TENTANG
DIREKTUR JENDERAL
BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL,
1
3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4814);
4. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-
II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu;
5. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-
II/2009 tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan
Bukan Kayu Nasional (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 49);
6. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.21/Menhut-
II/2009 tentang Kriteria dan Indikator Penetapan
Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 51);
7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-
II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kehutanan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 405), sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-
II/2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 779);
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
2
Pasal 3 .....
3
4
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
DAN PERHUTANAN SOSIAL
NOMOR : P.1/V-SET/2014
TANGGAL : 28 Maret 2008
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
5
dengan baik, terarah, dan berkesinambungan yang pada akhirnya dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat berupa peningkatan kesejahteraan
serta perbaikan/peningkatan kualitas lingkungan.
C. Ruang Lingkup
D. Pengertian
1. Hasil Hutan Bukan Kayu atau disingkat HHBK adalah hasil hutan
hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan
budidaya kecuali kayu yang berasal dari ekosistem hutan.
2. Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan atau disingkat HHBK Unggulan
adalah komoditas yang diunggulkan untuk dikembangkan di suatu
daerah dan pengusahaannya berdasarkan kriteria ekonomi, biofisik,
lingkungan, kelembagaan, sosial dan teknologi.
3. Sentra adalah pusat integrasi kegiatan ekonomi produktif yang
terkonsentrasi pada daerah atau kawasan tertentu yang menghasilkan
produk/menggunakan bahan baku yang sama/sejenis dan
mempunyai prospek untuk dikembangkan ke dalam klaster.
4. Sentra HHBK Unggulan adalah pusat integrasi ekonomi produktif
kelompok usaha berbasis HHBK Unggulan yang terkonsentrasi pada
daerah atau kawasan tertentu serta memiliki prospek untuk
dikembangkan ke dalam klaster.
5. Pembentukan Sentra HHBK adalah upaya yang diprakarsai oleh
pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan usaha produktif HHBK
Unggulan di suatu wilayah tertentu secara sistematik dan terpadu
melalui pembinaan kapasitas usaha produktif yang terkonsentrasi.
6. Rencana Pembentukan Sentra (RPS) adalah buku/dokumen yang
menggambarkan secara lengkap kondisi budidaya dan usaha HHBK
pada calon lokasi sentra HHBK serta rencana kerja sentra dan bentuk
fasilitasi yang diperlukan demi mewujudkan kemandirian sentra.
6
II. PRINSIP DASAR PEMBENTUKAN SENTRA
7
III. TAHAPAN PEMBENTUKAN SENTRA
RENCANA
A. Penggalangan Komitmen
Tahapan awal yang harus dilakukan dalam membentuk Sentra HHBK
Unggulan adalah melakukan penggalangan komitmen. Tujuannya adalah
untuk memperoleh kesamaan persepsi, pemahaman, serta tujuan dalam
pengembangan usaha dan budidaya HHBK melalui pembentukan Sentra
HHBK Unggulan. Upaya penggalangan komitmen dilakukan melalui
kegiatan sosialisasi dan/atau dialog multi pihak.
8
1. Sosialisasi
Kegiatan Sosialisasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi
dan konsepsi rencana pembangunan Sentra HHBK Unggulan, serta
memperoleh dukungan berbagai pihak terkait. Sasaran sosialisasi
adalah masyarakat, Pemda, pelaku usaha, LSM, dan instansi terkait.
Materi yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi antara lain:
a. Konsep pembentukan sentra HHBK;
b. Data potensi HHBK pada wilayah sasaran;
c. Rencana pembentukan/pengembangan Sentra HHBK Unggulan;
d. Peran parapihak dalam mendukung pengembangan Sentra HHBK
Unggulan.
B. Pembangunan Kelembagaan
Tujuan dari pembangunan kelembagaan ini adalah membentuk dan
mendukung berfungsinya wadah koordinasi, kerjasama, pembagian peran
secara efektif dan berkelanjutan para pelaku budidaya dan usaha HHBK
sebagai pelaku utama kegiatan Sentra HHBK Unggulan. Hal-hal utama
yang harus dipertimbangkan dalam rangka pembangunan kelembagaan
Sentra HHBK Unggulan meliputi:
9
1. Bentuk kelembagaan
Terdapat beberapa pilihan bentuk kelembagaan Sentra HHBK,
antara lain: himpunan, asosiasi atau koperasi. Pemilihan bentuk
kelembagaan sentra tersebut disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan. Lembaga sentra harus memiliki identitas, antara lain:
nama, dan kedudukan/lokasi.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam struktur
kelembagaan sentra HHBK antara lain:
a. Tata kepengurusan organisasi yang jelas dan transparan;
b. Mampu menjaga keadilan dan kesetaraan hak dan kewajiban
anggota;
c. Mampu menyediakan ruang dan kesempatan yang cukup untuk
fleksibilitas dan inovasi anggota sentra.
2. Keanggotaan
Anggota sentra antara lain terdiri dari petani/pembudidaya HHBK
Unggulan, pengolah, pelaku pasar, dan pihak-pihak lain yang berminat
dan sanggup mentaati aturan main/prinsip-prinsip pembentukan dan
pengembangan sentra.
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
Untuk mengatur kegiatan kelembagaan sentra maka perlu
disusun AD/ART kelembagaan sentra. AD/ART ini meliputi antara lain
visi, misi, dan tujuan kelembagaan sentra yang juga merupakan visi,
misi, dan tujuan sentra HHBK, serta mengatur seluruh hak dan
kewajiban anggota dalam kelembagaan sentra.
4. Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan pembentukan dan pengembangan sentra
HHBK unggulan dapat bersumber dari APBN, APBD, swadaya
masyarakat, Corporate Social Responsibility (CSR), dan sumber lainnya
yang sah.
10
1) Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS);
2) Dinas teknis yang menangani kehutanan di kabupaten/kota;
3) Instansi terkait;
4) Perwakilan calon anggota lembaga sentra.
Susunan tim ditetapkan berdasarkan kesepakatan dengan
mempertimbangkan sumber anggaran.
b. Koordinasi
Koordinasi dilakukan untuk memperlancar pelaksanaan
pemenuhan kebutuhan data. Tim penyusun RPS melakukan
koordinasi dengan pihak-pihak terkait antara lain pemerintah
setempat (Instansi terkait antara lain Biro Pusat Statistik (BPS),
pertanian, perdagangan, perindustrian, Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), Kepala Desa), kelompok tani, LSM, pengusaha HHBK
unggulan, dan pedagang.
c. Pembiayaan
Biaya yang dikeluarkan dalam rangka penyusunan RPS HHBK
Unggulan dapat dianggarkan melalui APBN atau APBD .
d. Jadwal Pelaksanaan
Dalam rangka penyusunan dokumen RPS, tim terlebih dahulu
menyusun jadwal sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan. Contoh blangko jadwal rencana pembentukan sentra
tercantum dalam Tabel 1.
11
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada kabupaten/kota yang telah
ditetapkan sebagai lokasi pengembangan HHBK Unggulan sesuai
dengan surat keputusan tentang penetapan HHBK unggulan. Data
tersebut berupa data primer dan data sekunder, antara lain:
a. Kondisi Umum
Pengumpulan data kondisi umum wilayah pembentukan sentra
HHBK meliputi antara lain:
1. Biofisik: letak geografis, luas, batas administrasi pemerintahan
dan batas DAS, penggunaan dan penutupan lahan, iklim,
ketinggian tempat dan topografi.
2. Sosial ekonomi : kependudukan; mata pencaharian dan
pendapatan; pemilikan dan penggunaan lahan; pendidikan;
sarana dan prasarana perekonomian.
3. Kelembagaan sosial dan ekonomi/organisasi petani :
kelembagaan pemerintah; kondisi usaha; pelaku usaha; jenis
usaha; bentuk usaha; kemitraan.
c. Permasalahan
Identifikasi permasalahan yang muncul dalam pembentukan sentra
HHBK dilakukan untuk membuat strategi penyelesaiannya.
Identifikasi permasalahan yang dilakukan meliputi antara lain
masalah-masalah, potensi, budidaya, kelembagaan dan tenaga
kerja, pemungutan, pemanfaatan dan industri, permodalan, dan
pemasaran.
12
d. Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap fakta/data yang telah
dikumpulkan guna membantu dalam penyusunan rencana kegiatan
dan fasilitasi pengembangan sentra HHBK Unggulan.
c. Rencana Permodalan
Salah satu hal utama yang harus dirancang dalam rencana usaha
adalah rencana permodalan. Sentra harus menganalisa sumber-
sumber permodalan yang dapat dipergunakan untuk menunjang
dan mengembangkan kegiatan sentra. Permodalan bisa diperoleh
melalui jasa perbankan, APBD, APBN, donatur, ataupun swadaya.
d. Rencana Produksi
Rencana produksi meliputi penentuan jenis produk, kapasitas
produksi, sarana dan prasarana produksi, teknologi pengolahan,
dan pengemasan.
e. Rencana Pemasaran
Sentra harus menyusun rencana pemasaran sehingga diperoleh
kejelasan keberlangsungan kegiatan usaha sentra utamanya
prospek pasar, promosi dan pemasaran.
13
f. Rencana Fasilitasi
Fasilitasi yang diberikan kepada sentra yang akan dibentuk
disesuaikan dengan kebutuhan sentra HHBK Unggulan. Bentuk-
bentuk fasilitasi yang dapat diberikan meliputi: fasilitasi riset dan
kajian, pengembangan kapasitas, dan regulasi dalam rangka
menjamin berfungsinya sentra.
14
IV. FASILITASI PENGEMBANGAN SENTRA
C. Fasilitasi Regulasi
Fasilitasi ini diperlukan untuk memperlancar kegiatan
pengembangan sentra. Bentuk fasilitasi regulasi disesuaikan dengan
kewenangan.
15
V. PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
A. Pembinaan
Pembinaan meliputi pemberian pedoman/petunjuk pelaksanaan/
petunjuk teknis, bimbingan, arahan dan supervisi baik teknis maupun
administrasi. Pembinaan dan bimbingan teknis menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan ketentuan teknis pelaksanaan kegiatan, sedangkan
pembinaan administrasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
ketentuan administrasi dan keuangan.
B. Pengendalian
Kegiatan pengendalian meliputi : monitoring, evaluasi, dan
pelaporan, serta pengawasan untuk mengendalikan perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan pengendalian sebagai berikut :
1. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Monitoring adalah pemeriksaan secara periodik terhadap
pelaksanaan kegiatan. Evaluasi diarahkan pada pencapaian target
pelaksanaan dan keberhasilan pada setiap tahapan kegiatan,
sedangkan pelaporan untuk mengetahui perkembangan dan
keberhasilan kegiatan, sebagai bahan pengambilan keputusan dalam
pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Pelaporan dibuat secara periodik
minimum per semester.
Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan sebagai berikut :
a. Direktur Jenderal BPDASPS dibantu Kepala BPDAS melaksanakan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pembangunan/
pengembangan sentra HHBK secara nasional sebagai bahan
pengendalian tingkat nasional.
b. Gubernur dibantu oleh Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas
dan bertanggung jawab di bidang kehutanan melaksanakan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pembangunan/
pengembangan sentra HHBK di wilayah kerja provinsi.
c. Bupati/Walikota dibantu Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang
diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan
melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan sebagai bahan pengendalian di wilayah kabupaten/kota.
d. Kepala Balai Pengelolaan DAS, melaksanakan pemantauan,
evaluasi dan pelaporan di wilayah DAS yang menjadi tanggung
jawabnya sebagai bahan pengendalian di tingkat lapangan dalam
wilayah pengelolaan DAS.
16
Hal-hal yang menjadi bahan evaluasi adalah indikator-indikator
utama keberadaan dan berfungsinya sentra. Apabila berdasarkan
indikator tersebut sentra dinilai berfungsi serta mandiri, maka
selanjutnya Pemerintah dan Pemda secara berangsur mengurangi
fasilitasi yang diberikan. Namun apabila sentra dinilai belum
berfungsi, Pemerintah dan Pemda melanjutkan fasilitasi atau
menghentikan fasilitasi yang ada apabila sentra dianggap gagal dan
sulit untuk diteruskan.
Indikator utama yang menjadi tolok ukur berfungsinya suatu
sentra HHBK adalah sebagai berikut:
a. Indikator Kelembagaan
b. Indikator Teknis
Secara teknis sentra dikatakan berfungsi dengan baik apabila
sentra tersebut telah:
1. Melaksanakan kegiatan sentra sesuai rencana kegiatan.
2. Masih berproduksi dan memasarkan produk.
3. Terjadi peningkatan pendapatan anggota sentra.
2. Pengawasan
Pengawasan dilakukan oleh Kementerian Kehutanan, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
17
VI. PENUTUP
18