Anda di halaman 1dari 16

PENYAKIT MENULAR (COMMUNICABLE DISEASE)

Pengertian: penyakit infeksi yang dapat dipindahkan dari orang atau hewan sakit, dari
manusia/hewan perantara (reservoir), ataupun dari benda-benda yang mengandung bibit penyakit
lainnya ke manusia sehat.
Cara penularan penyakit:
a. Melalui kontak jasmani
 Kontak langsung (kontak badan dengan penderita, misalnya penyakit kulit, penyakit kelamin)
 Kontak tidak langsung (kontak dengan perantara benda-benda yang terkontaminasi akibat
telah digunakan oleh penderita, seperti: handuk, pakaian, saputangan)
b. Melalui makanan dan minuman
Misalnya: tifus abdominalis, diarem disentri, hepatitis, cacingan.
c. Melalui serangga
Misalnya: lalat (diare), nyamuk (malaria, demam Dengue)
d. Melalui udara
Misalnya: TBC, influenza
Gejala umum: DEMAM, yaitu suatu keadaan di mana suhu tubuh lebih tinggi dari suhu tubuh
normal. Pada anak:  Suhu normal 360–370C
 Demam >370C
 Demam tinggi >400C
Pengobatan demam pada penyakit menular disesuaikan dengan penyakit yang diderita.
Penyakit menular sistemik:
1. Influenza
Penyebab: virus
Penularan: melalui udara
Gejala:
 Ingusan  Badan linu
 Demam  Nyeri sendi
 Batuk  Sakit kepala
Pengobatan:
 Istirahat tirah baring
 Makan makanan bergizi
 Minum banyak air putih
 Bila gejala memburuk, bawa ke puskesmas
Pencegahan:
 Mengindari kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita
 Menutup hidung dan mulut dengan saputangan saat bersin/batuk
 Jangan membuang ingus sembarangan
2. Tonsilitis
Penyebab: bakteri
Penularan: melalui udara
Gejala:
 Demam tinggi
 Nyeri menelan
 Tenggorokan merah
 Tonsil membesar
 Kadang-kadang: muntah, batuk, napas bau
Pencegahan: menghindari berdekatan dengan penderita
Tindakan:
 Memperbanyak minum air putih
 Makan makanan lunak
 Membawa ke puskesmas/dokter
3. Anthraks
 Penyakit hewan memamah biak seperti sapi, kambing, domba, kerbau, dan rusa
 Tidak dapat menjangkit unggas kecuali burung unta
 Dapat menular ke babi, kuda, dan manusia
 Mempunyai sifat akut
 Dapat menimbulkan kematian jika terlambat 2 hari
 4 jenis anthraks: anthraks kulit, anthraks pernapasan, anthraks pencernaan, dan anthraks otak
Penyebab: bakteri Bacillus anthracis yang di udara/alam bebas membentuk spora yang tahan
puluhan tahun (umumnya 70 tahun) dalam tanah sehingga dapat menjadi sumber penularan
hewan dan manusia
Penularan:
 Kontak langsung dengan spora di tanah, tanaman, dan daging/tulang/darah/kulit hewan sakit
(anthraks kulit)
 Konsumsi hewan sakit (anthraks pencernaan)
 Melalui udara yang mengandung spora (anthraks pernapasan/paru), jarang di Indonesia
 Bakteri terbawa darah masuk ke otak (anthraks otak)
 Bakteri mampu membentuk spora dan kapsula sehingga mampu bertahan dari antibodi
manusia
 Spora bakteri menginfeksi tubuh masuk ke peredaran darah dan menjadi racun yang mampu
menyebabkan kematian
Gejala: masa inkubasi 2–5 hari
a. Anthraks kulit
 Area yang biasa terkena adalah muka, leher, lengan, tangan.
 Kulit gatal, melepuh, dan apabila pecah membentuk keropeng hitam di tengah. Di sekitar
keropeng bengkak dan nyeri.
 Kelainan berupa papul, vesikel berisi cairan, dan jaringan nekrotik berbentuk ulkus yang
ditutupi oleh kerak hitam kering yang disebut sebagai eschar di sekitar ulkus.
 Demam dan sakit kepala.
b. Anthraks pencernaan/usus
 Demam.
 Mual, muntah, sakit perut hebat, hingga sampai muntah darah.
 Tidak nafsu makan.
 Perut membesar dan keras.
c. Anthraks pernapasan
 Batuk tidak berdahak dan sesak napas.
 Demam subfebris.
 Lesu, lemah.
 Gangguan bernapas menjadi hebat disertai suhu tubuh meningkat dalam 2–4 hari.
 Sianosis.
 Dispneu, keringat berlebihan, detak jantung lebih cepat.
d. Anthraks otak/meningitis (merupakan komplikasi anthraks yang lain)
 Sakit kepala hebat
 Demam
 Kejang
 Penurunan kesadaran
 Kaku kuduk
Pencegahan:
 Membeli daging dari tempat potong resmi
 Memasak daging sampai matang
 Mencuci tangan sebelum makan
4. Cacar
Pengertian: merupakan penyakit infeksi akut yang mudah menular dan sangat berbahaya, dapat
menyerang anak-anak maupun dewasa, dan saat ini di dunia kasusnya sudah dieradikasi (sudah
tidak ada lagi).
Penyebab: virus Variola
Cara penularan:
 Melalui pernapasan/udara (dari debu pakaian, tempat tidur, keropeng yang jatuh di tanah).
 Melalui kontak langsung dengan penderita.
Gejala: masa inkubasi 7–14 hari
 Demam, sakit kepala, sakit pinggang dan anggota gerak, dan kadang-kadang menggigil disertai
mual dan muntah yang berlangsung selama 3–4 hari.
 Suhu tubuh turun dan mulai timbul kelainan pada kulit berupa ruam simetris pada seluruh
tubuh terutama muka, lengan, dan kaki.
 Apabila sembuh meninggalkan bekas pada kulit yang tidak hilang seumur hidup (bopeng).
Pencegahan:
 Vaksinasi pada waktu yang ditentukan.
 Menghindari kontak langsung maupun tidak langsung dengan penderita.
5. Cacar air
Pengertian: penyakit infeksi akut yang mudah menular, lazim menyerang anak-anak dan
menyerang dewasa.
Penyebab: virus Herpes Varicella
Cara penularan:
 Melalui pernapasan/udara
 Melalui kontak langsung dengan penderita
Gejala: masa inkubasi 13–17 hari
 Gejala awal: demam, lemah, tidak mau makan, timbul ruam-ruam berwarna merah di kulit
yang berbentuk tidak teratur dan sedikit menonjol yang terjadi 24 jam sebelum stadium
erupsi.
 Stadium erupsi: terutama pada dada, punggung, muka, dan kepala timbul papula kecil
berwarna merah dengan diameter 2–4 mm, bagian tengah vesikel tidak cekung, 24 jam
kemudian vesikel mengeruh, mengempis, mengering menjadi krusta yang terlepas dalam 1
minggu, di dalam vesikel dapat berisi pus apabila terinfeksi bakteri.
Pengobatan:
 Membawa ke dokter, puskesmas, atau klinik terdekat untuk mendapatkan obat-obatan yang
diperlukan.
 Istirahat tirah baring sampai tidak lagi demam.
6. Campak
Pengertian: penyakit infeksi akut yang mudah menular, lazim menyerang anak-anak meskipun
dapat juga menyerang dewasa.
Penyebab: virus Morbili
Cara penularan:
 Melalui droplet (percikan cairan) yang dikeluarkan orang terinfeksi saat bersin atau batuk.
 Melalui kontak langsung dengan cairan yang keluar melalui hidung penderita.
Gejala: masa inkubasi 10–12 hari
 Gejala awal: demam sedang sampai tinggi, batuk, pilek, mata meradang, sakit apabila terkena
sinar (fotofobia), wajah tampak bengkak, bulat, dan merah yang berlangsung selama 3–5 hari,
24 jam sebelum stadium ini berakhir timbul bercak koplik di daerah mukosa pipi.
 Stadium erupsi: demam masih tinggi, timbul ruam berwarna merah bata dengan bentuk tidak
teratur dan sedikit menonjol di kulit yang dimulai dari belakang telinga dan mengikuti
pertumbuhan rambut ke dahi, muka, dan seluruh tubuh, terjadi pada hari ke 4–5; ruam
mengalami hiperpigmentasi (warna menjadi lebih gelap) yang berlangsung selama 2–3 minggu
disertai penurunan suhu tubuh; kelenjar getah bening di rahang bawah dan belakang telinga
dapat teraba dan terkadang dapat dijumpai perdarahan di kulit.
 Stadium konvalensi (deskuamasi): ruam hiperpigmentasi mengelupas, terkadang kulit terlihat
bersisik, suhu tubuh kembali normal yang terjadi sekitar 1 minggu.
Pencegahan: imunisasi campak (vaksin MMR = Measles, Mumps, Rubella) pada anak usia 1–2
tahun.
Pengobatan:
 Membawa ke dokter, klinik, atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan obat-obatan yang
diperlukan.
 Istirahat tirah baring sampai tidak lagi demam
 Minum air putih yang cukup
 Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP)
7. Cacingan
Pengertian: penyakit yang disebabkan oleh masuknya cacing dalam tubuh manusia dan
mengambil zat gizi sehingga terjadi penurunan kecerdasan dan produktivitas, dapat terjadi pada
setiap orang meskipun paling sering terjadi pada anak-anak.
Gejala:
 Kurang bergairah, malas belajar
 Tidak nafsu makan
 Mudah lelah
 Muka pucat karena kurang darah dan tampak lesu (anemia)
 Dapat disertai gangguan pencernaan seperti mulas dan diare
 Apabila sudah kronik dan jumlah cacing semakin banyak, badak anak akan kurus dan perut
buncit
 Kram atau kembung perut
 Rasa sangat gatal di sekitar dubur dan alat kelamin
Penyebab:
 Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)
 Cacing cambuk (Trichuris trichuira)
 Cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
 Cacing kremi (Enterobius vermicularis)
 Cacing pita (Trematoda)
Pencegahan:
a. 3K
 Kebersihan diri: memotong kuku, mencuci tangan sebelum makan, memakai alas kaki
apabila keluar rumah atau WC, tidak buang air di sembarang tempat (selokan, sungai,
semak, halaman) kecuali di WC, menjaga kebersihan pakaian.
 Kebersihan makanan: menjaga agar makanan dan minuman selalu bersih dan tidak terkena
lalat maupun debu, tidak makan di pinggir jalan/di sembarang tempat, meminum air yang
sudah dimasak (matang), mencuci sayuran dengan air bersih mengalir sebelum dimasak.
 Kebersihan lingkungan: membersihkan dinding dan lantai rumah, membersihkan tempat
sampah secara rutin, membersihkan selokan, dan tidak membuang sampah sembarang.
b. Memeriksakan tinja/kotoran ke puskesmas terdekat 6 bulan sekali
c. Meminum obat cacing setiap 6 bulan sekali
8. Demam tifoid
Pengertian: penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman, merupakan penyakit
endemik di Indonesia.
Penyebab: bakteri Salmonella typhii
Sumber penularan:
 Penderita demam tifoid
 Pembawa/karier
 Makanan dan minuman yang tercemar oleh karier (tersering)
Gejala: masa inkubasi 10–14 hari
 Demam naik turun lebih dari 7 hari, suhu tubuh meningkat saat sore dan malam hari,
terkadang disertai menggigil
 Nyeri otot dan pegal-pegal
 Mual, muntah, nafsu makan berkurang
 Perasaan tidak nyaman di perut bagian kanan dan nyeri saat ditekan
 Batuk
 Epistaksis (mimisan)
 Setelah 1 minggu, demam tinggi menetap, lidah kotor dengan tepi dan ujung yang berwarna
merah, lidah tremor
 Buang air kecil lancar tetapi buang air besar terganggu (sembelit atau mencret)
 Mengigau
Pengobatan:
 Membawa ke dokter, klinik, atau puskesmas terdekat
 Memerhatikan gizi makanan dan makan makanan yang halus
 Istirahat tirah baring
Pencegahan:
 Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan
 Mencuci tangan sebelum makan (menjaga kebersihan diri)
 Tidak makan dan minum di tempat kotor/terbuka (tidak jajan sembarangan)
 Memanaskan makanan dan minuman sampai mendidih
 Bebas lalat
9. Diare
Pengertian: feses/tinja menjadi lembek atau bahkan berupa cairan (mencret) yang terjadi 3 kali
atau lebih dalam sehari.
Penyebab:
 Infeksi bakteri dan virus
 Intoleransi makanan
 Keracunan makanan
 Gangguan saluran pencernaan dan fungsi usus
 Reaksi obat
 Stress
Komplikasi: dehidrasi
Gejala dehidrasi:
 Dehidrasi ringan: mengeringnya membran mukosa mulut, sering haus, keringat dan buang air
kecil berkurang, kulit kering dan ketegangannya menurun, suara serak.
 Dehidrasi sedang: ketegangan kulit memburuk, nadi lemah, mengantuk, denyut jantung
meningkat, tekanan darah menurun, napas cepat, kulit lembab dan dingin.
 Dehidrasi berat: gejala dehidrasi sedang ditambah dengan penurunan kesadaran, kaku otot
serta kulit dan selaput lendir (mukosa) berwarna kebiruan.
Pencegahan:
 Meminum air matang
 Menjaga kebersihan makanan, hati-hati dengan makanan di pinggir jalan yang tidak ditutup
 Tidak memakan daging atau ikan mentah/setengah matang
 Tidak memakan sayur mentah dan buah yang tidak dikupas
 Menjaga kebersihan lingkungan
 Mencuci tangan sebelum makan
Perawatan penting:
 Terutama mengganti cairan serta elektrolit yang hilang dengan pemberian cairan rehidrasi
oral seperti oralit dan larutan gula garam.
 Mengatasi penyebab (dilakukan oleh dokter).
 Penderita harus tetap makan dan minum selama dan setelah diare.
 Pemberian obat-obatan (terutama antibiotik) hanya dilakukan oleh dokter.
 Antidiare tidak dianjurkan untuk balita.
 Membawa ke dokter atau klinik atau puskesmas terdekat apabila suhu tubuh 380C, feses
berdarah, mulut kering, menangis tanpa air mata, mudah mengantuk, dan lamban.
Cairan rehidrasi oral: cairan yang diminum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang, diberikan
setiap kali diare sampai tidak terasa haus lagi (apabila muntah pemberian dihentikan sementara
lalu diberikan lagi sedikit demi sedikit sampai habis), dapat berupa cairan oralit (larutan terbaik
pengganti cairan tubuh), larutan gula garam, air tajin, atau air kepala apabila tidak bisa
mendapatkan oralit. Oralit dapat diperoleh di kader, posyandu, puskesmas, rumah sakit, maupun
apotek.
Cara membuat oralit: 1 gelas air (200 cc) + 1 bungkus oralit diaduk sampai larut.
Cara membuat larutan gula garam: 1 gelas air (200 cc) + 2 sendok teh gula + 1/5 sendok teh
garam.
Cara pemberian:
Umur Jumlah Cairan
<1 tahun 3 jam pertama 1½ gelas, selanjutnya ½ gelas tiap kali mencret
<5 tahun 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas tiap kali mencret
5 tahun 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1½ gelas tiap kali mencret
12 tahun dan dewasa 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas tiap kali mencret
10.Muntaber
Pengertian: keadaan diare dengan dehidrasi berat yang disertai muntah-muntah
Penyebab: sama dengan diare
Gejala:
 Tinja encer/cair terus-menerus, terkadang berdarah, terkadang berlendir.
 Muntah terus-menerus.
 Mata cekung.
 Bibir kering dan biru.
 Bila dicubit lipatan kulit tidak segera kembali.
 Buang air kecil lebih jarang daripada biasanya.
 Ubun-ubun cekung (pada bayi).
 Terkadang disertai kejang dan demam tinggi.
 Anak lemas tidak mau makan dan tidak mau bermain.
Penanganan:
 Sama dengan diare.
 Apabila keadaan penderita makin parah (menunjukkan 2 gejala muntaber, atau tinja lembek
disertai darah, atau diare yang terjadi >1 minggu) bawalah penderita ke dokter atau klinik atau
puskesmas terdekat dengan tetap memberikan oralit selama perjalanan.
Pencegahan: sama dengan diare.
11.Flu burung
Penyebab: virus Influenza Strain type A (H5N1)
Sumber penularan:
 Virus H5N1 berasal dari kotoran, liur, dan sekret lain burung atau unggas yang menderita
influenza. Selain itu juga dari wadah makanan/air minum, kandang, dan semua permukaan
tanah yang dicemari.
 Virus H5N1 dapat bertahan hidup selama 10 hari dalam kotoran atau lendir pernapasan
unggas sakit. Jenis virus yang ganas mungkin bisa bertahan lama dalam air dan lingkungan
bersuhu rendah, dan baru mati jika terpapar suhu tinggi.
Cara penularan:
 Virus terbawa udara di sekitar sumber penularan, dan manusia menghirup udara yang
mengandung virus ke dalam saluran pernapasan tanpa terasa.
 Kontak langsung dengan benda/bahan yang tercemar virus, yaitu unggas dan telurnya.
Misalnya pada saat pengolahan/memasak ayam, menyentuh kandang dengan tangan, dan
kemudian tangan tersebut memegang hidung atau mengucek mata tanpa disadari.
Gejala pada unggas: dimulai 1 minggu setelah tertular
 Aktivitas menurun, produksi telur menurun
 Ditandai dengan warna biru pada jengger (pada beberapa kasus tetap merah), kepala sembab
(bengkak)
 Borok di kaki
 Mencret
 Napas megap-megap
 Lumpuh
 Perdarahan organ dalam
 Mati mendadak
 Kadang tanpa gejala
 Dari isolasi ditemukan virus H5N1
Gejala pada manusia: dimulai 1–3 hari setelah tertular (masa inkubasi)
 Masa infeksi: 1 hari sampai 3–5 hari setelah timbul gejala, pada anak bisa sampai 21 hari
 Demam 380C (demam tinggi naik turun)
 Batuk, pilek, sulit bernapas (napas tersengal-sengal)
 Radang tenggorokan
 Sakit kepala
 Nyeri otot/sendi tulang, lelah (bisa lebih parah pada bayi, anak, manula, dan yang mengalami
penyakit menahun)
 Bisa terjadi radang pada selaput mata (konjungtivitis)
 Gejala dapat menjadi berat karena dalam waktu singkat terjadi radang saluran pernapasan
atau paru (pneumonia), tenggorokan terasa kering dan nyeri
 Kematian dalam waktu singkat (karena kegagalan seluruh organ tubuh)
Orang yang berisiko tinggi tertular:
 Pekerja peternakan unggas (ayam) dan lokasi pemotongan unggas (ayam)
 Pekerja kebun binatang, taman burung
 Penjual burung (pasar burung) dan penghobi burung
 Orang-orang yang ada di sekitar peternakan unggas dan pasar burung
 Dokter hewan
 Petugas laboratorium yang memproses sampel pasien/hewan terjangkit
 Pengunjung peternakan/pasar burung/tempat wisata unggas dalam 1 minggu terakhir
 Orang yang berkontak dengan pasien flu burung, termasuk petugas kesehatan
 Ibu rumah tangga (dalam mengolah masakan)
 Pegawai rumah makan
Penyembuhan: dapat disembuhkan sebelum terlambat dengan antivirus golongan Oseltamivir
(Tamiflu)
Pencegahan:
a. Pada unggas
 Melakukan pemusnahan unggas terinfeksi flu burung
 Vaksinasi unggas sehat
b. Pada pekerja peternakan
 Menggunakan pakaian pelindung dan alat pelindung: kacamata, sarung tangan, masker,
sepatu, dan harus melalui tindakan desinfeksi
 Mencuci tangan dengan desinfektan segera setelah kontak langsung dengan ternak, mandi
setelah bekerja
 Menghindari kontak langsung dengan ayam/unggas terinfeksi
 Meninggalkan pakaian dan sepatu kerja di tempat kerja
 Menjaga kebersihan kandang setiap hari
 Membatasi lalu lintas orang yang keluar masuk kandang
 Menyemprot orang dan kendaraan yang keluar masuk kandang dengan desinfektan
 Mencuci alat yang digunakan di peternakan dengan desinfektan
 Kandang dan kotoran tidak boleh keluar dari lokasi
c. Pada masyarakat umum
 Menjaga daya tahan tubuh dengan mangasup makanan bergizi
 Istirahat cukup
 Bersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal
 Tidak membiarkan unggas piaraan di rumah bebas berkeliaran sehingga tercemar kotoran
dan lendir dari burung liar atau unggas tetangga yang mungkin sakit
 Menjaga kebersihan diri (mandi dan cuci tangan setelah bepergian)
 Mencuci tangan secara benar (dengan sabun dan meliputi sekujur tangan serta lengan)
 Memilih unggas sehat untuk dimakan
 Memerhatikan aturan masak
 Memasak daging ayam yang akan dikonsumsi pada suhu 800C selama minimal 10 menit,
telur ayam pada 640C selama minimal 4,5 menit (sampai kuningnya padat)
 Membersihkan kulit telur sebelum memasak telur
 Mencuci tangan dan alat yang dipakai sampai bersih setelah mengolah ayam
 Mencuci telur sampai bersih dan mengeringkannya sebelum disimpan
 Mencuci seluruh bagian dapur setiap kali selesai mengolah unggas dengan lisol atau pemati
hama lainnya
 Tidak menangkap atau memelihara burung liar selama berjangkit flu burung
 Melapor kepada otoritas perihal unggas sakit atau mati dan orang dengan flu dan sesak
napas (terutama yang pekerjaannya berkontak dengan unggas)
12.Hepatitis
Penyebab: virus hepatitis
Gejala:
 Nyeri perut di bagian atas ulu hati kanan
 Air kencing berwarna seperti teh
 Demam selama beberapa hari
 Lemas, mual, tidak nafsu makan, sering muntah
 Terkadang perut bengkak di bagian kanan atas, mata kuning, dan sakit kepala
Penularan:
 Melalui ludah, keringat, kencing, dan kotoran penderita
 Melalui jarum suntik bebas
 Melalui alat pribadi: handuk, piring, dll
Tindakan: mengirim ke puskesmas atau rumah sakit
Pencegahan:
 Meminum air yang dimasak
 Tidak menggunakan alat-alat pribadi yang digunakan oleh penderita
13.HIV/AIDS
Pengertian: sindroma menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV
Penyebab: virus HIV-1 dan HIV-2
Gejala:
 Berat badan menurun >10% per bulan
 Diare kronik >1 bulan
 Demam (380C) berkepanjangan >1 bulan, dengan/tanpa keringat malam tanpa sebab yang
jelas
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
Cara penularan: melalui cairan tubuh tertentu (darah, air mani, cairan vagina) yang mengandung
HIV
Orang yang berisiko tinggi tertular:
 Hubungan homoseksual (gay, lesbian) dan heteroseksual tanpa kondom dengan penderita
HIV/AIDS
 Pemakai narkoba menggunakan jarum suntik
 Alat bedah gigi dan alat kedokteran lainnya
 Inseminasi buatan
 Transplantasi organ
 Tato, tindik
 Transfusi darah tidak melalui skrining
 Plasenta ke janin dan transmisi dari ibu pada saat melahirkan
 ASI
Hubungan sosial yang tidak berisiko:
 Bersalaman, bersentuhan, berpelukan
 Tinggal serumah dengan penderita asalkan tanpa kontak seksual
 Penggunaan toilet bersama
 Penggunaan alat makan bersama, berbagi makanan
 Berenang di kolam renang
 Terpapar batuk/bersin
 HIV tidak ditularkan oleh nyamuk atau serangga lainnya
Upaya pencegahan:
 Menghindari seks bebas, hanya berhubungan dengan 1 orang pasangan seksual
 Perilaku seksual aman, seperti menggunakan kondom
 Menjauhi narkoba
 Mendalami ajaran agama
 Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja
14.Polio
Pengertian: penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf dan dapat
menyebabkan kelumpuhan, biasanya menyerang anak usia <15 tahun meskipun dapat hidup
pada orang dewasa namun tidak menimbulkan sakit karena sistem kekebalan tubuh yang cukup
Penyebab: virus Polio (bertahan di luar tubuh di tempat lembab dan musim hujan sampai 100
hari, di tempat kering terkena matahari selama 2–14 hari)
Cara penularan: virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut, yaitu dari tangan atau
benda lain yang terkontaminasi kotoran/tinja manusia yang terinfeksi virus polio melalui sumber
air tercemar serta jamban dan permukaan tanah yang kotor
Orang yang berisiko tertular:
 Status imunisasi tidak lengkap
 Defisiensi gizi
 Daerah dengan sanitasi dan higienitas buruk
Gejala: masa inkubasi 4–35 hari
 Sebagian besar tidak menunjukkan gejala
 Sakit ringan seperti flu biasa, disertai demam, rasa tidak enak, pegal, nyeri, kaku otot,
ngantuk, sakit kepala, mual, muntah, konstipasi, dan sakit tenggorokan
 Radang selaput otak aseptis biasanya diawali gejala sakit ringan selama 1–2 hari, kemudian
diikuti kaku leher dan punggung, nyeri tungkai
 Kelumpuhan layuh akut yang permanen terjadi 1 minggu kemudian, disertai demam dan nyeri
di daerah yang lumpuh
Pencegahan:
 Pemberian imunisasi lengkap sesuai jadwal
 Menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan (penggunaan jamban keluarga, penyediaan air
bersih, memelihara kebersihan makanan)
 Pemenuhan gizi
15.TBC
Pengertian: penyakit infeksi menular yang bisa menyerang semua bagian tubuh terutama paru-
paru (90%)
Cara penularan:
 Penderita TBC batuk/bersin/meludah sembarangan, kuman TBC dalam dahak penderita akan
tersebar di udara kemudian masuk ke saluran pernapasan orang lain
 TBC tidak ditularkan melalui serangga, transfusi darah, atau ASI
Gejala: masa inkubasi 2–10 minggu (terbanyak 6–8 minggu)
 Umumnya gejala bervariasi, mulai tanpa gejala hingga gejala yang sangat berat
 Lemah dan lesu
 Nafsu makan berkurang
 Berat badan menurun atau tidak mau naik
 Demam rendah (subfebril/low grade)
 Kadang demam meriang >1 bulan, menggigil
 Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan
 Batuk kronik berulang selama 3 minggu dan/atau dahak bercampur darah
 Dada terasa nyeri dan sesak
Penyembuhan:
 Pengobatan benar dan teratur secara tuntas minimal 6 bulan dan tidak boleh terputus
 Apabila tidak tuntas: penderita akan kambuh lagi dan lebih sulit disembuhkan, penderita akan
kembali menjalani masa pengobatan yang lebih lama, penderita dapat menularkan TBC
kepada lebih banyak orang, akan menyebar ke organ lain penderita
TBC pada anak: penularan terjadi dari dewasa ke anak, jarang penularan dari anak ke anak
Pencegahan TBC pada anak:
 Imunisasi BCG segera setelah lahir, kira-kira usia 0–1 bulan. Apabila vaksinasi belum sempat
diberikan pada bulan pertama, dapat diberikan setelah bayi berumur 4 bulan. Vaksinasi ulang
dapat diberikan saat anak berusia 4–6 tahun dan 11–12 tahun.
 Meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan makan makanan bergizi, istirahat cukup, dan
kondisi yang menyenangkan
 Menghindari kontak dengan penderita TBC
 Pengobatan sumber infeksi, yaitu penderita dewasa yang tinggal berdekatan
 Menghindari pemberian susu segar yang baru diperah
Gejala TBC pada anak:
 Berat badan menurun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas, atau berat badan tidak naik
dalam 1 bulan dengan gizi yang baik
 Nafsu makan menurun
 Demam lama/berulang tanpa sebab jelas disertai keringat malam
 Pembesaran kelenjar getah bening di leher atau ketiak atau selangkangan
 Gejala pernapasan
 Tidak selalu disertai batuk maupun dahak, jarang batuk darah
 Diare persisten, benjolan pada perut
Pengobatan: sama seperti dewasa, pengobatan harus tuntas
16.Chikungunya
Penyebab: virus Chikungunya yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti yang juga membawa virus
Dengue
Ciri-ciri:
 Sering terjadi pada musim hujan
 Dapat terjadi di seluruh Indonesia, terutama di daerah padat penduduk, mobilitas penduduk
tinggi, curah hujan tinggi, dan banyaknya tempat-tempat yang memungkinkan
berkembangbiaknya nyamuk penular (misalnya bak mandi, drum, ember, kolam, kaleng, dan
barang-barang lain yang dapat menampung air)
Cara penularan:
 Penularan terjadi apabila penderita yangs akit digigit oleh nyamuk penular, dan kemudian
nyamuk penular tersebut menggigit orang lain
 Tidak terjadi penularan dari orang ke orang
Gejala: masa inkubasi 1–12 hari (umumnya 2–4 hari)
a. Biasanya jumlah penderita meningkat dengan cepat, cenderung menyerang >1 orang dalam 1
keluarga, menjangkiti 1 wilayah
b. Gejala utama:
 Demam
 Nyeri pada persendian, terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki-tangan, serta tulang
belakang
 Ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan pada kulit)
c. Gejala lain:
 Nyeri otot dan sakit kepala
 Menggigil
 Kemerahan pada konjungtiva
 Pembesaran kelenjar getah bening di bagian leher
 Mual dan muntah
 Kadang-kadang gatal pada ruam
d. Sembuh sendiri
e. Jarang disertai perdarahan atau syok
f. Tanpa kematian
Penyembuhan:
 Setelah berlangsung selama beberapa hari, biasanya sembuh sendiri
 Membawa ke dokter atau puskesmas untuk mengatasi gejala yang mengganggu
 Minum banyak
 Istirahat cukup
Pencegahan:
 Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan 3M (menguras, menutup, dan
mengubur) pada tempat penampungan air (TPA) dan tempat lain yang terdapat air (non TPA
dan habitat alami) secara teratur setiap minggu
 Menaburkan larvasida
 Memelihara ikan pemakan jentik (ikanisasi)
 Menggunakan obat anti nyamuk, kelambu, kawat kassa
 Membersihkan lingkungan dari tempat perkembangbiakan nyamuk
17.Demam Dengue
Penyebab: virus Dengue yang dibawa oleh Aedes aegypti
Gejala:
 Demam tinggi 5–7 hari, dengan gejala-gejala yang mirip influenza (nyeri otot, sendi, sakit
kepala, muntah)
 Timbul bercak-bercak merah di muka dan dada yang menyebar ke anggota tubuh lainnya
 Terjadi perdarahan gusi, hidung, atau kotoran (tinja berwarna hitam)
 Kesadaran menurun, syok, dan kematian apabila tidak ditanggulangi dengan optimal
 Gejala bervariasi pada anak: dari demam, nyeri perut, kejang, muntah, diare, perdarahan,
sampai syok dan berak darah
Penularan:
 Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya di dinding wadah/tempat-tempat
berkembangbiaknya nyamuk penular, seperti pada TPA (bak mandi, WC, drum, ember) dan
non TPA (ban, barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, talang, kolam,
tempurung kelapa, pelepah daun, dan potongan bambu)
 Jika telur yang menempel belum terendam air, akan menjadi kering dan dapat bertahan
selama ±1 tahun. Apabila wadah yang telah ditempeli telur terisi air lagi, telur akan menetas
menjadi jentik nyamuk
Pencegahan:
 Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan 3M (menguras, menutup, dan
mengubur) pada tempat penampungan air (TPA) dan tempat lain yang terdapat air (non TPA
dan habitat alami) secara teratur setiap minggu
 Penaburan bubuk abate pada TPA 2–3 bulan sekali (10 gram atau 1 sendok peres setiap 100
liter)
 Ikanisasi
 Menggunakan obat anti nyamuk, kelambu, kawat kassa
 Membersihkan lingkungan dari tempat perkembangbiakan nyamuk
 Melakukan penyemprotan sekitar pukul 06.00 – 09.00 pagi dan 16.00 – 18.00 sore apabila di
rumah/tetangga yang berjarak ±100 meter ada yang menderita demam Dengue untuk
membunuh nyamuk yang menggigit penderita
18.Kaki gajah (Elefantiasis/filariasis)
Penyebab: filaria yang dibawa oleh nyamuk Culex fatigans yang hidup dalam pembuluh dan
kelenjar getah bening penderita
Gejala: masa inkubasi 3–8 bulan, kadang-kadang 12 bulan
 Peradangan pembuluh dan kelenjar getah bening
 Demam mendadak dan berulang
 Pembengkakan di skrotum (pria)
 Pembengkakan di kaki dan tangan (menyerupai kaki gajah)
 Pecahnya saluran getah bening dalam ginjal menyebabkan urin mengandung cairan getah
bening sehingga berwarna seperti susu
Penyembuhan: tidak dapat sembuh seperti semula
Pencegahan:
 Mencari dan mengobati semua penderita
 Usaha memberantas sarang nyamuk di rumah dan di lingkungan sekitar
 Memakai kelambu dan kawat kassa
 Memberantas larva dengan larvasida
19.Malaria
Penyebab: protozoa Plasmodium sp. yang dibawa oleh nyamuk Anopheles
Jenis:
 Malaria tropika (paling berat) disebabkan oleh Plasmodium falciparum
 Malaria tertiana disebabkan oleh Plasmodium vivax
 Malaria quartana (paling ringan) disebabkan oleh Plasmodium malariae
 Malaria ovale disebabkan oleh Plasmodium ovale
Jenis nyamuk Anopheles di Indonesia:
 Anopheles sondaicus (di pantai laut)
 Anopheles aconitus (di sawah)
 Anopheles maculates (di sumber-sumber air)
 Anopheles leucosphyrus (di hutan)
 Anopheles hyrcanus (di rawa-rawa)
Gejala: masa inkubasi 12–30 hari
 Sakit kepala dan lesu diikuti demam tinggi
 Meracau dan menggigil
 Keringat banyak
 Dapat menyerang otak (malaria cerebralis) dengan gejala kaku kuduk dan kesadaran menurun
 Kadang-kadang terjadi gangguan kesadaran
Akibat:
 Kekurangan darah karena sel-sel darah merah banyak yang dihancurkan oleh parasit
Plasmodium sehingga daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena infeksi, daya kerja
kurang, pertumbuhan otak pada anak-anak terhambat yang menyebabkan terganggunya
perkembangan kecerdasan anak
 Keguguran pada ibu hamil
 Pada penderita malaria tropika yang parah dan tidak diobati, pembuluh darah otak dapat
tersumbat sehingga dapat menyebabkan gangguan saraf atau kematian
Pencegahan:
 Membasmi jentik-jentik nyamuk dengan larvasida (misalnya malariol) dan ikanisasi
 Meniadakan air tergenang tempat nyamuk bertelur
 Menimbun atau mengalirkan genangan air karena nyamuk Anopheles hidup di air yang
tergenang atau mengalir perlahan
 Membunuh nyamuk dewasa (imago) dengan insektisida (misalnya DDT, Pyrethrum). Apabila
Anopheles menyentuh insektisida, akan segera mati dalam 24–48 jam. Daya bunuh insektisida
yang menempel pada dinding akan tahan selama 6 bulan
 Obat anti malaria sebagai obat profilaktik sebelum dan selama berada di daerah malaria
(misalnya: Kina, Paludrine)
 Menghindari gigitan nyamuk dengan cara tidur memakai kelambu, menggunakan obat anti
nyamuk, dan tidak berada di luar rumah setelah hari gelap
Penyakit menular kulit:
1. Skabies (gudig/kudis)
Penyebab: parasit
Gejala:
 Gatal, terutama pada malam hari
 Timbul koreng/gelembung yang kadang-kadang bernanah di tempat yang gatal
 Biasanya terdapat di lipatan jari tangan, siku, paha, pantat, dan telapak tangan
Pencegahan:
 Menjaga dan memelihara kebersihan badan, mandi dengan sabun yang sebersih-bersihnya 2
kali sehari
 Menghindari kontak dengan penderita
 Menghindari pakaian, barang-barang yang telah dipakai penderita (alat pribadi, tempat tidur,
handuk, dan sebagainya)
2. Borok
Penyebab: bakteri
Gejala:
 Luka tampak kotor, banyak nanah, darah dan cairan jernih dan kekuning-kuningan yang
meleleh dan sangat berbau (khas)
 Sekitar luka bengkak, rasa gatal, dan nyeri
Pencegahan:
 Makan makanan bergizi
 Luka yang baru segera diobati
Tindakan:
 Mencuci borok dengan menuangkan air bersih yang matang pada borok
 Membersihkan borok dengan kain yang lunak/kapas yang dibasahi dengan rivanol 1/1000
 Kompres dengan rivanol 1/1000, kemudian balut
 Mengusahakan untuk tidak menggaruk borok, mencegah borok dihinggapi lalat, mencegah
cairan borok berceceran di mana-mana, dan segera pergi ke puskesmas
3. Bisul
Penyebab: bakteri
Gejala:
 Kulit setempat menjadi bengkak, merah, sakit, dan panas pada rabaan
 Bila sudah matang ada matanya
 Kadang-kadang disertai demam dan pembengkakan kelenjar
Pencegahan: memelihara kebersihan badan dan lingkungan
Tindakan:
 Jika bisul belum pecah sendiri, jangan pecahkan, beri salep iktiol, ditutup dengan kain kassa
kemudian dibalut atau diplester
 Jika bisul telah pecah sendiri, bersihkan dan kompres dengan rivanol 1/1000
 Bila bisul terdapat di daerah muka, kelenjar dekat bisul bengkak, segera bawa ke puskesmas
4. Kadas
Penyebab: jamur
Gejala:
 Bercak-bercak putih bersisik, biasanya berbatas jelas
 Gatal
Pencegahan:
 Menjaga kebersihan umum
 Jangan bersinggungan dengan penderita
 Jangan memakai pakaian/handuk dan lain-lain dari penderita
Tindakan:
 Beri salisil spiritus 3% atau salep 2–4 atau yodium tintur 1% pada kadas, berangsur-angsur
diulang sampai hilang, kecuali jika pada muka
 Bila tidak ada perubahan dalam 1 bulan, kirim ke puskesmas
5. Panu
Penyebab: jamur
Gejala: bercak putih bersisik berbatas tidak jelas, sisiknya lebih halus daripada kadas
Pencegahan: sama seperti kadas
Tindakan: sama seperti kadas

Anda mungkin juga menyukai