Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Masyarakat
Topik : Dermatofitosis

Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internship sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan Program Internship Dokter Indonesia di Puskesmas
Karang Asam Samarinda

Disusun oleh :
dr. Gusnella Iswardhani

Program Dokter Internship Indonesia


Samarinda
Kalimantan Timur
Halaman Pengesahan

Laporan Upaya Kesehatan Masyarakat


Laporan F1. Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat

Topik : Dermatofitosis

Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia di Puskesmas Karang
Asam Samarinda

Disusun oleh :
dr. Gusnella Iswardhani

Telah diperiksa dan disetujui pada Maret 2017

Oleh
Pembimbing Dokter Internship Puskesmas Karang Asam

dr. Siti Mardiah Tharir


NIP. 19830328 201001 2012
LATAR Dermatofitosis atau penyakit infeksi jamur yang dapat
BELAKANG menyerang semua ras, jenis kelamin dan kelompok umur,
tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi berbeda-beda
pada setiap negara. Di Indonesia penyakit ini memiliki
prevalensi yang cukup tinggi dikarenakan kondisi geografis
Indonesia sebagai negara tropis dengan suhu dan kelembapan
yang tinggi sehingga memudahkan untuk tumbuhnya jamur.
Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
kolonisasi jamur dermatofit yang menyerang jaringan yang
mengandung keratin seperti stratum korneum kulit, rambut
dan kuku pada manusia dan hewan. Terdapat tiga genus
penyebab dermatofitosis, yaitu Trichophyton, Microsporum,
dan Epidermophyton. Di Indonesia penyebab dermatofitosis
terbanyak adalah Tcrichophyton rubrum (T. rubrum).
Patogenesis dermatofitosis tergantung pada faktor
lingkungan, antara lain iklim yang panas, higienitas
perorangan, sumber penularan, penggunaan obat-obatan
steroid, antibiotik dan sitostastik, imunogenitas dan
kemampuan invasi organisme, lokasi infeksi serta respon
imun dari pasien. Dermatofitosis sendiri dapat ditularkan dari
manusia ke manusia (antropofilik), hewan ke manusia
(zoofilik), dan geofilik (tanah ke manusia).
Dermatofitosis dikenal juga dengan nama tinea. Tinea
diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatominya. Tinea
korporis dan tinea kruris merupakan dermatofitosis terbanyak
di Indonesia. Tinea korporis sendiri merupakan dermatofitosis
pada kulit halus tanpa rambut (glabrous skin), kecuali telapak
tangan, telapak kaki, dan lipat paha. Sedangkan tinea kruris
merupakan dermatofitosis yang sering menyerang bagian lipat
paha, bagian perineum dan kulit di sekitar anus.
Penegakan diagnosis dermatofitosis umumnya
berdasarkan keluhan dan gambaran klinis yang khas, dapat
diperkuat dengan pemeriksaan penunjang berupa mikroskopis
dengan KOH 10-20%, kultur, dan pemeriksaan lampu Wood.
Setelah itu baru ditentukan terapi yang harus diberikan.

PERMASALAHAN Permasalahan pada kasus ini yaitu ibu pasien dan pasien
tidak mengetahui penyakit dermatofitosis dan rumah sehat
karena minimnya wawasan.

PERENCANAAN Penyuluhan individu dengan tema :


DAN PEMILIHAN a. Dermatofitosis
INTERVENSI b. Rumah sehat

PELAKSANAAN Penyuluhan Individu


Waktu : Sabtu, 7 januari 2017.
Tempat : Rumah Pasien

Saat home visite, penyuluhan dilakukan di rumah pasien


dan diikuti oleh pasien, ibu pasien, dan tante pasien. Isi dari
penyuluhan tersebut yaitu mengenai dermatofitosis dan rumah
sehat.
Berikut hal-hal yang diinformasikan kepada ibu dan
keluarga pasien
a. Dermatofitosis
1. Faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatofitosis
 Mengurangi kelembababan tubuh penderita dengan
menghindari pakaian yang panas/ tidak menyerap
keringat sehingga terhindar dari keringat berlebih.
 Menghindari sumber penularan yaitu binatang atau
kontak dengan penderita lain.
 Menjaga kebersihan badan dan trauma pada kulit.
 Menghilangkan fokal infeksi di tempat lain misalnya
di kuku atau kaki.
 Penggunaan antibiotik, kortikosteroid jangka panjang
dan sitostastik.
2. Cara penularan infeksi jamur
Penularan infeksi jamur melalui kontak langsung
ataupun kontak tidak langsung bisa dengan 3 cara yaitu
antropofilik (manusia ke manusia), zoofilik (hewan
kemanusia), dan geofilik (tanah ke manusia).
3. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan
 Jenis penyebab
 Suhu yang tinggi dan lembab
 Kebersihan yang kurang
 Cara pengobatan yang tidak benar
4. Cara penjegahan penularan dan terapi non-farmakologis
 Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan
bagian yang terkena infeksi atau bagian yang
terinfeksi dikeringkan terakhir untuk mencegah
penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.
 Jangan menggunakan handuk, baju, atau benda
lainnya secara bergantian dengan orang yang
terinfeksi.
 Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur
dengan air panas untuk mencegah penyebaran
jamur tersebut.
 Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun
dan air untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran
agar jamur tidak mudah tumbuh.

b. Rumah Sehat
 Memberikan edukasi mengenai pengaruh faktor
lingkungan rumah yang dapat memicu timbulnya
dermatofitosis.
 Diharapkan untuk membersihkan sampah-sampah
plastik yang berada di depan rumah.
 Diharapkan untuk tidak menumpuk jemuran pakaian
di ruang keluarga.
 Diharapkan pasien tidak lagi berenang di rawa-rawa di
depan rumah.

MONITORING Penyuluhan Individu


DAN EVALUASI Waktu : Jumat, 13 januari 2017
Tempat : Rumah pasien
Bahan evaluasi: Diharapkan pasien memiliki
peningkatan pengetahuan setelah diberikan
penyuluhan .

Hasil Monitoring dan Evaluasi


Pasien telah ada peningkatan pengetahuan yaitu :
 Pasien sudah sering mengganti baju yang basah karena
keringat
 Ibu pasien sudah menerapkan mencuci pakaian yang
dipisah dengan pakaian pasien walaupun jarang
mencuci pakaian pasien dengan air panas.
 Pasien menggunakan salep secara teratur.
 Keluarga pasien sudah mulai membersihkan sampah-
sampah di depan rumahnya.
 Pasien sudah jarang berenang di rawa depan
rumahnya.

Komentar/Umpan Balik:

Samarinda, Maret 2017

Peserta Pendamping

dr. Gusnella Iswardhani dr. Siti Mardiah

Anda mungkin juga menyukai