Anda di halaman 1dari 3

1.1.

Mekanisme Mual
Lambung memberikan sinyal ke zona kemoreseptor oleh system syaraf aferen s.
simpatis  kontraksi antiperistaltik  makanan kembali ke duodenum, lambung setelah
masuk ke usus  banyak terkumpul makanan di lambung  mengganggu kerja lambung,
duodenum  duodenum teregang  kontraksi kuat diafragma otot dinding abdominal 
Sfingter bagian bawah berelaksasi pengeluaran isi lambung melalui esophagus  Mual
Mual diakibatkan oleh efek samping dari mediator sitokinin TNF-A yang
merangsang terjadinya mual. Jika seseorang tersebut belum mengonsumsi apapun atau
perutnya kosong maka orang tersebut akan terjadi peradangan lambung akibat
tingginya asam lambung. Setelah terjadi peradangan lambung maka tubuh akan
merangsang pengeluaran zat yang disebut vas aktif yang menyebabkan permeabilitas
kapilier pembuluh daran naik, sehingga menyebabkan lambung menjadi edema (bengkak)
dan merangsang reseptor tegangan dan merangsang hypothalamus untuk
mual tetapi tidak muntah, karena tidak ada yang dikeluarkan.
1.2. Mekanisme Muntah
Mekanisme fisiologis muntah dimulai saat rangsangan diberikan pada
vomiting center atau pusat muntah, selain itu juga pada chemoreseptor trigger
zone atau CTZ yang berada pada sistem saraf pusat. Ketika vomiting center
dirangsang, maka saraf motorik akan bereaksi pada otot abdomen untuk
menyebabkan muntah. Gerakan antiperistaltik terjadi pada gastrointestinal tract
yang membawa sebagian isi usus halus kembali ke lambung. Kemudian dari
lambung, akan dikeluarkan melalui esophagus dan rongga mulut. Mekanisme
refleks muntah dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pada tahap awal iritasi gastrointestinal atau distensi yang berlebihan, akan
terjadi gerakan antiperistaltis (beberapa menit sebelum muntah).
2. Antiperistaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik ke duodenum
dan lambung dengan kecepatan 2-3 cm/detik dalam waktu 3-5 menit.
3. Kemudian pada saat bagian atas traktus gastrointestinal, terutama
duodenum, menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi faktor
pencetus yang menimbulkan muntah.
4. Pada saat muntah, kontraksi intrinsik kuat terjadi pada duodenum maupun
pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esofagus
bagian bawah, sehngga muntahan mulai bergerak ke esofagus. Selanjutnya,
kontraksi otot-otot abdomen akan mendorong muntahan keluar.
5. Distensi berlebihan atau adanya iritasi duodenum menyebabkan suatu
rangsangan khusus yang menjadi penyebab kuat untuk muntah, baik oleh
saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke pusat muntah bilateral di
medula (terletak dekat traktus solitarius). Reaksi motoris ini otomatis akan
menimbulkan refleks muntah. Imuls-impuls motorik yang menyebabkan
muntah ditransmisikan dari pusat muntah melalui saraf kranialis V, VII, IX,
X dan XII ke traktus gastro-istestinal bagian atas dan melalui saraf spinalis
ke diafragma dan otot abdomen.
6. Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma bersama dengan
rangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras
perut di antara diafragma dan otot-otot abdomen, membentuk suatu tekanan
intragrastik sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya, sfingter esofagus
bagian bawah berelaksasi secara lengkap, membuat pengeluaran isi
lambung ke atas melalui esofagus.
7. Reaksi refleks muntah yang terjadi menimbulkan beberapa efek di dalam
rongga mulut yaitu: bernafas dalam, naiknya tulang lidah dan laring untuk
menarik sfingter esofagus bagian atas hingga terbuka, penutupan glotis,
pengangkatan palatum molle untuk menutup nares posterior (daearah yang
paling sensitif dalam rongga mulut terhadap berbagai rangsangan).
 Faktor risiko

Penyakit gastroenteritis adalah penyebab paling umum yang


mengakibatkan terjadinya mual dan muntah. Gastroenteritis adalah infeksi yang
disebabkan oleh bakteri atau virus di perut. Selain menyebabkan mual dan
muntah, gastroenteritis biasanya juga mengakibatkan diare. Perlu diingat bahwa
mual dan muntah bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari suatu
penyakit atau kondisi tertentu.
Selain gastroenteritis, berikut ini adalah beberapa kondisi lain yang
umumnya menyebabkan rasa mual:
 Radang usus buntu atau apendisitis.
 Mual pada awal kehamilan atau morning sickness.
 Mabuk laut atau mabuk perjalanan.
 Vertigo.
Beberapa kondisi medis yang bisa menimbulkan rasa mual pada
seseorang antara lain:
 Infeksi kandung kemih.
 Bulimia atau penyakit psikologis lain.
 Kadar gula darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
 Penyakit asam lambung.
 Hepatitis.
 Infeksi telinga.
 Efek samping kemoterapi.
 Migrain.

o Tatalaksana
Ada dua cara penanganan mual, yaitu perawatan sendiri serta pemberian
obat-obatan. Beberapa perawatan sendiri yang bisa dilakukan untuk menangani
mual adalah:

 Usahakan tetap mengonsumsi cairan meskipun sedikit, agar terhindar dari


dehidrasi.
 Disarankan untuk mengonsumsi minuman manis untuk menggantikan
kandungan gula yang hilang.
 Makanan yang mengandung garam juga dianjurkan untuk dikonsumsi,
supaya dapat mengganti kandungan garam tubuh.
 Makan secara perlahan-lahan dan jangan langsung berbaring setelah makan.

Beberapa obat-obatan yang bisa diberikan untuk menangani mual adalah


sebagai berikut:

 Obat anti-emetik. Tidak semua penderita mual bisa ditangani dengan obat
jenis ini.
 Obat anti-histamin dan anti-kolinergik, biasanya diberikan untuk
menghindari mual selama perjalanan dengan kendaraan.
 Obat antagonis dopamin, biasanya diberikan bagi penderita mual yang
berhubungan dengan sakit kepala atau migrain.
 Obat antagonis serotonin, umumnya diresepkan untuk penderita mual
akibat penyakit gastroenteritis

Anda mungkin juga menyukai