelompok (dinamika kelompok)
5. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksanaan
keperawatan
6. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat
7. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan lebih baik.
E. FUNGSI
1. Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir proses
pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan
keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati.
2. Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-factor yang
mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
3. Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli, dan
mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
4. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting) dan
mengajak untuk diikutsertakan (sharing).
F. PRINSIP
Prinsip-prinsip supervisi dalam keperawatan adalah :
1. Didasarkan atas hubungan profesional dan bukan pribadi
2. Kegiatan yang direncanakan secara matang
3. Bersifat edukatif, supporting dan informal
4. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksanaan keperawatan
5. Membentuk suatu kerjasama yang demokratis antara supervisor dan staf dan pelaksana
keperawatan.
6. Harus objektif dan sanggup mengadakan “self evaluation”.
7. Harus progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan masing-masing
8. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan.
9. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan.
G. KARAKTERISTIK
Dalam keperawatan, supervisi yang baik apabila memiliki karekteristik :
1. Mencerminkan kegiatan asuhan keprawatan yang sesungguhnya
2. Mencerminkan pola organisasi/struktur organisasi keperawatan yang ada
3. Kegiatan yang berkesinambungan yang teratur atau berkala
4. Dilaksanakan oleh atasan langsung (Kepala unit/Kepala Ruangan atau penanggung jawab
yang ditunjuk).
5. Menunjukkan kepada kegiatan perbaikan dan peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
H. CARA SUPERVISI
1. Langsung
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Pada supervisi
modern diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian
petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Cara memberikan pengarahan yang efektif
adalah :
Pengarahan harus lengkap
Mudah dipahami
Menggunakan kata-kata yang tepat
Berbicara dengan jelas dan lambat
Berikan arahan yang logis
Hindari memberikan banyak arahan pada satu saat
Pastikan bahwa arahan dipahami
Yakinkan bahwa arahan anda dilaksanakan atau perlu tindak lanjut
2. Tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan,. Supervisor tidak melihat
langsung kejadian di lapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik
dapat diberikan secara tertulis.
J. SUPERVISOR KEPERAWATAN
Yang termasuk supervisor keperawatan adalah:
1. Kepala ruangan, kepala ruangan bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan
keperawatan diunit kerjanya. Kepala rungan merupakan ujung tombak penentu tercapai
tidaknya tujuan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan dan
pendokumentasian di unit kerjanya.
2. Pengawas Keperawatan, beberapa ruangan atau unit pelayanan berada di bawah satu
instalasi, pengawas perawatan bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pada
areanya yaitu beberapa kepala ruangan yang berada dalam satu instalasi tertentu,
misalnya instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan dan lain-lain.
3. Kepala seksi, beberapa instansi digabung dibawah satu pengawasan kepala seksi. Kepala
seksi mengawasi pengawas keperawatan dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secara tidak langsung.
4. Kepala Bidang keperawatan, Kabid Keperawatan bertanggung jawab untuk melakukan
supervisi kepada kepala seksi secara langsung dan semua perawat secara tidak langsung.