Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang timbul sejak lahir pada tahun pertama kehidupan
dan merupakan salah satub penyebab kebutaan pada anak yang sering di jumpai. Jika katarak tetap
tidak terdeteksi, kehilangan pengelihatan yang permanen dapat terjadi. Setelah pengangkatan lensa
pada katarak kongenital, maka mata akan mengalami afakia yaitu keadaan dimana mata tidak lagi
memiliki lensa. Pengelihatan anak dengan afakia dapat dikoreksi dengan beberapa cara,
diantaranya adalah menggunakan RGP (rigid gas permeable)\Penggunaan RGP merupakan salah
satu terapi koreksi tajam pengeliatan yang baik dan memilki keunggulan dibanding terapi lainnya,
berupa daya oksigenasi yang lebih baik di banding lensa kontak jenis lain dan tidak beresiko
terjadinya luksasi lensa jika di banding dengan penggunaan IOL. Tujuan penulisan skripsi ini
adalah memberikan informasi secara umum mengenai penggunaan RGP sebagai koreksi afakia
pasca operasi katarak kongenital sehinga dapat mencegah kebutaan atau penurunan tajam
pengelihatan pada anak dengan afakia pasca operasi katarak kongenital.
Menurut pandangan kedokteran tentang penggunaan RGP (Rigid Gas Permeable) sebagai koreksi
afakia pada anak pasca operasi katarak kongenital dapat menjadi pilihan terapi terbaik, karena
dapat mencegah komplikasi terjadinya amblyopia dan luksasi lensa intraokular jika dilakukakn
pemasangan IOL saat umur anak kurang dari 2 tahun. RGP juga mempunyai daya oksigenasi yang
lebih baik di banding lensa kontak jenis lainnya.
Menurut pandangan Islam penggunaan RGP sebagai koreksi afakia pada anak pasca operasi
katarak kongenital di perbolehkan karena terapi tersebut merupakan suatu bentuk perkembangan
teknologi yang bermanfaat sebagai pengobatan dan tidak mengandung unsur yang haram pada
bahan pembentuknya.
Dengan demikian penggunaan RGP pada anak dengan afakia pasca operasi katarak kongenital
sejalan dengan syariat islam dan kedokteran sebagai penatalaksanaan dalam koreksi tajam
pengelihatan.
(dr. Tri Agus Haryono, Sp. M) (Dra. Hj. Siti Marhamah M.Ag)
PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG
(dr. Tri Agus Haryono, Sp. M) (Dra. Hj. Siti Marhamah M.Ag)
KATA PENGANTAR
shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
DAN ISLAM”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai
Terwujudnya skripsi ini adalah berkat bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini nulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
Universitas YARSI
3. dr. Lilian Batubara, M.Kes selaku Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran dan
YARSI Jakarta.
5. dr. Tri Agus Haryono, Sp.M selaku dosen pembimbing medik yang
kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih, semoga Allah SWT
6. Dra. Hj. Siti Marhamah, M.Ag selaku dosen pembimbing agama Islam yang
sabar dan teliti. Terima kasih, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya.
8. Abdul Hafid dan Dewi Sunarwati, kedua orang tua tersayang, Amy
Suryani, Joni Susilo dan Supini ketiga orang tua lainnya yang telah
memberikan dorongan materil, semangat, kasih sayang dan doa yang tiada
hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk
sebagai adik-adik kandung tersayang, terima kasih atas kasih sayang dan
10. Fachryan Zuhri, Chandra Agus Listiono, Hersa Firda Kartika, Lusy
Cristi, Dira Sari Puji Astuti, Finda Safitri, Arum Kusuma Wardani, Dewi
Handayani, Mayarni, dan Sinta Arum Fatimah dkk yang selalu memberi
semangat dan kritik yang membangun selama proses pembuatan skripsi ini,
menjadi pemicu dan selalu memberikan bantuan, dukungan, dan saran kepada
penulis.
12. Teman-teman lainnya serta pihak-pihak yang terlibat yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-satu.
luput dari kesalahan dan kekurangan baik dari segi materi maupun bahasa yang
disajikan. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan & kekhilafan
yang tidak disengaja. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan pembaca pada umumnya di dalam memberikan sumbang pikir dan dalam
membangun sangat penulis harapkan guna memperoleh hasil yang lebih baik di
dalam penyempurnaan skripsi ini dari penulisan sampai dengan isi dan
pembahasannya.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
2.3.4.2. Kontraindikasi.................................................. 37
Pada katarak kongenital kekeruhan lensa yang timbul sejak lahir pada
katarak tetap tak terdeteksi, kehilangan penglihatan yang permanen dapat terjadi.
Turunnya penglihatan akibat katarak tergantung pada posisi kekeruhan lensa, jika
kekeruhan lentikular timbul pada sumbu penglihatan maka akan terjadi gangguan
visus secara signifikan dan dapat berlanjut menjadi kebutaan (Lindsay, Chi,
2009).
1,5% dari 10.000 kelahiran, Australia 2,2% per 10.000 kelahiran, dan Inggris
lebih dari 3%per 10.000 kelahiran. 65% diantaranya merupakan katarak bilateral
sering terjadi adalah amblyopia dan glaukoma (Lambert, 1996). Masa emas untuk
dimana tidak adanya lensa yang disebut sebagai afakia. Keadaan ini akan
akibat hilangnya salah satu media refraksi pada mata. Pada hipermetropia, benda-
benda jauh terfokus di retina hanya dengan akomodasi, sementara benda-benda
pengelihatan jauh lebih baik dari pada pengelihatan dekat (Sherwood, 2001).
beberapa tahun pertama kehidupan dan selama awal masa kanak-kanak, elemen
refraksi pada mata akan mengalami perubahan secara radikal. Sedangkan, orang
dewasa sebelumnya mempunyai mata normal dan telah lepas dari tahun-tahun
awal masa perkembangan mata. Hal ini, berhubungan dengan resiko terjadinya
komplikasi amblyopia, dimana jika pengelihatan mata yang bermasalah akan tak
dapat lagi di perbaiki jika penatalaksanaan pengelihatan lewat dari masa emas
tidak di rekomendasikan bagi anak ataupun bayi, alasannya kacamata sangat berat
dan susah untuk di sesuaikan. Saat ini, Intraocular Lens (IOL) sangat di
bayi memerlukan IOL dengan diameter yang lebih kecil, hal ini dapat membawa
banyak masalah pada masa yang akan datang saat si bayi beranjak dewasa.
ekstraksi kapsul pada katarak tanpa implantasi IOL lebih sedikit beresiko
ekstraksi kapsul dengan implantasi IOL. Implantasi IOL akan lebih adekuat jika
dilakukan setelah anak berusia lebih dari 2 tahun, jika implantasi IOL dilakukan
setidaknya kurang dari 2 tahun maka akan berefek ketidak pasan letak IOL setelah
apabila tajam pengelihatan bayi tidak segera di koreksi (Borisovsky et al, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Woo dkk 2013 mengemukakan studi kasus
yang mereka lakukan pada 8 anak afakia yang dikoreksi dengan lensa kontak (soft
20/20 saat dewasa. Hal ini bisa menjadi penatalaksaan yang lebih baik untuk
adalah nikmat sehat, karena dengan tubuh yang sehat maka manusia dapat
melakukan aktivitas dengan lancar, salah satunya adalah beribadah. Oleh karena
itu sudah menjadi kewajiban bagi manusia untuk menjaga kesehatnnya. Namun
penghapus dosa, sebagai sarana menaikan derajat ke ilmuan, dan sebagai bentuk
kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. (Soenarwo, 2009). Keadaan afakia pada
anak pasca operasi katarak kongenital merupakan gangguan kesehatan mata dari
sekian banyak penyakit. Pada keadaan tersebut anak harus segara mendapatkan
pengobatan untuk mendapatkan tajam pengelihatan yang baik. Para fuqoha’ (ahli
orang tua, maka sudah menjadi kewajiban orang tua untuk bertanggung jawab
mengandung tujuan untuk kesehatan dan kesembuhan, selain itu aman jika di
berikan, dan tidak mengandung bahan-bahan yang di haramkan. Jika dilihat dari
merupakan teknologi terbaru dalam memperbaiki visus pada anak dengan afakia.
Maka dari uraian diatas, penulis merasa perlu untuk membahas lebih lanjut
anak pasca operasi katarak kongenital ditinjau dari segi kedokteran dan islam.
Perumusan Masalah
kongenital?
3. Bagaimana mengoreksi tajam pengelihatan pada anak dengan afakia?
afakia?
1.2. Tujuan
gas permeable) untuk afakia pada anak dengan katarak kongenital ditinjau dari
kongenital.
afakia.
7. Mengetahui pandangan islam tentang kewajiban memelihara dan menjaga
kesehatan mata.
1.3. Manfaat
1. Bagi Penulis
Skripsi ini berguna sebagai salah satu syarat untuk kelulusan dokter muslim
untuk afakia pada anak dengan katarak kongenital, dan dapat memahami
3. Bagi Masyarakat
2.1.1. Definisi
terjadi akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
pemajanan yang lama sinar ultraviolet, atau kelainan mata lain seperti uveitis
lensa. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (panambahan cairan) lensa,
adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan dilalui cahaya menuju
retina, dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan
(Smeltzer, 2002).
Sedangkan, katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang timbul sejak
lahir pada tahun pertama kehidupan dan merupakan salah satu penyebab kebutaan
pada anak yang sering di jumpai. Jika katarak tetap tak terdeteksi, kehilangan
tergantung pada posisi kekeruhan lensa, jika kekeruhan lentikular timbul pada
sumbu penglihatan maka akan terjadi gangguan visus secara signifikan dan dapat
2.1.2. Epidemiologi
hidup, yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan normal lensa. Prevalensi
pada negara berkembang sekitar 2-4 tiap 10.000 kelahiran hidup. Adapun
frekuensi kejadiannya sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Katarak
Serikat adalah 1,5% per 10.000 kelahiran, Australia 2,2% per 10.000 kelahiran,
dan Inggris lebih dari 3% per 10.000 kelahiran. 65% diantaranya merupakan
sebelah anterior lensa terdapat humor aquos dan disebelah posterior terdapat
humor vitreous. Lensa terdiri dari 65% persen air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi
di lensa dari pada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus
lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-
2.1.3.2. Embriologi
2002).
Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensa berasal dari
membentuk vesikel lensa (lens vesicle) dan bebas terletak di dalam batas-batas
Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm permukaan (30 hari
gestasi), maka sel-sel bagian posterior memanjang dan menutupi bagian yang
kosong (40 hari gestasi). Sel-sel yang mengalami engolasi ini disebut sebagai
serat lensa primer (nukleus embrionik). Sel pada bagian anterior lensa terdiri
dari sel-sel kuboid yang dikenali sebagai epitel lensa. Kapsul lensa berasal dari
epitel lensa pada bagian anterior dan dari serat lensa primer pada bagian
epitel subkapsular, yang tetap berupa selapis sel epitel kuboid. Serat-serat ini
Hasilnya serat lensa sekunder ini membentuk nukleus fetal. Serat-serat ini
bertemu membentuk sutura lentis Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik
yang membentuk substansi lensa yang terdiri dari korteks dan nukleus.
hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi sangat lambat bertambah
besar. Epitel lensa akan membentuk serat primer lensa secara terus menerus
dengan disusul oleh proses sklerosis yang menyebabkan kakunya lensa apabila
semakin tua. Pada masa dewasa pertumbuhan lensa selanjutnya kearah perifer
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
2008).
sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara
korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina
(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.
Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan
kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior
dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak
ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-
Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose,
juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse
adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah
2.1.5. Etiologi
jenis katarak pada seseorang yaitu katarak kongenital unilateral atau bilateral.
utama yang lain adalah bisa disebabkan oleh penyakit infeksi maternal (Mosby,
2008).
penyakit lain. Cara pewarisan yang paling sering adalah autosomal dominan.
2. Anomali okular
lain seperti persistent fetal vasculature (PFV), disgenesis segmen anterior dan
fisiologis pada lensa berubah dan akhirnya menyebabkan katarak (Mosby, 2008)
2.1.6. Klasifikasi
1. Katarak zonular
A. Nuklear
perkembangan lensa pada stadium awal, oleh karena itu melibatkan nukleus
dan fetal, kadang-kadang di nukleus infantil. Katarak jenis ini mempunyai ciri
kekeruhan dengan densitas seperti kapur (chalky) di bagian sentral yang sangat
B. Lamellar
yang menyebabkan gangguan visus, dan sekitar 49% dari semua kasus.
antara minggu ke-7 dan ke-8 kehamilan juga dapat menyebabkan katarak lamelar.
nukleus dan korteks (sandwich). Massa lensa yang tidak mengalami kekeruhan
jelas di internal dan eksteranal zona katarak, kecuali kekeruhan kecil yang
berbentuk linier seperti jari-jari roda, yang dapat terlihat hampir di ekuator.
intraokular (pengelihatan) yang berbeda oleh karena opasifikasi, hal ini dapat
menyebabkan amblyopia.
C. Sutural
posterior sutura Y. katarak ini biasanya statis, bilateral, dan tidak banyak berefek
pada penglihatan. Kekeruhan tiap individu bervariasi dalam ukuran dan bentuk
serta mempunyai pola yang berbeda, oleh karena itu dibagi menjadi:
anterior.
e) Sutural katarak bisa bersamaan dengan nuclear katarak, namun jika sutural
sutural katarak.
D. Kapsular
Merupakan opasitas lensa yang melibatkan salah satu kapsul anterior atau
posterior lensa. Katarak kapsular anterior: nonaksial, statis, dan secara visual tidak
2. Katarak polar
Katarak polar anterior melibatkan bagian sentral dari kapsul anterior dan
b) Perforasi kornea. Katarak juga dapat didapat pada usia infantil dengan
(PHPV).
3. Katarak total
Biasanya anak lahir dengan katarak nuklear densitas putih atau katarak parsial.
Katarak ini merupakan jenis yang progresif. Lensa dapat lunak atau mencair
4. Katarak membranosa
Francois.
permulaannya jernih, lambat laun akan opak. Saat lensa masih terlihat jernih,
pengelihatan.
buruk.
2.1.7. Patofisiologi
(zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa,
cahaya ke retina. Hal ini diakibatkan karena protein pada lensa menjadi water
insoluble dan membentuk partikel yang lebih besar. Dimana diketahui dalam
struktur lensa terdapat dua jenis protein yaitu protein yang larut dalam lemak
(soluble) dan tidak larut dalam lemak (insolube) dan pada keadaan normal protein
yang larut dalam lemak lebih tinggi kadarnya dari pada yang tidak larut dalam
lemak.
karena disertai adanya influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
berat molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul tinggi larut air,
fase tak larut air dan matriks protein membran tak larut air. Hasil perubahan
khusus keterlibatan dari glukosa dan mineral serta vitamin. (Mutiarasari, 2011)
fetal, atau nukleus embrional, tergantung pada waktu stimulus karaktogenik atau
di kutub anterior atau posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa
(Vaughan, 2000).
Pada katarak developmental, kekeruhan pada lensa timbul pada saat lensa
dibentuk. Jadi lensa belum pernah mencapai keadaan normal. Kekeruhan lensa,
sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Kekeruhan pada katarak kongenital jarang
secara visual tidak bermakna. Kekeruhan parsial atau kekeruhan di luar sumbu
penglihatan atau tidak cukup padat untuk mengganggu transmisi cahaya tidak
bermakna harus dideteksi secara dini, sebaiknya di lakukan pada bayi baru lahir
oleh dokter anak atau dokter keluarga. Katarak putih yang dan besar dapat tampak
sebagai leukokoria yang dapat dilihat oleh orang tua. Katarak infantilis unilateral
yang padat, terletak di tengah, dan garis tengahnya lebih besar dari 2 mm akan
menimbulkan amblyopia deprivasi permanen apabila tidak diterapi dalam masa 2
tetapi apabila penanganannya ditunda tanpa alasan yang jelas, dapat terjadi
dan gambaran morfologik. Pada pupil mata bayi yang menderita katarak
kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. Pada setiap leukokoria
1998). Bila fundus okuli tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi
Jika pada katarak kongenital ini kekeruhannya hanya kecil saja sehingga
tidak menutupi pupil, maka penglihatannya bisa baik dengan cara memfokuskan
maka penglihatannya tidak akan normal dan fiksasi yang buruk akan
monokular dan binokular yang telah dioperasi secara dini penglihatannya baik
2.1.9. Penatalaksanaan
refleks fundus dapat menyatakan keadaan sedikit keruh. Evaluasi lengkap dari
refleks merah yang simetris secara normal mudah dikerjakan di dalam ruangan
gelap dengan cahaya yang terang dari ophthalmoscopy direct kedalam kedua mata
akan mengalami afakia, yaitu keadaan dimana mata tidak lagi memiliki lensa.
Pengelihatan anak dengan afakia dapat di koreksi dengan beberapa cara. Menurut
letaknya, di bedakan atas koreksi secara eksternal dan IOL (internal) (Rafii et al
2013)
mata lain, dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang
memuaskan bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata
tersebut telah terjad nistagmus. Bila terdapat nistagmus, maka keadaan ini
bergantung pada:
1. Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan
bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan tindakan
buruk, karena mudah sekali terjadinya ambliopia; karena itu sebaiknya dilakukan
bebat mata.
sehingga sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi
usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.
midriatika visus dapat menjadi lebih baik. Bila tak dapat dilakukan iridektomi
optis, karena lensa sangat keruh maka pada anak-anak di bawah umur 1 tahun,
disertai fundus yang tak dapat dilihat, dilakukan disisi lensa, sedang pada anak
yang lebih besar dilakukan ekstraksi linier. Koreksi visus pada anak dapat berarti,
bila anak itu sudah dapat diperiksa tes visualnya. Iridektomi optis, mempunyai
keuntungan, bahwa lensa dan akomodasi dapat dipertahankan dan penderita tidak
tahun), dilakukan disisi lensa. Pada katarak yang lunak (umur 1-35 tahun)
massa lensa diaduk, massa lensa yang masih cair akan mengalir ke bilik mata
(Ghozie, 2002).
Lebih jelasnya: dengan suatu pisau atau jarum disisi, daerah limbus di
bawah konjungtiva ditembus ke coa dan merobek kapsula lensa anterior dengan
ujungnya, sebesar 3-4 mm. jangan lebih besar atau lebih kecil. Maksudnya agar
melalui robekan tadi isi lensa yang masih cair dapat keluar sedikit demi sedikit,
masuk ke dalam coa yang kemudian akan diresorbsi. Oleh karena massa lensa
Kalau luka terlalu kecil, sekitar 0,5-1 mm, robekan dapat menutup
kembali dengan sendirinya dan harus dioperasi lagi, sedang bila luka terlalu
besar, isi lensa keluar mendadak seluruhnya ke dalam COA, kemudian dapat
terjadi reaksi jaringan mata yang terlalu hebat untuk bayi, sehingga mudah terjadi
lensa:
Kemungkinan perkembangan terbaik adalah pada umur 3-7 bulan. Syarat untuk
cukup. Jika katarak dibiarkan sampai anak berumur lebih dari 7 bulan, biasanya
fovea sentralisnya tak dapat berkembang 100 %, visusnya tidak akan mencapai
anopsia). Jika katarak itu dibiarkan sampai umur 2-3 tahun, fovea sentralis tidak
akan berkembang lagi, sehingga kemampuan fiksasi dari fovea sentralis tak dapat
lagi tercapai dan mata menjadi goyang (nistagmus), bahkan dapat terjadi pula
pada satu mata dulu, bila mata ini sudah tenang, mata sebelahnya dioperasi pula,
jika kedua mata sudah tenang, penderita dapat dipulangkan (Wijana, 1993).
2. Ekstraksi Linier
Pada prinsipnya yang dilakukan adalah bilik mata depan ditembus dan
kapsul anterior lensa dirobek dan massa lensa dievakuasi serta dibilas dengan
kongenital tidak hanya dengan mengekstraksi lensa yang keruh, namun juga harus
afakia, yaitu keadaan dimana tidak adanya lensa. Keadaan ini mengakibatkan
(Rafii, 2013).
Menurut letaknya, di bedakan atas koreksi secara eksternal dan IOL (internal)
(Rafii, 2013).
Koreksi pengelihatan pada anak/bayi dengan afakia secara eksternal
diantranya adalah :
1. Kacamata afakia
Kacamata afakia biasanya hanya di gunakan pada anak dengan orang tua
Kontak lens dapat di sesuiakan pada mata dengan segala umur dan sangat
pengobatan primer. Dan pada kasus afakia bilateral, lensa kontak banyak di
Tipe lensa kontak yang biasanya di gunakan dalam mengoreksi afakia adalah rigid
Intra Ocular Lens (IOL). Implantasi IOL pada anak dengan afakia memiliki
2.1.10. Komplikasi
a) Amblyopia
katarak pada anak/bayi. Hal ini muncul jika pengelihatan tidak segera di koreksi
pasca oprasi ekstraksi lensa yang mengakibatkan retina menerima gambaran tak
Opasifikasi kapsul posterior menjadi masalah umum pada mata anak. Jika
waktu 1 bulan postoperasi katarak. Jika di biarkan, kualitas gambaran pada retina
menurun parah, karena ini akurasi refraksi pada mata menjadi musthail.
dasar vitreous posterior. Bila korpus vitreous menyusut, ia dapat menarik sebagian
retina.
operasi berulang. 4 dari 6 anak yang menderita ablasio retina pernah melakukan
e) Endophtalmitis
Streptococcus viridians.
f) Reproliferasi lensa.
Hal ini terkadang terjadi pada daerah retro-iridio dan terjadi enkapsulasi
dengan sisa-sisa kapsul lensa anterior dan posterior. Saat terjadi enkapsulasi,
adakalanya material lensa yang reprolifetatif meluas sampai lubang pupil dan
h) Edem kornea
detergen pada kanula/instrumen operasi yang tidak di bilas dengan baik saat
i) Abnormalitas pupil
instrument vitreous di robek atau iris rusak saat prolaps selama operasi.
j) Glaukoma
Tipe glaucoma yang sering menjadi komplikasi pasca operasi katarak kongenital
dalah glaucoma sudut terbuka. Tidak seperti glaucoma sudut tertutup yang dapat
2.2. Afakia
Sedangkan pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan visus 1/60 atau lebih rendah
jika afakia tidak ada komplikasi, limbal scar yang dapat ditemukan pada afakia
hipermetropia yang sangat tinggi) yang dapat dikoreksi dengan lensa positif, bilik
mata depan dalam, iris tremulans, jet black pupil, test bayangan purkinje hanya
Kaca mata afakia hanya dapat digunakan jika kondisinya afakia bilateral, jika
hanya satu mata maka akan terjadi perbedaan ukuran bayangan pada kedua mata
(aniseikonia). Jika pasien tidak dapat memakai lensa kontak atau kaca mata, maka
Menurut Khurana (2003), optik pada afakia dapat dibagi menjadi 5, yaitu:
f. Titik nodul sangat dekat dengan yang lain dan terletak 7,75mm
anterior pada emetrop adalah 17,05 mm, sedangkan pada afaki adalah
23,22 mm. Rasio panjang fokus anterior emetrop dan afakia adalah
oleh anisometropia.
2.3.1. Definisi
Lensa kontak rigid gas permeable adalah lensa yang dibuat dari plastik tipis
yang flexible dan oksigen bisa masuk ke mata melewat lensa yang menempel di
pemeriksaan kesehatan mata yang konsisten karena debris lebih mudah menempel
Lensa RGP lebih mudah digunakan dan jarang tertinggal dari kornea. Jika
dibandingkan dengan lensa kontak lunak (soft lens), pengguna RGP perlu waktu
yang lebih lama untuk menyesuaikan lensanya. Namun, RGP akan lebih nyaman
jika dipakai pada waktu yang lama, hal ini karena RGP bersifat mudah dilalui
oksigen sehingga kornea dapat berfungsi dengan baik, dan pada saat penggunaan
RGP, oksigen bukan hanya didapat pada saat mata berkedip, tapi juga dari udara
bebas yang dapat melalui lensa untuk mencapai kornea (AAO, 2006).
lebih baik daripada PMMA. Kekurangannya adalah lebih rapuh, daya tahan
pemakaiannya lebih singkat dan kualitas penglihatan yang dihasilkan lebih
rendah.
kontak RGP. Bahan ini berasal dari copolymer antara silikon dan PMMA . Silikon
untuk meningkatkan kelembaban dan membuat lensa kontak lebih kaku. Dengan
perbandingan antara PMMA dan silikon 65 % dan 35 % maka lensa kontak RGP
3. Flourine Copolymer
melalui suatu kelarutan. Lensa kontak dengan komposisi fluorine memiliki nilai
kontak RGP lainnya sehingga dapat diberikan dengan diameter yang lebih besar
agar lebih nyaman dalam pemakaiannya dan lebih stabil serta lebih fleksibel
daripada silicone acrylate dan PMMA. Generasi terbaru bahan pembuatan lensa
dengan baik. Penerapan bahan polimer baru ini diharapkan dapat menghindari
efek samping akibat lensa kontak. Kopolimer polysulphone dengan bahan lensa
kontak yang ada. Menghasilkan polimer baru yang lebih stabil, tipis dan lebih
biocompatible. Hanya saja lensa kontak RGP jenis ini masih sulit didapatkan
(Wahyuni, 2007).
Permukaan kurva dasar dari sebuah lensa kontak memiliki fungsi optikal
dan fungsi mengikat. Permukaan yang lebih datar mempunyai jari - jari lebih
panjang dari kurvatura, sebaliknya kurva yang curam memiliki jari - jari yang
Seperti juga lensa kaca mata, daya suatu lensa kontak dijelaskan sebagai daya
vertek posterior diukur dengan menempelkan lensa ketika adaptasi lensa kontak
1. Lensa sferis
miopia dan hipermetropia. Lensa sferis mempunyai jari – jari kurvatura yang
sama dari suatu bagian datar. Satu jari – jari kurva dasar dan satu daya yang
sferis. Lensa jenis ini dapat dibuat dari semua jenis material tembus gas. Lensa
pemukaan posterior lensa kontak. Lensa ini mempunyai dua kurva dengan
kelengkungan yang berbeda. Satu kurva dipasang sesuai dengan kurvatura kornea
yang paling datar, sedangkan kurva yang satunya lagi disesuaikan dengan jumlah
astigmatisma korneanya. Lensa kontak ini digunakan untuk kelainan refraksi jenis
astigmatisma murni dengan lebih dari 2 dioptri. Apabila lensa sferis tidak mampu
memberi kepuasan fisik dan fisiologi dalam fitting, maka diperlukan lensa jenis
ini.
4. Lensa bitorik
pemukaan anterior dan posterior lensa kontak. Lensa kontak ini digunakan untuk
kelainan refraksi jenis astigmatisma dengan lebih dari 2,5 dioptri. Bentuk dan
ketebalan tepi lensa kontak adalah faktor penting dalam kenyamanan pemakai
lensa kontak. Ketebalan minimum pusat dari lensa minus rendah atau daya plus
ditentukan oleh ketebalan lensa dan diameter yang diinginkan (Khurana, 2006).
2.3.4.1. Indikasi
Lensa kontak RGP dapat digunakan pada keadaan dry eye, dapat
mengoreksi kelainan astigmat, serta kondisi kornea yang irregular paska trauma,
karena kemampuan transmisi oksigen yang lebih besar dibanding lensa kontak
jenis lain
2.3.4.2. Kontraindikasi
meliputi ukuran, bentuk, keadaan dan reaksi terhadap cahaya. Pengukuran pupil
penggaris dan dilakukan dari limbus ke limbus melalui bagian tengah pupil.
Sumber : Wahyuni dkk. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5, No. 3. Departemen/SMF Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya. 2007
Metode yang sama dapat digunakan untuk mengukur horizontal visible iris
horisontal dan vertikal didasarkan pada HVID dan vertical visible iris diameter
(VVID), karena zona transisi antara kornea dan skera sulit ditentukan dengan
Pastikan apakah anak lahir prematur atau cukup bulan. Hal ini penting,
karena anak yang lahir prematur mempunyai kurvatura kornea yang lebih curam
dan diameter kornea yang lebih kecil. Jika sebelumnya anak mempunyai masalah
akan datang.
Akan sangat baik jika dilakukan dengan hand-held sit lamp. Pemeriksaan
harus meliputi penilaian kelopak mata, chamber anterior, kornea, dan konjungtiva
dengan fluorscein dan blue light filter untuk memeriksa apakah ada nosa pada
3. Keratometri
2009).
4. Refraksi
(Lindsay,2009)
anasteri lokal sangatlah jarang, yakni dari 250.000 prosedur anastesi lokal, hanya
satu yang mengalami kematian. Resiko mortalitas pada saat anastesi pada anak
lebih tinggi di banding pada dewasa. Disamping itu, anestesi umum dapat
RGP dibawah 4 jam per hari. Penggantian dan evaluasi lensa RGP dilakukan
Namun, disamping itu, dari beberapa kasus yang di laporkan oleh Woo
dkk (2013). Kunjungan, evaluasi, pemeriksaan, dan penggantian lensa RGP lebih
bergantung pada keluhan-keluhan yang timbul dari awal pemakaian lensa RGP
(Woo, 2013).
BAB III
Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa yang timbul sejak lahir pada
tahun pertama kehidupan dan merupakan salah satu penyebab kebutaan pada anak
yang sering di jumpai. Jika katarak tetap tak terdeteksi, kehilangan penglihatan
pada posisi kekeruhan lensa, jika kekeruhan lentikular timbul pada sumbu
penglihatan maka akan terjadi gangguan visus secara signifikan dan dapat
hidup, yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan normal lensa. Prevalensi
pada negara berkembang sekitar 2-4 tiap 10.000 kelahiran hidup. Adapun
frekuensi kejadiannya sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Katarak
janin dalam kandungan dan bergejala sebagai kekeruhan pada lensa saat bayi
Artinya: ”Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.” (Q.S Al-Hadiid (57): 22)
Dari ayat-ayat diatas jelaslah bahwa segala yang terjadi adalah karena
kehendak Allah SWT, begitu juga dengan ciptaan-Nya. Allah SWT menciptakan
Anak adalah anugerah dan amanah dari Allah SWT, oleh karena itu sudah
menjadi kewajiban orang tua agar mencari pengobatan bagi anaknya untuk
Walaupun kesembuhan datang dari Allah SWT, orang tua tetap harus
lainnya bisa menyembuhkan, bisa juga tidak menyembuhkan jika Alah SWT
belum menghendaki atau menunda suatu penyembuhan. Atau bisa saja terjadi
Bagi orang tua, disamping ikhtiar dan keyakinan, janganlah lupa berdo’a
untuk kesembuhan anaknya. Namun jika ternyata Allah SWT berkehendak lain
(tidak sembuh). Maka perlu diingat, kadangkala Allah SWT memberikan suatu
penyakit sebagai ujian dan jembatan bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri
kepada-Nya. Bagi seorang muslim, yang paling utama dalam hidup ini adalah
mendapatkan ridha Allah SWT, sehingga hal itu tidak perlu menjadi masalah
menjalin hubungan alam dengan sekitarnya. Segala sesuatu yang dapat di jangkau
oleh indera tersebut merupakan hakikat kekuatan indera, Indera itu dinamakan
‘panca indera’ dan salah satu diantaranya adalah indera pengelihatan. Jiwa
manusia dapat mengenal berbagai yang ada di jagad raya melalui ‘jendela’ yang
menghubungkan dengan alam. Tanpa adanya ‘jendela’, kelak anak tidak akan
mengenal hakikat yang berada diluar jiwanya dan ia akan tetap berada dalam
haruslah memenuhi tiga syarat berikut agar tidak terjatuh dalam kesyirikan
(Shalih,1999):
1. Hati tetap bersandar pada Allah SWT. Bukan pada obat. Maksudnya,
Allah SWT. Apabila seseorang merasa pasti akan berhasil tatkala telah
bahwa hatinya telah bersandar kepada suatu obat. Bukan kepada Allah
SWT. Hal tersebut juga dapat di indikasikan ada pada diri orang yang
sangat kecewa atas sebuah kegagalan padahal orang itu merasa telah
dua jenis hukum: halal dan haram. Yang pertama adalah sebab yang
Allah SWT tidak menetapkan sebagai obat, baik syar’i maupun qodari,
berarti dia telah menjadikan dirinya sekutu bagi Allah SWT dalam
siapa saja. Namun tatkala Allah SWT menghendaki lain, maka api
Artinya:“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-
benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Q.S Al-
Anbiya (21): 35).
Artinya: ”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Q.S Al-
Baqarah (2): 155)
lensa yang keruh, namun juga harus mengkoreksi visus pengelihatan. Pasca
ekstraksi lensa, mata akan mengalami afakia, yaitu keadaan dimana tidak adanya
turunnya visus, dan hipermetropi tinggi. Pada bayi/infant, afakia harus segera di
agar bisa menikmati keindahan-keindahan yang telah diberikan oleh Nya. Karena
itu seseorang yang sakit wajib hukumnya untuk berobat agar sembuh dari
penyakitnya sehingga dapat menggunakan akal pikiran dan tubuhnya dengan baik
muslim seharusnya meyakini bahwa Allah SWT lah yang menurunkan penyakit
dan Dia pula yang menurunkan obatnya (Zainuddin, 1996). Hal ini sesuai dengan
dilimpahkanNya kepada manusia, karena dengan tubuh yang sehat maka manusia
keadaan yang sangat penting bagi manusia. Setiap manusia sangat mendambakan
kesehatan yang baik mulai dari anak yang baru lahir sampai yang berusia lanjut.
Kesehatan tubuh menjadi hal pokok yang harus dimiliki oleh setiap orang
(Su’dan, 1997).
Agama Islam sangat menekankan agar menusia menjaga kesehatannya dan
juga menjaga tubuhnya dari setiap penyebab yang dapat menjadikannya menderita
sakit. Manusia dengan kondisi yang sehat dapat melakukan segala amal ibadah
mental, dan sosial saja tetapi islam juga melihat dimensi kesehatan meliputi sehat
fisik, mental, sosial dan sehat spiritual (Zulfikti, 1994). Hal inilah yang menjadi
landasan kuat bagi manusia dalam menjalani kehidupan sesuai dengan konsep
baiknya, agar manusia dapat selamat dari siksa akibat perbuatan yang dilakukan
lewat mata tresebut. Islam telah memberikan ajaran bahwasanya mata itu
dunia.
Dengan demikian maka mata harus selalu dijaga dan di pelihara dari empat
tindakan maksiat.
3. Melihat aneka ragam keindahan bentuk dan rupa yang membuka dan
pada anak dengan afakia pasca operasi katarak kongenital, diharapkan anak
tersebut dapat menggunakan sebaik mungkin indra pengelihatannya, menjaga
3.3. Penggunaan RGP untuk Afakia pada Anak Pasca Operasi Katarak
Rigid Gas Permeable merupakan salah satu hasil dari kemajuan teknologi
bola mata pemakai, sehingga pemakai dapat melihat kembali secara normal.
(Wahyuni, 2007).
akan mengalami afakia, yaitu keadaan dimana mata tidak lagi memiliki lensa.
Rafii, Shirzadeh dkk (2013) menjelaskan bahwa pengelihatan anak dengan afakia
dapat di koreksi dengan beberapa cara. Menurut letaknya, di bedakan atas koreksi
secara eksternal dan IOL (internal). Penggunaan RGP adalah koreksi tajam
besar bersifat cair (hirophillic) dan tidak mengandung unsur haram didalamnya
apa saja sebagai bahan obat, dengan syarat bahan yang dipakai haruslah dengan
yang halal dan dilarang menggunakan cara atau obat yang melanggar ketentuan
َِّب هح هرام
Artinya:“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya. Dan Allah
menetapkan untuk setiap penyakit ada obatnya. Karena itu, carilah obat itu
dan jangan berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Daud).
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di
sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan
melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan
bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-
belenggu yang ada pada mereka574. Maka orang-orang yang beriman
kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang
terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-
orang yang beruntung.” (QS. Al-A'raf (7): 157)
2008). Imam muslim meriwayatkan dari abu zubair yang meriwayatkan dari Jabir
Yang dimaksud hadist tersebut adalah orang tua yang mempunyai anak
dengan afakia pasca operasi katarak kongenital harus berusaha untuk berobat
kepada ahlinya sehingga pengobatan yang di berikan sesuai. Jika penyakit diobati
sesuai dengan prosedur dan terapinya maka atas izin Allah SWT, penyakit
tersebut akan sembuh. Oleh sebab itu, orang tua seharusnya tidak hanya berusaha
tapi juga harus selalu berdo’a untuk kesembuhan anaknya. (Zuhroni, 2003)
َّار
ض هر ه َّ ض هر هَّرَّ هو ه
ِ َّل َّ ه
لَّ ه
Artinya:“Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.”
(HR. Ibn Majah dan Ahmad).
pengelihatan pada anak dengan afakia psca operasi katarak kongenital, harus
pengobatan yang tepat dan sesuai dengan penyakitnya. Jangan sampai tindakan
2003).
berobatlah pada dokter yang menguasai medis sebagai ahlinya, sehingga upaya
penyembuhan mendapat hasil yang maksimal (Zuhroni dkk, 2003). Karena Jika
seseorang yang sakit tidak berobat kepada ahlinya yaitu dokter, maka lambat laun
akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan lama-kelamaan akan menyebabkan
dua yang dapat digunakan untuk tujuan baik dan jahat sekaligus. Suatu teknologi
manusia menggunakannya.
pengobatan, di perkirakan terdapat kerusakan yang lebih besar maka hal ini tidak
kerugian dari suatu obat yang di gunakan (Uddin, 2003). Hal ini menjadi dasar
pemilihan RGP oleh karena lebih banyak memberikan manfaat dan lebih sedikit
إذاَّتعارضَّضررانَّدفعَّأخفهما
Artinya:“Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka di ambil yang
paling ringan.” (HR. Abu Dawud)
teknologi yang bermanfaat sebagai pengobatan dan sesuai dengan ajaran Islam.
BAB IV
KAITAN PANDANGAN KEDOKTERAN DAN ISLAM TERHADAP
PENGGUNAAN RGP (RIGID GAS PERMEABLE) SEBAGAI
KOREKSI AFAKIA PADA ANAK PASCA OPERASI
KATARAK KONGENITAL
Berdasarkan penjelasan pada bab II dan bab III, maka dapat ditemukan
Permeable) sebagai koreksi afakia pada anak pasca operasi katarak kongenital
dapat menjadi pilihan terapi terbaik, karena dapat mencegah komplikasi terjadinya
amblyopia dan luksasi lensa intraokular jika dilakukakn pemasangan IOL saat
umur anak kurang dari 2 tahun. RGP juga mempunyai daya oksigenasi yang lebih
Permeable) sebagai koreksi afakia pada anak pasca operasi katarak kongenital di
teknologi yang bermanfaat sebagai pengobatan dan tidak mengandung unsur yang
Permeable) sebagai koreksi afakia pada anak pasca operasi katarak kongenital
diperbolehkan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
keadaan dimana mata tidak lagi memiliki lensa. Setelah anak menjadi
sudah menjadi amblyopia, maka visus pada mata anak tidak akan bisa
lensanya. Namun, RGP akan lebih nyaman jika dipakai pada waktu
yang lama, hal ini karena RGP bersifat mudah dilalui oksigen sehingga
kornea dapat berfungsi dengan baik, dan pada saat penggunaan RGP,
oksigen bukan hanya didapat pada saat mata berkedip, tapi juga dari
jika pasien hanya mampu menggunakan lensa RGP dibawah 4 jam per
5. Anak merupakan anugerah dari Allah SWT yang harus dirawat dan
tiga syarat agar tidak masuk dalam kesyirikan, diantara hati tetap
menakdirkannya.
6. Pada prinsipnya Islam menekankan untuk senantiasa menjaga
5.1. Saran
1. Kepada Dokter
Disarankan kepada dokter untuk bisa lebih mengkaji lebih jauh tentang
penggunaan RGP (Rigid Gas Permeable) pada anak dengan afakia pasca
operasi katarak kongenital, karena bisa menjadi salah satu pilihan utama
dokter juga dapat mengedukasi dengan baik kepada orang tua pasien
2. Kepada Masyarakat
Diharapkan agar masyarakat terlebih orang tua dengan afakia pasca operasi
pengelihatan anak sebelum lewat masa emas perkembangan mata agar dapat
4. Kepada Pemerintah
dengan pencarian terapi pada anak dengan afakia pasca operasi katarak
5. Kepada Ulama
yang terbaik sesuai syariat Islam jika anak sakit. Serta memberikan