BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asma adalah salah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma
tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman
serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan
lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu
berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab
serangan. (Medlinux, 2008)
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Metode Penulisan
Sistematika Penulisan
1. Bab I
Pendahuluan
2. Bab II
Tinjauan Teori
3. Bab III
Pembahasan Kasus
4. Bab IV
Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI
Definisi
Anatomi Fisiologi
1. Hidung
2. Faring
3. Laring
5. Bronkus
6. Paru-paru
Etiologi
1. Faktor Predisposisi
2. Genetika
2. Faktor Presipitasi
1. Alergen
1. Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
1. Lingkungan kerja
Patofisiologi
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua factor-faktor ini akan menghasilkan
edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran
napas menjadi sangat meningkat.
Manifestasi Klinis
1. Batuk
2. Dispnea
3. Wheezing
4. Hipoksia
5. Takikardi
6. Berkeringat
7. Pelebaran tekanan nadi
Komplikasi
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
3. Scaning Paru
4. Spirometer
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
2. Pengobatan non farmakologi
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu
1. Pengobatan farmakologi
2. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Pengkajian Anamnesa
Identitas
Keluhan utama yang sering dikeluhkan.
Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat
menanyakan hal berikut:
3. Kaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali
setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.
4. Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan frekuensi nafas.
5. Kaji adanya keluhan sesak dan batuk.
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, perawat perlu
mengkaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti adanya
infeksi saluran oernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel,
sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi,
waktu, dan alergen-aleren yang divurigai sebagai pencetus
serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala asma.
Pada pengkajian psiko-sosio-kultural, kecemasan dan koping
yang tidak efektif sering didapatkan pada klien dengan asma
bronkhial. Status ekonomi berdampak pada asuransi kesehatan
dan perubahan mekanisme peran dalam keluarga. Gangguan
emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi
serangan asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga,
lingkungan sekitar, sampai lingkungan kerja. Seorang dengan
beban hidup yang berat lebih berpotensial mengalami serangan
asma. Berada dalam keadaan yatim piatu, mengalami
ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain, sampai
mengalami ketakutan tidak dapat menjalankan peranan seperti
semula.
Pola Resepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
1. Pemeriksaan fisik
Inpeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
B2 (Blood)
B3 (Brain)
Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Di samping itu,
diperlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran
klien apakah compos mentis, somnolen, atau koma.
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi terdapat pada
serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-anak ³ 6 tahun.
2. Pemeriksaan darah
Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila tidak eosinofilia
kemungkinan bukan asma .
Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus, menilai
hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru
adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya
menarik nafas dalam melalui mulut kemudian menghebuskan dengan kuat).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang digunakan adalah
alergen yang banyak didapat di daerahnya.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Bersihan jalan nafas tidak efekti b/d peningkatan produksi secret
4. Intoleransi akrtivitas b/d kelemahan dan keletihan sekunder akibat
oksigensitidak adekuat dan sulit bernafas
5. Cemas b/d perubahan status kesehatan dan perubahan lingkungan
Hasil yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan jelas.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
· Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.
· Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh : meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada
sandara tempat tidur
· Tingkatkan masukan cairan nsampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung memberikan air
hangat.
Kolaborasi :
· Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak
dimanifestasikan adanya nafas advertisius.
· Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama
stress/ adanya proses infeksi akut.
· Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan
perawatan di rumah sakit.
· Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
· Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan
kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
· Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.
Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang
tepat.
INTERVENSI RASIONALISASI
Mandiri :
· Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan makanan.
· Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
Kolaborasi :
· Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan
peningkatan kesulitan nafas.
3) Diagnosa 3 : Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (spasme bronkus)
INTERVENSI RASIONALISASI
Mandiri :
· Palpasi fremitus
Kolaborasi :
· Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien.
· Sianosis mungkin periferatau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
· Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumplan cairan/udara.
· Tachicardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung.
INTERVENSI RASIONALISASI
Mandiri :
· Awasi suhu.
Kolaborasi :
· Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi untuk
mengidentifikasi organisme penyabab dan kerentanan terhadap berbagai anti microbial
· menyatakan pemahaman
INTERVENSI RASIONALISASI
· Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
· Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
· Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan.
PEMBAHASAN KASUS
Di Rumah Sakit
1. Pengkajian
1. Biodata
2. Identitas Klien
Nama : Nn.
Umur : 16 tahun
Agama :–
Pekerjaan : Pelajar
Suku/Bangsa :–
gol. Darah :–
Alamat :–
Tanggal masuk RS :–
Tgl. pengkajian :–
Umur :–
Alamat :–
Pekerjaan :–
1. Penampilan Umum: –
2. Tanda-Tanda Vital:
Tekanan Darah : –
Nadi : –
Suhu : –
RR : –
7. Riwayat Psikososial
–
1. Konsep diri
1. Sumber stress
Klien mengalami banyak masalah , pikiran dan tugas di sekolah
1. Mekanisme koping
–
8. Dukungan emosional
1. Emosional
1. Finansial
9. Pola aktifitas
Nutrisi : – –
c. Pola makan – –
d. Nafsu makan – –
e. Pantangan – –
f. Alergi –
g. Kesulitan/hambatan
Minum :
– –
a. Jenis air minum
– –
2. b. Frekuensi dan porsi
– –
c. kesulitan
Personal hygine :
– –
a. frekuensi mandi
– –
3. b. frekuensi keramas
– –
c. oral hygine
– –
Eliminasi :
a. Eliminasi fecal
– –
1) Frekuensi BAB
– –
4. 2) Warna feces
– –
3) Konsistensi
– –
b. Eliminasi Urin :
– –
1) Frekuensi BAK
2) Warna urin
3) Konsistensi
Istirahat/tidur :
– –
a. Kualitas
– –
5. b. Kuantitas
– –
c. Konsistensi
Latihan/olah raga
– –
a. Jenis kegiatan
6.
– –
b. Sikap
10. Pemeriksaan Head to toe (berfokus pada salah satu organ yang terdapat gangguan)
O Kepala – – – –
Wajah
– – – –
2
– – – –
Mata
3 Leher – – – –
Bunyi nafas
B Dada dispnea – –
wheezing
5 Abdomen – – – –
Eksremitas
– – – –
a. Atas
6
– – – –
b. Bawah
1. Pemeriksaan Laboratorium
1
Hb – 12,0-16,0 g/dL –
LED – – –
2
Protein – – –
7
1. Radiologi
Salbutamol
1. Terapi Lain
Terapi O2
1. Diagnosa Keperawatan
2. Analisa Data
Do:
· Dokter melakukan
pemeriksaan darah tepi, analisa
gas darah dan pemeriksaan
sputum
1. Diagnosa Prioritas
NOC :
Bersuhan jalan nafas NIC :
v Respiratory status : ventilation
tidak efektif b/d Airway management
bronkospasme.
v Respiratory status : airway
· Buka jalan nafas, gunakan
patency
Definisi : teknik chinlift atau jaw thrust
ketidakmampuan bila perlu.
1. untuk membersihkan Kriteria Hasil :
sekresi atau obstruksi
· Posisikan pasien untuk
dari saluran
v Mendemonstrasikan batuk efektif memaksimalkan ventilasi
pernafasan untuk
mempertahankan dan suara nafas yang bersih, tidak
kebersihan jalan ada sianosis dan dispnea (mampu
· Identifikasi pasien
nafas. mengeluarkan sputum, mampu
perlunya pemasangan alat jalan
berbafas dengan mudah, tidak ada
nafas buatan
pursed lips).
Batasan karakteristik
: v Menunjukan jalan nafas yang · Pasang mayo bila perlu
paten klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
· Dispnea dalam rentang normal, tidak ada · Lakukan fisioterapi dada
suara nafas abnormal). bila perlu
· Kelainan suara
nafas (wheezing) v Mampu mengidentifikasikan dan · Keluarkan sekret dengan
mencegah faktor yang menghambat batuk atau suction
jalan nafas.
· Batuk
· Aukultasi suara nafas,
catat adanya suara nafas
Faktor-faktor yang tambahan
berhubungan :
NIC :
Gangguan pertukaran NOC :
Airway management
gas b/d spasme · Respiratory status : gas
bronkus. exchange
Gangguan pertukaran · Buka jalan nafas, gunakan
gas b/d kongesti paru teknik chinlift atau jaw thrust
· Respiratory status :
bila perlu.
2. ventilation
Definisi : kelebihan
atau kekurangan · Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil :
oksigenasi dan atau memaksimalkan ventilasi
pengeluaran
karbondioksida · Mendemonstrasikan
didalam membran · Identifikasi pasien
peningkatan ventilasi dan oksigenasi
perlunya pemasangan alat jalan
kapiler alveoli. yang adekuat nafas buatan
Respiratory monitoring :
· Tentukan kebutuhan
suction dengan mengauskultasi
wheezing pada jalan nafas utama
1. Evaluasi
1. Pasien sudah tidak tampak dispnea dan sianosis
2. Jalan nafas normal, tidak ada obstruksi
3. Tidak adanya distress pernafsan
4. Mampu melkukan batuk efektif
5. Tanda-tanda vital berangsur normal
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Diagnosa yang muncul pada penyakit ini yaitu bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, dan gangguan
pola nafas berhubungan dengan bronkus. Sehingga untuk
mengurangi rasa sesak dapat dilakukan dengan memposisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi, mengidentifikasi pasien
perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan, dan lain sebagainya.
1. Saran
3. Institusi pendidikan.
Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta:
EGC