Defenisi menarche
Menarche adalah menstruasi pertama yang menjadi pertanda kematangan seksual pada
remaja wanita (Dariyo, 2004). Menarche merupakan menstruasi pertama yang terjadi pada
masa awal remaja di tengah masa pubertas sebelum memasuki masa reproduksi. Seiring
dengan perkembangan biologis maka pada usia tertentu seseorang mencapai tahap
kematangan organ-organ seks yang ditandai dengan menstruasi pertama. Menarche
merupakan suatu tanda yang penting bagi seorang wanita yang menunjukkan adanya
produksi hormon yang disekresikan oleh hipotalamus dan kemudian diteruskan pada
ovarium dan uterus (Sukarni & Wahyu, 2013). 1.2. Usia menarche Umumnya remaja
mengalami menarche pada usia 12-16 tahun (Kusmiran, 2011). Secara normal menarche
terjadi pada usia 11-16 tahun (Suryani & Widyasih, 2010). Wiknjosastro dkk (2008)
berpendapat bahwa usia seorang remaja mengalami menarche yaitu pada umur 11-13 tahun.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, rata-rata usia menarche pada
perempuan usia 10-59 tahun di Indonesia adalah 13 tahun dengan kejadian lebih awal pada
usia kurang dari 9 tahun.
Gangguan menarche
Menarche adalah salah satu kejadian yang penting dalam masa pubertas. Gangguan –
gangguan yang dapat terjadi menurut Wiknjosastro dkk (2008) meliputi :
A. Menarche dini Pada menarche dini terjadi haid sebelum umur 10 tahun. Hormon
gonadotropin diproduksi sebelum anak berumur 8 tahun. Hormon ini merangsang ovarium
sehingga ciri-ciri kelamin sekunder, menarche dan kemampuan reproduksi terdapat sebelum
waktunya.
B . Menarche tarda Menarche tarda adalah menarche yang baru datang setelah umur 14
tahun. Pubertas dianggap terlambat jika gejala-gejala pubertas baru datang antara umur 14-
16 tahun. Pubertas tarda dapat disebabkan oleh faktor herediter, gangguan kesehatan, dan
kekurangan gizi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menarche Menarche dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Status sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan penting dalam hal percepatan
usia menarche saat ini. Tingkat sosial ekonomi keluarga akan mempengaruhi kemampuan
keluarga di dalam hal kecukupan gizi terutama gizi anak perempuan. Nutrisi yang semakin
baik menyebabkan menarche terjadi lebih awal. Selain itu, rangsangan audio visual juga
memberikan pengaruh terhadap onset menarche. Rangsangan berupa percakapan maupun
tontonan dari film-film berlabel dewasa, vulgar, atau mengumbar sensualitas akan
merangsang sistem reproduksi dan genital untuk lebih cepat matang sehingga menyebabkan
menarche dini. Pada anak perempuan yang menderita cacat mental dan mongolisme akan
mendapat menarche pada usia yang lebih lambat (Sukarni & Wahyu, 2013).
MENSTRUASI
. Defenisi siklus menstruasi Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara
kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar
hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium (Bobak et al, 2004). Menstruasi yang terjadi setiap
bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron dalam
sirkulasi (plasma) yang terjadi selama siklus ovarium menyebabkan perubahan- perubahan
mencolok di uterus. Hal ini menyebabkan timbulnya daur haid atau siklus menstruasi
(Sibagariang dkk, 2010). Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro dkk, 2008). Menstruasi atau haid
adalah perdarahan vagina periodik yang terjadi dengan terlepasnya mukosa rahim. Menstruasi
merupakan peluruhan dinding rahim yang terdiri dari darah dan jaringan tubuh. Dengan kata lain
menstruasi merupakan suatu proses pembersihan rahim terhadap pembuluh Universitas
Sumatera Utara 11 darah, kelenjar-kelenjar, dan sel-sel yang tidak terpakai karena tidak ada
pembuahan atau kehamilan. Menstruasi adalah proses normal pada perempuan dewasa
(Sibagariang dkk, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme menstruasi
1. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam
endometrium. Jika tidak terjadi kehamilan maka dengan menurunnya kadar progesteron,
enzim-enzim hidrolitik dilepaskan dan merusak bagian dari sel-sel yang berperan dalam
sintesis protein. Karena itu, timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang
mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan (Wiknjosastro dkk, 2008)
2. Faktor vaskulaR
Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional
endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh juga arteri-arteri, vena- vena,
dan hubungan di antara keduanya. Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena-
vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi
nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena
(Kusmiran, 2011).
3. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu
faktor untuk membatasi perdarahan haid (Kusmiran, 2011).
Faktor risiko yang mempengaruhi variabilitas siklus menstruasi
a. Berat badan
Berat badan atau perubahan berat badan mempengaruhi fungsi menstruasi.
Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi
ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat
badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia
nervosa dapat menimbulkan amenorrhea (Kusmiran, 2011).
b. Stres
Pada keadaan stres terjadi pengaktifan HPA aksis, mengakibatkan hipotalamus
menyekresikan CRH. Sekresi CRH akan merangsang pelepasan ACTH oleh
hipofisis anterior yang selanjutnya ACTH akan merangsang kelenjar adrenal untuk
menyekresikan kortisol. Kortisol menekan pulsatil LH, dimana peran hormon LH
sangat dibutuhkan dalam menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Pengaruh
hormon kortisol menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang mengakibatkan
siklus menstruasi menjadi tidak teratur (Guyton, 2006).
c. Aktivitas fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat mempengaruhi fungsi
menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki risiko untuk
mengalami amenorrhea, anovulasi, dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik yang
berat menyebabkan disfungsi hipotalamus yang menyebabkan gangguan pada
sekresi GnRH sehingga menurunkan level estrogen (Ganong, 2008).
d. Diet
Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan
anovulasi, penurunan respon hormon pituitary, fase folikel yang pendek, tidak
normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10kali/tahun). Diet rendah lemak
berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet
rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan
amenorrhea (Kusmiran, 2011).