PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari bahasa yunani yaitu glaukos yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Sedangkan glaukoma menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
glau.ko.ma bular hijau pada mata karena tekanan di dalam mata bertambah
tinggi akibat cairan bening kornea dan lensa mata.
Pada glaukoma akut dimana secara tiba tiba aliran aquos humor tertutup,
dapat menyebabkan rasa sakit yang berat karena tekanan bola mata yang tinggi
sehingga bisa disertai dengan gejala penglihatan turun, muntah, mata merah
dan mata bengkak. Hal ini merupakan keadaan darurat yang gawat. Dan dapat
berakhir dengan kebutaan.
1
1.2 Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Sudut Bilik Mata Depan, Aquos Humor dan
Aliran Aquos Humor
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata.
Bola mata terdiri dari konjungtiva, sklera, kornea, uvea, pupil, lensa, aquos
humor, sudut bilik mata depan, korpus vitreus, retina, dan saraf optik.
Pada glaukoma akut, terjadi penutupan aliran aquos humor yang berada
tepat pada sudut bilik mata depan. Pada sudut ini dibentuk leh pangkal iris.
trabekula, kanalis schelmm, badan siliaris, dan garis schwalbe dimana tempat
di produksi dan mengalirnya aquos humor.
3
Gambar 2.2 Sudut Bilik Mata Depan
Humor aquos diproduksi oleh badan siliar. Ultrafiltrat plasma yang dihasilkan
di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan prosesus
sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera okuli posterior, humor
aquos mengalir melalui pupil ke kamera okuli anterior lalu ke jalinan
trabekular di sudut kamera anterior (sekaligus, terjadi pertukaran diferensial
komponen – komponen dengan darah di iris), melalui jalinan trabekular ke
kanal schlemn menuju saluran kolektor, kemudian masuk kedalam pleksus
vena, ke jaringan sklera dan episklera juga ke dalam v.siliaris anterior di badan
siliar. Saluran yang mengandung cairan camera oculi anterior dapat dilihat di
daerah limbus dan subkonjungtiva, yang dinamakan aqueus veins.
4
2.2 Definisi Glaukoma akut
Faktor resiko glaukoma akut berupa ras, yaitu ras dengan keturunan cina
lebih beresiko menderita glaukoma akut. Selebihnya factor usia, penyakit
sistemik dan keturunan dari orang tua juga berpengaruh.
Gejala dan tanda dari glaukoma akut berupa tajam penglihatan yang
menurun tanpa diikuti kenaikan visus meskipun diberikan pin hole, mata
merah, bengkak, mata berair, kornea suram karena edema, bilik mata depan
dangkal dan pupil lebar dan tidak bereaksi terhadap sinar, diskus optikus
terlihat merah dan bengkak, tekanan intra okuler meningkat hingga terjadi
kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea, dibuktikan dengan
6
tonometri schiotz ataupun teknik palpasi (tidak dianjurkan karena terlalu
subjektif), melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri hebat periorbita,
pusing, bahkan mual-muntah. Apabila tidak ditangani dalam kurun waku 24
jam, akan mengakibatkan kebutaan primer.
Inspeksi:
Mata merah
Injeksi pericorneal
Kornea oedem
Pupil sedikit melebar dan tidak bereaksi terhadap sinar
Palpasi:
Tekanan Intra Okuler meningkat
Tajam Penglihantan
Visus sangat menurun
Tonometri Schiotz
Tekanan Intra Okuler >20 mmhg
7
Oftalomoskop
Cup:Disc = >0.7
8
Pemeriksaan Lapang Pandang
Lapang pandang menyempit
9
Konjungtivitis akut, nyerinya ringan atau tidak ada dan tidak terdapat
gangguan penglihatan. Terdapat sekret mata dan konjungtiva yang meradang
hebat tetapi tidak terdapat injeksi siliaris. Respon pupil dan tekanan intraokular
normal, dan kornea jernih.
2.10 Tatalaksana
A. Medikamentosa
1. Mengurangi masuknya aquos humor ke dalam mata
Beta Blokers: Timolol, larutan 0.25%, 0.5%, gel 0.25%, 0.5% 1-2X/hari, 12-24
jam
Karbonik anhidrase inhibitor sistemik :Acetazolamide 250 mg tablet, 0.5-4
tablet/ hari, 6-12 jam
2. Meningkatkan pengeluaran aquos humor dari mata melalui trabekulum
Miotika: pilocarpine larutan 0.5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6% 1-2X/hari, 4-12jam
Adrenergik: dipivefirine larutan 0.1% 2X/hari, 12-18 jam
3. Meningkatkan pengeluaran aquos humor melalui uveo sclera yang tidak
umum
Lipid receptor agonist: latanoprost 0.005% 1X/hari 24-36 jam
4. Dua jalur pengaliran aquos dimana penghambatan masuk dan meningkatkan
keluarnya aquos uveosklera
Alpha agonis: Brimonidine 0.2% 8-12 jam
5. Gabungan tetap
Timolol/dorzolamide 0.5%/2%, 2X/hari, 12 jam
6. Neuroprotektor
Anti radikal bebas
Obat anti eksitotoksik
Anti apoptosis
Obat anti radang
Factor neurotrofik
10
Metal ion chelators
Ion channel modulators
Terapi gen
7. Obat lainnya
Hiperosmotik: manitol dangliserol
B. Pembedahan
Laser trabekuloplasti
Trabekulektomi
Siklodestruksi
iridektomi
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh
meningkatnya tekanan intra okuler yang kerusakan saraf optik dan
penyempitan lapang pandang. Glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan
intraokuler yang dapat disebabkan oleh bertambahnya produksi humor akueus
oleh badan siliar ataupun berkurangnya pengeluaran humor akueus di daerah
sudut bilik mata atau di celah pupil.
Glaukoma akut terjadi karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular
dan menghambat humor aquos mengalir ke saluran schlemm. Peningkatan
tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina
di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Jika tidak diobati dalam kurun waktu 24 jam
glaukoma akut pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Gejala dan tanda dari glaukoma akut berupa tajam penglihatan yang
menurun tanpa diikuti kenaikan visus meskipun diberikan pin hole, mata
merah, bengkak, mata berair, kornea suram karena edema, bilik mata depan
dangkal dan pupil lebar dan tidak bereaksi terhadap sinar, diskus optikus
terlihat merah dan bengkak, tekanan intra okuler meningkat hingga terjadi
kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea, dibuktikan dengan
tonometri schiotz ataupun teknik palpasi (tidak dianjurkan karena terlalu
subjektif), melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri hebat periorbita,
pusing, bahkan mual-muntah.
Pengobatannya berupa Beta bloker (timolol, betaxolol),
Parasimpatomimetik /miotikum (pilokarpin, carbachol), Carbonic anhydrase
12
inhibitor (acetazolamide), Alpha-2 adrenergicagonist (brimonidine) dan
Neuroprotektif
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG, Asbury
2. Lang, GK. Ophthalmology. Germany. 2015
3. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi. Ed 12. EMS: Jakarta. 2013
4. Gondowihardjo T, Simanjuntak G. editor. Glaukoma Akut dalam Panduan Manajemen
Klinis Perdami. PP Perdami: Jakarta. 2006
5. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5 ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2014
14