MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
HUTAN TENTANG PEDOMAN PERMOHONAN, PENYALURAN
DAN PENGEMBALIAN DANA BERGULIR UNTUK USAHA
KEHUTANAN MELALUI LEMBAGA PERANTARA.
-5-
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Pusat Pembiayaan Pembangunan
Hutan ini yang dimaksud dengan:
1. Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan yang
selanjutnya disingkat Pusat P2H adalah satuan kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum untuk pembiayaan pembangunan hutan.
2. Dana Bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh Pusat
P2H untuk penguatan modal Usaha Kehutanan dalam
rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), dengan
karakteristik disalurkan, dikembalikan, dan digulirkan
kembali kepada Penerima Fasilitas Dana Bergulir
lainnya.
3. Fasilitas Dana Bergulir Pinjaman yang selanjutnya
disebut FDB Pinjaman adalah dana bergulir yang
diberikan dalam bentuk pinjaman dari Pusat P2H kepada
Penerima FDB untukUsaha Kehutanan dalam rangka
kegiatan RHL dengan kewajiban mengembalikan
pinjaman beserta bunganya.
4. Usaha Kehutanan adalah usaha berbasis pengelolaan
hutan lestari yang dapat memulihkan, mempertahankan,
meningkatkan fungsi hutan dan lahan, meliputi usaha
yang bersifat on farm dan usaha yang bersifat off farm.
5. Lembaga Perantara adalah lembaga keuangan bank atau
bukan bank yang ditunjuk oleh Pusat P2H sebagai
pelaksana pengguliran FDB Pinjaman.
6. Kepala Pusat P2H adalah kepala satuan kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum untuk pembiayaan pembangunan hutan.
7. Penerima FDB Pinjaman yang selanjutnya disebut
debitur adalah pihak yang sudah terikat dengan
perjanjian kredit dengan Lembaga Perantara untuk
-6-
Pasal 2
(1) Maksud Peraturan Kepala Pusat P2H adalah untuk
memberikan kepastian tata kelola permohonan,
penyaluran dan pengembalian dana bergulir kepada
Lembaga Perantara dan debitur sehingga diperoleh
pelayanan pembiayaan yang tertib, efektif dan efisien.
(2) Penyaluran FDB Pinjaman untuk penguatan modal
Usaha Kehutanan melalui Lembaga Perantara bertujuan
untuk memperluasjangkauan layanan Pusat P2H dalam
rangka meningkatkan penyaluran Dana Bergulir.
Pasal 3
(1) Penyaluran FDB Pinjaman untuk penguatan modal
Usaha Kehutananmelalui Lembaga Perantara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2),
menggunakan pola executing (pelaksana).
(2) Penyaluran FDB Pinjaman untuk Usaha Kehutanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keputusan
pemberian pinjaman kepada debitur berada di Lembaga
Perantara.
(3) Lembaga Perantara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), bertanggungjawab mengembalikan seluruh
kewajiban kepada Pusat P2H meskipun kolektibilitas
pengembalian debitur menurun.
-7-
Pasal 4
Ruang lingkup Pedoman Permohonan, Penyaluran dan
Pengembalian Dana Bergulir untuk Usaha Kehutanan melalui
Lembaga Perantara:
a. persyaratan lembaga perantara;
b. mekanisme pemilihan lembaga perantara;
c. penyaluran dan pengembalian pinjaman;
d. monitoring dan evaluasi;
e. pembinaan; dan
f. sanksi.
BAB II
PERSYARATAN LEMBAGA PERANTARA
Pasal 5
(1) Lembaga Perantara pengguliran FDB Pinjaman meliputi
lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan
bank.
(2) Lembaga keuangan bank yang dapat menjadi Lembaga
Perantara meliputibank umum, bank umum syariah,
bank perkreditan rakyat dan bank pembiayaan rakyat
syariah.
(3) Lembaga keuangan bukan bank yang dapat menjadi
Lembaga Perantara meliputikoperasi atau koperasi
syariah yang memiliki usaha simpan pinjam.
Pasal 6
(1) Bank umum dan bank umum syariah yang dapat dipilih
sebagai Lembaga Perantara memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. telah beroperasi sebagai lembaga keuangan selama
5 (lima) tahun atau lebih, ditunjukkan dengan bukti
tertulis berupakelengkapan dokumen legalitas
perusahaanyang sah;
-8-
Pasal 7
Prioritas diberikan kepada Lembaga Perantara yang
memenuhi ketentuan tambahan sebagai berikut:
a. telah memiliki nasabah yang melakukan Usaha
Kehutanan;
b. lokasi beroperasinya berdekatan dengan aktivitas Usaha
Kehutanan;
c. menawarkan provisi kurang dari 2%(dua persen);
d. memenuhi ketentuan aset sebagai berikut:
1) Bank Umum dan Bank Umum Syariah di atas
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);
2) Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di atas Rp5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah);
3) Koperasi dan Koperasi Syariah di atas
Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah).
BAB III
MEKANISME PEMILIHAN LEMBAGA PERANTARA
Pasal 8
Penetapan Lembaga Perantara oleh Kepala Pusat P2H
dilakukan melalui tahapansebagai berikut:
a. pengajuan proposal oleh calon Lembaga Perantara;
b. penilaian kelayakan calonLembaga Perantara dan
penetapan agunan;
c. penawaran ketentuan kerjasama;
d. tanggapan dan penyampaian kelengkapan dokumen
kerja sama;
e. keputusan penetapan Lembaga
Perantaradanpenandatanganan perjanjian
kerjasama.
Pasal 9
- 10 -
Pasal 10
(1) Pusat P2H melakukan penilaian kelayakan
calonLembaga Perantaraterhadap proposal yang diajukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat(2).
(2) Proses penilaian kelayakan calonLembaga Perantara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan:
a. penilaian administratif melalui analisis kelayakan
calon Lembaga Perantara berdasarkan data pada
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9;
b. verifikasi dan klarifikasi untuk membuktikan
kebenaran dan memastikan ketepatan data yang
disampaikan calon Lembaga Perantara.
(3) Pusat P2H dapat meminta perbaikan proposal dan/atau
kelengkapan dokumen selama proses analisis kelayakan
calon Lembaga Perantara.
(4) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2),meliputi aspek:
a. rekam jejak lembaga dan pengurus;
b. kualitas pinjaman yang telah disalurkan;
- 11 -
c. kondisi keuangan;
d. agunan; dan
e. potensi dalam mendukung Usaha Kehutanan.
(5) Penetapan besarnya penempatan dana maksimal
ditentukan oleh:
a. tingkat risiko penempatan dana pada calon
Lembaga Perantara;
b. kapasitas calon Lembaga Perantara dalam
membayar kembali pinjaman;
c. kapasitas calon Lembaga Perantara dalam
menyalurkan dana untuk Usaha Kehutanan; dan
d. jenis dan nilaiagunan yang dapat dijaminkan.
Pasal 11
(1) Agunan yang dijaminkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf e, adalah:
a. agunan pokok; dan
b. agunan tambahan.
(2) Jenis dan nilai agunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ditetapkan oleh Kepala Pusat P2H berdasarkan hasil
analisis kelayakan Lembaga Perantara.
(3) Agunan pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, berupa piutang Lembaga Perantara yang
dananya bersumber dari FDB.
(4) Agunan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, dapat berupa:
a. aset bergerak atau tidak bergerak;
b. agunan atau jaminan lainnya.
Pasal 12
(1) Agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, diikat
dengan cara pengikatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Lembaga Perantara wajib memperbaharui daftar piutang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) dalam
waktu paling lama 3 (tiga) bulan sekali.
- 12 -
Pasal 13
(1) Dalam hal calon Lembaga Perantara dinilai layak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Kepala Pusat
P2H menyampaikan penawaran ketentuan kerja sama,
minimalberisi:
a. persetujuan sebagai calon Lembaga Perantara;
b. jenis Usaha Kehutanan yang dapat dibiayai;
c. jangka waktu penempatan dana;
d. batas maksimal penempatan dana (plafond);
e. tarif layanan FDB Pinjaman;
f. jenis dan nilai agunan;
g. tata cara dan syarat-syarat penempatan dana;
h. dokumen pendukung yang perlu dilengkapi sebelum
perikatan.
(2) Calon Lembaga Perantara menyampaikan surat
tanggapan penawaran kerja sama kepada Pusat P2H
paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya surat
penawaran.
(3) Dalam hal penawaran kerja sama disetujui, Kepala
Lembaga Perantara atau Pejabat Lembaga Perantara
yang berwenang menandatangani lembar persetujuan
pada surat penawaran.
(4) Surat tanggapan penawaran kerja sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilampiri:
a. lembar persetujuan pada surat penawaran yang
telah ditandatangani oleh calon Lembaga Perantara;
- 13 -
Pasal 14
(1) Dalam hal Lembaga Perantara menyetujui penawaran
kerja sama, jenis dan nilai agunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf f akan
diverifikasi oleh Pusat P2H atau pihak ketiga yang
ditunjuk oleh Pusat P2H.
(2) Dalam hal verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan pihak ketiga, biayanya dibebankan pada
Lembaga Perantara.
(3) Dalam hal hasil verifikasi terhadap jenis dan nilai
agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) memenuhi syarat agunan, Kepala Pusat P2H
menerbitkan keputusan penetapan Lembaga Perantara.
Pasal 15
Dalam hal calon Lembaga Perantara dinilai tidak layak,
Kepala Pusat P2H menyampaikan surat penolakan kepada
calon Lembaga Perantara.
Pasal 16
(1) Keputusan penetapan Lembaga Perantara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14ayat (3) minimal memuat:
a. nama dan tempat kedudukan Lembaga Perantara;
b. tujuan penempatan dana;
c. jenis Usaha Kehutanan yang dapat dibiayai;
d. jangka waktu penempatan dana;
e. batas maksimal penempatan dana (plafond);
f. tarif layanan FDB Pinjaman;
g. jenis dan nilai agunan;
h. tata cara dan syarat-syarat penempatan dana; dan
i. ketentuan lain yang telah disepakati.
(2) Keputusan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ditindaklanjuti dengan penandatangan perjanjian
kerja sama antara Pusat P2H dengan Lembaga Perantara
- 14 -
Pasal 17
(1) Penandatangan perjanjian kerja sama dilakukan oleh
Kepala Pusat P2H dan Kepala Lembaga Perantara atau
pejabat berwenang yang ditunjuk.
(2) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuat secara notarial berdasarkan surat keputusan
penetapan Lembaga Perantara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16.
(3) Biaya notaris menjadi beban Lembaga Perantara.
BAB IV
PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN PINJAMAN
Bagian Kesatu
Antara Pusat P2H dengan Lembaga Perantara
Pasal 18
(1) Permohonanpenyalurandana oleh Lembaga Perantara
dilakukandengan ketentuan:
a. dilengkapi dengan lampiranDaftar Nominatif Calon
Debitur;
b. dilengkapi dengan lampiran prosedur baku
permohonan dan penyaluran kepada debitur serta
pengembalian pinjaman;
c. dilakukan sesuai dengan kesiapan Lembaga
Perantara dalam menyampaikanDaftar Nominatif
Calon Debitur;
d. jumlah dana yang diajukan untuk disalurkan paling
tinggi 125% (seratus dua puluh lima persen) dari
nilai nominal pinjaman yang tercantum dalam
Daftar Nominatif Calon Debitur.
(2) Daftar Nominatif Calon Debitur sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, minimal memuat informasi:
a. identitas debitur;
- 15 -
b. jenis pinjaman;
c. lokasi usaha kehutanan;
d. nilai nominal pinjaman;
Pasal 19
(1) Pusat P2H melakukan verifikasi dan klarifikasi terhadap
Daftar Nominatif Calon Debitur dan prosedur baku
permohonan, penyaluran dan pengembalian pinjaman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a
dan huruf b, sebelum dilakukan pencairan dana.
(2) Dalam hal hasil verifikasi dan klarifikasi menunjukkan
bahwa informasi dalam Daftar Nominatif Calon Debitur
tidak sesuai dengan fakta dan ketentuan pemberian FDB
Pinjaman, Pusat P2H dapat:
a. memberi saran perbaikan kepada lembaga
perantara;
b. meminta penggantian Daftar Nominatif Calon
Debitur;
c. menunda pencairan dana;
d. membatalkan Perjanjian Kerja Sama.
(3) Biaya kegiatan verifikasi dan klarifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)dibebankan kepada Pusat P2H.
Pasal 20
(1) Pencairandana dilakukan dengan cara pemindah bukuan
dari rekening Pusat P2H ke dalam rekening Lembaga
Perantara.
(2) Rencanapenyaluran yang dicantumkan dalam Daftar
Nominatif Calon Debitur harus sudah terealisasi
seluruhnya paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah
pencairan dana ke dalam rekening Lembaga Perantara.
- 16 -
Pasal 21
(1) Pusat P2H menyalurkan dana kepada Lembaga
Perantara dengan suku bunga sesuai dengan tarif yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pasal 22
(1) Dana yang disalurkanoleh Lembaga Perantara kepada
debitur minimal 80% (delapan puluh persen) dari dana
yang disalurkan Pusat P2H.
(2) Dana yang disalurkanoleh Lembaga Perantara kepada
debitur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dicapai pada setiap akhir bulan.
(3) Dalam hal rasio antara dana yang disalurkan kepada
debitur terhadap dana yang disalurkan kepada Lembaga
Perantara lebih kecil dari 80%(delapan puluh persen),
maka kelebihan dana penempatan wajib disetorkan
kembali ke Pusat P2H sehingga ketentuan ayat (2)
terpenuhi.
(4) Dalam hal rasio antara dana yang disalurkan kepada
debitur terhadap dana yang disalurkan kepada Lembaga
Perantara melebihi 80% (delapan puluh persen), maka
Lembaga Perantara dapat mengajukan penambahan
penempatan dana.
(5) Lembaga Perantara dapat menyalurkan kembali dana
pengembalian pokok pinjaman selama belum melewati
tanggal jatuh tempo FDB Pinjaman dari Lembaga
Perantara ke Pusat P2H.
(6) Lembaga Perantara wajib melunasi seluruh sisa
kewajibannya maksimal pada tanggal jatuh tempo.
(7) Lembaga Perantara berhak mendapatkan bantuan teknis
dari Pusat P2H terkait dengan pembiayaan Usaha
Kehutanan.
Bagian Kedua
Antara Lembaga Perantara dengan Debitur
- 17 -
Pasal 23
(1) Penerima FDB Pinjaman yang telah ditetapkan oleh
Lembaga Perantara wajib menandatangani perjanjian
kredit dengan pimpinan Lembaga Perantara
(2) Perjanjian kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
minimal mencantumkan:
a. nama dan alamat debitur;
b. nama bank dan nomor rekening debitur;
c. jumlah dana bergulir yang diberikan;
d. tujuan penggunaan dana bergulir;
e. jangka waktu perikatan;
f. hak dan kewajiban masing-masing pihak;
g. suku bunga; dan
h. prosedur penyaluran dan pengembalian pinjaman.
Pasal 24
Jangka waktu pinjaman dari Lembaga Perantara kepada
debitur paling lama 16 tahun dengan grace periodeditentukan
berdasarkan analisis repayment capacityoleh Lembaga
Perantara.
Pasal 25
Dana pinjamanuntuk penguatan modal usaha kehutanan di
Lembaga Perantara dikelola sebagai berikut:
a. dana yang disalurkan oleh Pusat P2H hanya digunakan
untuk membiayaiusaha kehutanan sesuai ketentuan
dalam Daftar Nominatif Calon Debitur yang disetujui
oleh Pusat P2H.
b. tanggal jatuh tempo pinjaman yang disalurkan oleh
Lembaga Perantara tidak boleh melampaui tanggal jatuh
tempo pinjaman dari Pusat P2H;
c. suku bunga dan provisi yang dikenakan kepada debitur
sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
Pasal 26
- 18 -
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 27
(1) Monitoring atas kinerja Lembaga Perantara dilakukan
oleh Pusat P2H untuk mengetahui:
a. komitmen Lembaga Perantara untuk menyalurkan
pinjaman hanya untuk membiayai kegiatan Usaha
Kehutanan sesuai prosedur baku permohonan,
penyaluran dan pengembalian pinjaman;
b. saldo dan kualitas pinjaman yang disalurkan oleh
Lembaga Perantara;
c. kualitas pembayaran dari Lembaga Perantara ke
Pusat P2H.
(2) LembagaPerantara wajib menyampaikan laporan
bulanan maksimal tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya yang terdiri atas:
a. Daftar Nominatif Calon Debitur posisi akhir bulan
yang minimal memuat daftar lengkap penerima
pinjaman, saldo, kolektibilitas, jenis Usaha
Kehutanan, lokasi usahadan jumlah tenaga kerja
yang diserap sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala Pusat P2H ini;
b. Daftar Nominatif Calon Debitur atau daftar
pinjaman yang dicairkan bulan berjalan dengan
rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
- 19 -
Pasal 28
Laporan yang diterima oleh Pusat P2H selanjutnya dievaluasi
untuk menilai kinerja Lembaga Perantara meliputi:
a. kepatuhan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang
disepakati dalam perjanjian kerjasama;
b. ketelitian dalam menyampaikan laporan-laporan yang
diwajibkan;
c. kesesuaian saldo penempatan Pusat P2H dengan saldo
FDB Pinjaman Usaha Kehutanan yang disalurkan;
d. ketepatan penyaluran dana sesuai tujuan FDB Pinjaman.
Pasal 29
- 20 -
BAB VI
PEMBINAAN
Pasal 30
(1) Pembinaan atau bantuan teknis dapat diberikan oleh
Pusat P2Hkepada Lembaga Perantara untuk hal-hal yang
terkait dengan manajemen keuangan dan pengetahuan
teknis mengenai Usaha Kehutanan sesuai kebutuhan
Lembaga Perantara.
(2) Pembinaan atau bantuan teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat diberikan kepada debitur
berdasarkan permintaan Lembaga Perantara.
BAB VII
SANKSI
Pasal 31
(1) Sanksi dikenakan kepada Lembaga Perantara yang
melakukan pelanggaran berupa:
a. keterlambatan penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2), (3), dan (4);
b. kesalahan menyajikan data dan informasi dalam
laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. kesalahan peruntukan dalam penyaluran pinjaman
(side streaming) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf a;
d. keterlambatan pembayaran kewajiban Lembaga
Perantara berupa bunga dan/atau dana pokok ;
atau
- 21 -
Pasal 32
(1) Besarnya denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (1) huruf a sebesar Rp100.000,00(seratus ribu
rupiah) per hari keterlambatan penyampaian laporan
dengan maksimum denda Rp9.000.000,00 (sembilan juta
rupiah).
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Peraturan Kepala Pusat P2Hini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di :JAKARTA
pada tanggal :
KEPALA PUSAT,
Ttd.
Drs. Suwarto, MM
NIP. 19590419 198603 1 005
- 24 -
KEPALA PUSAT,
Ttd.
Drs. Su`warto, MM
NIP. 19590419 198603 1 005