Anda di halaman 1dari 18

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL


NOMOR: P. 1 /V-SET/2014

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA


HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN

DIREKTUR JENDERAL
BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan


Nomor P.19/Menhut-II/2009 telah ditetapkan
ketentuan tentang Strategi Pengembangan Hasil
Hutan Bukan Kayu Nasional;
b. bahwa dalam rangka mendukung strategi
pengembangan hasil hutan bukan kayu nasional
perlu dibentuk Sentra Hasil Hutan Bukan Kayu
Unggulan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Pedoman Teknis Pembentukan Sentra
Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan dengan
Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang


Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

3. Peraturan Pemerintah .....

1
3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4814);
4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-
II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu;
5. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-
II/2009 tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan
Bukan Kayu Nasional (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 49);
6. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.21/Menhut-
II/2009 tentang Kriteria dan Indikator Penetapan
Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 51);
7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-
II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kehutanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 405), sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-
II/2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 779);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA


PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN
PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PEDOMAN TEKNIS
PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN
KAYU UNGGULAN.

Pasal 1

Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan


Perhutanan Sosial tentang Pedoman Teknis Pembentukan Sentra Hasil Hutan
Bukan Kayu Unggulan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Pasal 2

Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 menjadi acuan bagi


Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak
terkait dalam pembentukan Sentra Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Unggulan.

2
Pasal 3 .....

3
4
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
DAN PERHUTANAN SOSIAL
NOMOR : P.1/V-SET/2014
TANGGAL : 28 Maret 2008

PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN


SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paradigma pembangunan Sumber Daya Hutan (SDH) sampai saat ini


masih berorientasi pada timber management berupa single product Hasil
Hutan Kayu (HHK). Kondisi ini sangat bertentangan dengan hasil riset
yang menunjukkan bahwa hasil hutan berupa kayu dari ekosistem hutan
hanya sebesar 10% sedangkan sisanya sebesar 90% berupa hasil hutan
bukan kayu (HHBK) yang selama ini belum terkelola dan termanfaatkan
secara optimal. Namun seiring dengan meningkatnya tuntutan
masyarakat akan hasil dari SDH, pengelolaannya harus optimal dengan
memaksimalkan pemanfaatan seluruh potensi hutan yaitu HHK dan
HHBK, serta Jasa Lingkungan (Jasling) dengan tetap mengedepankan
aspek kelestarian.

Perubahan paradigma tersebut diharapkan dapat meningkatkan


produktivitas SDH dengan memberikan keuntungan dan kesejahteraan
kepada masyarakat di sekitarnya secara lestari sekaligus memperbaiki dan
meningkatkan kualitas lingkungan. Salah satu upaya untuk mewujudkan
harapan tersebut adalah dengan mengembangkan HHBK yang memiliki
keunggulan ekonomi dan mengintegrasikannya dengan kegiatan
pemanfaatan dan pemasaran ke dalam bentuk usaha produktif terpadu
berupa pembangunan sentra HHBK unggulan.

Dalam rangka sinkronisasi dan optimalisasi pembangunan sentra


HHBK, yang berujung pada kesejahteraan masyarakat dan perbaikan
kualitas termasuk kualitas dan kuantitas SDH di dalamnya, maka
keberadaan pedoman teknis ini dipandang perlu untuk segera ditetapkan.

B. Maksud dan Tujuan

Pedoman teknis ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pemerintah,


Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak terkait
dalam pembentukan sentra HHBK. Sedangkan tujuannya adalah agar
pelaksanaan pembentukan unit usaha produktif HHBK dapat terlaksana

5
dengan baik, terarah, dan berkesinambungan yang pada akhirnya dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat berupa peningkatan kesejahteraan
serta perbaikan/peningkatan kualitas lingkungan.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pedoman ini mencakup tata cara pembentukan


sentra HHBK Unggulan, fasilitasi pengembangan sentra, serta pembinaan
dan pengendalian.

D. Pengertian

1. Hasil Hutan Bukan Kayu atau disingkat HHBK adalah hasil hutan
hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan
budidaya kecuali kayu yang berasal dari ekosistem hutan.
2. Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan atau disingkat HHBK Unggulan
adalah komoditas yang diunggulkan untuk dikembangkan di suatu
daerah dan pengusahaannya berdasarkan kriteria ekonomi, biofisik,
lingkungan, kelembagaan, sosial dan teknologi.
3. Sentra adalah pusat integrasi kegiatan ekonomi produktif yang
terkonsentrasi pada daerah atau kawasan tertentu yang menghasilkan
produk/menggunakan bahan baku yang sama/sejenis dan
mempunyai prospek untuk dikembangkan ke dalam klaster.
4. Sentra HHBK Unggulan adalah pusat integrasi ekonomi produktif
kelompok usaha berbasis HHBK Unggulan yang terkonsentrasi pada
daerah atau kawasan tertentu serta memiliki prospek untuk
dikembangkan ke dalam klaster.
5. Pembentukan Sentra HHBK adalah upaya yang diprakarsai oleh
pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan usaha produktif HHBK
Unggulan di suatu wilayah tertentu secara sistematik dan terpadu
melalui pembinaan kapasitas usaha produktif yang terkonsentrasi.
6. Rencana Pembentukan Sentra (RPS) adalah buku/dokumen yang
menggambarkan secara lengkap kondisi budidaya dan usaha HHBK
pada calon lokasi sentra HHBK serta rencana kerja sentra dan bentuk
fasilitasi yang diperlukan demi mewujudkan kemandirian sentra.

6
II. PRINSIP DASAR PEMBENTUKAN SENTRA

Proses pembentukan sentra HHBK merupakan suatu kegiatan yang


terarah untuk menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi karena mutu
dan harga yang kompetitif. Oleh karena itu pembentukan dan pengembangan
sentra HHBK harus dilakukan secara terencana dan berkelanjutan memenuhi
azas kelola lembaga, ekonomi, dan lingkungan.
Sentra HHBK dibentuk pada wilayah yang telah melakukan penetapan
HHBK Unggulan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.21/Menhut-II/2009 yang ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal
Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (BPDASPS)
dan/atau berdasarkan penetapan Gubernur dan/atau Bupati/Walikota.
Penetapan ini dimaksudkan untuk memberikan aspek legal, kepedulian, dan
dukungan dalam upaya pengembangan komoditas dan sentra HHBK
Unggulan.
Untuk menjamin terbentuk dan berfungsinya sentra HHBK, beberapa
prinsip dasar yang menjadi acuan pembentukan sentra adalah sebagai
berikut:

1. Sentra HHBK Unggulan berorientasi bisnis dengan menitikberatkan pada


pemberdayaan masyarakat;
2. Sudah ada penetapan HHBK Unggulan pada wilayah/lokasi sasaran;
3. Sudah ada pasar berbasis komoditas HHBK produktif dari wilayah
sasaran;
4. Adanya peluang daya saing dan nilai tambah yang bisa dioptimalkan;
5. Masyarakat sebagai pelaku utama yakni petani/pembudidaya HHBK yang
bersemangat maju dan pengolah dan pemasar HHBK yang peduli pasokan
yang kontinyu dan berkualitas;
6. Adanya komitmen kuat Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Pemda)
berupa dukungan kebijakan dan insentif, kerjasama lintas sektor yang
efektif, integrasi dalam program kementerian/lembaga dan Pemda, serta
fasilitasi pengembangan kapasitas sentra;
7. Ketersediaan minimum sarana dan prasarana untuk berfungsinya sentra
antara lain peralatan produksi dengan harga terjangkau, jalan dan alat
transportasi, layanan telekomunikasi dan keuangan/perbankan, jaringan
listrik dan air bersih.

7
III. TAHAPAN PEMBENTUKAN SENTRA

Pembentukan Sentra HHBK Unggulan dilakukan melalui tahapan


penggalangan komitmen, pembangunan kelembagaan, penyusunan rencana
pembentukan sentra, pengusulan dan penetapan sentra, fasilitasi
pengembangan sentra, dan pembinaan dan pengendalian. Rangkaian tahapan
pembentukan sentra dapat dilihat dalam gambar 1. Pelaksanaan rangkaian
Penggalangan Komitmen sampai dengan tahapan Pengusulan dan Penetapan
Sentra dapat disederhanakan tanpa mengurangi pencapaian output dari
masing-masing tahapan tersebut.

RENCANA

Gambar 1. Diagram Pembentukan Sentra HHBK

Adapun penjelasan tahapan pembentukan sentra adalah sebagai berikut:

A. Penggalangan Komitmen
Tahapan awal yang harus dilakukan dalam membentuk Sentra HHBK
Unggulan adalah melakukan penggalangan komitmen. Tujuannya adalah
untuk memperoleh kesamaan persepsi, pemahaman, serta tujuan dalam
pengembangan usaha dan budidaya HHBK melalui pembentukan Sentra
HHBK Unggulan. Upaya penggalangan komitmen dilakukan melalui
kegiatan sosialisasi dan/atau dialog multi pihak.

8
1. Sosialisasi
Kegiatan Sosialisasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi
dan konsepsi rencana pembangunan Sentra HHBK Unggulan, serta
memperoleh dukungan berbagai pihak terkait. Sasaran sosialisasi
adalah masyarakat, Pemda, pelaku usaha, LSM, dan instansi terkait.
Materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi antara lain:
a. Konsep pembentukan sentra HHBK;
b. Data potensi HHBK pada wilayah sasaran;
c. Rencana pembentukan/pengembangan Sentra HHBK Unggulan;
d. Peran parapihak dalam mendukung pengembangan Sentra HHBK
Unggulan.

2. Dialog Multi Pihak


Dialog multi pihak adalah dialog yang dilakukan oleh pihak-
pihak yang terkait rencana pembentukan dan pengembangan Sentra
HHBK Unggulan. Parapihak tersebut antara lain adalah para pelaku
usaha produktif HHBK baik di hulu maupun di hilir seperti
Pemerintah Desa, tokoh-tokoh (tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
wanita, tokoh pemuda), penyuluh kehutanan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi (PT), Pemerintah
Kabupaten/Kota/Provinsi, dan sektor/ instansi terkait. Tujuan dari
kegiatan dialog ini adalah untuk mendapatkan kesepahaman,
kesepakatan, dan komitmen bersama dalam rangka pembentukan dan
pengembangan sentra.
Pokok bahasan dalam dialog multi pihak pengembangan Sentra
HHBK Unggulan antara lain :
a. Kesepakatan dan komitmen pembentukan sentra;
b. Identifikasi potensi budidaya dan usaha, permasalahan, serta solusi
pemecahan masalah;
c. Peran dan kontribusi para pihak dalam pembentukan dan
pengembangan sentra.

B. Pembangunan Kelembagaan
Tujuan dari pembangunan kelembagaan ini adalah membentuk dan
mendukung berfungsinya wadah koordinasi, kerjasama, pembagian peran
secara efektif dan berkelanjutan para pelaku budidaya dan usaha HHBK
sebagai pelaku utama kegiatan Sentra HHBK Unggulan. Hal-hal utama
yang harus dipertimbangkan dalam rangka pembangunan kelembagaan
Sentra HHBK Unggulan meliputi:

9
1. Bentuk kelembagaan
Terdapat beberapa pilihan bentuk kelembagaan Sentra HHBK,
antara lain: himpunan, asosiasi atau koperasi. Pemilihan bentuk
kelembagaan sentra tersebut disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan. Lembaga sentra harus memiliki identitas, antara lain:
nama, dan kedudukan/lokasi.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam struktur
kelembagaan sentra HHBK antara lain:
a. Tata kepengurusan organisasi yang jelas dan transparan;
b. Mampu menjaga keadilan dan kesetaraan hak dan kewajiban
anggota;
c. Mampu menyediakan ruang dan kesempatan yang cukup untuk
fleksibilitas dan inovasi anggota sentra.
2. Keanggotaan
Anggota sentra antara lain terdiri dari petani/pembudidaya HHBK
Unggulan, pengolah, pelaku pasar, dan pihak-pihak lain yang berminat
dan sanggup mentaati aturan main/prinsip-prinsip pembentukan dan
pengembangan sentra.
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
Untuk mengatur kegiatan kelembagaan sentra maka perlu
disusun AD/ART kelembagaan sentra. AD/ART ini meliputi antara lain
visi, misi, dan tujuan kelembagaan sentra yang juga merupakan visi,
misi, dan tujuan sentra HHBK, serta mengatur seluruh hak dan
kewajiban anggota dalam kelembagaan sentra.
4. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan pembentukan dan pengembangan sentra
HHBK unggulan dapat bersumber dari APBN, APBD, swadaya
masyarakat, Corporate Social Responsibility (CSR), dan sumber lainnya
yang sah.

C. Penyusunan Rencana Pembentukan Sentra


Rencana Pembentukan Sentra (RPS) disusun oleh Tim yang dibentuk
Kepala BPDAS atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi
kehutanan dengan melibatkan parapihak. RPS disahkan oleh Kepala
BPDAS atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan.
Penganggaran dapat berasal dari APBN atau APBD. Output dari kegiatan
ini adalah dokumen RPS yang tahapan penyusunannya adalah sebagai
berikut:
1. Persiapan
Persiapan dalam rangka penyusunan RPS HHBK Unggulan ini meliputi:
a. Pembentukan Tim
Tim penyusun RPS HHBK Unggulan terdiri dari unsur-unsur:

10
1) Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS);
2) Dinas teknis yang menangani kehutanan di kabupaten/kota;
3) Instansi terkait;
4) Perwakilan calon anggota lembaga sentra.
Susunan tim ditetapkan berdasarkan kesepakatan dengan
mempertimbangkan sumber anggaran.

Tugas tim antara lain :


1) Melakukan koordinasi terkait penyusunan RPS;
2) Menyusun rencana kegiatan;
3) Melakukan pengumpulan data;
4) Menyusun RPS.

b. Koordinasi
Koordinasi dilakukan untuk memperlancar pelaksanaan
pemenuhan kebutuhan data. Tim penyusun RPS melakukan
koordinasi dengan pihak-pihak terkait antara lain pemerintah
setempat (Instansi terkait antara lain Biro Pusat Statistik (BPS),
pertanian, perdagangan, perindustrian, Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), Kepala Desa), kelompok tani, LSM, pengusaha HHBK
unggulan, dan pedagang.

c. Pembiayaan
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka penyusunan RPS HHBK
Unggulan dapat dianggarkan melalui APBN atau APBD .

d. Jadwal Pelaksanaan
Dalam rangka penyusunan dokumen RPS, tim terlebih dahulu
menyusun jadwal sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Contoh blangko jadwal rencana pembentukan sentra
tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Rencana Pembentukan sentra

No Jenis Kegiatan Bulan


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan
2 Pengumpulan Data
4 Pembentukan
Kelembagaan
5 Penyusunan Rencana
Kegiatan dan Fasilitasi
sentra
6 Penyusunan Buku
Rencana Pembentukan
Sentra

11
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada kabupaten/kota yang telah
ditetapkan sebagai lokasi pengembangan HHBK Unggulan sesuai
dengan surat keputusan tentang penetapan HHBK unggulan. Data
tersebut berupa data primer dan data sekunder, antara lain:
a. Kondisi Umum
Pengumpulan data kondisi umum wilayah pembentukan sentra
HHBK meliputi antara lain:
1. Biofisik: letak geografis, luas, batas administrasi pemerintahan
dan batas DAS, penggunaan dan penutupan lahan, iklim,
ketinggian tempat dan topografi.
2. Sosial ekonomi : kependudukan; mata pencaharian dan
pendapatan; pemilikan dan penggunaan lahan; pendidikan;
sarana dan prasarana perekonomian.
3. Kelembagaan sosial dan ekonomi/organisasi petani :
kelembagaan pemerintah; kondisi usaha; pelaku usaha; jenis
usaha; bentuk usaha; kemitraan.

b. Kondisi HHBK Unggulan


Data kondisi HHBK Unggulan yang dikumpulkan adalah data jenis
HHBK yang akan dikembangkan dalam sentra, meliputi antara lain:

1. Potensi HHBK unggulan meliputi jenis, luas, produksi, sebaran


baik dari alam maupun budidaya.
2. Potensi pengembangan; ketersediaan lahan untuk
pengembangan bahan baku, peningkatan potensi sumberdaya
manusia dan potensi produk meliputi kualitas dan produk
turunan, lembaga usaha, serta potensi pasar meliputi lokal,
nasional, luar negeri.
3. Potensi bahan baku, pemasaran, tenaga kerja dari wilayah
pendukung sentra HHBK. Wilayah pendukung sentra HHBK
adalah kabupaten yang berbatasan langsung dengan kabupaten
lokasi sentra atau kabupaten lain yang tidak berbatasan
langsung namun dalam skala usaha sentra masih ekonomis.
4. Data/informasi kegiatan usaha HHBK yang ada.

c. Permasalahan
Identifikasi permasalahan yang muncul dalam pembentukan sentra
HHBK dilakukan untuk membuat strategi penyelesaiannya.
Identifikasi permasalahan yang dilakukan meliputi antara lain
masalah-masalah, potensi, budidaya, kelembagaan dan tenaga
kerja, pemungutan, pemanfaatan dan industri, permodalan, dan
pemasaran.

12
d. Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap fakta/data yang telah
dikumpulkan guna membantu dalam penyusunan rencana kegiatan
dan fasilitasi pengembangan sentra HHBK Unggulan.

3. Penyusunan Rancangan Kegiatan Sentra


Rancangan kegiatan sentra disusun oleh lembaga sentra, difasilitasi
oleh BPDAS, instansi terkait, PT, asosiasi dan/atau LSM setempat.
Penyusunan rancangan ini ditujukan sebagai acuan pembentukan dan
penyelenggaraan kegiatan sentra. Rancangan kegiatan tersebut
meliputi:
a. Penentuan Lokasi Inti Sentra
Lokasi inti sentra ditentukan dengan memperhatikan jarak lokasi
inti dengan pusat bahan baku, pengolahan produk, dan pemasaran,
aspek geografis, aksesibilitas, keamanan, serta dukungan Pemda
dan masyarakat.

b. Rencana Pemenuhan Bahan Baku


Dalam rangka menjamin kelancaran dan keberlangsungan
produksi, maka perlu disusun rencana pemenuhan bahan baku.
Sentra harus menentukan dari mana sumber bahan baku dapat
diperoleh, apakah diambil dari alam, melalui kegiatan budidaya
atau diperoleh dari daerah lain di luar lokasi sentra. Pemilihan
sumber bahan baku ini ditentukan berdasarkan potensi yang ada
serta nilai manfaat (keuntungan) yang akan diperoleh.

c. Rencana Permodalan
Salah satu hal utama yang harus dirancang dalam rencana usaha
adalah rencana permodalan. Sentra harus menganalisa sumber-
sumber permodalan yang dapat dipergunakan untuk menunjang
dan mengembangkan kegiatan sentra. Permodalan bisa diperoleh
melalui jasa perbankan, APBD, APBN, donatur, ataupun swadaya.

d. Rencana Produksi
Rencana produksi meliputi penentuan jenis produk, kapasitas
produksi, sarana dan prasarana produksi, teknologi pengolahan,
dan pengemasan.

e. Rencana Pemasaran
Sentra harus menyusun rencana pemasaran sehingga diperoleh
kejelasan keberlangsungan kegiatan usaha sentra utamanya
prospek pasar, promosi dan pemasaran.

13
f. Rencana Fasilitasi
Fasilitasi yang diberikan kepada sentra yang akan dibentuk
disesuaikan dengan kebutuhan sentra HHBK Unggulan. Bentuk-
bentuk fasilitasi yang dapat diberikan meliputi: fasilitasi riset dan
kajian, pengembangan kapasitas, dan regulasi dalam rangka
menjamin berfungsinya sentra.

4. Dokumentasi Buku RPS


Hasil penyusunan rencana pembentukan sentra HHBK unggulan yang
telah dilaksanakan akan disusun dalam bentuk buku dengan kerangka
penulisan (outline) sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang lingkup
D. Sasaran
E. Pengertian
II. KONDISI UMUM
A. Biofisik
B. Sosial Ekonomi
C. Kondisi Usaha
III. KONDISI BUDIDAYA DAN USAHA HHBK UNGGULAN
A. Potensi
B. Pengolahan dan Pemasaran
C. Permasalahan
IV. RENCANA KEGIATAN SENTRA
A. Penetapan lokasi inti sentra
B. Rencana Pemenuhan Bahan Baku
C. Rencana Permodalan
D. Rencana Produksi
E. Rencana Pemasaran
F. Rencana Fasilitasi
V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

D. Pengusulan dan Penetapan Sentra


1. Pengusulan sentra HHBK
Pengusulan dilakukan oleh Tim, berbentuk surat usulan yang
ditujukan kepada Direktur Jenderal BPDASPS atau Bupati/ Walikota
dengan dilampiri dokumen RPS.
2. Penetapan sentra HHBK
Penetapan sentra HHBK dilakukan oleh Direktur Jenderal
BPDASPS atau Bupati/Walikota.

14
IV. FASILITASI PENGEMBANGAN SENTRA

Dengan terbentuknya sentra melalui penetapan oleh Direktur Jenderal


BPDASPS atau Bupati/Walikota, maka dalam rangka memfungsikan serta
mengoptimalkan kinerja sentra HHBK, Kementerian Kehutanan dan
Pemerintah Daerah dapat memberikan fasilitasi antara lain:

A. Fasilitasi Riset dan Kajian


Melakukan fasilitasi untuk terwujudnya riset yang fokus kepada
bidang-bidang pelestarian sumber, peningkatan produktivitas budidaya,
peningkatan kualitas produk, dan diversifikasi produk akhir. Di samping
itu kajian-kajian difokuskan kepada kajian kebijakan, kajian birokrasi
pelayanan, kajian pasar, kajian rantai suplai dan rantai nilai, kajian
berbagi (sharing) informasi dan pengetahuan yang secara langsung
bermanfaat bagi anggota atau unit usaha yang berada di dalam wilayah
sentra.

B. Fasilitasi Pengembangan Kapasitas


Pengembangan kapasitas ditujukan agar kapasitas SDM dan unit
usaha di dalam sentra HHBK meningkat dalam hal kinerja produksi dan
kinerja usahanya. Bentuk pengembangan kapasitas dapat dilakukan
antara lain melalui:
1. Pelatihan dan magang;
2. Sosialisasi;
3. Studi banding;
4. Permodalan;
5. Kemitraan;
6. Pameran dan promosi;
7. Bantuan sarana penunjang produksi HHBK;
8. Implementasi hasil riset dan kajian.
Keseluruhan bentuk pengembangan kapasitas sebagaimana
dimaksud di atas harus sesuai dengan kebutuhan pengembangan jenis
komoditas HHBK Unggulan dalam wilayah sentra.
Pengembangan kapasitas pengembangan SDM dan kelembagaan
sentra merupakan salah satu titik kritis pada manajemen sentra HHBK.
Tantangan utamanya adalah melakukan perubahan dari kegiatan usaha
tradisional di dalam wilayah sentra menuju kepada usaha kolektif yang
berorientasi kepada bisnis.

C. Fasilitasi Regulasi
Fasilitasi ini diperlukan untuk memperlancar kegiatan
pengembangan sentra. Bentuk fasilitasi regulasi disesuaikan dengan
kewenangan.

15
V. PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN

A. Pembinaan
Pembinaan meliputi pemberian pedoman/petunjuk pelaksanaan/
petunjuk teknis, bimbingan, arahan dan supervisi baik teknis maupun
administrasi. Pembinaan dan bimbingan teknis menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan ketentuan teknis pelaksanaan kegiatan, sedangkan
pembinaan administrasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
ketentuan administrasi dan keuangan.

B. Pengendalian
Kegiatan pengendalian meliputi : monitoring, evaluasi, dan
pelaporan, serta pengawasan untuk mengendalikan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan pengendalian sebagai berikut :
1. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Monitoring adalah pemeriksaan secara periodik terhadap
pelaksanaan kegiatan. Evaluasi diarahkan pada pencapaian target
pelaksanaan dan keberhasilan pada setiap tahapan kegiatan,
sedangkan pelaporan untuk mengetahui perkembangan dan
keberhasilan kegiatan, sebagai bahan pengambilan keputusan dalam
pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Pelaporan dibuat secara periodik
minimum per semester.
Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan sebagai berikut :
a. Direktur Jenderal BPDASPS dibantu Kepala BPDAS melaksanakan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pembangunan/
pengembangan sentra HHBK secara nasional sebagai bahan
pengendalian tingkat nasional.
b. Gubernur dibantu oleh Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas
dan bertanggung jawab di bidang kehutanan melaksanakan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pembangunan/
pengembangan sentra HHBK di wilayah kerja provinsi.
c. Bupati/Walikota dibantu Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang
diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan
melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan sebagai bahan pengendalian di wilayah kabupaten/kota.
d. Kepala Balai Pengelolaan DAS, melaksanakan pemantauan,
evaluasi dan pelaporan di wilayah DAS yang menjadi tanggung
jawabnya sebagai bahan pengendalian di tingkat lapangan dalam
wilayah pengelolaan DAS.

16
Hal-hal yang menjadi bahan evaluasi adalah indikator-indikator
utama keberadaan dan berfungsinya sentra. Apabila berdasarkan
indikator tersebut sentra dinilai berfungsi serta mandiri, maka
selanjutnya Pemerintah dan Pemda secara berangsur mengurangi
fasilitasi yang diberikan. Namun apabila sentra dinilai belum
berfungsi, Pemerintah dan Pemda melanjutkan fasilitasi atau
menghentikan fasilitasi yang ada apabila sentra dianggap gagal dan
sulit untuk diteruskan.
Indikator utama yang menjadi tolok ukur berfungsinya suatu
sentra HHBK adalah sebagai berikut:
a. Indikator Kelembagaan

Indikator kelembagaan bertujuan untuk menilai apakah


kelembagaan sentra masih berfungsi. Indikator tersebut adalah:
1. Adanya komunikasi antar anggota yang dibuktikan antara lain
dengan masih berjalannya pertemuan anggota secara rutin,
atau pertemuan dengan pihak luar.
2. Parapihak menjalankan kewajiban sesuai dengan peran masing-
masing yang telah disepakati.

b. Indikator Teknis
Secara teknis sentra dikatakan berfungsi dengan baik apabila
sentra tersebut telah:
1. Melaksanakan kegiatan sentra sesuai rencana kegiatan.
2. Masih berproduksi dan memasarkan produk.
3. Terjadi peningkatan pendapatan anggota sentra.

2. Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Kementerian Kehutanan, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

17
VI. PENUTUP

Pedoman teknis ini disusun untuk melengkapi peraturan


penyelenggaraan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang telah berlaku. Oleh
karena itu, pedoman teknis ini merupakan satu-kesatuan dengan peraturan
perundangan yang telah ada dan apabila terdapat perbedaan dalam prinsip
penyelenggaraan, maka yang menjadi acuan adalah peraturan perundangan
yang hirarkinya lebih tinggi.
Pedoman teknis ini berisi pokok-pokok pembentukan dan
pengembangan sentra HHBK Unggulan dengan harapan dapat memudahkan
bagi parapihak untuk memahami secara cepat dalam melakukan kegiatan
dimaksud.
Dengan disusunnya pedoman teknis ini pembentukan dan
pengembangan sentra HHBK Unggulan diharapkan dapat berlangsung dengan
baik, sesuai dengan tujuan dan target yang hendak dicapai.

18

Anda mungkin juga menyukai