Anda di halaman 1dari 26

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN HUTAN

PERATURAN KEPALA PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN HUTAN


NOMOR. P.I/P2H-4/2016
TENTANG
PEDOMAN PERMOHONAN, PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA
BERGULIR UNTUK USAHA KEHUTANAN MELALUI LEMBAGA PERANTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN HUTAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 46 Peraturan Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.59/Menlhk-
Setjen/2015 tentang Tata Cara Penyaluran dan Pengembalian
Dana Bergulir untuk Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan,
perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pembiayaan
Pembangunan Hutan tentang Pedoman Permohonan,
Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir untuk Usaha
Kehutanan Melalui Lembaga Perantara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang


Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah
dengan Undang - Undang Nomor 19 Tahun 2004
tentangPerubahan a tasUndang-Undang Nomor41 Tahun
1999 tentangKehutanan m enjadiUndang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4412);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
-2-

Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 140);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang
Dana Reboisasi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4207), sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2007 tentang Perubahan atas Dana Reboisasi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 131
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4776);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4502), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5340);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana
-3-

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3


Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
9. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 17);
10. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri
Kabinet Kerja 2014-2019, sebagaimana telah diubah
dengan Keputusan Presiden Nomor 83/P Tahun 2016
tentang Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet
Kerja Periode Tahun 2014-2019;
11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-
II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008
tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada
Kementerian/Lembaga;
13. Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri
Kehutanan Nomor 04/PMK.02/2012 dan Nomor
PB.1/MENHUT-II/2011 tentang Pengelolaan Dana
Reboisasi dalam Rekening Pembangunan Hutan;
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.39/Menhut-
II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat
Melalui Kemitraan Kehutanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 958);
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.88/Menhut-
II/2014 tentang Hutan Kemasyarakatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1495);
-4-

16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.89/Menhut-


II/2014 tentang Hutan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 1496);
17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.9/Menlhk-II/2015 tentang Tata Cara
Pemberian, Perluasan Areal Kerja dan Perpanjangan Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan
Alam, Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
Restorasi Ekosistem atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada Hutan
Produksi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 471);
18. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 713);
19. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.59/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara
Penyaluran dan Pengembalian Dana Bergulir untuk
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1888);
20. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.62/Menlhk-Setjen/2015 tentang Izin
Pemanfaatan Kayu (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 133);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
HUTAN TENTANG PEDOMAN PERMOHONAN, PENYALURAN
DAN PENGEMBALIAN DANA BERGULIR UNTUK USAHA
KEHUTANAN MELALUI LEMBAGA PERANTARA.
-5-

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Pusat Pembiayaan Pembangunan
Hutan ini yang dimaksud dengan:
1. Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan yang
selanjutnya disingkat Pusat P2H adalah satuan kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum untuk pembiayaan pembangunan hutan.
2. Dana Bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh Pusat
P2H untuk penguatan modal Usaha Kehutanan dalam
rangka Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL), dengan
karakteristik disalurkan, dikembalikan, dan digulirkan
kembali kepada Penerima Fasilitas Dana Bergulir
lainnya.
3. Fasilitas Dana Bergulir Pinjaman yang selanjutnya
disebut FDB Pinjaman adalah dana bergulir yang
diberikan dalam bentuk pinjaman dari Pusat P2H kepada
Penerima FDB untukUsaha Kehutanan dalam rangka
kegiatan RHL dengan kewajiban mengembalikan
pinjaman beserta bunganya.
4. Usaha Kehutanan adalah usaha berbasis pengelolaan
hutan lestari yang dapat memulihkan, mempertahankan,
meningkatkan fungsi hutan dan lahan, meliputi usaha
yang bersifat on farm dan usaha yang bersifat off farm.
5. Lembaga Perantara adalah lembaga keuangan bank atau
bukan bank yang ditunjuk oleh Pusat P2H sebagai
pelaksana pengguliran FDB Pinjaman.
6. Kepala Pusat P2H adalah kepala satuan kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang
menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum untuk pembiayaan pembangunan hutan.
7. Penerima FDB Pinjaman yang selanjutnya disebut
debitur adalah pihak yang sudah terikat dengan
perjanjian kredit dengan Lembaga Perantara untuk
-6-

menerima FDB Pinjaman dalam rangka kegiatan Usaha


Kehutanan.
8. Daftar Nominatif Calon Debituradalah daftar yang
memuatcalon debituryang diusulkan oleh Lembaga
Perantara kepada Pusat P2H untuk dibiayai dengan FDB
Pinjaman.
9. Perjanjian Kerja Sama adalah kesepakatan antara Pusat
P2H dengan Lembaga Perantara dalam rangka kerja
sama pengguliran FDB Pinjaman.

Pasal 2
(1) Maksud Peraturan Kepala Pusat P2H adalah untuk
memberikan kepastian tata kelola permohonan,
penyaluran dan pengembalian dana bergulir kepada
Lembaga Perantara dan debitur sehingga diperoleh
pelayanan pembiayaan yang tertib, efektif dan efisien.
(2) Penyaluran FDB Pinjaman untuk penguatan modal
Usaha Kehutanan melalui Lembaga Perantara bertujuan
untuk memperluasjangkauan layanan Pusat P2H dalam
rangka meningkatkan penyaluran Dana Bergulir.

Pasal 3
(1) Penyaluran FDB Pinjaman untuk penguatan modal
Usaha Kehutananmelalui Lembaga Perantara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2),
menggunakan pola executing (pelaksana).
(2) Penyaluran FDB Pinjaman untuk Usaha Kehutanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keputusan
pemberian pinjaman kepada debitur berada di Lembaga
Perantara.
(3) Lembaga Perantara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), bertanggungjawab mengembalikan seluruh
kewajiban kepada Pusat P2H meskipun kolektibilitas
pengembalian debitur menurun.
-7-

Pasal 4
Ruang lingkup Pedoman Permohonan, Penyaluran dan
Pengembalian Dana Bergulir untuk Usaha Kehutanan melalui
Lembaga Perantara:
a. persyaratan lembaga perantara;
b. mekanisme pemilihan lembaga perantara;
c. penyaluran dan pengembalian pinjaman;
d. monitoring dan evaluasi;
e. pembinaan; dan
f. sanksi.

BAB II
PERSYARATAN LEMBAGA PERANTARA

Pasal 5
(1) Lembaga Perantara pengguliran FDB Pinjaman meliputi
lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan
bank.
(2) Lembaga keuangan bank yang dapat menjadi Lembaga
Perantara meliputibank umum, bank umum syariah,
bank perkreditan rakyat dan bank pembiayaan rakyat
syariah.
(3) Lembaga keuangan bukan bank yang dapat menjadi
Lembaga Perantara meliputikoperasi atau koperasi
syariah yang memiliki usaha simpan pinjam.

Pasal 6
(1) Bank umum dan bank umum syariah yang dapat dipilih
sebagai Lembaga Perantara memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. telah beroperasi sebagai lembaga keuangan selama
5 (lima) tahun atau lebih, ditunjukkan dengan bukti
tertulis berupakelengkapan dokumen legalitas
perusahaanyang sah;
-8-

b. menunjukkan laporan keuangan 3 (tiga) tahun


terakhiryang telah diaudit oleh akuntan publik
dengan opini minimal Wajar Dengan Pengecualian
(WDP);
c. memiliki portofolio pembiayaan UMKM; dan
d. memiliki tingkat kemacetan kredit atau Non
Performing Loan di bawah 5% (lima persen).
(2) Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang dapat dipilih sebagai Lembaga Perantara
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. telah beroperasi sebagai lembaga keuangan selama
5 (lima) tahun atau lebih, ditunjukkan dengan bukti
tertulis berupakelengkapan dokumen legalitas
perusahaan yang sah;
b. menunjukkan laporan keuangan 3 (tiga) tahun
terakhiryang telah diaudit oleh akuntan publik
dengan opini minimal Wajar Dengan Pengecualian
(WDP); dan
c. memiliki tingkat kemacetan kredit atau Non
Performing Loan di bawah 5% (lima persen).
(3) Koperasi dan Koperasi Syariah yang dapat dipilih sebagai
Lembaga Perantara memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. memiliki atau sebagai unit usaha simpan pinjam
yangtelah beroperasi sebagai lembaga keuangan
selama 5 (lima) tahun atau lebih, ditunjukkan
dengan bukti tertulis berupakelengkapan dokumen
legalitas usaha yang sah;
b. menunjukkan laporan keuangan 2 (dua) tahun
terakhiryang telah diaudit oleh akuntan publik
dengan opini minimal Wajar Dengan Pengecualian
(WDP);dan
c. memiliki tingkat kemacetan kredit atau Non
Performing Loan di bawah 5% (lima persen)
berdasarkan hasil audit oleh akuntan publik.
-9-

Pasal 7
Prioritas diberikan kepada Lembaga Perantara yang
memenuhi ketentuan tambahan sebagai berikut:
a. telah memiliki nasabah yang melakukan Usaha
Kehutanan;
b. lokasi beroperasinya berdekatan dengan aktivitas Usaha
Kehutanan;
c. menawarkan provisi kurang dari 2%(dua persen);
d. memenuhi ketentuan aset sebagai berikut:
1) Bank Umum dan Bank Umum Syariah di atas
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);
2) Bank Perkreditan Rakyat dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di atas Rp5.000.000.000,00 (lima
milyar rupiah);
3) Koperasi dan Koperasi Syariah di atas
Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah).

BAB III
MEKANISME PEMILIHAN LEMBAGA PERANTARA

Pasal 8
Penetapan Lembaga Perantara oleh Kepala Pusat P2H
dilakukan melalui tahapansebagai berikut:
a. pengajuan proposal oleh calon Lembaga Perantara;
b. penilaian kelayakan calonLembaga Perantara dan
penetapan agunan;
c. penawaran ketentuan kerjasama;
d. tanggapan dan penyampaian kelengkapan dokumen
kerja sama;
e. keputusan penetapan Lembaga
Perantaradanpenandatanganan perjanjian
kerjasama.

Pasal 9
- 10 -

(1) Calon Lembaga Perantara mengajukan proposal


pembiayaan Usaha Kehutanan kepada Pusat P2H
dengan melampirkan:
a. dokumen-dokumenyang diperlukan untuk
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6;
b. surat pernyataan komitmen untuk menyalurkan
FDB Pinjamankepada debitur yang melakukan
kegiatan Usaha Kehutanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. daftar jenis Usaha Kehutanan yang akan dibiayai;
d. skema penyaluran dan pengembalian pinjaman; dan
e. daftar agunan yang akan dijaminkan.
(2) Proposal pembiayaan Usaha Kehutanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kepala Pusat P2H ini.

Pasal 10
(1) Pusat P2H melakukan penilaian kelayakan
calonLembaga Perantaraterhadap proposal yang diajukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat(2).
(2) Proses penilaian kelayakan calonLembaga Perantara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan:
a. penilaian administratif melalui analisis kelayakan
calon Lembaga Perantara berdasarkan data pada
dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9;
b. verifikasi dan klarifikasi untuk membuktikan
kebenaran dan memastikan ketepatan data yang
disampaikan calon Lembaga Perantara.
(3) Pusat P2H dapat meminta perbaikan proposal dan/atau
kelengkapan dokumen selama proses analisis kelayakan
calon Lembaga Perantara.
(4) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2),meliputi aspek:
a. rekam jejak lembaga dan pengurus;
b. kualitas pinjaman yang telah disalurkan;
- 11 -

c. kondisi keuangan;
d. agunan; dan
e. potensi dalam mendukung Usaha Kehutanan.
(5) Penetapan besarnya penempatan dana maksimal
ditentukan oleh:
a. tingkat risiko penempatan dana pada calon
Lembaga Perantara;
b. kapasitas calon Lembaga Perantara dalam
membayar kembali pinjaman;
c. kapasitas calon Lembaga Perantara dalam
menyalurkan dana untuk Usaha Kehutanan; dan
d. jenis dan nilaiagunan yang dapat dijaminkan.

Pasal 11
(1) Agunan yang dijaminkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf e, adalah:
a. agunan pokok; dan
b. agunan tambahan.
(2) Jenis dan nilai agunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ditetapkan oleh Kepala Pusat P2H berdasarkan hasil
analisis kelayakan Lembaga Perantara.
(3) Agunan pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, berupa piutang Lembaga Perantara yang
dananya bersumber dari FDB.
(4) Agunan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, dapat berupa:
a. aset bergerak atau tidak bergerak;
b. agunan atau jaminan lainnya.

Pasal 12
(1) Agunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, diikat
dengan cara pengikatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Lembaga Perantara wajib memperbaharui daftar piutang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) dalam
waktu paling lama 3 (tiga) bulan sekali.
- 12 -

(3) Daftar piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


mencakup informasi piutang:
a. lunas;
b. akan jatuh tempo dalam waktu paling lama 3 (tiga)
bulan;
c. tidak lagi berkolektibilitas lancar; dan
d. piutang lain yang diminta Pusat P2H untuk diganti.

Pasal 13
(1) Dalam hal calon Lembaga Perantara dinilai layak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Kepala Pusat
P2H menyampaikan penawaran ketentuan kerja sama,
minimalberisi:
a. persetujuan sebagai calon Lembaga Perantara;
b. jenis Usaha Kehutanan yang dapat dibiayai;
c. jangka waktu penempatan dana;
d. batas maksimal penempatan dana (plafond);
e. tarif layanan FDB Pinjaman;
f. jenis dan nilai agunan;
g. tata cara dan syarat-syarat penempatan dana;
h. dokumen pendukung yang perlu dilengkapi sebelum
perikatan.
(2) Calon Lembaga Perantara menyampaikan surat
tanggapan penawaran kerja sama kepada Pusat P2H
paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya surat
penawaran.
(3) Dalam hal penawaran kerja sama disetujui, Kepala
Lembaga Perantara atau Pejabat Lembaga Perantara
yang berwenang menandatangani lembar persetujuan
pada surat penawaran.
(4) Surat tanggapan penawaran kerja sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilampiri:
a. lembar persetujuan pada surat penawaran yang
telah ditandatangani oleh calon Lembaga Perantara;
- 13 -

b. dokumenyang dipersyaratkanoleh Pusat P2H.

Pasal 14
(1) Dalam hal Lembaga Perantara menyetujui penawaran
kerja sama, jenis dan nilai agunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf f akan
diverifikasi oleh Pusat P2H atau pihak ketiga yang
ditunjuk oleh Pusat P2H.
(2) Dalam hal verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan pihak ketiga, biayanya dibebankan pada
Lembaga Perantara.
(3) Dalam hal hasil verifikasi terhadap jenis dan nilai
agunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) memenuhi syarat agunan, Kepala Pusat P2H
menerbitkan keputusan penetapan Lembaga Perantara.

Pasal 15
Dalam hal calon Lembaga Perantara dinilai tidak layak,
Kepala Pusat P2H menyampaikan surat penolakan kepada
calon Lembaga Perantara.

Pasal 16
(1) Keputusan penetapan Lembaga Perantara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14ayat (3) minimal memuat:
a. nama dan tempat kedudukan Lembaga Perantara;
b. tujuan penempatan dana;
c. jenis Usaha Kehutanan yang dapat dibiayai;
d. jangka waktu penempatan dana;
e. batas maksimal penempatan dana (plafond);
f. tarif layanan FDB Pinjaman;
g. jenis dan nilai agunan;
h. tata cara dan syarat-syarat penempatan dana; dan
i. ketentuan lain yang telah disepakati.
(2) Keputusan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ditindaklanjuti dengan penandatangan perjanjian
kerja sama antara Pusat P2H dengan Lembaga Perantara
- 14 -

dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari


kerja sejak keputusan penetapan ditandatangani.

Pasal 17
(1) Penandatangan perjanjian kerja sama dilakukan oleh
Kepala Pusat P2H dan Kepala Lembaga Perantara atau
pejabat berwenang yang ditunjuk.
(2) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuat secara notarial berdasarkan surat keputusan
penetapan Lembaga Perantara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16.
(3) Biaya notaris menjadi beban Lembaga Perantara.

BAB IV
PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN PINJAMAN

Bagian Kesatu
Antara Pusat P2H dengan Lembaga Perantara

Pasal 18
(1) Permohonanpenyalurandana oleh Lembaga Perantara
dilakukandengan ketentuan:
a. dilengkapi dengan lampiranDaftar Nominatif Calon
Debitur;
b. dilengkapi dengan lampiran prosedur baku
permohonan dan penyaluran kepada debitur serta
pengembalian pinjaman;
c. dilakukan sesuai dengan kesiapan Lembaga
Perantara dalam menyampaikanDaftar Nominatif
Calon Debitur;
d. jumlah dana yang diajukan untuk disalurkan paling
tinggi 125% (seratus dua puluh lima persen) dari
nilai nominal pinjaman yang tercantum dalam
Daftar Nominatif Calon Debitur.
(2) Daftar Nominatif Calon Debitur sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, minimal memuat informasi:
a. identitas debitur;
- 15 -

b. jenis pinjaman;
c. lokasi usaha kehutanan;
d. nilai nominal pinjaman;

e. jenis dan nilai agunan;


f. jangka waktu pinjaman;
g. suku bunga; dan
h. periode angsuran dan pembayaran bunga.

Pasal 19
(1) Pusat P2H melakukan verifikasi dan klarifikasi terhadap
Daftar Nominatif Calon Debitur dan prosedur baku
permohonan, penyaluran dan pengembalian pinjaman
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a
dan huruf b, sebelum dilakukan pencairan dana.
(2) Dalam hal hasil verifikasi dan klarifikasi menunjukkan
bahwa informasi dalam Daftar Nominatif Calon Debitur
tidak sesuai dengan fakta dan ketentuan pemberian FDB
Pinjaman, Pusat P2H dapat:
a. memberi saran perbaikan kepada lembaga
perantara;
b. meminta penggantian Daftar Nominatif Calon
Debitur;
c. menunda pencairan dana;
d. membatalkan Perjanjian Kerja Sama.
(3) Biaya kegiatan verifikasi dan klarifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)dibebankan kepada Pusat P2H.

Pasal 20
(1) Pencairandana dilakukan dengan cara pemindah bukuan
dari rekening Pusat P2H ke dalam rekening Lembaga
Perantara.
(2) Rencanapenyaluran yang dicantumkan dalam Daftar
Nominatif Calon Debitur harus sudah terealisasi
seluruhnya paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah
pencairan dana ke dalam rekening Lembaga Perantara.
- 16 -

Pasal 21
(1) Pusat P2H menyalurkan dana kepada Lembaga
Perantara dengan suku bunga sesuai dengan tarif yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

(2) Pembayaran bunga oleh Lembaga Perantara kepada


Pusat P2H dilakukan setiap bulan.

Pasal 22
(1) Dana yang disalurkanoleh Lembaga Perantara kepada
debitur minimal 80% (delapan puluh persen) dari dana
yang disalurkan Pusat P2H.
(2) Dana yang disalurkanoleh Lembaga Perantara kepada
debitur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dicapai pada setiap akhir bulan.
(3) Dalam hal rasio antara dana yang disalurkan kepada
debitur terhadap dana yang disalurkan kepada Lembaga
Perantara lebih kecil dari 80%(delapan puluh persen),
maka kelebihan dana penempatan wajib disetorkan
kembali ke Pusat P2H sehingga ketentuan ayat (2)
terpenuhi.
(4) Dalam hal rasio antara dana yang disalurkan kepada
debitur terhadap dana yang disalurkan kepada Lembaga
Perantara melebihi 80% (delapan puluh persen), maka
Lembaga Perantara dapat mengajukan penambahan
penempatan dana.
(5) Lembaga Perantara dapat menyalurkan kembali dana
pengembalian pokok pinjaman selama belum melewati
tanggal jatuh tempo FDB Pinjaman dari Lembaga
Perantara ke Pusat P2H.
(6) Lembaga Perantara wajib melunasi seluruh sisa
kewajibannya maksimal pada tanggal jatuh tempo.
(7) Lembaga Perantara berhak mendapatkan bantuan teknis
dari Pusat P2H terkait dengan pembiayaan Usaha
Kehutanan.

Bagian Kedua
Antara Lembaga Perantara dengan Debitur
- 17 -

Pasal 23
(1) Penerima FDB Pinjaman yang telah ditetapkan oleh
Lembaga Perantara wajib menandatangani perjanjian
kredit dengan pimpinan Lembaga Perantara
(2) Perjanjian kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
minimal mencantumkan:
a. nama dan alamat debitur;
b. nama bank dan nomor rekening debitur;
c. jumlah dana bergulir yang diberikan;
d. tujuan penggunaan dana bergulir;
e. jangka waktu perikatan;
f. hak dan kewajiban masing-masing pihak;
g. suku bunga; dan
h. prosedur penyaluran dan pengembalian pinjaman.

Pasal 24
Jangka waktu pinjaman dari Lembaga Perantara kepada
debitur paling lama 16 tahun dengan grace periodeditentukan
berdasarkan analisis repayment capacityoleh Lembaga
Perantara.

Pasal 25
Dana pinjamanuntuk penguatan modal usaha kehutanan di
Lembaga Perantara dikelola sebagai berikut:
a. dana yang disalurkan oleh Pusat P2H hanya digunakan
untuk membiayaiusaha kehutanan sesuai ketentuan
dalam Daftar Nominatif Calon Debitur yang disetujui
oleh Pusat P2H.
b. tanggal jatuh tempo pinjaman yang disalurkan oleh
Lembaga Perantara tidak boleh melampaui tanggal jatuh
tempo pinjaman dari Pusat P2H;
c. suku bunga dan provisi yang dikenakan kepada debitur
sesuai dengan tarif yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.

Pasal 26
- 18 -

(1) Mekanisme permohonan, penyaluran dan


pengembalianpinjamanoleh debitur dibuat dan
dijalankan sesuai prosedur baku masing-masing
Lembaga Perantara.

(2) Lembaga Perantara wajib memantau dan mengendalikan


penggunaan dana pinjaman untukUsaha Kehutanan oleh
debitur.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 27
(1) Monitoring atas kinerja Lembaga Perantara dilakukan
oleh Pusat P2H untuk mengetahui:
a. komitmen Lembaga Perantara untuk menyalurkan
pinjaman hanya untuk membiayai kegiatan Usaha
Kehutanan sesuai prosedur baku permohonan,
penyaluran dan pengembalian pinjaman;
b. saldo dan kualitas pinjaman yang disalurkan oleh
Lembaga Perantara;
c. kualitas pembayaran dari Lembaga Perantara ke
Pusat P2H.
(2) LembagaPerantara wajib menyampaikan laporan
bulanan maksimal tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya yang terdiri atas:
a. Daftar Nominatif Calon Debitur posisi akhir bulan
yang minimal memuat daftar lengkap penerima
pinjaman, saldo, kolektibilitas, jenis Usaha
Kehutanan, lokasi usahadan jumlah tenaga kerja
yang diserap sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala Pusat P2H ini;
b. Daftar Nominatif Calon Debitur atau daftar
pinjaman yang dicairkan bulan berjalan dengan
rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
- 19 -

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari


Peraturan Kepala Pusat P2H ini;
(3) Setiap triwulan Lembaga Perantara menyampaikan
daftar piutang yang telah diperbaharui untuk lampiran
fidusia.
(4) Setiap enam bulan Lembaga Perantara wajib
menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditambahkan dengan:
a. laporan hasil pemeriksaan agunan untuk sejumlah
debitur yang diminta oleh Pusat P2H;
b. laporan kegiatan pembinaan dan kegiatan lainnya
yang berkaitan dengan penyaluran FDB Pinjaman
untuk Usaha Kehutanan, baik yang
dilakukansendiri oleh Pusat P2H ataupun oleh
pihak lainnya.
(5) Lembaga Perantara berkewajiban untuk menyusun dan
menyampaikan laporan kepada Pusat P2H secara benar
dan tepat waktu.
(6) Tanggal penyampaian laporan dibuktikan dengan tanggal
pada surat elektronik yang diterima Pusat P2H dalam hal
penyampaiannya dilakukan secara elektronik, atau
tanda terima laporan yang dikeluarkan oleh kantor Pusat
P2H bila pelaporan dilakukan secara manual.

Pasal 28
Laporan yang diterima oleh Pusat P2H selanjutnya dievaluasi
untuk menilai kinerja Lembaga Perantara meliputi:
a. kepatuhan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang
disepakati dalam perjanjian kerjasama;
b. ketelitian dalam menyampaikan laporan-laporan yang
diwajibkan;
c. kesesuaian saldo penempatan Pusat P2H dengan saldo
FDB Pinjaman Usaha Kehutanan yang disalurkan;
d. ketepatan penyaluran dana sesuai tujuan FDB Pinjaman.

Pasal 29
- 20 -

(1) Pusat P2H dapat melakukan verifikasi dan klarifikasi


kepada debitur berdasarkan data dan informasi yang
dimiliki.
(2) Tindak lanjutdari hasil evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28, dapat berupa pembinaan dan/atau
bantuan teknis maupun sanksi.

BAB VI
PEMBINAAN

Pasal 30
(1) Pembinaan atau bantuan teknis dapat diberikan oleh
Pusat P2Hkepada Lembaga Perantara untuk hal-hal yang
terkait dengan manajemen keuangan dan pengetahuan
teknis mengenai Usaha Kehutanan sesuai kebutuhan
Lembaga Perantara.
(2) Pembinaan atau bantuan teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat diberikan kepada debitur
berdasarkan permintaan Lembaga Perantara.

BAB VII
SANKSI

Pasal 31
(1) Sanksi dikenakan kepada Lembaga Perantara yang
melakukan pelanggaran berupa:
a. keterlambatan penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2), (3), dan (4);
b. kesalahan menyajikan data dan informasi dalam
laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. kesalahan peruntukan dalam penyaluran pinjaman
(side streaming) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf a;
d. keterlambatan pembayaran kewajiban Lembaga
Perantara berupa bunga dan/atau dana pokok ;
atau
- 21 -

e. keterlambatan dalam penyetoran kelebihan


penempatan dana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (3).
(2) Dalam hal Lembaga Perantara melakukan pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pusat P2H
menyampaikan surat pemberitahuan kepada Lembaga
Perantara.
(3) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), berisi koreksi dan/atau denda atas pelanggaran dan
tindak lanjut yang harus dilakukan Lembaga Perantara.
(4) Lembaga Perantara yang tidak menindaklanjuti surat
pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
dalam jangka waktu yang telah ditentukan, serta merta
dikenai denda sampai Lembaga Perantara memenuhi
kewajibannya.
(5) Dalam hal Lembaga Perantara tidak mengindahkan surat
pemberitahuan dan pembayaran denda dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan, maka Pusat P2H secara sepihak
melakukan penundaan atau penghentian pencairan
pinjaman dan menyampaikan Surat Peringatan Pertama.
(6) Dalam hal Lembaga Perantara tidak mengindahkan
Surat Peringatan Pertama dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan, maka Pusat P2H menyampaikan Surat Peringatan
Kedua.
(7) Dalam hal Lembaga Perantara tidak mengindahkan
Surat Peringatan Kedua dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan, maka Pusat P2H menyampaikan Surat Peringatan
Ketiga.
(8) Dalam hal Lembaga Perantara tidak mengindahkan
Surat Peringatan Ketiga dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan, maka Pusat P2H secara sepihak melakukan
pemutusan kerja sama dengan Lembaga Perantara.
(9) Pemutusan kerja sama sebagaimana dimaksud pada
ayat (8), mengharuskan Lembaga Perantara secara serta
merta melunasi seluruh kewajiban yang terdiri atas
pokok pinjaman, bunga, denda, dan kewajiban lainnya
kepada Pusat P2H.
- 22 -

Pasal 32
(1) Besarnya denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (1) huruf a sebesar Rp100.000,00(seratus ribu
rupiah) per hari keterlambatan penyampaian laporan
dengan maksimum denda Rp9.000.000,00 (sembilan juta
rupiah).

(2) Besarnya denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31


ayat (1) huruf b Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu
rupiah) per kesalahan dalam menyajikan data dan
informasi dalam laporan dengan maksimum denda
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan/atau ditambah
denda hari keterlambatan.
(3) Besarnya denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (1) huruf c sebesar satu permil dari pembayaran
bunga yang harus disetor kepada Pusat P2H dan/atau
ditambah denda hari keterlambatan.
(4) Besarnya denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (1) huruf d sebesar satu permil dari jumlah salah
peruntukkan yang seharusnya dikembalikan oleh
Lembaga Perantara kepada Pusat P2Hdan/atau
ditambah denda hari keterlambatan.
(5) Besarnya denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (1) huruf e sebesar satu permil per hari dari
kelebihan saldo pinjaman dan/atau ditambah denda hari
keterlambatan.
- 23 -

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33
Peraturan Kepala Pusat P2Hini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di :JAKARTA
pada tanggal :

KEPALA PUSAT,

Ttd.

AGUS ISNANTIO RAHMADI


NIP. 19610513 198903 1001

ffSalinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bagian Keuangan dan Umum

Drs. Suwarto, MM
NIP. 19590419 198603 1 005
- 24 -

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA PUSAT


PEMBIAYAANPEMBANGUNAN HUTAN
NOMOR :
TENTANG PEDOMAN PERMOHONAN,
PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA
BERGULIR UNTUK USAHA KEHUTANAN
MELALUI LEMBAGA PERANTARA

PROPOSAL PEMBIAYAAN USAHA KEHUTANAN

I. Isi Proposal Pengajuan untuk menjadi Lembaga Perantara


1. Surat permohonan yang berisikan keinginan untuk menjadi Lembaga
Perantara (LP) dan pernyataan untuk menyalurkan FDB Pinjaman
untuk usaha kehutanan.
2. Proposal Teknis.
3. Profile Perusahaan (company profile) atau Annual Report tahun
terakhir.
4. Copy dokumen legalitas usaha berupa:
a. Bank Umum dan Bank Umum Syariah serta Bank Perkreditan
Rakyat dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berupa:
1) Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan serta Perubahan-
perubahannya;
2) Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
3) Fotokopi Surat Pengusaha Kena Pajak (PKP);
4) Fotokopi Surat Ijin Usaha Perbankan (SIUP);
5) Neraca perusahaan 3 (tiga) tahun terakhir dan telah diaudit
oleh akuntan publik;
6) Surat Keterangan Domisili Perusahaan.
- 25 -

b. Koperasi dan Koperasi Syariah


1) Fotokopi Akte Pendirian Koperasi;
2) Fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
3) Fotokopi Surat Pengusaha Kena Pajak (PKP);
4) Fotokopi Surat Ijin Usaha Perdagangan;
5) Surat Keterangan Domisili Koperasi;
6) Tanda Daftar Perusahaan/Koperasi (TDP/TDK);
7) Neraca perusahaan 2 (dua) tahun terakhir dan telah
diaudit oleh akuntan publik.
5. Data kepengurusan lembaga
a. Riwayat hidup direksi dan komisaris untuk perbankan atau
pengurus koperasi;
b. Struktur organisasi lembaga dan nama pejabatnya hingga
minimal satu tingkat di bawah direksi, ditanda tangani pejabat
yang berwenang (Dirut, ketua pengurus);
c. Foto copy identitas pengurus sesuai dengan akta pendirian dan
AD/ART :
1) Bank dan BPR : direksi, komisaris dan pemegang saham
pengendali atau perwakilannya.
2) Koperasi : direksi, badan pengurus, badan pembina dan
pengawas.
II. Format Proposal Teknis
1. Pendahuluan
Uraian secara ringkas yang mendasari pengajuan Lembaga
Keuangan untuk menjadi Lembaga Perantara dalam pembiayaan
usaha kehutanan.
2. Rencana Penyaluran FDB Pinjaman
a. Jenis usaha kehutanan yang akan dibiayai (penjelasan singkat)
b. Lokasi kegiatan
c. Proyeksi manfaat pinjaman, termasuk penyerapan tenaga kerja
d. Rencana jangka waktu kredit yang akan disalurkan
e. Agunan yang disyaratkan kepada calon debitur
f. Rencana pencairan pinjaman per bulan
g. Plafon dan jangka waktu pinjaman yang diajukan LP
h. Jenis dan nilai agunan yang ditawarkan oleh LP ke BLU Pusat
P2H
3. Data keuangan lembaga perantara:
- 26 -

a. laporan keuangan yang telah diaudit, 3 tahun terakhir untuk


Perbankan dan 2 tahun terakhir untuk Koperasi;
b. Laporan keuangan triwulanan tahun berjalan sejak laporan
audit terakhir;
c. Rekapitulasi kredit beserta kualitasnya pada segmen UMKM di
sektor pertanian dan sektor kehutanan.

4. Data aktivitas calon usaha Lembaga Perantara yang berhubungan


dengan usaha kehutanan:
a. Jenis kegiatan yang dibiayai dalam usaha kehutanan.
b. Skema proses penyaluran pinjaman kepada sektor kehutanan.

KEPALA PUSAT,

Ttd.

AGUS ISNANTIO RAHMADI


NIP. 19610513 198903 1001
NIP.19610513 198903 1 001

ffSalinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bagian Keuangan dan Umum

Drs. Su`warto, MM
NIP. 19590419 198603 1 005

Anda mungkin juga menyukai