PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masih tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara
berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan, antara lain perdarahan antepartum
(plasenta previa dan solusio plasenta), perdarahan post partum (retensio plasenta,
atonia uteri, trauma kelahiran), abortus dan kehamilan ektopik, selanjutnya
eklampsia, dan sepsis puerperalis.
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat.
Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu (Wiknjosastro,
2005, hal 323).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk lebih memahami apa yang di maksud dengan Kehamilan Ektopik
Terganggu, penyebab, gejala serta penanganannya sehingga mampu
mengaplikasikan kedalam bentuk asuhan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian dan analisa data pada kasus KET.
b. Dapat melakukan rencana tindakan pada kasus KET.
c. Dapat melaksanakan secara lengkap, intervensi yang baik oleh Bidan maupun
kolaborasi dengan Dokter pada kasus KET.
d. Dapat mengevaluasi tentang tindakan yang diberikan.
e. Dapat mendokumentasikan tindakan yang dilakukan.
A. Manfaat Penulisan
1
Selain tujuan penulisan yang telah dikemukakan diatas, hasil penelitian ini juga
diharapkan:
1.Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman, serta memperluas wawasan
penulis dalam melihat masalah pada klien.
2.Bagi profesi dan almamater sehingga dapat memberikan sumbangan positif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan.
Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin
bertumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba
terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu (Wiknjosastro, 2005, hal
327).
B. Klasifikasi
3
a. primer, yaitu implantasi terjadi sesudah dibuahi, langsung pada peritoneum
atau kavum abdominal
b. sekunder, yaitu bila embrio yang masih hidup ditempat primer, misalnya
karena abortus tuba antara ruptur tuba, tumbuh lagi didalam rongga abdomen.
C. Penyebab
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tapi sebagian besar tidak
diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba,
dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi
masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah (Wiknjosastro, 2005, hal 325).
Ada beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik :
1. Faktor pada Lumen Tuba
a) Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen
tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
b) Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering
disertai gangguan fungsi silia endosalping.
c) Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a) Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam
lumen tuba.
b) Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur
yang dibuahi ditempat itu.
3. Faktor diluar dinding tuba
a) Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat
perjalanan telur.
4
b) Tumor yang menekan dinding tuba dapat meyempitkan lumen tuba.
c) Kemungkinan migrasi eksternal, sehingga hasil konsepsi mencapai tuba
dalam keadaan blastula.
4. Faktor uterus
a) Tumor rahim yang menekan tuba.
b) Uterus hipoplasia.
5. Faktor lain
a) Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus,
pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi
premature.
b) Fertilisasi in vitro (Wknjosastro, 2005, hal 325-326).
D. Gambaran Klinis
1. Terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa
bulan atau hanya haid yang tidak teratur. Kadang-kadang dijumpai keluhan
hamil muda dan gejala hamil lainnya.
2. Bila terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET) ;
a. Pada abortus tuba kehamilan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat,
hanya rasa sakit diperut dan perdarahan pervaginam. Hal ini dapat
dikacaukan dengan abortus biasa.
b. Bila terjadi rupture tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat
membahayakan jiwa si ibu.
5
3. Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut, seperti diiris dengan pisau
disertai muntah dan bisa jatuh pingsan.
4. Tanda-tanda akut abdomen : nyeri tekan yang hebat (defance musculair),
muntah gelisah, pucat, anemis, nadi kecil, tensi rendah atau tidak terukur
(syok).
5. Nyeri bahu : karena perangsangan diafragma.
6. Tanda cullen : sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.
7. Pada pemeriksaan ginekologik (periksa dalam) terdapat :
a. Adanya nyeri ayun : dengan menggerakkan portio dan serviks ibu akan
merasa sakit yang sangat.
b. Douglas Crise : rasa nyeri hebat pada penekanan kavum douglasi.
c. Kavum douglas teraba menonjol karena terkumpulnya darah, begitu pula
teraba massa retrouterin (massa pelvis).
8. Pervaginam keluar decidual cast
9. Pada palpasi perut dan pada perkusi : ada tanda-tanda perdarahan intra
abdominal (shifting dullness)
10. Pemeriksaan laboratorium :
a. Pemeriksaan Haemoglobin seri setiap 1 jam menunjukan penurunan kadar
Hb.
6
b. Adanya leukositosis
11. Kuldosentesis (douglas pungsi)
a. Untuk mengetahui apakah ada darah dalam kavum Douglas
b. Bila keluar darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku
atau hanya berupa bekuan-bekuan kecil di atas kain kasa maka hal ini
dikatakan positif (fibrinalis) dan menunjukan adanya hematoma
retrouterina.
c. Bila darah sangat berwarna merah dan dalam beberapa menit membeku,
hasil negatif karena darah ini berasal dari arteri atau vena yang kena tusuk.
12. Pemeriksaa Penunjang
a. Dilatasi dan Curetase, jaringan yang dikeluarkan bersama dengan
perdarahan terdiri atas desidua tanpa villi koriales, hal ini dapat
memperkuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
b. Ultrasonografi, berguna dalam diagnostik kehamilan ektopik. Diagnosis
pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalamnya
tampak denyut jantung janin.
7
F. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis
dini dan persediaan darah yang cukup. Sebagian wanita menjadi steril setelah
mengalami kehamilan ektopik atau dapat mengalami kehamilan ektopik lagi pada
tuba yang lain (Wiknjosastro, 2005, hal 333).
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
Asuhan Kebidanan adalah suatu metode atau pendekatan pemecahan masalah
yang digunakan oleh bidan atau pemberi pelayanan asuhan kebidanan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Metode adalah cara kerja yang sistematis dan analitik yang memudahkan dan
mengarahkan kegiatan bidan dalam memecahkan masalah kesehatan ibu dan anak yang
dihadapi dalam lingkungan tanggung jawabnya secara profesional, serta tetap guna dan
berhasil guna (Depkes RI, 2002).
Asuhan Kebidanan adalah suatu alat yang mendasari seorang bidan untuk
memecahkan masalah klien dalam berbagai situasi dan kondisi, yaitu dengan
menggunakan berbagai tehnik seperti observasi, wawancara atau anamnese dan
pemeriksaan secara sistematis. (Dep-Kes RI, 1998).
8
1. Step 1 Identifikasi Dan Analisa Data Dasar
Identifikasi dan analisa data dasar merupakan langkah awal dari asuhan
kebidanan, langkah ini merupakan kemampuan intelektual dari penolong untuk
mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang diungkapkan oleh klien,
langkah pertama ini merupakan dasar dari langkah berikutnya .
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah identifikasi dan analisis data
meliputi : pengumpulan data, pengolahan data dan analisa atau interprestasi data
dasar.
Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, mencari dan menggalih data/fakta atau
informasi baik dari klien, keluarganya maupun tim kesehatan lainnya atau
data yang diperoleh dari hasil yang diperoleh.
Cara yang dilakukan dalam mengumpulkan data adalah :
1) Anamnese / wawancara
Anamnese / wawancara adalah tanya jawab yang dilakukan oleh
bidan dengan klien, atau tim kesehatan lain. Data yang dikumpulkan
mencakup semua keluhan klien tentang masalah kesehatan dan kebidanan
yang diperoleh dari klien.
2) Observasi dan Pemeriksaan Fisik
Observasi dan pemeriksaan fisik merupakan metode pengumpulan
data yang tidak dapat dipisahkan, observasi adalah melihat, memperhatikan
sesuatu pada pemeriksaan fisik. Pada saat observasi dilakukan inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi. Pemeriksaan fisik pada klien dilakukan dari
ujung rambut sampai ke ujung kaki. Pada saat melakukan observasi dan
pemeriksaan fisik, bidan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Mengamati semua prilaku klien yang berkaitan dengan masalah yang
dirasakan.
b) Mengamati perubahan / kelainan fisik
dari klien.
c) memperhatikan aspek sosial, kultural,
dan spiritual dari klien.
9
d) Menggunakan tehnik pemeriksaan
yang tepat.
e) Pemeriksaan terarah dan berkaitan
dengan keluhan klien.
Pengolahan Data dan Pengelompokan Data
Setelah data yang dikumpulkan secara lengkap dan benar, selanjutnya
data dikelolah dan dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Data Subjektif
Data yang dikelolah dan dikelompokan dalam data subjektif adalah
data yang berhubungan dengan klien melalui pengamatan tidak langsung
yang berkaitan dengan identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit,
riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan,nifas dan laktasi yang
lalu, riwayat gynekologi dan dukungan keluarga serta keadaan psikososial
dan cultural.
2) Data Objektif
Data yang dikelolah dan dikelompokan kedalam data objektif yaitu
data yang berhubungan dengan intervensi langsung oleh tenaga medis,
berupa keadaan umum, tinggi badan, berat badan, tanda-tanda vital,
keadaan fisik obstetri melaliu inspeksi, palpasi , auskultasi dan perkusi.
3) Klasifikasi Data
Setelah seluruh masalah dianalisa dan diinterpretasi, maka dapat
disusun klasifikasi data atau masalah sebagai berikut :
a) Keadaan-keadaan yang normal.
b)Keadaan yang menyimpan / kelainan.
c)Keadaan yang mengandung resiko tinggi.
d)Permasalahan yang potensial.
e)Keadaan yang berupa patologis
Analisa Data
Setelah semua data dikumpulkan, selanjutnya disusun daftar masalah dan
kemudian masalah tersebut dianalisa sesuai dengan urutan prioritas masalah.
10
Pada step ini dikembangkan dari interprestasi data kedalam identifikasi
yang spesifik mengenai masalah atau diagnosa. Masalah lebih sering berhubungan
dengan apa yang dialami oleh klien dari diagnosa yang telah ditetapkan dan lebih
sering di identifikasi oleh bidan dengan berfokus pada apa yang di kemukakan
oleh klien secara individual (Varney, 2002 ).
11
kesepakatan antara keduanya oleh karena itu rencana tindakan harus di diskusikan
dengan klien (Doenges, 2001).
BAB III
STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “E” DENGAN KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU DI RUANG OK KEBIDANAN RSUD
Dr. Hi. CHASAN BOESOIRIE TERNATE
12
Nama : Ny. E / Tn. S
Umur : 28 thn / 30 thn
Suku / Bangsa : Ternate / Indonesia
Pendidikan terakhir : S1 / S1
Pekerjaan : PNS/ PNS
Agama : Islam / Islam
Lamanya menikah : 1 tahun
Alamat : Kelurahan
13
b. Riwayat penyakit menular : Tidak ada
5. Riwayat Reproduksi
a. Riwayat haid
Menarche : 13 Tahun
Siklus haid : 28 Hari
Durasi haid : 5-6 hari
Perlangsungan haid : Normal
b. Riwayat obstetri
Kehamilan, persalinan dan nifas lalu tidak ada
Kehamilan sekarang
G: 1, P: 0, A: 0
HPHT : 02-09-2009
UK : 8 minggu 5 hari
Pergerakan janin : belum ada
Sejak amenorea
Spoting : ada
Pusing : tidak ada
Mual/muntah : tidak ada
c. Riwayat Ginekologi : tidak ada
d. Riwayat KB : Klien belum pernah ber KB
6. Riwayat Pemenuhan kebutuhan dasar (Basic Needs)
a. Kebutuhan Nutrisi
Kebiasaan
a) Pola makan ibu : Teratur
b) Frekwensi : 3 kali sehari
c) Jumlah yang diminum : 7 – 8 gelas/hari
d) Nafsu makan : Baik
e) Makanan pantangan : Tidak ada
Selama hamil
1) Konsumsi perhari sumber
a) Karbohidrat : 1 piring nasi
b) Lemak : Ikan goreng
c) Protein : 1 potong ikan
14
d) Besi / asam folat : Sayur
2) Nafsu makan : Berkurang
3) Masalah dengan gigi/mengunyah : Tidak ada masalah
4) Makanan yang disenangi : Tidak ada
5) makanan pantangan : Tidak ada
6) Kebutuhan minum / cairan : 8 gelas/hari
b. Kebutuhan Eliminasi
Kebutuhan :
1) Frekuensi BAK : 5-6 x / hari
2) Warna/bau khas : Kuning muda / pesing
3) Gangguan eliminasi BAK : Tidak ada
4) Frekuensi BAB : 1 x / hari
5) Warna/konsistensi : Kuning tengguling/lembek
6) Gangguan eliminasi BAB : Tidak ada
Selama hamil : tidak ada perubahan
c. Kebutuhan diri sendiri :
Kebiasaan
1) Kebersihan rambut : keramas 2x seminggu
2) Kebersihan badan : mandi 2x sehari
3) Kebersihan gigi/mulut : sikat gigi 2x sehari
4) Kebersihan genitalia/anus : cuci/bilas setiap selesai BAB/BAK
5) Kebersihan kuku tangan/kaki : gunting kuku 1x seminggu
6) Kebersihan pakaian : ganti baju 2x sehari
d. Kebutuhan istirahat / tidur
1) Istirahat / tidur siang : 14.00-16.00 Wit (2 jam)
2) Istirahat / tidur malam: 22.00-06.00 Wit ( 8 jam)
3) Pekerjaan rumah tangga : Dilakukan sendiri
Selama hamil : Sering terbangun jika nyeri
II. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
a. Penampilan : Sesuai dengan usia
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Ekspresi wajah : Meringis
15
d. Tinggi badan : 158 cm
BB sebelum hamil : 71 kg
BB saat hamil : 70 kg
Penurunan BB : 1 kg
2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Pernapasan : 24 x / m
c. Suhu : 36,4 oC
d. Nadi : 82 x / m
3. Pemeriksaan Obstetrik
Inspeksi
a. Kepala : rambut ikal, hitam dan bersih.
b. Muka / wajah : tidak udem, tidak ada cloasma gravidarum, tampak
meringis menahan sakit dan tampak cemas.
c. Mata : simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterus,
konjungtiva merah muda.
d. Telinga : simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan.
e. Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada
perdarahan/epistaksis.
f. Mulut / gigi : bersih, tidak ada caries, tidak ada stomatitis.
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis.
h. Payudara : simetris kiri dan kanan, bersih, puting menonjol,
areola hiperpigmentasi, tidak ada pembengkakan.
i. Abdomen : bersih, tidak ada bekas luka operasi, tampak
kembung.
j. Genitalia dan anus : kurang bersih karena masih ada pengeluaran darah
dari jalan lahir, anus tidak ada wasir.
k. Pemeriksaan ekstermitas atas dan bawah
Ekstermitas atas : simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan,
tampak terpasang cairan infus RL 20 tts/m.
Ekstermitas Bawah : simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema, tidak
ada varices.
16
Palpasi Abdomen
o Tinggi fundus uteri : Belum teraba
o Nyeri saat perabaan
Auskultasi
o Bunyi usus positif
o DJJ (-)
Perkusi
o Refleks patella (+)
4. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Darah Golongan darah (B)
Leukosit 13.700 / mm³
HB 9,8 gr %
HCT 28,5 L %
DDR (-)
Urine HCG (+)
USG : Tampak adanya cairan bebas dalam rongga abdomen.
Pemeriksaan dalam (VT) : Tidak dilakukan
17
1. Hubungan keyakinan dengan kehamilan : Semua telah diatur oleh Allah SWT
1. Diagnosa Aktual : Ibu G1 P0 A0, Masa Gestasi 8 minggu 5 hari dengan Kehamilan
Ektopik Terganggu.
Analisis :
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi dituba pada dasarnya sama halnya
di kavum uteri. Telur dituba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Secara
kolumner telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Pada nidasi
secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat
nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
18
menyerupai desidua. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna, dengan
mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot
tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Penembusan villi koriales ke
dalam lapisan otot tuba terus ke peritoneum menyebabkan ruptur dinding tuba
sehingga terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit, kadang-
kadang banyak, sehingga terjadilah kehamilan ektopik terganggu (Wiknjosastro,
2005, hal 326-327).
19
menonjol dan nyeri raba, pergerakan serviks dengan di sebelahnya suatu adnex
tumor, tetapi biasanya sulit karena dinding abdomen tegang (Wiknjosastro, 2005, hal
328-329).
1. Tindakan Mandiri :
Pemasangan infus cairan RL 20 tts/m
Pemasangan kateter
2. Tindakan Kolaborasi :
Cek Darah lengkap/CBC
Siap darah 2 kolf
Anestesi
Laparatomi
Rencana Tindakan :
20
Lanjutkan pemberian infus cairan RL
Rasional : dapat memenuhi kebutuhan cairan akibat perdarahan dan memudahkan
dalam pemberian terapi dan anestesi.
Kaji ulang indikasi dan keadaan umum klien
Rasional : sebagai indikator untuk melaksanakan laparatomi
Observasi tanda-tanda vital
Rasional : sebagai indikator untuk megetahui keadaan umum ibu
Beri dorongan moril
Rasional : Berhubung ini merupakan kali pertama kehamilan dan diakhiri dengan
tindakan operasi, sudah sewajarnya ibu diberi dukungan agar dapat
menerima dan menjalani dengan tabah akan keadaan yang sedang
dialaminya.
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian antibiotika
Rasional : antibiotika dapat mencegah terjadinya infeksi akibat tindakan operasi.
Siapkan alat laparatomi
Rasional : Untuk memudahkan operator saat melakukan tindakan laparatomi.
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk tindakan laparatomi
Rasional : sebagai bentuk kerjasama tim operasi.
Rencana Tindakan :
Kaji tingkat nyeri
Rasional : untuk mengetahui seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien, karena
nyeri yang mendadak pertanda penyakit semakin buruk.
21
Atur posisi klien
Rasional : Mengatur posisi baring klien dapat memberikan rasa nyaman, dapt
mengurangi rasa nyeri yang ada.
Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk terapi analgetik
Rasional : dengan memberikan obat analgetik diharapkan rasa nyeri yang
berlebihan dapat ditekan.
Rencana Tindakan :
Observasi tanda-tanda vital
Rasional : sebagai indikator untuk mengetahui keadaan umum klien
Lanjutkan pemberian cairan infus
Rasional : dapat memenuhi kebutuhan cairan akibat perdarahan dan
memudahkan dalam pemberian terapi dan anestesi.
Observasi perdarahan
Rasional : sebagai indikator untuk menilai banyaknya perdarahan.
Persiapan darah sesuai golongan darah klien
Rasional : sebagai bentuk antisipasi adanya perdarahan yang tidak di inginkan
saat operasi maupun setelah operasi.
22
- Telah dilakukan laparatomi
- Keadaan umum klien baik
23
Jam : 08.50 wit
Kolaborasi dengan dokter Ahli Anestesi
Hasil : anestesi telah diberikan, jenis GA. Inkubasi.
24
- Klien dapat istirahat tidur
25
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan pengkajian pada klien KET maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kehamilan ektopik dapat teratasi dengan dilakukan Laparatomi dan Keadaan
umum ibu baik.
2. Gangguan rasa nyeri teratasi ditandai dengan klien tidak mengeluh rasa nyeri
pada bagian abdomen dan klien dapat istirahat yang cukup.
3. Syok Hipovelemik tidak terjadi ditandai dengan perdarahan yang banyak tidak
terjadi dan tidak ada tanda-tanda syok.
Saran
26