Pertama-tama saya mengucapkan Puji beserta syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberkati saya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen yang membimbing dan membantu saya dalam pembuatan laporan ini yang berjudul
“Perhitungan Poligon Terbuka dan Poligon Tertutup”.
Saya mengakui bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal, termasuk dalam
pembuatan laporan ini. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna dalam pembuatan laporan ini. Tidak semua hal yang dapat kami deskripsikan dengan
sempurna dalam laporan ini. Kami berusaha semampu kami dalam pembuatan laporan ini, dimana
kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Kami akan menerima semua
kritik dan saran tersebut sebagai pedoman kami dalam memperbaiki laporan di masa yang akan
datang. Sehingga laporan berikutnya dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan laporan ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi teman-teman semua
menambah ilmu dan pengetahuan kita semua.
Banda Aceh, 05 April 2015
LINDAR RIANI S
1306101040068
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.3 Tujuan Masalah 2
1.4 Manfaat 2
BAB II 3
LANDASAN TEORI 3
2.1 Sejarah Pengukuran Tanah 3
2.3 Pengertian Poligon 5
2.3.1. Poligon Terbuka 6
2.3.2. Poligon Tertutup 6
2.4Alat-alat Ilmu Ukur Tanah 6
2.4.1. Theodolit dan Waterpass 6
2.4.2. Kompas 7
2.4.3. Tripod (kaki tiga) 8
2.4.5. Rambu ukur, prisma poligon dan prisma detil 10
2.4.6.Pita ukur dan Rol meter 10
2.4.8. Unting-unting 11
BAB III 12
METODE PENELITIAN 12
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum 12
3.2 Alat dan Bahan 12
3.3 Prosedur Kerja Alat 12
3.3.1. Menentukan Lokasi 12
3.3.2. Langkah-langkah Pengukuran 13
HASIL PENELITIAN 18
4.4.1 Perhitungan Poligon Tertutup 19
4.4.2 Perhitungan Poligon Terbuka 20
BAB V 21
PENUTUP 21
5.1 Kesimpulan 21
5.2 Saran-Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
FOTO PRAKTIKUM LAPANGAN 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam melaksanakan suatu bangunan besar, sedang dan yang kecil sekalipun, memerlukan terlebih
dahulu suatu perencanaan yang matang.Tidak mungkin dapat dibuat suatu rencana yang baik tanpa
tersedia peta yang baik pula. Untuk mendapatkan peta yang baik harus didasarkan atas hasil
pengukuran yang benar dan cara pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengukuran yang
dimaksud adalah ukur tanah.Ilmu ukur tanah adalah bagian pendahuluan dari ilmu geodesi, yang
memfokuskan pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk dipindahkan ke bidang
datar yang disebut topografi.
Mempelajari ilmu ukur tanah bertujuan untuk menbentuk permukaan mengetahui bagaimana
bentuk permukaan bumi, baik situasi maupun beda tinggi suatu titik dengan titik lain yang diamati
pada permukaan tanah. Dengan mengukur jarak, luas, ketinggian dan sudut, kita dapat mengetahui
bagaimana keadaan, dan beda tinggi titik-titik pada permukaan tanah.
Permasalahan yang terjadi terkait dengan batas-batas wilayah atau batas lahan sering menjadi
sumber persengketaan dalam masyarakat.Sengketa dalam pemetaan batas lahan bukan hanya
terjadi dimasa kini dimana pembangunan berkembang begitu pesat, bahkan permasalahan sengketa
tanah milik penduduk telah ada di dataran Sungai Nil sejak zaman Mesir kuno.
Untuk itu Mengatasi permasalahan yang sering muncul, para ahli pada waktu itu berinisiatif
melakukan pengukuran dan pematokan batas meski dengan cara yang primitif, namun sudah cukup
memberikan perdamaiin para petani di dataran sungai Nil pada waktu itu. Sejak peristiwa itu konsep
pengukuran tanah terus diterapkan dan makin berkembang hingga kini meskipun peralatan yang
dipakai masih berfariasi, mulai dari pengukuran tongkat kayu yang mencirikan suatu pengukuran
panjang dan penggalan lingkaran untuk memperoleh ukuran sudut sesuai dengan keperluannya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan dalam makalah ini yaitu:
Bagaimana pengukuran jarak dan sudut pada poligon terbuka?
Bagaimana pengukuran jarak dan sudut pada poligon tertutup?
Bagaimana memetakan hasil pengukuran dari bentuk poligon terbuka dan poligon tertutup?
Bagaimana pengukuran jarak keliling batas sebuah bentuk poligon tertutup?
Bagaimana pengukuran luas tanah berbentuk poligon sebagai hasil pengukuran lapangan?
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pengukuran tanah yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
Pengukuran jarak dan sudut pada poligon terbuka?
Pengukuran jarak dan sudut pada poligon tertutup?
Memetakan hasil pengukuran dari bentuk poligon terbuka dan poligon tertutup?
Pengukuran jarak keliling batas sebuah bentuk poligon tertutup?
Pengukuran luas tanah berbentuk poligon sebagai hasil pengukuran lapangan?
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat di ambil oleh mahasiswa setalah pengukuran tanah tersebut adalah
sebagai berikut:
Mengetahui nama alat-alat yang di gunakan dan manfaatnya.
Mengetahui bagaimana cara mengukur dan menentukan arah yang tepat.
Mengetahui bagaimana posisi yang di ukur selama kerja dilapangan.
Mengetahui luas tanah walaupun dengan topografi yang berbeda.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sejarah Pengukuran Tanah
Zaman Mesir Kuno ( 140 SM) : Sesostris melakukan pekerjaan pemetaantanah untuk keperluan
perpajakan atau yang saat ini dikenal dengan kadaster.
Zaman Yunani Kuno . Sejarah mencatat bahwa Erastotenes (220 SM adalah orang pertama yang
mecoba menghitung dimensi bumi. Dia menghitung sudut meredian Syene dan Alexandria di Mesir
dengan mengkur bayangan pada matahari. Diperleh keliling bumi 25000 mil (13,5) mil lebih
panjangdari pengkuran modern.
Pada (120 SM) Berkembang ilmu geometri metode pengukuran sebidang lapangan
(Dioptra)Perkembangan penting yakni pada jaman Romawi dimana pemikiran praktisuntuk
memciptakan peralatan yang teliti dimulai dengan bantuan teknologisederhana. Kemampuan
Romawi ditujukkan dengan hasil rekayasa di bidangkonstruksi di seluruh kekaisaran misalnya.
Peralatan yang berembang misalnya gromma, libella (sipat datar), dan crobates merupakan nivo
untukmedatarkan sudut.Peradaban Yuniani dan Romawai selama berabad abad dilestarikan
olehorang Arab dalam bidang geometri praktis.
Baru pada abad ke 13 dan 14Ilmu Ukur Tanah maju pesat banyak penulis diantaranya Von Piso
menulisPraktica Geometria (Ilmu Ukura Tanah) dan Liber Quadratorum ( pembagian kudran).Abad
18 dan 19 seni pengukuan tanah maju lebih pesat oleh karena kebutuhan peta-peta semakin
dirasakan terutama Inggris dan Perancismengembangkan pengukuran geodesi dengan triangulasi
teliti. The US Coastand Geodetic Survey , Amerika Serikat melaksanakan pengukuran hidrografidan
menetapkan titik-titik ontrol nasional.
Seteleh perang dunia I dan ke II pengukuran tanah berkembang sejalan
dengan perkembangan teknologi modern baik dalam pengumpulan datamaupun penglohannnya.
Peralatan konvesional degantikan dengan peralatanautomatis dan elektronik begitu juga dalam
pengolahan dan peyajiannyatelah berkembang metode komputerisasi.
2.2 Pengertian Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang digunakan untuk
mendeskripsikan keadaan dan posisi suatu tempat dipermukaan bumi untuk kemudian
menggambarkannya pada bidang datar. Ilmu ini merupakan cabang ilmu yang lebih luas yaitu ilmu
Geodesi yang mempelajari cara menentukan sebagian kecil atau sebagian besar bentuk permukaan
bumi. Ilmu ukur tanah dikenal dengan istilah “Surveying” karena bidang kegiatannya menentukan
kedudukan titik-titik atau menggambarkan keadaan fisik yang terdapat di permukaan bumi (Drs.
Thamrin Kamaruddin:5).
Ilmu ukur tanah dapat di artikan sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang
digunakan untuk mendeskripsikan keadaan, posisi dan batas-batas wilayah suatu tempat di
permukaan bumi untuk kemudian menggambarkannya pada suatu bidang datar yang kemudian
disebut sebagai peta (Team Laboratorium Geografi:2).
Dalam melaksanakan suatu bangunan besar, sedang dan yang kecil sekalipun, memerlukan terlebih
dahulu suatu perencanaan yang matang. Tidak mungkin dapat dibuat suatu rencana yang baik tanpa
tersedia peta yang baik pula. Untuk mendapatkan peta yang baik harus didasarkan atas hasil
pengukuran yang benar dan cara pengukuran yang dapat dipertanggung jawabkan. Pengukuran yang
dimaksud adalah ukur tanah. Ilmu ukur pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi
untuk dipindahkan ke bidang datar yang disebut topografi.
Mempelajari ilmu ukur tanah bertujuan untuk menbentuk permukaan mengetahui bagaimana
bentuk permukaan bumi, baik situasi maupun beda tinggi suatu titik dengan titik lain yang diamati
pada permukaan tanah. Dengan mengukur jarak, luas, ketinggian dan sudut, kita dapat mengetahui
bagaimana keadaan, dan beda tinggi titik-titik pada permukaan tanah.
Pada ilmu ukur tanah, sudut dan jarak menjadi unsur yang penting, oleh karena itu pengukuran-
pengukuran bentuk permukaan bumi difokuskan pada pengukuran keduanya. Dalam hal ini, alat
yang digunakan adalah Theodolit dan Waterpass dengan merek Sokkia buatan Jepang. Hasil
pengukuran dengan menggunakan kedua alat tersebut akan mendapatkan data-data yang akan
dipakai untuk menggambarkan situasi suatu lokasi pengukuran, seperti gedung, tanaman, saluran
air, dan jalan. Unsur-unsur itulah yang disebut topografi.
Hasil pengukuran tanah dewasa ini dipakai untuk:
Memetakan bumi diatas dan dibawah permukaan laut.
Menyiapkan peta-peta navigasi untuk penggunaan di udara, darat, dan laut.
Menetapkan batas-batas pemilik tanah.
Mengembangkan Bank Data Informasi Tata Guna Tanah dan Sumber Daya Alam yang membantu
dalam pengelolaan lingkungan hidup kita.
Menentukan fakta-fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat, dan medan magnet bumi.
Gambar: Theodolit
Dalam pelaksanaan pengukuran ilmu tanah dapat dilakukan dengan mudah dan tepat dengan
menggunakan theodolit laser. Cara penggunaan theodolit laser yaitu kerjanya didasarkan pada
proses pemancaran gelombang dan pemantulan kembali gelombang elektromagnetik oleh reflektor
yang ditempatkan di titik ukur. Setelah melalui proses ukur ini hasil pengukuran jarak akan tampil
secara otomatis pada monitor pesawat ukur dan biasanya hasil pengukuran jarak dilengkapi reduksi
arah horizontal dan vertikal.
2.4.2. Kompas
Kompas adalah sejenis alat navigasi yang digunakan sebagai alat penunjuk arah melalui sebuah
panah pununjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengannya medan magnet
bumi.Komponen utama sebuah kompas adalah lingkaran berskala dan jarum panah sebagai
penunjuk arah yang pada ujung jarum dibuat dari besi yang bermagnet, dan ditengah-tengahnya
terpasang sumbu yang memungkinkan jarum magnet seimbang dan dapat berputar bebas dalam
bidang horizontal.
Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara magnetis. Dalam
pemakaian kompas sebagai penunjuk arah, posisinya harus horizontal sesuai dengan arah garis
medan magnet bumi. Kegunaan yang utama kompas adalah sebagai penunjuk arah mata angin
terutama arah utara-selatan.
Gambar: Kompas.
2.4.3. Tripod (kaki tiga)
Kaki tiga terbuat dari besi yang dilengkapi dengan skrup pengatur ketinggian. Alat ini berfungsi
sebagai tempat pemasangan theodolit atau waterpass, juga berfungsi untuk mengatur
kesetimbangan vertikal dan horizontal menkipun diletakkan pada suatu landasan yang miring.
Gambar: Payung.
2.4.8. Unting-unting
Unting-unting terbuat dari bahan besi atau kuningan dan digunakan sebagai alat pemandu
penyesuaian sudut prisma sehingga dapat memproyeksikan titik yang berada dibawahnya berupa
pita ukur dipermukaan tanah atau sebaliknya.Alat ini mempunyai panjang ± 5cm, diameter 1.5cm
dan salah satu ujungnya dibuat runcing sedang ujung lain tumpulyang dilengkapi lubang untuk
penyangkut tali penggantung. Arah unting-unting pada berbagai tempat adalah sejajar dan
mengarah pada pusat bumi.
Gambar: Unting-Unting.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat : Halaman Mesjid Jami’ Unsyiah
Waktu : 14.00 - 18.00 WIB
Tanggal : 18 Maret 2015
3.2 Alat dan Bahan
Theodolit type Total Stasion Nikon DTM 322.
Prisma poligon, prisma detil dan Rambu ukur.
Tripod (kaki tiga).
Kompas.
Unting-unting.
Pita meter, Rol meter.
Patok Kayu.
Perangkat alat tulis menulis.
3.3 Prosedur Kerja Alat
Langkah-langkah dalam penggunakan alat ilmu ukur tanah adalah sebagai berikut:
3.3.1. Menentukan Lokasi
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum memulai pengukuran adalah mengadakan peninjauan
lokasi yang akan di ukur, peninjauan ini bertujuan untuk lebih mengenal daerah yang akan diukur,
agar mempermudah pada saat pengukuran. Selain itu juga untuk menentukan titik yang akan dibidik
dengan cara menempatkan patok-patok sedemikian rupa sehingga membentuk polygon
tertutup.Sebelum melakukan pengukuran dengan alat Theodolit dan Waterpass, terlebih dahulu
harus diadakan persiapan-persiapan yang merupakan pekerjaan pendahuluan, antara lain:
Menempatkan patok-patok membentuk poligon tertutup.
Menentukan arah utara sebagai titik ikat.
Penempatan paku diatas setiap patok sebagai sasaran bidikan.
Mengukur jarak setiap titik sisi polygon dengan menggunakan meteran.
Mengukur tinggi patok dengan menggunakan meteran.
Membuat sketsa poligon yang akan dibuat.
3.3.2. Langkah-langkah Pengukuran
a. Centering Ketimbangan Vertikal dan Horizontal
Sebelum melakukan pengukuran kita harus melakukan set up alat terlebih dahulu dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
Dirikan alat Theodolit di titik STN (titik tempat berdiri alat Theodolit, misalnya di titik 2) dan lakukan
pengaturan keseimbangan sumbu vertical dan horizontal dengan cara mengatur gelembung udara
nivo kotak dan nivo tabung berada di tengah-tengah hingga mencapai keadaan ketimbangan.
Pengaturan ini dapat juga di peroleh dengan menggantung unting-unting pada penyangkut tripod
(kaki tiga) kemudian diamati kenampakannya dengan tepat lewat teropong pengatur sumbu vertical
yang ada pada Theodolit.
Dirikan prisma polygon masing-masing pada titik 1 (untuk Backsight = BS) dan titik 3 (untuk Foresight
= FS), kemudian lakukan centering yaitu pengaturan keseimbangan vertical dan horizontal
sebagaimana pengaturan keseimbangan alat Theodolit pada kedudukan STN.
Pastikan bahwa pendirian alat Theodolit di titik 2, prisma polygon BS di titik 1 dan prisma polygon PS
di titik 3 sudah benar-benar tegak dan seimbang. Pendirian posisi vertical pada BS dan FS harus di
lakukan dengan bantuan penggantung unting-unting karena tidak dilengkapi dengan alat Nivo.
Setelah persaratan keseimbangan di penuhi maka Theodolit total station DTM 322, sudah
siap digunakan untuk melakukan pengukuran.
b. Setting Instrumen
Ada beberapa setting instrument yang perlu di lakukan pada waktu kita akan melakukan pengukuran
:
Setting Job
Setting ini melakukan untuk melakukan pengukuran seperti : Skala factor, temperature dan
pressure, sudut, jarak dan sebagainya. Setelah kita buat job, aka nada pilihan untuk masuk ke menu
Sett.
Setting Measurements
Setting ini digunakan untuk melakukan mengaturan seperti : target, konstanta prisma dan lain-lain.
Dengan adanya dua tombol MSR, (MSR1 dan MSR2) memungkinkan kita untuk setting dua mode
pengukuran yang berbeda, missal MSR1 untuk yang non-prisma dan MSR2 untuk yang memakai
prisma.
c. Pengukuran Poligon dan Perekaman Data
Misalkan, kita akan melakukan pengukuran pada poligon tertutup yaitu pengukuran jarak dan sudut
dengan diagram penempatan alat ukur.
Deskripsi :
Alat Theodolit di tempatkan di titik 2 sebagai STN (Station)
Prisma poligon di titik 1 sebagai BS (Backsight)
Prisma poligon lainnya di titik 3 sebagai FS (Foresight)
Langkah-langkah awal yang dilakukan dengan alat survey Theodolit total Station Nikon DTM 32
adalah sebagai berikut :
Set-up alat
Lakukan set-up alat yaitu melaksanakan centering sampai setimbang sehingga alat siap untuk
digunakan, baik untuk Theodolit total station maupun kedua prismanya.
Membuat Job
Untuk membuat Job pengukuran yaitu dengan cara menekan tombol MENU pilih Job atau tekan
tombol angka 1 ENTER sehingga akan muncul seperti berikut :
Pilih Create (tekan tombol MSR1) masukkan nama JOB (maksimal 8 karakter) untuk menghapus
job pilih DEL atau tekan MSR2.
Mencari sudut azimuth pendekatan dengan kompas
Pasang kompas di atas alat Theodolit
Putar alat secara horizontal ( ke kanan atau ke kiri) sehingga teropong menghadap ke arah (Utara)
yang disesuaikan arah utara pada kompas, kemudian kunci alat.
Bacaan sudut horizontal alat (HA) dibuat menjadi 0 (nol) dengan cara tekan tombol “ANG” kemudian
pilih 0 set
Setelah bacaan sudut horizontal menjadi 0, putar teropong ke arah backsight (misal titik 1) serta
bidik backsight, kemudian kunci alat
Maka bacaan horizontal yang ditampilkan di alat tersebut itu adalah sudut azimutnya, kemudian kita
catat bacaan sudutnya tersebut.
Memasukkan Koordinat Tempat Berdiri Alat
Untuk memulai pengukuran, masukkan tinggi alat dan koordinat tempat berdiri alat, yaitu dengan
cara :
Tekan tombol STN (tombol nomor 7)
Untuk memasukkan koordinat tempat berdiri alat kita pilih KNOWN atau tekan tombol 1
Maka untuk melanjutkannya kita diminta untuk memasukkan nomor titik dan koordinat STN
(koordinat X,Y,Z) tempat berdiri alat, serta kodenya. Kode dapat berupa BM, patok dan lain-lain.
Memasukkan Backsight (BS)
Setelah koordinat tempat berdiri alat dimasukkan, maka secara otomatis dari alat akan meminta
untuk memasukkan informasi backsight (BS) informasi ini dapat berupa :
Informasi koordinat backsight
Informasi azimuth dan titik koordinat berdiri alat ke titik Backsight
BS : masukkan nomor titik backsight (nomor 1) kemudian tekan tombol ENT atau panah ke bawah
HT : masukkan tinggi target / prisma kemudian tekan tombol ENT atau tekan panah ke bawa
Contoh : masukkan nilai sudut azimuthnya, misal diketahui azimuh 135025’05” maka penulisan di
alat 1352505.
Melakukan Pengukuran Foresight
Putar teropong dan arahkan ke titik 3 bidik, kemudian lakukan pengukuran dengan cara menekan
tombol MSR1, kemudian tekan tombol ENT untuk merekam data.
Pindah Alat ke titik selanjutnya (titi 3)
Posisi alat berdiri di titik 3, sedangkan backsight di titik 2 dan foresight di titik 4. Langkah dilakukan
sama dengan langkah no.3 (mencari sudut azimuth pendekatan dengan kompas), langkah no.4
(memasukkan koordinat tempat berdiri alat) dan langkah no.5 (memasukkan bancksight, BS). Yang
berbeda pada saat melakukan pengukuran backsight, yang kita inputkan adalah koordinat
bancksight. Koordinat bancksight ini diperoleh dari hasil pengukuran pada saat kita berada di titik 2.
d. Pengukuran Detil
Sebelum melakukan penguran detil kita perlu juga input STN dan juga BS. Prosedur pengukurannya
juga harus kita jalani dulu seperti set-up dan centering. Berikut ini adalah langkah-langkah yang
dilakukan untuk melakukan pengukuran detil.
Membuat Job
Untuk membuat Job pengukuran yaitu dengan cara menekan tombol MENU pilih Job atau
tekan tombol angka 1 ENTER.
Memulai pengukuran
Memasukkan Koordinat Tempat Berdiri Alat (STN)
Untuk memulai pengukuran, masukkan tinggi alat dan koordinat tempat berdiri alat. Untuk
memasukkan koordinat tempat berdiri alat yaitu dengan cara : tekan tombol STN(tombol no.7).
untuk memasukkan koordinat tempat berdiri alat kita pilih KNOWN atau tekan tombol 1, kemudian
masukkan informasi titik STN seperti nilai X, Y,Z dan dan tinggi alat dan kode.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil PerhitunganData dari hasil pengamatan yang kami lakukan adalah tersaji pada tabel
berikut:
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data pengukuran sebagaimana yang terlampir. Dari
pengolahan data hasil praktikum tersebut telah kami buat peta topografinya dan juga gambar
penampang melintang dan memanjang. Untuk data-data dan gambar dapat dilihat pada lampiran.
Adapaun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ada dua, yaitu : Theodolit dan Waterpass.
Theodolit digunakan untuk mengukur besarnya sudut dan arah, dan dapat juga digunakan untuk
mengukur beda tinggi, data yang diperoleh digunakan untuk pembuatan gambar penampang
melintang. Waterpass juga mempunyai prinsip yang tidak jauh berbeda, kegunaan dari alat ini
adalah untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau lebih, yang berbeda letaknya, yang dapat
ditentukan dengan pembacaan benang atas, benang tengah, dan benang bawah.
Alat-alat yang digunakan adalah senagai berikut:
Instrumen Theodolit.
Instrumen Waterpass.
Baak meter.
Patok kayu.
PakuMartil.
Payung.
Alat tulis beserta alas.
Meteran
5.2 Saran-Saran
Dalam praktikum kali ini kami banyak sekali mengalami kesusuahan dalam pengumpulan data
maupun pengolahan data sering sekali kami selalu salah dalam perhitungan data, untuk itu kepada
asisten kami mengahrapkan agar lebih banyak lagi dibantu dalam pengolahan data karena kami
sangat sulit dalam perhitungan maupun pembuatan gambarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kamaruddin, Thamrin. -. Dasar-dasar Ilmu Ukur Tanah.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Syiah Kuala
Rais, Jacob. 1970. Ilmu Ukur Tanah, Edisi Kedua. Cipa Sari: Semarang.
Russel C. Brinker dan Paul R. Wolf. 1993. Dasar-dasar Pengukuran Tanah (Surveving). Erlangga:
Jakarta.
Team Labolatorium Geografi. -. Penuntun Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan: Universitas Syiah Kuala
LAMPIRAN
FOTO PRAKTIKUM LAPANGA