Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun social,

tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.Untuk mencapai tingkat kesehatan

yang optimal diperlukan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap

kegiatan guna memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh

masyarakat maupun pemerintah. Untuk mewujudkan kesehatan tersebut dapat

dilihat dari 2 aspek yaitu : pemeliharaan kesehatan dan peningkatan

kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup 2 aspek yaitu:

kuratif(pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan setelah

sembuh dari sakit atau cacat) sedangkan peningkatan kesehatan mencakup 2

aspek yaitu: promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan

penyakit). Sasaran dan tujuan pemeriharaan kesehatan adalah individu,

kelompok dan masyarakat.

Kesehatan masyarakat adalah suatu ilmu dan seni mencegah penyakit,

upaya memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-

usaha pengoranisasian masyarakat. Kesehatan masyarakat mempunyai 2

aspek yaitu: teoritis (ilmu dan akademis) dan praktisi (aplikasi), sehingga

seorang mahasiswa kesehatan masyarakat secara teoritis lebih dikenalkan

pada upaya- upaya promotif dan preventif dalam kegiatan studi sehari-harinya

dibandingkan dengan upaya kuratif maupun rehabilitatif. Selain pendalaman

2
3

ilmu secara teoritis, mahasiswa juga dikenalkan pada situasi dan kondisi

pelayanan masyarakat yang real melalui program Praktek Kerja Lapangan

(PBL), yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999

tentang tujuan pendidikan yang menyatakan bahwa seharusnya pendidikan

tinggi menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang

memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan, dan memperkaya khasanah ilmu teknologi dan seni.

Kegiatan Praktek Belajar Lapangan merupakan suatu kegiatan yang

tepat dalam memperkenalkan, melatih, dan meningkatkan kemampuan

peserta didik dalam hal pelayanan kesehatan masyarakat dan juga untuk

mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terdapat desa / wilayah kerja

puskesmas. Kegiatan Praktek Belajar Lapangan dilaksanakan di Kelurahan

Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pasundan tahun 2015. Wilayah yang dijadikan tempat kegiatan

berada di sebelah selatan Kecamatan, jumlah penduduk 9.760 jiwa, luas

wilayah 42,5 Km2 , terdiri dari 24 RW dengan jarak terjauh dari desa ke

puskesmas sekitar 12 Km.

Salah satu tujuan dari kegiatan praktek belajar lapangan (PBL) adalah

untuk mengetahui masalah – masalah kesehatan masyarakat. Ada beberapa

masalah terdapat di tempat Kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) salah

satunya adalah masalah KIA. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah salah

satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia yang merupakan

indikator MDG’s (Millenium Development Goals) yakni mengurangi tingkat


4

kematian Ibu dan meningkatkan kesehatan ibu. Angka Kematian Ibu (AKI)

pada tahun 2013 Jabar 781/100.000, Garut 37/100.000 kelahiran hidup dan

tahun 2014 puskesmas 3/100.000 kelahiran dan ada 1 orang di Kelurahan

Margawati, sehingga Angka Kematian Ibu (AKI) di Kelurahan Margawati

yang akan dibahas oleh penulis dalam laporan hasil belajar lapangan ini.

Berdasarkan Laporan Praktek Belajar Lapangan tahun 2014 yang

terdapat pada masalah KIA belum tergali lebih dalam lagi karena

pelaksananaan dilaksanakan selama 1 bulan hingga akhir Agustur 2014,

sedangkan masalah KIA mengenai Kematian Ibu terjadi setelah berakhirnya

masa pelaksanaan Praktek belajar Lapangan tahun 2014. Sehingga data

kematian didapatkan dari Profil Puskesmas Pasundan Tahun 2014.

Berdasarkan uraian diatas, dalam laporan hasil belajar lapangan penulis

mengambil judul “Upaya Menurunkan Kejadian Kematian Ibu Di Kelurahan

Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2015”.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum

Upaya Menurunkan Kejadian Kematian Ibu Di Kelurahan Margawati

Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2015.

1.2.2 Tujuan khusus

a. Menganalisis penyebab masalah kejadian Kematian Ibu Di Kelurahan

Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2015.


5

b. Menganalisis akar penyebab masalah yang terjadi untuk menurunkan

Kematian Ibu Di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota

Kabupaten Garut Tahun 2015.

c. Menyusun rencana pemecahan penurunan Kematian Ibu Di Kelurahan

Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2015.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang

menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui,

bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang

KIA masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non

klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem

tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal

penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon rumah),

pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi KB. Dalam

pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka

masyarakat serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan

kesehatan di taman kanak-kanak.

Beberapa tujuan dari program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) diantaranya

adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan

yang optimal, meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku),

dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi

tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,meningkatnya kemampuan

dan peran serta masyarakat , keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi

masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah, terutama melalui peningkatan

peran ibu dan keluarganya.


7

2.3 Kematian Ibu

Indikator derajat kesehatan dapat dinilai dari angka kematian bayi (AKB),

angka kematian ibu (AKI), umur harapan hidup dan angka kematian balita

(Depkes Rl, 1991). OIeh karena itu, persalinan ibu hams mendapatkan fasilitas

dan partisifasi seperti tenaga profesional, pelayanan kesehatan, partisipasi

masyarakat setempat dan lainnya.

Kematian ibu atau kematian maternal saat ini masih merupakan salah satu

masalah kesehatan reproduksi yang sangat penting.Tingginya angka kematian

maternal mempunyai dampak yang besar terhadap keluarga dan masyarakat (L.

Ratna Budiarso et al, 1996). Kematian seorang wanita saat melahirkan sangat

mempengaruhi kelangsungan hidup bayinya, karena bayi yang bersangkutan akan

mengalami nasib yang sama dan keluarganya bercerai berai (L. Ratna Budiarso et

al, 1990). Oleh karena itu angka kematian maternal dapat digunakan sebagai salah

satu indikator kesejahteraan masyarakat, khususnya indikator kesehatan ibu.

Angka kematian maternal di Indonesia dewasa ini masih tinggi. Menurut data

SKRT tahun 2001, 90 % penyebab kematian ibu karena adanya komplikasi dan 28

% diantaranya terjadi pendarahan dimasa kehamilan dan persalinan.(Resty K.

2000).

Apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara

maju, maka angka kematian ibu/maternal di Indonesia adalah sekitar 3-6 kali AKI

negara ASEAN dan lebih dari 50 kali AKI negara maju (Anonimus, 1996/1997).
8

Pola penyakit penyebab kematian ibu 84% karena komplikasi obstetrik

langsung dan didominasi oleh trias klasik, yaitu perdarahan (46,7 %), toxemia

(14,5%) dan infeksi (8%). Kasus perdarahan yang paling banyak adalah

perdarahan postpartum akibat uri tunggal, sedangkan infeksi umunya merupakan

komplikasi akibat ketuban pecah dini, robekan jalan lahir, persalinan macet serta

perdarahan (Sarimawar Djaja et al, 1997). Faktor yang turut melatar belakangi

kematian maternal adalah usia ibu pada waktu hamil tcrlalu muda ( > 35 tahun),

jumlah anak terlalu banyak (> 4 orang) dan jarak antar kehamilan kurang dari 2

tahun (Depkes RI, 1994).

Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of The

International Classification of Diseases (ICD – 10) adalah kematian wanita yang

terjadi pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,

tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang

berhubungan dengan kehamilan, atau yang diperberat oleh kehamilan tersebut

atau penanganannya, tetapi bukan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau

kebetulan.

Kematian maternal adalah kematian dari setiap wanita sewaktu dalam

kehamilan, persalinan dan dalam 42 hari setelah terminasi kehamilan tanpa

mempertimbangkan lamanya serta di mana kehamilan tersebut berlangsung

(FIGO,1973).

Terdapat 3 komponen dalam proses kematian ibu. Yang paling dekat

dengan kematian dan kesakitan ibu adalah kehamilan, persalinan, atau

komplikasinya. Komponen kehamilan, komplikasi, atau kematian secara lengkap


9

dipengaruhi oleh 5 determinan antara, yaitu status kesehatan, status reproduksi,

akses terhadap pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan, dan faktor lain yang

tidak diketahui.

Penyebab Kematian Maternal Trias utama kematian maternal adalah

perdarahan, infeksi, dan eklamsi.

1. Sebab Obstetrik Langsung adalah kematian ibu karena akibat langsung

dari penyakit penyulit pada kehamilan, persalinan dan nifas, misalnya

karena infeksi, eklamsi, perdarahan, emboli air ketuban, trauma anestesi,

trauma operasi, dan sebagainya.

2. Sebab Obstetrik Tidak Langsung adalah kematian ibu akibat penyakit yang

timbul selama kehamilan, persalinan dan nifas. Misalnya anemia, penyakit

kardio vaskuler, serebro vaskuler, hepatitis infeksiosa, penyakit ginjal, dan

sebagainya. Termasuk juga adalah penyakit yang sudah ada dan bertambah

berat selama kehamilan.

3. Sebab Bukan Obstetrikadalah kematian ibu hamil, bersalin dan nifas

akibat kejadian-kejadian yang tidak ada hubungannya dengan proses

reproduksi dan penangannya. Misalnya karena kecelakaan, kebakaran,

tenggelam, bunuh diri, den sebagainya.

4. Sebab Tidak Jelas adalah kematian ibu yang tidak dapat digolongkan pada

salah satu yang tersebut di atas.


10

Dari penyebab-penyebab di atas, dapat pula bagi dalam 2 golongan:

1. kematian yang dapat dicegah disebut juga preventable maternal

death avoidable factors, adalah kematian ibu yang seharusnya

dapat dicegah seandainya penderita mendapat pertolongan atau

datang pada saat yang tepat sehingga dapat ditolong secara

profesional dengan fasilitas dan sarana yang cukup.

2. Kematian yang tidak dapat dicegah yaitu unpreventable maternal

death, adalah kematian ibu yang tidak dapat di hindari walaupun

telah dilakukan segala daya upaya yang baik. Misalnya pada

nefritis kronis, penyakit jantung berat, dan sebagainya.


11

BAB III

PERMASALAHAN DAN ANALISIS AKAR MASALAH

3.1 Permasalahan

Permasalahan yang ada dalam kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL)

di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2015

adalah kematian ibu dengan jumlah 1orang yang terjadi pada tahun 2014 dan akan

dibahas di tahun 2015.

3.2 Penyebab Masalah

Penyebab masalah yang terjadi pada kasus kematian di Kelurahan

Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut tahun 2014 adalah kurang

tanggapnya ibu hamil dan keluarga mengenai informasi dari tenaga kesehatan.

Informasi yang disampaikan ketika melakukan konseling ataupun pemberian

penyuluhan saat diposyandu adalah informasi – informasi yang sangat penting

diketahui oleh ibu, keluarga dan suami. Apalagi informasi mengenai tanda – tanda

bahaya kehamilan, persalinan dan nifas.

Kasus yang terjadi pada Ny. K, 32 tahun dengan jumlah anak 3 orang

tidak pernah keguguran baru pertama kalinya memiliki riwayat hipertensi ketika

sedang mengandung anak ke 4, terdeteksinya hipertensi pada usia kehamilan 32

minggu saat pemeriksaan kehamilan yang ke 3 di posyandu RW 03 kp. Ciburuy

dan petugas kesehatan telah memaparkan tanda – tanda bahaya kehamilan,

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi sehingga dari sejak usia

kehamilan 32 minggu ibu sudah mengetahui seberapa bahaya yang akan terjadi
12

pada tanda bahaya tersebut. Hasil diagnose akhir Ny.K mengalami Preeklamsia

(keracunan dalam kehamilan) dan serotinus (kehamilan terlalu tua) namun

walaupun ibu mengatahui salah satu tanda bahaya terjadi pada dirinya ibu, suami

dan keluarga tidak begitu menghiraukan dan ketika petugas kesehatan melakukan

intervensi terhadap Ny.K untuk segera dirujuk, pengambil keputusannya pun tidak

langsung kooperatif dalam mendengarkan petunjuk dari petugas kesehatan

sehingga Ny. K terlambat untuk dirujuk dan terlambat tertangani oleh pihak

Rumah Sakit. Setelah Ny.K berada di Rumah Sakit langsung diberikan tindakan

SC (Sectio Cessar) dan keputusan akhir harus dilakukan pengangkatan rahim /

Histerektomi. Setelah pulang ke rumah, 2 hari kemudian ibu kejang – kejang lalu

dibawa ke Rumah Sakit dan nyawanya tidak tertolong lagi.

3.3 Analisis Akar Penyebab Masalah

3.3.1 Pohon Masalah

Dalam proses perencanaan dan evaluasi suatu program, langkah yang

dilakukan setelah menetapkan masalah utama adalah melakukan penentuan

penyebab masalah. Pada proses ini dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu

Pohon Masalah (Problem Tree), Diagram Flow Chart, Diagram Fish Bone, unsur

organisasi, dan lainnya. Pohon masalah membantu untuk mencari solusi dengan

cara memetakan anatomi sebab dan akibat di sekitar masalah dengan cara yang

mirip dengan Mind Map, tetapi dengan lebih terstruktur.

Sebuah pohon masalah memberikan gambaran dari semua penyebab yang

diketahui dan efek masalah menjadi masalah. Hal ini penting dalam perencanaan
13

proyek penggabungan atau perubahan perilaku masyarakat karena menetapkan

konteks di mana sebuah proyek itu terjadi. Memahami konteks membantu

mengungkapkan kompleksitas kehidupan dan ini sangat penting dalam

perencanaan proyek perubahan yang berhasil.

POHON MASALAH
(Pernyataan Negatif)

4
AKIBAT

1
SEBAB

2a 2b 2c 2

3a 3b 3c 3
14

3.3.2 Prioritas Penyebab Masalah

Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk


menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu dengan
menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi
merupakan isu prioritas. Penggunaan metode USG dalam penentuan prioriotas
penyebab masalah dilaksanakan apabila pihak perencana telah siap mengatasi
masalah yang ada, serta hal yang sangat dipentingkan adalah aspek yang ada
dimasyarakat dan aspek dari masalah itu sendiri.

Tabel 3.3.2
Prioritas Penyebab Masalah

No MASALAH U S G Total Ranking

1. Tidak tanggap terhadap 4 4 4 12 2


informasi dari nakes

2. Tidak mengetahui tanda 5 4 4 13 1


bahaya kehamilan

3. Tidak rutin datang ke 3 2 2 7 3


posyandu

Ket : berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil,
1=sangat kecil)
Berdasarkan data yang didapatkan diatas tidak mengetahui tanda bahaya

kehamilan adalah suatu prioritas yang harus segera ditindaklanjuti. Pengetahuan

bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain dapat

menerimanya. Melainkan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus

oleh seseorang yang setiap saat mengalami perubahan (reorganisasi) karena

adanya pemahaman – pemahaman baru.


15

3.3.3. Intervensi Penyebab Masalah

Metode CARL Suatu cara untuk menentukan prioritas jika data yang

tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria

tertentu, yaitu Capability, Accessability, Readiness dan Leverage (CARL)

Semakin besar skor, sehingga semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas

dengan menggunakan skore nilai 1 – 5. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti :

C : Ketersediaan Sumber Daya (dana dan sarana/peralatan)

A :Kemudahan, masalah yang ada diatasi atau tidak Kemudahan

dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta

penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.

R :Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran seperti

keahlian/kemampuan dan motivasi

L :Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain

dalam pemecahan yang dibahas.

Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking atau prioritas

adalah nilai tertinggi sampai nilai terendah


16

Tabel 3.3.3
Intervensi Penyebab Masalah

No MASALAH C A R L Total Ranking

1. Informasi yang terbatas 4 4 4 4 16 2

2. Tidak ada keinginan 5 4 4 5 18 1


mencari informasi yang
maksimal tentang
kehamilan dan
persalinan

3. Kesibukan menjadi 3 2 2 3 10 3
hambatan
berkomunikasi tetang
kehamilan dan
persalinan

Ket : berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil,
1=sangat kecil)
Berdasarkan data yang didapatkan diatas tidak ada keinginan mencari

informasi yang maksimal tentang kehamilan dan persalinan adalah suatu prioritas

yang harus segera ditindaklanjuti.


17

BAB IV

PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN MASALAH

4.1 Rencana Pemecahan Masalah

4.1.1 Pohon Alternatif

Sebuah pohon masalah meliputi penulisan penyebab dalam bentuk

negatif. Membalikkan pohon masalah, dengan mengganti pernyataan

negatif dengan yang positif, menciptakan pohon solusi. Metode pohon

masalah menyediakan sarana untuk meninjau pemahaman yang ada dari

penyebab masalah dan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Pohon

masalah akan mengungkapkan cabang-cabang yang akan mengarahkan

kita ke masalah utama, ini sangat berharga karena faktor yang ada

mungkin tidak dapat diatasi oleh intervensi yang telah ada.

POHON ALTERNATIF

Alternative kegiatan
18

4.2 Analisis SWOT

Pada pembahasan ini yang menjadi prioritas utama yang harus

segera dipecahkan adalah tidak mengetahui ibu hamil, suami, keluarga

tentang tanda – tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas. Dalam

pemecahan masalah dilakukan pendekatan melalui system SWOT.

Pengertian / definisi analisis SWOT (Strength, Weakness,

Opportunities, dan Threats). Analisa SWOT adalah suatu metoda

penyusunan strategi perusahaan atau organisasi yang bersifat satu unit

bisnis tunggal. Ruang lingkup bisnis tunggal tersebut dapat berupa

domestik maupun multinasional. SWOT itu sendiri merupakan singkatan

dari Strength (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T) yang

artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana

yang secara sistematis dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-

faktor luar (O dan T) dan faktor didalam perusahaan (S dan W).

Berikut saya lampirkan pengertiannya menurut salah satu pakar

SWOT Indonesia, yaitu Fredy Rangkuti. Kurang lebih seperti ini :

“Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada

hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan

kelemahan, terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman”.


19

Tabel 4.1
Analisis SWOT Peningkatan Pengetahuan Melalui Kelas Ibu
Tahun 2014

S (Strength) W (Weakness) O (Opportunities) T (Trearts)


- SDM - Validasi data ibu - Adanya dana - Data yang ganda
petugas hamil yang BOK dapat membuat
kesehatan kurang lengkap Puskesmas ketidaksingkrona
yang akan dan tidak akurat n jumlah ibu
melaksana hamil
kan kelas
ibu sudah
memenuhi

- Tempat, - Ibu hamil, Suami, - Adanya dana - Keluarga ,suami,


waktu keluarga tidak BOK ibu hamil, dukun
pelaksanaa datang semuanya. Puskesmas Paraji dan kader
n - tidak semua - Kerjasama kurang ikut
kelngkapa mengerti dan dengan brand berpartisipasi
n alat memahami susu ibu hamil
sudah pentingnya - Pendonor dana
tersedia mengikuti kelas
ibu untuk
mendapatkan
informasi yang
penting
- Ibu kader tidak
datang semuanya
- Dukun paraji
tidak datang
20

semuanya

- Deteksi - Pendataan resti - Tidak adanya


RESTI kurang, stiker p4k kerjasama
dan tdk ditempel, dengan kader,
penyakit tidak dilakukan bumil dan dukun
penyerta asuhan yg paraji,
menyeluruh - Data hilang

Berdasarkan Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, dan

Threats) didapatkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk

meningkatan pengetahuan terhadap ibu, suami, keluarga, kader dan dukun paraji

melalui kelas ibu di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten

Garut Tahun 2014.

4.2 Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Sistem

Tabel 4.2
Analisis Pemecahan Masalah Berdasarkan Pendekatan Sistem
Tahun 2014

INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME BENEFIT INFECK


Man :
Petugas
kesehatan
diantarany
a bidan Melaksanaka Ceramah Kolaborasi Meningkat
dan n kelas ibu Tanya dalam kan Usia menurunkan
pemateri dengan Jawab memecahkan Harapan Angka
dari waktu yang Transfer masalah dan Hidup Kematian
bidang terjadwal dan ilmu menanggulangi (UHH) Ibu (AKI)
keahlian berkesinamb Diskusi masalah dapat
lainny ungan

Masyaraka
t:
21

Ibu hamil
Suami
Keluarga
Kader
Dukun
paraji

Money :
Dana Pencaiaran
BOK dana BOK
Puskesmas Puskesmas
Dapat Menurunka
Bekerja Dengan Pelaksanaan Terealisasi terlaksana n AKI
sama menyumbang Kegiatan sesuai dengan nya (Angka
dengan doorprize kelas ibu rencana kegiatan Kematian
brand susu pada saat kelas ibu Ibu)
ibu hamil pelaksanaan
kelas ibu
Pendonor
dana

Metode:
Pertemuan
kelas ibu
dilaksanak
an Ikut serta Ceramah Mendapatkan Mempererat Menurunka
berkesina melaksanaka Tanya ilmu, silaturahmi n AKI
mbungan n pertemuan Jawab pengalaman Mendapatka (Angka
dan kelas ibu tsb Transfer baru di setiap n solusi / Kematian
terjadwal ilmu kegiatan pemecahan Ibu)
dengan 5 Diskusi pertemuan masalah
kali
pertemuan

Material :
Pendekata
n terhadap Mempererat
masyaraka silaturahmi
t, TOMA, Mendapatka
TOGA Menyebarlua n solusi / Menurunka
melalui skan Diskusi Tercapainya pemecahan n AKI
forum informasi Transfer tujuan dengan masalah (Angka
desa siaga tentang kelas Ilmu adanya Adanya Kematian
aktif ibu peningkatan respon Ibu)
Undangan pengetahuan masyarakat
Brosur
22

Spanduk
Leaflet
Pamflet
Markets : Mempererat
Posyandu Mengetahui silaturahmi
Polindes Berkerjasam informasi Menghasilkan Mendapatka Menurunka
Poskesdes a dengan terlebih kesepakatan, n solusi / n AKI
Puskesmas lintas dahulu dukungan dan pemecahan (Angka
Paud sektoral dan dibandingka tercapainya masalah Kematian
Kelurahan lintas n orang lain tujuan Adanya Ibu)
Kecamata program respon
n masyarakat

Berdasarkan Analisis pemecahan masalah dengan pendekatan system

didapatkan input, proses, output, outcome, benefit dan juga infacknya untuk

memecahkan masalah kematian ibu melalui kelas ibu di Kelurahan Margawati

Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2015.

4.3 POA (Planning Of Action)


Action planning merupakan kumpulan aktivitas kegiatan dan pembagian

tugas diantara para pelaku atau penanggung jawab suatu program.Lebih lanjut,

Action Planning merupakan penghubung antara “tataran konsep” atau cetak biru

dengan kumpulan kegiatan dalam jangka panjang, menengah maupun jangka

pendek.

Disadari, suatu konsep/ cetak biru tanpa tindak lanjut atau pelaksanaan

diibaratkan wacana atau “buzz word” yang tidak memberikan nilai tambah bagi

kebaikan dan kemajuan organisasi.Sedangkan pelaksanaan/ kegiatan tanpa

konsep, akuntabilitas pihak pelaksana dan target-target dan ukuran akan

mengundang kekacauan.Ibarat nahkoda tanpa haluan, kegiatan-kegiatan yang


23

dijalankan diatas menjadi semacam kumpulan kegiatan reaktif, tidak

berpola.Sehingga dalam jangka panjang akan mengakibatkan demotivasi para

anggota organisasi dan bahkan akan menyebabkan organisasi berhenti bertumbuh,

dimana organisasi hanyut kedalam “pusaran ritual” yang berputar di satu tempat.

Proses action planning memerlukan keterampilan, komitmen dan

motivasi tinggi dari para pelaksana. Keterampilan, keahlian, competency,

pengalaman yang didapat merupakan modal dasar penentu bagi sukses atau

tidaknya pelaksanaan cetak biru tersebut.tanpa bekal keterampilan, keahlian,

competency yang dibutuhkan serta pengalaman yang memadai, maka pencapaian

target terhadap hasil yang diharapkan oleh atasan akan jauh.

Komitmen di sisi lain diperlukan, meskipun si pelaksana memiliki

keterampilan yang mumpuni.Namun tanpa komitmen,integritas,loyalitas si

pelaksana pada pekerjaan, maka pencapaian target akan menyimpang dari yang

diharapkan. Motivasi, semangat,spirit untuk menjalankan pekerjaan hingga tuntas

sangat diperlukan untuk memastikan tidak ada

waktu/ tenaga yang terbuang (tidak terarah) untuk mengerjakan hal-hal yang tidak

memberikan kontribusi bagi organisasi.

In action 3 modal dasar (keterampilan, komitmen, motivasi) secara

berimbang menjamin tidak adanya peluang untuk tidak menjalankan apa yang

telah dijanjikan pelaksana diawal, penyimpanan target, dan terbuangnya waktu

dan tenaga sia-sia.


24

Tabel 4.3

POA dan Rencana KegiatanKelas Ibu


Tahun 2015

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU/ PELAK- PENANG- BIAYA


TEMPAT SANA GUNG
JAWAB
1. Pendataan Untuk Bidan Bulan Bidan Kepala
sasaran dan mendapatka di Desa. Januari KIA(Bida Puskesmas
verifikasi n data 2015 n Desa). Pasundan.
ulang sasaran DiKelurah Kader
yang riel an Tim
dan benar. Margawati survailen

2. Kelas Ibu di - Meningka Seluruh Kelurahan Bidan Kepala


semua RW tkan bumil, Margawati KIAdan Puskesmas
di pengetahu suami, dari 4 Bidan Pasundan.
Kelurahan an kelurga, kelas Desa dan
Margawati masyarak kader dan menjadi petugas
dengan at dukun min 12 lain sesuai
sasaran khususnya paraji di kelas dengan
minimal 10 ibu hamil, Kelurahan keahlian
orang suami, Margawati dibidangn
perkelas keluarga, ya
ibu. Jika kader, dan
kurang dari dukun
10 di paraji
gabungkan
ke RW yang
25

memiliki bu
hamil yang
kurang juga

Berdasarkan Planning Of Action (POA) dan rencana kerja tahun 2015

untuk upaya penurunan angka kematian ibu dengan meningkatka pengetahuan

terhadap ibu hamil, suami, keluarga, kader dan dukun paraji melalui kelas ibu

diantaranya dengan pendataan sasaran dan verifikasi ulang, penambahan kelas ibu

yang awalnya 4 kelas menjadi minimal 12 kelas dengan mensiasati RW yang ibu

hamilnya kurang dari 10 orang digabungkan dengan RW yang sedikit juga di

Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2014.

Tabel 4.4

Hasil Kegiatan Kelas Ibu


Tahun 2015

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU/ PELAK- PENANG- BIAYA


TEMPAT SANA GUNG
JAWAB
1. Pertemuan Untuk semua Ibu 12 Mei Mahasisw Mahasisw
mensosialis Kader, 2015 / a/i a/i
asikan Petugas Saung
tujuan PBL Kelurahan, Lele
di Kepala
Kelurahan Kelurahan,
Margawati Bidan
Desa,
Kepala
26

Pustu,
Toma,
Toga
2. Pendataan Untuk Semua ibu 20 mei Mahasisw Mahasisw
sasaran dan mendapatka hamil di 2015 a STIKES a
verifikasi n data kel.Marga didamping
ulang sasaran wati bidan desa
yang riel Margawati
dan benar.

3. Kelas Ibu di - Meningka Seluruh 27 Mei Mahasisw Kepala


RW 05 dan tkan bumil, 2015 / a STIKES, Puskesmas
RW 04 pengetahu suami, PAUD AL Bidan Pasundan.
an kelurga, IKHLAS Koordinat
masyarak kader dan Cipeuteuy or KIA ,
at dukun Margawati Bidan
khususnya paraji di Desa dan
ibu hamil, Kelurahan petugas
suami, Margawati lain sesuai
keluarga, dengan
kader, dan keahlian
dukun dibidangn
paraji ya
3. Kelas Ibu di - Meningka Seluruh 6 Juni Mahasisw Kepala
RW 07,RW tkan bumil, 2015 / a STIKES, Puskesmas
15, RW 10, pengetahu suami, GOR Pasir Bidan Pasundan.
RW.11, an kelurga, Pogor, Koordinat
RW.09, masyarak kader dan Margawati or KIA ,
RW.06, at dukun Bidan
RW.22 dan khususnya paraji di Desa dan
27

RW.24 ibu hamil, Kelurahan petugas


suami, Margawati lain sesuai
keluarga, dengan
kader, dan keahlian
dukun dibidangn
paraji ya
4. Pembentuka - Meningka Seluruh 01 Juni Mahasisw Mahasisw
n, tkan masyaraka 2015/ kp. a STIKES, a/i
pengesahan, kesiapsiag t terutama Cilandak, Kepala STIKES,
pelantikan aan anggota Kel. Kecamata
Desa / kegawatd dan Margawati n, Kepala
Kelurahan arutan pengurus Puskesmas
Siaga Aktif masyarak Desa / ,Seluruh
at Kelurahan masyaraka
contohnya Siaga t terutama
saja dalam Aktif anggota,
hal pengurus
kesehatan Desa /
ibu untuk Kelurahan
menurunk Siaga
an angka Aktif
kematian TOMA,
ibu (AKI) TOGA dll

Berdasarkan Planning Of Action (POA) dan rencana kerja tahun 2015

untuk upaya penurunan angka kematian ibu dengan meningkatkan pengetahuan

terhadap ibu hamil, suami, keluarga, kader dan dukun paraji melalui kelas ibu

diantaranya dengan pendataan sasaran dan verifikasi ulang data ibu hamil yang

ada, lalu meaksanakan kelas ibu hamil di dua tempat dengan jumlah 10 RW dan
28

Pembentukan, pengesahan, pelantikan Desa / Kelurahan Siaga Aktif diKelurahan

Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2015.


29

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang didapatkan saat praktek belajar lapangan di

Kelurahan Margawatidalam upaya menurunkan angka kematian ibu di Wilayah

Kerja Puskesmas Pasundan Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota

Kabupaten Garut Tahun 2015 sebagai berikut :

a. Setelah menganalisis penyebab masalah kejadian Kematian Ibu Di Kelurahan

Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2015 didapatkan

bahwa kurang tanggapnya ibu terhadap informasi yang berikan oleh tenaga

kesehatan, tidak mengetahui tanda – tanda bahaya kehamilan, tidak rutinnya

datang ke posyandu dapat mempengaruhi terhadap Angka Kematian Ibu

(AKI).

b. Dari hasil analisis akar penyebab masalah yang terjadi untuk menurunkan

Kematian Ibu Di Kelurahan Margawati Kecamatan Garut Kota Kabupaten

Garut Tahun 2015 dengan menggunakan analisis ishikawa atau Fish Bone

diketahui 8 masalah cucuk terakhir dan yang dijadikan prioritas masalah

melalui metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) didapatkan bahwa yang

menjadi prioritas utama yang harus segera ditindaklanjuti adalah masalah

pengetahuan ibu hamil, suami, keluarga, kader dan dukun paraji.

c. Rencana pemecahan penurunan Kematian Ibu Di Kelurahan Margawati

Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut Tahun 2015 yaitu peningkatan


30

pengetahuan terhadap ibu hamil, suami, keluarga, kader dan dukun paraji

dengan mengadakan kelas ibu dan menganalisisnya dengan menggunakan

analisis swot dan analisis pemecahan masalah berdasarkan pendekatan

system. Lalu rencana kegiatan ditahun 2015 adalah dengan melakukan

pendataan sasaran dan verifikasi ulang kembali data yang ada dan menambah

kelas ibu dari 2 kelas menjadi minimal 12 kelas.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Responden

Semua ibu hamil di Kelurahan Margawatiterutama yang kehamilannya 4

sampai dengan 36 minggu mengikuti kegiatan kelas ibu agar dapat

mengetahui hal / informasi yang penting. Mulai dari memeriksakan

kehamilannya minimal 4 kali ke petugas kesehatan (bidan desa) sampai

dengan semua bersalin di petugas kesehatan.Peran serta desa siaga harus lebih

ditonjolkan / diaktifkan kembali agar factor resiko dan kegawatdaruratan dapat

terdeteksi lebih dini juga persalinan di tenaga kesehatan meningkat.

5.2.2 Bagi Pemangku Kebijakan

Keterlibatan lintas sektoral terhadap masalah – masalah kesehatan

khususnya untuk menurunkan kematian ibu harus lebih ditingkatkan lagi

agar factor resiko,kegawatdaruratan dan kematian ibu dapat ditekan.

Sehingga antara petugas kesehatan dengan lintas sektoral ada

kesingkronan dan kerjasama yang solid.


31

5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan STIKES GARUT diharapkan laporan praktek

kerja lapangan ini dapat menjadi landasan dalam laporan - laporan

selanjutnya sehingga dengan menggali lebih banyak lagi faktor yang

berkaitan dengan angka kematian ibu.

5.2.3Institusi Kesehatan

5.2.3.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Garut

Dinas kesehatan diharapkan dapat melakukan kegiatan monitoring

dan evaluasi serta supervisi khususnya tentang kelas ibu, diklat

peningkatan kapasitas (SDM) Sumber Daya Manusia bagi bidan di desa.

5.2.3.2Puskesmas Pasundan

Puskesmas diharapkan dapat mengoptimalkan program – program

yang telah dilaksanakan yang berkaitan dengan Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA) untuk menurunkan angka kematian ibu. Puskesmasjuga diharapkan

dapat melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi serta supervisi

khususnya tentang desa siaga.

5.2.3.3 Bidan Desa Margawati

Bidan Desa Margawati diharapkan dapat meningkatkan Peran Serta

Masyarakat (PSM), dan lebih menggalakan kelas ibu di tiap RW setempat.


32

Agar semua ibu hamil / sasaran dapat semua terjaring dan mengikuti kelas

ibu.

Anda mungkin juga menyukai