Anda di halaman 1dari 37

Asuhan Keperawatan penyakit Asma

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan


dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik
lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah
satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah
penyakit asma. (Medlinux, 2008)

Asma adalah salah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa
disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma
tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman
serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan
lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu
berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab
serangan. (Medlinux, 2008)

Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting.


Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita
dalam menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan
pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah
memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti
bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa
dierjakan pada waktu mengahadapi serangan, dan bagaimana
caranya mencegah terjadinya serangan asma. (Medlinux, 2008)

Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi


(kekerapan penyakit) asma terutama di negara-negara maju.
Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti Singapura, Taiwan,
Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat
insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik
di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk
penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi
penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun,
ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko
perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid dkk,2007)

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian


di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan
rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma
menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas)
bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT
1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab
kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995,
prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000,
dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.
Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan
menggunakan kuesioner International Study of Asthma and
Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala
asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 %
diantaranya mempunyai gejala klasik.

Maka disini kami akan memaparkan tentang Asma Bronchial yang


nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya
terkandung Definisi Penyakit Asma Bronchial, Etiologi Penyakit
Asma Bronchial, Patofisiologi Penyakit asma bronkial, Gejala Klinis
Penyakit Asma Bronchial, Diagnosis Penyakit Asma Bronchial dan
Pencegahan Penyakit Asma Bronchial.

 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang di angkat pada makalah ini adalah


“Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Asma?”

 Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu menganalisa serta mengaplikasikan


materi-materi yang berhubungan dengan penyakit Asma.
 Tujuan Khusus

1. Mampu mengetahui anatomi fisiologi sistem yang mendasari kasus


Asma.
2. Mampu melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus
Asma.
3. Mampu melakukan simulasi pendidikan kesehatan dengan kasus
Asma.
4. Mampu mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang
berhubungan dengan penyakit Asma dan menggunakan hasil-hasil
penelitian dalam mengatasi masalah sistem respirasi.
5. Mendemonstrasikan intervensi keperawatan pada kasus dengan
Asma pada berbagai tingkat usian dengan standar yang berlaku
dengan berpikir kreatif dan inovatif sehingga menghasilkan
pelayanan yang efisien dan efektif.

 Metode Penulisan

Metode penulisan ini mengguanakan metode kepustakaan dengan


cara membaca buku-buku tentang penyakit dan mengambil
referensi dari internet.

 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari:

1. Bab I

Pendahuluan

2. Bab II

Tinjauan Teori

3. Bab III

Pembahasan Kasus

4. Bab IV
Penutup

BAB II

TINJAUAN TEORI

 Definisi

Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif


intermiten yang bersifat reversibl, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
(Medicafarna, 2008)

Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang


dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme
yang lama pada jalan nafas). (Polaski, 1996)

Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang


dikarakteristikan oleh periode bronkospasme yang reversibel.
(Joyce M. Black, 1996)

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel


dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap
stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne, 2001)

Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang


terdapat di seluruh dunia dengan kekerapan bervariasi yang
berhubungan dengan dengan peningkatan kepekaan saluran napas
sehingga memicu episode mengi berulang (wheezing), sesak
napas (breathlessness), dada rasa tertekan (chest tightness),
dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari.
(PDPI, 2006; GINA, 2009)

 Anatomi Fisiologi
1. Hidung

Hidung merupakan tempat pertama kali masuknya udara dari


luar. Di dalam hidung terdapat rambut-rambut halus dan
selaput lendir. Gunanya untuk menyaring udara,
menghangatkan udara yang masuk ke dalam paru-paru.
Karena udara yang masuk ke dalam paru-paru tidak boleh
terlalu dingin.

2. Faring

Faring (tekak) nerupakan daerah pertemuan saluran respirasi.


Pada faring terdapat katup penutup rongga hidung yang
disebut uvula atau anak tekak.

3. Laring

Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang membentuk


jakun. Jakun tersusun atas tulang rawan, katup, tulang rawan.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal
tenggorok (epiglotis).

4. Trakea (batang tenggorok)

Batang tenggorok terletak di daerah leher, dibagian depan


kerongkongan. Di dalamnya dilapisi selaput lendir, yang sel-
selnya berambut getar. Rambut-rambut getar berfungsi untuk
menolak debu atau benda-benda asing.

5. Bronkus

Bronkus bercabang menjadi dua, yaitu bronkus sebelah kiri


dan sebelah kanan. Kedua cabang. Kedua cabang tersebut
menuju ke paru-paru.

6. Paru-paru

Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebbut pleura.


Pleura terdiri atas selaput dalam (pleura viseral) dan selaput
luar (pleura parietal). Pada paru-paru kanan terdapat tiga
lobus, sedangkan paru-paru kiri terdapat dua lobus. Setiap
lobus terbagi atas lobulus-lobulus dan masing-masing lobulus
memiliki bronkiolus.

 Etiologi

1. Faktor Predisposisi
2. Genetika

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum


diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentivisitas saluran
pernafasnnya juga bisa diturunkan.

2. Faktor Presipitasi
1. Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

 Inhalan, yang masuk melalui saluran pernafasan. Contoh : debu,


bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
 Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh : makanan dan obat-
obatan
 Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh :
perhiasan, logam dan jam tangan.
1. Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering


mempengaruhi asma. Kadang-kadang serangan berhhubungan
dengan musim, seperti : musim hujan, musim kemarau, musism
bunga.

1. Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.

1. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan


asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, indusri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

1. Olahraga / aktivitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika


melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktivitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktivitas
tersebut.

 Patofisiologi

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus


yangmenyebabkan sukar bernapas.

Penyebab yang umum adalah hipersensitivitasbronkhiolus terhadap


benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua factor-faktor ini akan menghasilkan
edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran
napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi


daripadaselama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama eksirasi paksamenekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi
berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya
dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-
kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
(Tanjung, 2003)

 Manifestasi Klinis

1. Batuk
2. Dispnea
3. Wheezing
4. Hipoksia
5. Takikardi
6. Berkeringat
7. Pelebaran tekanan nadi

 Komplikasi

1. Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :


2. Bronchitis kronis, bronkiolus
3. Atelektasis : lobari segmental karena obstruksi bronkus oleh lendir
4. Hipoksemia
5. Pneumotoraks
6. Emfisema
7. Kematian

 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada


waktu serangan menunjukkan gambar hiperinflasi pada paru-pru
yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, serta diafragma yang menurun.

2. Pemeriksaan Test Kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen


yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

3. Scaning Paru

Dengan scaning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa


redistribusiudara selama serangan asma tidak menyeluruh pada
paru-paru.

4. Spirometer

Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan


diagnosis juga untuk menilai beratnya obstruksi dan efek
pengobatan.

5. X-Ray Dada / Thorax

Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan


asma.

 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis
2. Pengobatan non farmakologi

 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisiotherapy
 Beri O2 bila perlu
1. Pengobatan farmakologi

 Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuk aerosol,


bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
 Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari.
Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini
diberikan bila golongan bera agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan.
 Kartikosteroid, jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan
respons yang baik, harus diberikan kortosteroid. Steroid dalam
bentuk aerosol dengan dosis 4 x semprot tiap. Pemberian steroid
dalam jangka yang lama mempunyai efek samping, maka klien
yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan letat.
 Kromolin dan iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan
obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak. Dosis
iprutropioum bromide diberikan 1-2 kapus 4 x sehari. (Kee dan
Hayes, 1994)

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan adalah pengelolaan perwujudan dan rencana


oerawat yang telah disusun pada tahap kesdua untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal dan komprehensif. Tindakan
keperawatan yang dilaksanakan yang disesuaikan dengan
perencanaan. (Nursalam 2001).

 Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teoritis

1. Pengkajian
2. Pengkajian Anamnesa
 Identitas
 Keluhan utama yang sering dikeluhkan.
 Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat
menanyakan hal berikut:
3. Kaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan memeriksa kembali
setiap jenis obat apakah masih relevan untuk digunakan kembali.
4. Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan frekuensi nafas.
5. Kaji adanya keluhan sesak dan batuk.
 Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, perawat perlu
mengkaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti adanya
infeksi saluran oernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel,
sinusitis, dan polip hidung. Riwayat serangan asma, frekuensi,
waktu, dan alergen-aleren yang divurigai sebagai pencetus
serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala asma.
 Pada pengkajian psiko-sosio-kultural, kecemasan dan koping
yang tidak efektif sering didapatkan pada klien dengan asma
bronkhial. Status ekonomi berdampak pada asuransi kesehatan
dan perubahan mekanisme peran dalam keluarga. Gangguan
emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi
serangan asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga,
lingkungan sekitar, sampai lingkungan kerja. Seorang dengan
beban hidup yang berat lebih berpotensial mengalami serangan
asma. Berada dalam keadaan yatim piatu, mengalami
ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain, sampai
mengalami ketakutan tidak dapat menjalankan peranan seperti
semula.
 Pola Resepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Gejala asma dapat membatasi manusia untuk berperilau hidup


normal sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya
hidupnya sesuai kondisi yang tidak akan menimbulkan serangan
asma.

 Pola Penanggulangan Stress

Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik


pencetus serangan asma. Oleh karena itu, perlu dikaji penyebab
terjadinya stress. Frekuensi dan engaruh stress terhadap
kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stressor.

1. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum, perawat juga perlu mengakji tentang kesadaran


klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut
nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat, penggunaan otot
bantu pernapasan, sianoss, batuk dengan lendir lengket, dan posisi
istirahat klien.
 B1 (Breating)

Inpeksi

Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi


pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan. Inspeksi
dada terutama untuk melihat postur bentuk dan kesimetrisan,
adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot
insterkostalis, sifat dan irama pernapasan dan frekuensi
pernapasan.

Palpasi

Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil fremitus


normal.

Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor


sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.

Auskultasi

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan ekspirasi


lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan bunyi napas
tambahan utama wheezing pada akhir ekspirasi.

 B2 (Blood)

Perawat perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskular


meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan
CRT.

 B3 (Brain)
Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Di samping itu,
diperlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran
klien apakah compos mentis, somnolen, atau koma.

 B4 (Bladder)

Pengukura volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan


dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor
ada tidaknya oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal
dari syok.

 B5 (Bowel)

Kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda infeksi,


mengingat hal-hal tersebut juga dapat merangsang serangan asma.
Pengkajian tentang status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi,
dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien
dengan sesak nafa sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dispnea saat makan, laju
metabolisme, serta kecemasan yang dialami klien.

 B6 (Bone)

Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor, dan tanda-tanda infeksi


pada ekstremitas karena dapat merangsang serangan asma. Pada
integumen perlu dikjai adanaya permukaan yang kasar, kering,
keliaan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, pendarahan, pruritus, eksim, dan adanya bekas atau tanda
urtikuria atau dermatitis. Pada rambut, dikaji warna rambut,
kelembapan, dan kusam. Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur
dan istirahat klien yang meliputi berapa lama klien tidur dan
istirhahat, serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien.
Adanya wheezing, sesak, dan ortopnea dapat mempengaruhi pola
tidur dan istirahat klien.

Perlu dikaji pula tentang aktivitas kesegarian klien seperti olahraga,


bekerja, dan aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat menjadi
faktor pencetus asma yang disebut dengan exercise induced asma.
1. Pengkajian Diagnostik
1. Pemeriksaan Radiologi

 Foto thorak

Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat, hiperinflasi terdapat pada
serangan akut dan pada asma kronik, atelektasis juga ditemukan pada anak-anak ³ 6 tahun.

 Foto sinus paranasalis

Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.

2. Pemeriksaan darah

Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung, bila tidak eosinofilia
kemungkinan bukan asma .

3. Uji faal paru

Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil provokasi bronkus, menilai
hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru
adalah peak flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya
menarik nafas dalam melalui mulut kemudian menghebuskan dengan kuat).

4. Uji kulit alergi dan imunologi

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang digunakan adalah
alergen yang banyak didapat di daerahnya.

1. Pengkajian Penatalaksanaan Medis


1. Oksigen 4 – 6 liter / menit
2. Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan penurunan konsentrasi oksigen.
3. Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk menghambat inflamasi jalan nafas.
4. Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
5. Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak yang kental
6. Bronkodilator untuk menurunkan spasme bronkus/melebarkan bronkus
7. Pemeriksaan foto thorak
8. Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi kegagalan pernafasan dapat segera
tertolong.

2. Diagnosa Keperawatan
3. Bersihan jalan nafas tidak efekti b/d peningkatan produksi secret
4. Intoleransi akrtivitas b/d kelemahan dan keletihan sekunder akibat
oksigensitidak adekuat dan sulit bernafas
5. Cemas b/d perubahan status kesehatan dan perubahan lingkungan

3. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Diagnosa 1 : Tidak efektif bersihan jalan nafas b/d bronkospasme.

Hasil yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan jelas.

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri :

· Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi

· Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.

· Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.

· Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh : meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada
sandara tempat tidur

· Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll

· Tingkatkan masukan cairan nsampai dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi jantung memberikan air
hangat.
Kolaborasi :

· Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator.

· Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak
dimanifestasikan adanya nafas advertisius.

· Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama
stress/ adanya proses infeksi akut.

· Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan
perawatan di rumah sakit.

· Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.

· Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger episode akut.

· Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan
kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

· Merelaksasikan otot halus dan menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.

2) Diagnosa 2: Malnutrisi b/d anoreksia

Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang

tepat.

INTERVENSI RASIONALISASI

Mandiri :

· Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan makanan.

· Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai.
Kolaborasi :

· Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.

· Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnea.

· Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan
peningkatan kesulitan nafas.

· Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan, meningkatkan masukan.

3) Diagnosa 3 : Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (spasme bronkus)

Hasil yang diharapkan ; perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan edukuat.

INTERVENSI RASIONALISASI

Mandiri :

· Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa.

· Palpasi fremitus

· Awasi tanda vital dan irama jantung

Kolaborasi :

· Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien.

· Sianosis mungkin periferatau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasikan beratnya
hipoksemia.
· Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumplan cairan/udara.

· Tachicardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukan efek hipoksemia sistemik
pada fungsi jantung.

· Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.

4) Diagnosa 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.

Hasil yang diharapkan :

· mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi.

· Perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.

INTERVENSI RASIONALISASI

Mandiri :

· Awasi suhu.

· Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat

Kolaborasi :

· Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan


gram,kultur/sensitifitas.

· Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.

· Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi untuk
mengidentifikasi organisme penyabab dan kerentanan terhadap berbagai anti microbial

5) Diagnosa 5: Kurang pengetahuan b/d kurang informasi ;salah mengerti.


Hasil yang diharapkan :

· menyatakan pemahaman

kondisi/proses penyakit dan tindakan.

INTERVENSI RASIONALISASI

· Jelaskan tentang penyakit individu

· Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.

· Tunjukkan tehnik penggunaan inhakler.

· Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.

· Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan.

· Pemberian obat yang tepat meningkatkan keefektifanya.


BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Nn.

Dengan Gangguan Pada Sistem Respirasi : Asma

Di Rumah Sakit
1. Pengkajian
1. Biodata
2. Identitas Klien

Nama : Nn.

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 16 tahun

Agama :–

Pekerjaan : Pelajar

Pend. Terakhir : SMP

Suku/Bangsa :–

gol. Darah :–

Alamat :–

Diagnose mendis : Asma

Tanggal masuk RS :–

Tgl. pengkajian :–

1. Identitas penanggung jawab

Nama : Orang Tua

Umur :–

Alamat :–
Pekerjaan :–

2. Keluhan Utama / Alasan Kunjungan


Sesak nafas
3. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien sering mengalami sesak nafas terutama bila klien beraktifitas cukup padat dan bila
cuaca dingin. Dirumahnya bila ada serangan klien terbiasa minum obat salbutamol. Karena
sesak yang dirasaka tidak berkurang kemudian klien dibawa ke ruma sakit. Menurut orang
tua klien akhhir-akhir ini serangan sesak nafas klien sering kambuh, karena klien mengalami
banyak masalah, pikiran dan terutama masalah tugas di sekolah yang kebetulan baru masuk
di SMA Favourit. Dua hari sebelumnya klien mengikuti kegiata pelantikan pengurus OSIS
baru.
Dan hasil peeriksaan fisik diperoleh data pada bunyi pernafasan terdengan wheezing terutama
saat mengeluarkan nafas, klien tampak dispnea. Klien diberikan terapi O2 dan dokter
disarankan untuk melakukan pemeriksaan dara tepi, pemeriksaan analisa gas darah dan
pemeriksaan sputum.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Sesak nafas sejka kecil
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

6. Pemeriksaan Fisik

1. Penampilan Umum: –
2. Tanda-Tanda Vital:

 Tekanan Darah : –
 Nadi : –
 Suhu : –
 RR : –
7. Riwayat Psikososial

1. Kemampuan mengenal masalah kesehatan


1. Konsep diri

1. Sumber stress
Klien mengalami banyak masalah , pikiran dan tugas di sekolah
1. Mekanisme koping

1. Kebiasaan dan pengaruh budaya

8. Dukungan emosional

1. Emosional

1. Finansial

9. Pola aktifitas

No Jenis Aktivitas Saat di Rumah Di RS

Nutrisi : – –

a. Frekuensi dan porsi – –


1.
b. Jenis makanan – –

c. Pola makan – –
d. Nafsu makan – –

e. Pantangan – –

f. Alergi –

g. Kesulitan/hambatan

Minum :
– –
a. Jenis air minum

– –
2. b. Frekuensi dan porsi

– –
c. kesulitan

Personal hygine :
– –
a. frekuensi mandi

– –
3. b. frekuensi keramas

– –
c. oral hygine

– –
Eliminasi :
a. Eliminasi fecal
– –

1) Frekuensi BAB
– –

4. 2) Warna feces
– –

3) Konsistensi
– –

b. Eliminasi Urin :
– –
1) Frekuensi BAK

2) Warna urin

3) Konsistensi

Istirahat/tidur :
– –
a. Kualitas

– –
5. b. Kuantitas

– –
c. Konsistensi

Latihan/olah raga
– –
a. Jenis kegiatan

6.
– –
b. Sikap

10. Pemeriksaan Head to toe (berfokus pada salah satu organ yang terdapat gangguan)

Jenis Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi


No

O Kepala – – – –

Wajah
– – – –
2
– – – –
Mata

3 Leher – – – –

Bunyi nafas
B Dada dispnea – –
wheezing

5 Abdomen – – – –
Eksremitas
– – – –
a. Atas

6
– – – –
b. Bawah

11. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

No Jenis Pemeriksaan Nilai Hasil Nilai Normal Interpretasi

1
Hb – 12,0-16,0 g/dL –
LED – – –
2

BUN – 10-30 mg/dL –


3

Creatinin – 0,5-1,5 mg/dL –


4

Kolesterol – 150-270 mg/dL –


5

Albumin serum – 3.5-5,0 mg/dL –


6

Protein – – –
7

1. Radiologi

1. Terapi Obat – obatan

 Salbutamol

1. Terapi Lain
 Terapi O2

12. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

· Pasien mengeluh sesak nafas disertai batuk


sepanjang malam

· Terdengar bunyi wheezing pada saat


· Pasien memiliki riwayat sesak nafas
ekspirasi
· Pasien tampak dispnea
· Pasien mengatakan sering mengalami sesak
nafas bila beraktifitas cukup padat dan cuaca dingin
· Mendapat terapi oksigen

· Pasien mengatakan minum obat salbutamol jika


· Dokter melakukan pemeriksaan darah tepi,
terserang sesak
analisa gas darah dan pemeriksaan sputum

· Menurut keluarga akhir-akhir ini pasien sering


sesak nafas

1. Diagnosa Keperawatan
2. Analisa Data

No Masalah Etiologi Data

Faktor non infeksi (alergi : cuaca dingin, Ds:


kegiatan jasmani dan psikis) · Pasien mengeluh sesak
nafas disertai batuk sepanjang
malam
Bersihan jalan Reaksi hiperaktivitas bronkus
1. nafas tidak efektif
b/d bronkospasme · Pasien memiliki riwayat
Munculnya antibody (ige)
sesak nafas

Selt mast mengalami degranulasi (sel


· Pasien mengatakan
mast : histamine dan bradikinin)
sering mengalami sesak nafas
bila beraktifitas cukup padat
Edema mukosa dan cuaca dingin

Poliferasi · Pasien mengatakan


minum obat salbutamol jika
terserang sesak
Terjadi obstruksi

Menurut keluarga akhir-akhir


Pertukaran o2 dan co2terhambat ini pasien sering sesak nafas
Gangguan ventilasi
Bersihan alan nafas tidak efektif
Do:

· Terdengar bunyi wheezing


pada saat ekspirasi

· Pasien tampak dispnea

· Mendapat terapi oksigen

Dokter melakukan pemeriksaan


darah tepi, analisa gas darah
dan pemeriksaan sputum.

Konsentrasi O2 menurun dan konsentrasi Ds:


CO2meningkat · Pasien mengeluh sesak
Gangguan difusi nafas disertai batuk sepanjang
malam

· Pasien memiliki riwayat


sesak nafas
Oksigensi ke jaringan tidak memadai
Gangguan
2. pertukaran gas b/d · Pasien mengatakan
Gangguan perfusi
spasme bronkus sering mengalami sesak nafas
bila beraktifitas cukup padat
dan cuaca dingin

Hipoksemia dan hipoksi · Pasien mengatakan


Dispnea,wheezing dan terpasang terapi minum obat salbutamol jika
O2 terserang sesak
· Menurut keluarga akhir-
akhir ini pasien sering sesak
nafas
Gangguan pertukaran gas

Do:

· Terdengar bunyi wheezing


pada saat ekspirasi

· Pasien tampak dispnea

· Mendapat terapi oksigen

· Dokter melakukan
pemeriksaan darah tepi, analisa
gas darah dan pemeriksaan
sputum

1. Diagnosa Prioritas

No. DIAGNOSA NOC NIC

NOC :
Bersuhan jalan nafas NIC :
v Respiratory status : ventilation
tidak efektif b/d Airway management
bronkospasme.
v Respiratory status : airway
· Buka jalan nafas, gunakan
patency
Definisi : teknik chinlift atau jaw thrust
ketidakmampuan bila perlu.
1. untuk membersihkan Kriteria Hasil :
sekresi atau obstruksi
· Posisikan pasien untuk
dari saluran
v Mendemonstrasikan batuk efektif memaksimalkan ventilasi
pernafasan untuk
mempertahankan dan suara nafas yang bersih, tidak
kebersihan jalan ada sianosis dan dispnea (mampu
· Identifikasi pasien
nafas. mengeluarkan sputum, mampu
perlunya pemasangan alat jalan
berbafas dengan mudah, tidak ada
nafas buatan
pursed lips).
Batasan karakteristik
: v Menunjukan jalan nafas yang · Pasang mayo bila perlu
paten klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan
· Dispnea dalam rentang normal, tidak ada · Lakukan fisioterapi dada
suara nafas abnormal). bila perlu

· Kelainan suara
nafas (wheezing) v Mampu mengidentifikasikan dan · Keluarkan sekret dengan
mencegah faktor yang menghambat batuk atau suction
jalan nafas.
· Batuk
· Aukultasi suara nafas,
catat adanya suara nafas
Faktor-faktor yang tambahan
berhubungan :

· Lakukan suction pada


Fisiologis : alergi mayo
jalan nafas dan asma

· Berikan bronkodilator bila


perlu

· Berikan pelembab udara


kassa basah NaCl lembab

· Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan keseimbangan

· Monitor respirasi dan


status O2

NIC :
Gangguan pertukaran NOC :
Airway management
gas b/d spasme · Respiratory status : gas
bronkus. exchange
Gangguan pertukaran · Buka jalan nafas, gunakan
gas b/d kongesti paru teknik chinlift atau jaw thrust
· Respiratory status :
bila perlu.
2. ventilation
Definisi : kelebihan
atau kekurangan · Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil :
oksigenasi dan atau memaksimalkan ventilasi
pengeluaran
karbondioksida · Mendemonstrasikan
didalam membran · Identifikasi pasien
peningkatan ventilasi dan oksigenasi
perlunya pemasangan alat jalan
kapiler alveoli. yang adekuat nafas buatan

Batasan karakteristik · Memeliharai kebersihan paru · Pasang mayo bila perlu


: dan bebas dari tanda-tanda distress
pernafasan
· Lakukan fisioterapi dada
· Keletihan bila perlu
· Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang bersih,
· Hypoxia tidak ada sianosis dan dispnea · Keluarkan sekret dengan
(mampu mengeluarkan sputum, batuk atau suction
mampu bernafas dengan mudah,
· Dispnea
tidak ada pursed lips).
· Aukultasi suara nafas,
catat adanya suara nafas
· Frekuensi dan tambahan
· Tanda-tanda vital dalam
kedalam nafas
rentang normal.
abnormal
· Lakukan suction pada
mayo
Faktor-faktor yang
berhubungan :
· Berikan bronkodilator bila
perlu
· Keseimbangan
perfusi ventilasi
· Berikan pelembab udara
kassa basah NaCl lembab
· Perubahan
membran kapiler
alveolar · Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan

· Monitor respirasi dan


status O2

Respiratory monitoring :

· Tentukan kebutuhan
suction dengan mengauskultasi
wheezing pada jalan nafas utama

· Auskultasi suara nafas,


catat area penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan.

1. Evaluasi
1. Pasien sudah tidak tampak dispnea dan sianosis
2. Jalan nafas normal, tidak ada obstruksi
3. Tidak adanya distress pernafsan
4. Mampu melkukan batuk efektif
5. Tanda-tanda vital berangsur normal
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

Asma merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif


intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
(Medicafarna, 2008)

Asma termasuk dalam gangguan respirasi dimana organ-organ


respiranya itu terganggu atau ada kelainan, organ-organ yang
terkait yaitu rongga mulut, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus, dan alveoli.

Penyakit asma ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni


faktor predisposisi (genetika) dan faktor presipitasi (alergen,
lingkungan, perubahan cuaca, stress, dll)

Asma ditandai dengan batuk, adanya bunyi nafas tambahan berupa


wheezing, terasa sesak nafas, tampak dyspnea, takikardia,
hipoksia, berkeringat, dan pelebaran tekanan nadi.

Diagnosa yang muncul pada penyakit ini yaitu bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, dan gangguan
pola nafas berhubungan dengan bronkus. Sehingga untuk
mengurangi rasa sesak dapat dilakukan dengan memposisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi, mengidentifikasi pasien
perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan, dan lain sebagainya.

1. Saran

Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami


beberapa hambatan dalam penulisan ini. Namun, dengan bantuan
dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.

Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankankepada :

 Sebagai tim kesehatan yang paling sering berhubungan dengan


pasien sangat perlu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
agar mampu merawat pasien secara komprehensif dan optimal.
 Mampu memberikan informasi untuk kesejahteraan pasien. Terkait
dengan masalah kesehatan yang dialami.

2. Rumah sakit (bidang pelayanan)

Penulis mengharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan kepada pasien. Khususnya dalam bidang keperawatan,
guna meningkatkan pelayanan atau asuhan keperawatan yang
lebih optimal.

3. Institusi pendidikan.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat digunakan sebagain


nbahan acuan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi
pembaca khususnya bagi mahasiswa Stikes Kuningan dan karya
tulis ini dapat digunakan sebagai tambahan literatur yang
membahahas masalah tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan Asma.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2009). Asma Bisa Sembuh atau Problem Seumur


Hidup.

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa keperawatan. (Edisi 6). Jakarta:


EGC

Doenges, M.E.(1999). Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi 3).


Jakarta: EGC

Espeland, N. (2008). Petunjuk Lengkap Mengatasi Alergi dan Asma


pada Anak.Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Gaffar, L.O.J. (1999). Pengantar Keperawatan Profesional, Jakarta:


EGC

Hidayat, A.A.A.(2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.


Surabaya: Salemba Medika
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi 3), Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. (Edisi 2). Jakarta: EGC

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:


EGC

Price, S.A & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi. (Edisi 6). Jakarta:
EGC

Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Zainal, A.H. (1999). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta:


Yayasan Bunga Raflesia
Iklan
https://indahnyawulandari.wordpress.com/2015/11/14/asuhan-keperawatan-penyakit-asma/

Anda mungkin juga menyukai