PENDAHULUAN
Syok merupakan suatu keadaan dimana aliran darah tidak memadai untuk
memenuhi permintaan kebutuhan oksigen jaringan, sehingga mengakibatkan
terjadinya hipoksia jaringan dan sel. Karena hipoksia, pada syok terjadi
gangguan metabolisme sel, sehingga dapat timbul kerusakan irreversible pada
jaringan organ vital. Berdasarkan hemodinamik dan mekanisme terjadinya,
syok dibagi menjadi syok kardiogenik, syok hipovolemik, syok distributif dan
syok obstruktif.
Secara patologis, apapun penyebabnya, syok menyebabkan penurunan
curah jantung. Penurunan curah jantung akan menyebabkan penurunan aliran
darah sistemik, penurunan nutrisi jaringan, penurunan nutrisi vaskuler,
peningkatan permeabilitas kapiler, penurunan volume darah yang kembali ke
jantung dan akhirnya akan lebih memperberat curah jantung.
Perdarahan merupakan keadaan darurat medis yang sering dihadapi oleh
dokter di ruang gawat darurat dan unit perawatan intensif. Kondisi ini dapat
menyebabkan hilangnya secara cepat dan signifikan volume dari intravaskular
sehingga terjadi syok hipovolemik, yang juga dikenal sebagai syok
hemoragik.
Patofisiologi syok perdarahan adalah terjadi kekurangan volume
intravaskuler menyebabkan penurunan venous return sehingga terjadi
penurunan pengisian ventrikel, menyebabkan penurunan stroke volume dan
cardiac output, sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
Resusitasi pada syok perdarahan akan mengurangi angka kematian.
Pengelolaan syok perdarahan ditujukan untuk mengembalikan volume
sirkulasi, perfusi jaringan dengan mengoreksi hemodinamik, kontrol
perdarahan, stabilisasi volume sirkulasi, optimalisasi transpor oksigen dan
bila perlu pemberian vasokonstriktor bila tekanan darah tetap rendah setelah
pemberian loading cairan. Pemberian cairan merupakan hal penting pada
pengelolaan syok perdarahan dimulai dengan pemberian kristaloid/koloid
dilanjutkan dengan transfusi darah komponen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Syok adalah suatu keadaan dimana aliran darah tidak memadai untuk
memenuhi permintaan kebutuhan oksigen jaringan. Hal ini didefinisikan
sebagai sebuah sindrom yang diawali oleh hipoperfusi akut, sehingga
terjadi hipoksia jaringan dan disfungsi organ vital. Syok membutuhkan
penanganan segera karena kondisi tubuh dapat memburuk dengan amat
cepat.
B. Klasifikasi
Syok dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Syok Kardiogenik
2. Syok Obstruktif
3. Syok Distributif
4. Syok Hipovolemik
a. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai kegagalan pompa
jantung ( pump failure ). Syok ini diakibatkan oleh terjadinya
penurunan daya kerja jantung yang berat, misalnya pada :
1) Penyakit jantung iskemik, seperti infark
2) Obat obat yang mendepresi jantung
3) Gangguan irama jantung
Patofisiologi syok kardiogenik
Syok kardiogenik terjadi akibat gagal ventrikel kiri yang sangat
berat, sehingga tekanan darah turun, tekanan kapiler paru
( pulmonary capillary wedge pressure ) naik, disertai oligouri dan
vasokontriksi perifer, kesadaran yang menurun dan asidosis
metabolik. Syok kardiogenik paling sering disebabkan oleh infark
jantung akut dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10 %.
Syok merupakan komplikasi infark paling ditakuti karena
mempunyai mortalitas yang sangat tinggi 80-90 %. Dari penelitian
GUTSO didapatkan angka kematian dapat diturunkan sampai 56 % (
dibandingkan 3 % kematian pada penderita tanpa syok ).
Walaupun demikian syok kardiogenik masih merupakan
penyebab kematian yang terpenting pada penderita infark yang
dirawat di rumah sakit. Penyebab lain syok kardiogenik adalah toksik
karena obat – obatan seperti adriamisin, infeksi seperti miokarditis,
gangguan mekanik seperti tamponade, akut mitral insufisiensi dan
lain – lain. Pengobatan dini pada infark jantung akut dapat
menurunkan insidens syok kardiogenik. Direk perkutaneus
transluminal koroner angioplasti pada infark jantung akut juga dapat
menurunkan insidensi syok.
Gejala klinis dan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila tekanan sistolik kurang dari 90
mmHg, disertai adanya oligouria, yaitu bila diuresis kurang dari 20 –
30 cc/jam. Tidak ada penyebab lain dari hipotensi, seperti
perdarahan, diare, reaksi vagal, aritmia, obat obatan dan dehidrasi.
Biasanya penderita tampak gelisah, pucat, ekstremitas dingin disertai
sianosis perifer, kulit biasanya lembab dan dingin. Kemungkinan
adanya infark jantung akut didapatkan dari riwayat penyakit adanya
sakit dada yang khas, disertai perubahan gambaran EKG yang khas
dengan adanya gelombang Q patologis dan segmen ST yang
meningkat dan dengan pemeriksaan enzim jantung, CPK, CKMB,
SGOT, dan LDH menunjukan kenaikan. Sering dijumpai tanda
disfungsi ventrikel kiri yang hebat, yaitu distensi vena leher dan
tanda oedem paru ( dispneu, batuk dan ronki ).
b. Syok Obstruktif
Syok ini disebabkan oleh obstruksi aliran ke sirkulasi sentral,
antara lain terlihat pada :
1. Tamponade jantung
2. Pneumotoraks
3. Emboli paru
c. Syok Distributif
Syok distributif adalah syok yang terjadi akibat berkurangnya
tahanan / tonus pembuluh darah perifer, sehingga darah tidak dapat
terdistribusi ke seluruh tubuh. Syok ini terjadi pada :
1. Syok neurogenik
2. Cedera medulla spinalis atau batang otak
3. Syok anafilakis
4. Obat-obatan
5. Syok septik
a) Syok Septik
Merupakan syok yang disertai adanya infeksi. Syok septik
biasanya ditimbulkan oleh penyebaran endotoksin bakteri gram
negative (coli, proteus, pseudomonas, enterokokus, aerobakteri),
jarang terjadi karena toksin bakteri gram positif (streptokokus,
stafilokokus, Clostridium welchii). Endotoksin basil gram
negative ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan peningkatan
permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena
vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif,
sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan
kehilangan cairan intravaskuler ke interstitial yang terlihat sebagai
oedem.
Syok septik lebih mudah timbul pada pasien dengan trauma,
diabetes melitus, leukemia, granulositopenia berat, penyakit
saluran genitourinarius, atau yang mendapat pengobatan
kostikosteroid, obat penekan kekebalan, atau radiasi. Faktor yang
mempercepat syok septik ialah pembedahan, atau manipulasi
saluran kemih, saluran empedu, dan ginekologik.
Patofisiologi syok septik
1. Pada stadium awal curah jantung meningkat, denyut jantung
lebih cepat dan tekanan arteri rata-rata turun. Kemudian
perjalanannya bertambah progresif dengan penurunan curah
jantung, karena darah balik berkurang (terjadi bendungan
darah dalam mikrosirkulasi dan keluarnya cairan dari
ruangan intravaskular karena permeabilitas kapiler
bertambah), yang ditandai dengan turunnya tekanan vena
sentral.
2. Hipertensi paru-paru oleh karena tahanan pembuluh darah
meuingkat disebabkan oleh sumbatan leukosit pada kapiler
paru-paru. Pada pasien yang sudah syok paru-paru ditandai
dengan gejala gagal paru-paru progresif, P02 arterial turun,
hiperventilasi, dispneu, batuk dan asidosis.
3. Koagulasi intravaskular diseminata (DIC) terjadi karena
pemacuan proses pembek-uan akibat kerusakan endotel
kapiler oleh infeksi bakteri.
Gejala klinis syok septik
1. Demam tinggi > 38.9°C. Sering diawali dengan menggigil,
kemudian suhu turun dalam beberapa jam ( jarang
hipotermi).
2. Takikardia.
3. Hipotensi (sistolik < 90 mmHg.
4. Petekia, leukositosis atau leukopenia yang bergeser ke kin,
trombositopenia.
5. Hiperventilaci dengan hipokapnia.
6. Gejala lokal misalnya nyeri tekan didaerah abdomen,
perirektal.
7. Syok septik harus dicurigai pada pasien dengan demam,
hipotensi, trombositopenia, atau koagulokasi intravaskular
yang tidak dapat diterangkan penyebabnya. Sedangkan nada
persangkaan infeksi harus segera dilakukan pemeriksaan
biakan kuman dan uji lainnya.
b) Syok Anafilatik
Syok anafilaktik merupakan suatu resiko pemberian obat,
baik merupakan suntikan atau cara lain. Reaksi dapat
berkembang menjadi suatu kegawatan berupa syok, gagal
napas, henti jantung, dan kematian mendadak.
Patofisiologi
Syok anafilaktik merupakan bagian dari reaksi
anafilaktik sistemik berat. Terjadinya syok dapat berlangsung
dengan cepat. Kematian terjadi pada penderita berusia di atas
20 tahun. Sedangkan kematian pada anak biasanya disebabkan
oleh edema taring. Kematian pada usia dewasa biasanya
merupakan kombinasi syok, edema laring, dan mitmia jantung.
Syok anafilaktik dapat kambuh 2-24 jam setelah kejadian
pertama.
Obat-obat yang sering memberikan reaksi anafilaktik
adalah golongan antibiotik penisilin, ampisilin, sefalosporin,
neomisin, tetrasiklin, kloramfenikol, sulfanamid, kanamisin,
serum antitetanus, serum antidifteri, dan antirabies.
Alergi terhaclap gigitan serangga, kuman-kuman,
insulin, ACTH, zat radiodiagnostik, enzim-enzim, bahan darah,
obat bius (prokain, lidokain), vitamin, heparin, makan telur,
susu, coklat, kacang, ikan laut, mangga, kentang, dll, juga dapat
menyebabkan reaksi anafilaktik.
Gejala Klinis
1. Reaksi lokal : biasanya hanya urtikaria dan edema setempat.
2. Reaksi sistemik : biasanya mengenai saluran napas bagian atas,
system kardiovaskuler, gastrointestinal, dan kulit. Reaksi tersebut
dapat timbul segera atau 30 menit setelah terpapar antigen.
Menurut derajat keparahan :
Ringan : mata bengkak, hidung tersumbat, gatal-
gatal di kulit dan mukosa, bersin-bersin, biasanya
timbul 2 jam setelah terpapar alergen.
Sedang : gejalanya lebih berat, selain gejala di
atas, dapat pula terjadi bronkospasme, edema
laring, mual, muntah, biasanya terjadi dalam 2
jam setelah terpapar antigen.
Berat : terjadi langsung setelah terpapar dengan
alergen, gejala seperti reaksi tersebut di atas hanya
lebih berat yaitu bronkospasine, edema laring,
stridor, napas sesak, sianosis, henti jantung,
disfagia, nyeri perut, diare, muntah-muntah,
kejang, hipotensi, aritmia jantung, syok, dart
koma. Kematian disebabkan oleh edema laring
dan aritmia jantung.
c) Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik disebut juga sebagai preload syok yang
ditandai dengan menurunnya volume intravaskular, baik
karena perdarahan maupun hilangnya cairan tubuh.
Penurunan volume intravaskular ini menyebabkan
penurunan volume interventrikuler kiri pada akhir diastol
yang akhirnya menyebabkan berkurangnya kontraktilitas
jantung dan menurunnya curah jantung.
Syok hipovolemik disebabkan oleh :
- Kehilangan darah, misalnya perdarahan.
- Kehilangan plasma, misalnya luka bakar.
- Dehidrasi, cairan yang masuk kurang ( misalnya puasa lama ),
cairan yang keluar banyak ( misalnya diare, muntah – muntah,
fistula, obstruksi usus dengan penumpukan cairan di lumen
usus ).
Syok Hipovolemik akibat Perdarahan ( Hemoragik )
a. Klasifikasi syok hemoragik
Pre syok ( compensated )
Terjadi apabila perdarahan kurang dari 15 % ( 750 ml )
volume darah. Pasien mengeluh pusing, takikardi ringan
dengan tekanan darah sistolik 90 – 100 mmHg,
Syok ringan ( compensated )
Terjadi apabila perdarahan 15 – 30 % ( 750 – 1500 )
volume darah. Timbul penurunan perfusi jaringan dan organ
non vital. Tidak terjadi perubahan kesadaran, volume urin
yang keluar normal atau sedikit berkurang, dan mungkin
( tidak selalu ) terjadi asidosis metabolik. Pasien juga akan
terlihat gelisah, berkeringat dingin, haus dan tekanan darah
sistolik 80 – 90 mmHg.
Syok sedang
Sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan
terhadap iskemia waktu singkat ( hati, usus, dan ginjal ).
Sudah timbul oligouria ( urin kurang dari 0,5 ml/kgBB/jam )
dan asisdosis metabolik, tetapi kesadaran masih baik, dan
tekanan darah sistolik antara 70 – 80 mmHg.
Syok berat
Perfusi didalam jaringan otak dan jantung sudah tidak
adekuat. Mekanisme kompensasi vasokontriksi pada organ
dan jantung. Sudah terjadi anuria dan penurunan kesadaran (
delirium, stupor, koma ) dan sudah ada gejala hipoksia
jantung ( EKG abnormal, curah jantung turun ). Perdarahan
masif > 40 % dari volume darah dapat menyebabkan henti
jantung. Pada stadium akhir tekanan darah cepat menurun
( sistolik 0 – 40 mmHg ) dan pasien menjadi koma, lalu
disusul nadi menjadi tidak teraba, megap – megap dan
akhirnya terjadi mati klinis ( nadi tidak teraba, apneu ).
Henti jantung karena syok hemoragik adalah disosiasi
elektromaknetik ( kompleks gelombang EKG masih ada,
tetapi tidak teraba denyut nadi ), fibrilasi ventrikel dapat
terjadi pada pasien dengan penyakit jantung.
BAB IV
KESIMPULAN
Syok adalah kondisi mengancam jiwa yang dapat terjadi saat tubuh tidak
mendapat aliran darah yang adekuat. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi
organ, oleh karena itu syok membutuhkan penanganan segera.
Secara umum penatalaksanaan syok adalah dengan cara memperbaiki perfusi
jaringan, mencari penyebab, mengatasi penyebab, mengatasi komplikasi dan
mempertimbangkan terpai lanjutan.
Terapi cairan resusitasi pada pasien syok hemoragik perlu mendapat perhatian
lebih serius untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Hal-hal yang
menjadi bahan pertimbangan:
Mengetahui stadium syok hipvolemik dan perubahan patofisiologi terkait
Deteksi dini compensated shock agar cairan bisa diberikan adekuat
Mengetahui berapa banyak cairan kristaloid/koloid diberikan
Indikasi transfusi darah
Bagaimana mengetahui keberhasilan resusitasi