PENDAHULUAN
oleh degenerasi sel-sel saraf di bagian substansia nigra yang menyebabkan kelemahan
koordinasi motorik. Sel sel saraf tersebut mati atau mengalami kerusakan, karena
berupa gejala tremor, bradikinesia, rigiditas, dan instabilitas postural. Pada awalnya
penyakit parkinson ini diyakini hanya sebagai gangguan motorik saja, namun
Dr.James Parkinson, seorang klinisi dari London secara resmi mempublikasikan kasus
pasien yang mengalami shaking palsy dalam sebuah buku berjudul An Essay on The
Shaking Palsy. Sejak saat itulah muncul istilah parkinsonisme. Kemudian pada tahun
rigiditas dalam gejala parkinson. Johnson dkk mengemukakan bahwa diagnosis klinis
berikut yaitu: tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural . Pada tahun
berkurangnya produksi dopamin serta lesi di pars kompakta substansia nigra yang
secara eksponensial pada umur 65 sampai 90 tahun. Rata-rata 0,3% dari seluruh
populasi dan 3% dari populasi diatas 65 tahun. Namun suatu studi yang dilakukan
pada 120.000 pasien di London menunjukkan insiden yang lebih rendah. Lima sampai
sepuluh persen pasien mempunyai gejala sebelum umur 40 tahun (young onset
1
parkinson disease). Laporan terendah ditemukan pada orang Asia dan kulit hitam
Afrika sedangkan insiden tertinggi pada orang kulit putih. Penyakit parkinson
Penyakit parkinson lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Penderita
penduduk.
Meskipun penyebab penyakit parkinson bersifat idiopatik, namun diperkirakan
lingkungan serta penuaan juga memegang peranan penting. Bahkan pada pertemuan
World Parkinson Meeting di Shanghai China tahun 1911, hal ini di dukung lagi
degeneratif terutama di daerah limbik. Disimpulkan ada 5 gejala non motorik yang
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : Tn. K
Tempat/Tanggal Lahir : Cilacap, 3 September 1956
Agama : Islam
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pekerjaan : Pensiunan
2
Alamat : Jl. Usmar Harun RT 02 / 05, no. 20,
Cawang
Anamnesis (Autoanamnesis)
Keluhan utama :
Benjolan pada selangkangan kiri dirasakan sejak 1 tahun yang lalu
Pemeriksaan Fisik
Tinjauan Sistem
Kepala / Leher : Normocephal, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
wajah datar
Leher : Tidak teraba massa tumor,tidak ada pembesaran
3
Paru : Napas spontan, pernapasan thoracoabdominal, simetris
tambahan (-)
Abdomen : Cembung, nyeri tekan (-), teraba massa tumor setinggi
kedepan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah (30 Maret 2017) :
• Hemoglobin : 14,7g/dl
• Leukosit : 7,5 rb/uL
• Hematokrit : 43,2 %
• Trombosit : 223 rb/uL
• Ureum : 26 mg/dl
• Kreatinin : 0,80 mg/dl
• GDS : 80 mg/dl
• SGOT : 15 U/L
• SGPT : 10 U/L
• Masa Perdarahan : 1.20 menit
• Masa Pembekuan : 12 menit
• Natrium : 147 mmol/L
• Kalium : 4.0 mmol/L
• Clorida : 106 mmol/L
Radiologi
Foto thoraks PA (29 Maret 2017)
4
• Cor dalam batas normal
• Pulmo : Tidak ada infiltrate
• Sinus dan diafragma dalam batas normal
• Costae dan tulang – tulang normal
Kesan : Foto Thorax normal
Elektrokardiogram
Sinus rithm , HR 83x/menit normo axis
Kesimpulan
Pasien termasuk kategori ASA PS II
Rencana Anestesi
General Anesthesia
Anjuran
tetes/menit
3. Antibiotik profilaksis 1 jam sebelum operasi
4. Siap darah PRC 500 cc di Bank Darah
5
5. Obat Parkinson (Stalevo) tetap diminum besok pagi (1 jam sebelum operasi
Identifikasi Masalah
Masalah medis
Sistem susunan saraf pusat : tremor, rigiditas, bradikinesia, instabilitas
postural
Masalah pembedahan : perkiraan waktu operasi, perdarahan intraoperatif
Masalah anestesi :
- Hipotensi yang dapat terjadi akibat obat-obat anestesi atau perdarahan
- Nyeri postoperatif
- Sebaiknya menghindari obat-obatan anestesi yang dapat mencetuskan
Persiapan Preoperatif
Berikan Informasi ke pasien dan keluarga pasien tentang prosedur anestesi
yang akan dilakukan dan persetujuan tindakan, termasuk risiko, penyulit dan
Intraoperatif
6
Status Anestesi Intraoperasi
Jalannya operasi :
Operasi berlangsung selama ± 2 jam (mulai pukul 13.15 sampai
Post operatif
Pemantauan post operatif di Recovery Room RS UKI selama 1 jam dengan pain
7
PEMBAHASAN
diketahui sejak 3 tahun yang lalu. Pada pasien ini ditemukan gejala tremor pada kedua
tangan dan lebih jelas terlihat tremor pada tangan kiri, rigiditas, dengan bradikinesia/
gerak tubuh melambat, wajah dengan efek datar seperti topeng, termasuk
ketidakstabilan reflex postural dengan langkah dan gaya berjalan dengan langkah
kecil, dengan kepala dan badan condong ke depan dan sukar berhenti atas kemauan
sendiri, terdapat kekakuan pada leher yang termasuk dalam kriteria diagnosis
probable menurut Hughes dan perjalanan penyakitnya masuk dalam stadium III
termasuk gangguan suasana hati, gangguan tidur, dan sensasi (gejala non-motorik) .
Penyakit parkinson terdiri dari tiga gejala yang disebut trias klasik yaitu tremor,
2. Probable
8
Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan reflex postural)
bradikinesia asimetris.
3. Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu
gejala lain yang tidak simetris (tiga tanda cardinal), atau dua dari tiga tanda
tersebut, dengan satu dari ketiga tanda pertama, asimetris. Bila semua tanda-
kemudian.
Perkembangan penyakit parkinson dapat dievaluasi dengan skala menurut Hoehn dan
Yahr yaitu :
Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan,
biasanya terdapat tremor pada satu anggota gerak (unilateral), gejala yang
12,5mg, Levadopa 50mg, entacapone 200mg) selama masa rawat jalan, dan selama
rawat inap di rumah sakit. Begitu pula saat 1 jam sebelum operasi pasien dianjurkan
9
untuk minum obat antiparkinson (dengan sedikit air putih) untuk mencegah gejala
eksaserbasi intraoperasi.
Penatalaksanaan penyakit parkinson terbagi atas 2 bagian yaitu secara medikal
dan tindakan operasi. Pengobatan parkinson secara medikal terbagi atas 2 yaitu secara
pada substansia nigra pada ganglia basalis. Substantia nigra berfungsi untuk
mengontrol gerakan sadar dan pengaturan suasana hati. Pada penyakit parkinson,
asetilkolin terdapat dalam jumlah normal pada striatum. Akan tetapi, defisiensi
talamus dan batang otak yang menerima aliran dari ganglia basalis. Inhibisi
aktivitas kolinergik striatal yang mengakibatkan efek tremor. Sedangkan inhibisi pada
10
hilangnya neuron dopaminergik yang terpigmentasi di pars kompakta substansia nigra
parkinson menurun 45% selama dekade pertama setelah di diagnosis. Biasanya gejala
Pertimbangan perioperatif
Manajemen perioperatif pasien parkinson merupakan tantangan bagi seorang
ahli anestesi. Perhatian harus dipusatkan pada tiga hal, yaitu pemberian obat-obatan
dari obat-obatan anestesi dengan obat anti parkinson, serta gangguan fisiologis yang
Namun seiring waktu, fungsi intelektual semakin menurun. Terapi farmakologis yang
yang timbul.
Pemeriksaan pre anestesi pasien dengan penyakit Parkinson mencakup hal-hal berikut
ini:
1. Diagnosis dan durasi penyakit
2. Penilaian terhadap perubahan-perubahan pada berbagai sistem
3. Prosedur pembedahan yang akan dilakukan (elektif atau darurat)
4. Obat-obatan anti parkinson yang dikonsumsi dan efek yang ditimbulkan
Disfagia
11
Sialorrhoea
Blepharospasme
Aritmia jantung
Hipertensi
Hipovolemia
Disfungsi otonom
Tremor
Akinesia
Kebingungan
Depresi
12
Halusinasi
Gangguan berbicara
Dikutip dari : Nicholson G, Pereira AC, Hall GM. Parkinson’s disease and anesthesia. British
anestesi, persetujuan pasien, kondisi pasien dan faktor risiko yang ada. Untuk
pemilihan anestesi pada pasien ini berdasar pada kebutuhan pembedahan, ahli
anestesi, kondisi pasien, dan tidak ada kontraindikasi anestesi regional. Kombinasi
memanjang, sebagai analgetik pasca bedah dan beberapa keuntungan dari anestesi
umum yaitu:
1. Pasien dapat mengutarakan keluhan sehingga dapat dilakukan penanganan
lebih cepat.
2. Efek pelumpuh otot pada anestesi umum dapat dihindari, dimana efek tersebut
intra operatif.
3. Pasien dapat tetap meneruskan terapi antikolinergik oral/ levodopa oral
sebelum operasi, selama operasi jika dibutuhkan, dan segera setelah operasi.
4. Anestesi regional tidak menggunakan agen anestesi inhalasi, dimana
13
6. Pasien dengan penyakit parkinson lebih rentan mengalami infeksi paru
sebelum dan setelah prosedur operasi dengan anestesi umum, karena mereka
menyulitkan interpretasinya.
3. Beberapa prosedur operasi memerlukan keadaan di mana pasien tidak boleh
antisipasi terhadap kemungkinan difficult airway, hipereaktif jalan napas serta aspirasi
ventilasi mekanik post operasi. Pada pasien yang menjalani prosedur anestesi umum,
rigiditas yang terjadi setelah pemberian fentanyl dosis tinggi maupun rendah dapat
ditemukan pada pasien normal. Namun pada penderita parkinson lebih cenderung
pengobatan pada periode post operatif. Dosis rutin dari obat anti parkinson harus
segera dilanjutkan secepat mungkin setelah operasi dilakukan untuk mencegah gejala
eksaserbasi, terutama disfagia dan rigiditas otot otot skelet dinding dada sehingga
14
akan mempengaruhi kemampuan ventilasi dan akan memperburuk gangguan
melalui nasogastric tube intra operatif pada pasien parkinson yang menjalani prosedur
laparatomi darurat akibat perforasi ileum dengan teknik anestesi umum. Obat-obatan
Agen prokinetik seperti cisapride atau domperidon tidak memberikan efek pada
menggantikan metoklopramid.
Jika diputuskan untuk tindakan anestesi umum beberapa agen yang perlu
dipertimbangkan. Pada penggunaan agen anestesi inhalasi,salah satu hal yang harus
Parkinson. Isofluran dan sevofluran merupakan agen inhalasi pilihan meskipun dapat
menimbulkan hipotensi, terutama pada pasien dengan neuropati otonom serta pada
levodopa dengan sifat simpatomimetik dari ketamin. Namun demikian, belum ada
laporan mengenai efek buruk yang terjadi pada penggunaan ketamin pada pasien
15
demikian, terdapat laporan bahwa ketamin dapat menghentikan gejala motorik
menghentikan tremor. Hal ini menunjukkan bahwa propofol memiliki efek baik
memperburuk rigiditas otot. Kekakuan otot yang di induksi opioid berespon terhadap
dopamin. Alfentanil dihubungkan dengan reaksi distonik akut pada pasien parkinson.
Morfin dosis kecil dilaporkan dapat menurunkan diskinesia, namun dalam dosis besar
dapat memperberat diskinesia. Terdapat laporan terjadinya agitasi, rigiditas otot, serta
tidak banyak pasien parkinson yang mendapatkan terapi selegiline. Pemberian opioid
sistemik sebagai analgesia post operatif pada pasien parkinson yang sebelumnya telah
tersebut. Hal ini mungkin berhubungan dengan fakta bahwa pasien parkinson 8 kali
lebih berisiko mengalami delirium post operatif dibandingkan dengan pasien tanpa
karena obat ini tidak melewati sawar darah otak. Ventilasi dan reflex airway harus
16
dinilai secara teliti sebelum memutuskan untuk melakukan ekstubasi pada pasien
dengan parkinson sedang dan berat. Ondansetron merupakan agen alternatif yang
Obat-obatan Keterangan
Agen Intravena
Propofol Hindari pada prosedur stereotactic
Thiopentone Dapat digunakan dengan aman
Etomidate Dapat digunakan dengan aman
Agen Volatil
Halothan Dapat mencetuskan aritmia
Isofluran Dapat digunakan dengan aman
Sevofluran Dapat digunakan dengan aman
Desfluran Dapat digunakan dengan aman
Analgetik
Morfin Dapat menimbulkan rigiditas otot
Petidin Hindari pada pasien yang menggunakan selegiline
Fentanyl Dapat menimbulkan rigiditas otot
Alfentanil Dapat menimbulkan reaksi distonik
17
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus anestesi pada pasien pria 60 tahun dengan diagnosa
hernia inguinalis lateralis sinistra dengan penyakit parkinson yang menjalani operasi
fisik dan pemeriksaan penunjang. Jika diputuskan teknik anestesi yang dipilih, apakah
faktor risiko yang ada. Pada kasus ini pemilihan anestesi umum lebih
regional. Pasien ini mendapatkan analgetik post operasi melalui drip. Tidak
ditemukan komplikasi baik intraoperatif maupun pasca operasi pada kasus ini.
Untuk pemilihan anestesi tidak ada teknik anestesi yang sederhana untuk
pasien parkinson. Oleh karena itu, penilaian pre operatif yang teliti, pemberian terapi
saat tindakan anestesi dan setelah anestesi, serta menghindari agen-agen yang
DAFTAR PUSTAKA
18
2. Nicholson G, Pereira AC, Hall GM. Parkinson’s disease and anesthesia.
Anaesthesia. 2011;55(3):228-34
5. Omoigui S. Buku Saku Obat-obatan Anestesia. EGC. Jakarta.2012;88-89
6. Goyal N, Wajifdar H, Jain A. Anaesthetic management of a case of parkinson’s
2013
9. Rudra A, Rudra P, Chatterjee S, Das T, Ray M, Kumar P. Parkinson’s disease
10. Lee LA, Meyer TA. Anesthetic Drugs May Interact With Medications Used for
Foundation. 2015
11. Shaikh SI, Verma H. Parkinson’s disease and Anaesthesia. Indian J of
Anaesthesia. 2011
19