Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR PENYAKIT

PNEUMONIA

1. Definisi
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, jamur atau parasit, dan kimia atau bahkan
cedera fisik ke paru-paru. Radang paru-paru yang biasanya disebabkan oleh bakteri
streptococcus dan mycoplasma pneumoniae. Pneumonia ditandai dengan radang paru-
paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya
bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda asing (News
Medical, 2012).

2. Epidemiologi
Pneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab
utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian
terjadi pada periode baru lahir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan
bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan oleh pneumonia. Lebih dari
dua juta anak di bawah lima tahun meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga
memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta kejadian pneumonia disebabkan oleh
bakteri Streptococcus pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di
negara-negara berkembang. Kematian akibat pneumonia umumnya menurun sesuai
dengan usia sampai dewasa akhir, sedangnkan untuk lansia berada pada risiko tertentu
untuk pneumonia (News Medical, 2012).

3. Penyebab / factor predisposisi


Pneumonia dapat disebabkan oleh mikroorganisme, iritasi dan penyebab yang
tidak diketahui. Penyebab paling umum pneumonia adalah virus dan bakteri, diikuti oleh
jamur dan parasit. Pneumonia juga dapat dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit
yang lain terutama penyakit yang terjadi secara kronis.
Berikut adalah penyebab pneumonia antara lain:
1) Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2) Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.

3) Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.

4) Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi (News Medical, 2012).

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia


 Umur dibawah 2 bulan
 Tingkat sosio ekonomi rendah
 Gizi kurang
 Berat badan lahir rendah
 Tingkat pendidikan ibu rendah
 Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
 Kepadatan tempat tinggal
 Imunisasi yang tidak memadai
 Menderita penyakit kronis

4. Patologi / patofisiologi terjadinya penyakit


Bakteri penyebab pneumonia ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah
mulut dan tenggorokkan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah
mengikuti aliran darah sampai ke paru-paru bahkan hingga selaput otak. Akibatnya
timbul timbul peradangan pada paru dan daerah selaput otak. Lokasi invasi dapat
mengenai satu atau kedua paru. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran
kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli,
fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan
jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi
paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk
melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga
paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan
frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas.

5. Klasifikasi penyakit
Pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia berdasarkan penyebab
dan pneumonia berdasarkan anatomic.
 Pneumonia Berdasarkan Penyebab :
1. Pneumonia bakteri.
2. Pneumonia virus.
3. Pneumonia Jamur.
4. Pneumonia aspirasi.
5. Pneumonia hipostatik.
 Pneumonia berdasarkan anatomic :
1. Pneumonia lobaris : radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh
lobus paru-paru.
2. Pneumonia lobularis (bronchopneumonia) : radang pada paru-paru yang
mengenai satu/beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-
bercak infiltrate.
3. Pneumonia interstitialis (bronkhiolitis) : radang pada dinding alveoli
(interstitium) dan peribronkhial dan jaringan interlobular.

Sedangkan menurut buku Pneumonia Komuniti, Pedoman Diagnosis dan


Penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.
 Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
1. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
2. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial
pneumonia).
3. Pneumonia aspirasi.
4. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
 Selain itu juga diklafikasikan berdasarkan bakteri penyebab :
1. Pnemonia Bakterial/tipikal : dapat terjadi pada semua usia yang disebabkan
oleh bakteri pnemokokus dan biasanya lebih sering terkena pada orang yang
memiliki imun rendah
2. Pnemonia lobaris : terjadi pada satu lobus
3. Pnemonia bronkopnemonia : terjadi bercak-bercak pada lobus paru-paru

6. Gejala klinis
 Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
 Gejala khas :

a. Sianosis pada mulut dan hidung.


b. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
c. Gelisah, cepat lelah.
 Batuk mula-mula kering produktif.
 Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
 Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.
 Foto thorak = bercak infiltrate pada satu lobus/beberapa lobus.

7. Pemeriksaan fisik
Tambahan Keadaan umum : TTV, kesadaran, head to toe
 Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH, Adanya
tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk : Non produktif –
produktif, Nyeri dada
 Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat
disisi yang sakit, Hati mungkin membesar
 Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.
 Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.

8. Pemeriksaan diagnostic / penunjang


Pemeriksaan diagnostic :
 Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering
virus). Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
 GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada
 Pemeriksaan darah.
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya
jumlah netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000-40.000/m dengan pergeseran
LED meninggi.
 LED meningkat.
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan
komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat,
aspirasi biopsy jaringan paru

 Rontegen dada
Ketidak normalan mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya
konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
 Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik,
atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri
dan virus.
Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung,
biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini
tidak rutin dilakukan karena sukar.
 Tes fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan nafas
mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan
(hipokemia)
 Elektrolit
Natruim dan klorida mungkin rendah.
 Aspirasi perkutan0biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV),
karakteristik sel raksasa (rubeolla).

9. Therapy / tindakan penanganan


 Pemberian antibiotik per-oral/melalui infus.
 Pemberian oksigen tambahan
 Pemberian cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
 Antibiotik sesuai dengan program
 Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik
 Cairan, kalori dan elektrolit glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl
10 mEq/500 ml cairan infuse.
 Obat-obatan :
- Antibiotika berdasarkan etiologi.
- Kortikosteroid bila banyak lender.
 Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500
mg sehari atau Tetrassiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan
mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat
sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer
seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang
mempunyai spektrum sempit.

10. Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat, mortalitas dapat diturunkan sampai
1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

11. Komplikasi
Bila tidak ditangani secara tepat, akan mengakibatkan komplikasi dari pneumonia /
bronchopneumonia adalah :
 Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
 Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi
bronkus oleh penumukan sekresi
 Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
 Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
 Delirium terjadi karena hipoksia
 Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin
 Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
 Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh
informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana
asuhan keperawatan pasien.
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif
atau GCS dan respon verbal pasien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
 Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi,
dan kondisi patologis.
 Pulse rate
 Respiratory rate
 Suhu
Pola Pengkajian Gordon
1) Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengkajian meliputi kebiasaan pasien terhadap pemeliharaan kesehatan baik sebelum
atau sesudah sakit. Misalnya : penanganan yang dilakukan ketika gejala timbul serta
pandangan pasien tentang penyakitnya.
2) Nutrisi / Metabolik
Biasanya muncul mual, muntah bahkan tidak nafsu makan (nafsu makan menurun),
pada awal-awal biasanya ada peningkatan suhu mendadak.
3) Eliminasi
Jika kuman masuk sampai sistem pencernaan akan berakibat peningkatan motilitas
usus sehingga tidak jarang kalau muncul diare.
4) Aktivitas dan Latihan
Biasanya lemah, ada dispnea, dan penurunan toleransi terhadap aktivitas.
5) Persepsi, Sensori, Kognitif
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi penglihatan,
pendengaran, perasa, pembau dan kompensasi terhadap tubuhnya. Sedangkan kognitif
didalamnya mengandung kemampuan daya inngat pasien terhadap peristiwa lama dan
baru terjadi.
Bisa muncul nyeri dada substermal jika diawali influenza kadang muncul nyeri
kepala, nyeri dada substermal akan terasa jika batuk.
6) Tidur dan Istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi tentang tingkat energy. Jumlah jam
tidur siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia, penggunaan obat.
Biasanya istirahat tidur berkurang, bisa terjadi karena batuk.
7) Konsep Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan peran,
harga diri, identitas, adanya kecemasan.
8) Peran dan Hubungan
Menggambarkan hubungan klien dengan anggota keluarga dan masyarakat tempat
tinggal klien, pekerjaan, tingkah laku, dan masalah keuangan.
9) Seksual dan Reproduksi
10) Menggambarkan kepuasan atau masalah yag actual atau dirasakan dengan seksualitas.
11) Koping Stres dan Adaptasi
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan sistem
pendukung.
12) Nilai dan Kepercayaan
13) Menggambarkan pola nilai keyakinan termasuk spiritual. Menerangkan sikap dan
keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluknya dan konsekwensinya.

Pemeriksaan Fisik
Pada penderita pneumonia hassil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul, yaitu :
a. Keadaan umum : bisa terlihat kelelahan maupun sesak
b. Kesadaran : bisa sampai somnolen
Tanda-tanda vital :
a) TD bisa normal atau hipotensi
b) Nadi meningkat
c) Suhu meningkat
d) RR meningkat
c. Kepala : tidak ada kelainan
d. Mata : konjungtiva bisa anemis
e. Hidung : jika sessak akan terlihat nafas cuping hidung
f. Paru :
Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya satu sisi
paru, ada penggunaan otot bantu nafas dan retraksi
Palpasi : pengembangan paru tidak sama pada area konsolidasi, SF bisa
meningkat jika terjadi konsolidasi pada kedua sisi.
Perkusi : bunyi redup pada area konsolidasi
Auskultasi : bunyi nafas berkurang, bisa terdengar krakels dan RBH.
g. Jantung : jika tidak ada kelainan pada jantung, pemeriksaan jantung
tidak ada kelemahan
h. Ekstremitas : pada ekstremitas bisa terlihat sianosis, turgor kurang jika
terjadi dehidrasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
ditandai dengan dispnea, batuk yang tidak efektif, sputum dalam jumlah yang
berlebihan.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-kapiler
ditandai dengan pH darah arteri abnormal, dispnea.
3) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan, hiperventilasi ditandai
dengan perubahan kedalaman pernapasan, dispnea, pernapasan cuping hidung,
pernapasan bibir, penggunan otot aksesorius untuk bernapas.
4) Hipertermi berhubungan dengan penyakit, peningkatan laju metabolisme ditandai
dengan peningkatan suhu diatas kisaran normal, kulit terasa hangat, kulit kemerahan.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan ketidaknyamanan setelah beraktivitas, dispnea
setelah beraktivitas.
6) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu
tubuh.
3. RENCANA INTERVENSI

Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Ketidakefekti Setelah diberikan asuhan NIC Label: Airway Management: NIC Label: Airway Management:
fan bersihan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Ausk 1. Bunyi ronchi menandakan terdapat
jalan nafas diharapkan bersihan jalan napas ultasi bunyi napas tambahan; ronchi, penumpukan sekret atau sekret
berhubungan efektif, dengan kriteria hasil: wheezing. berlebih di jalan napas.
2. Posisi memaksimalkan ekspansi paru
dengan NOC Label >> Respiratory
dan menurunkan upaya pernapasan.
sekresi yang Status: Airway Patency 2. Berik
3. Mencegah obstruksi atau aspirasi.
tertahan 1. Frekuensi pernapasan dalam an posisi yang nyaman untuk
Penghisapan dapat diperlukan bia
ditandai batas normal (16-20x/menit) mengurangi dispnea.
pasien tak mampu mengeluarkan
dengan 2. Irama pernapasan normal 3. Bersi
sekret sendiri.
dispnea, 3. Kedalaman pernapasan hkan sekret dari mulut dan trakea; 4. Memaksimalkan pengeluaran
batuk yang normal lakukan penghisapan sesuai sputum.
5. Membantu mempermudah
tidak efektif, 4. Mampu mengeluarkan sputum keperluan.
pengeluaran sekret.
sputum secara efektif
6. Mengoptimalkan keseimbangan
dalam jumlah 5. Tidak ada akumulasi sputum 4. Bantu
cairan dan membantu mengencerkan
yang pasien untuk batuk dan napas dalam.
sekret sehingga mudah dikeluarkan.
berlebihan. 5. Ajark 7. Meringankan kerja paru untuk
an batuk efektif. memenuhi kebutuhan oksigen.
8. Bronkodilator meningkatkan ukuran
lumen percabangan trakeobronkial
6. Anjur
kan asupan cairan adekuat. sehingga menurunkan tahanan
terhadap aliran udara.

7. Kola
borasi pemberian oksigen.

8. Kola
borasi pemberian broncodilator sesuai
indikasi.

2 Gangguan Setelah diberikan asuhan NIC Label: Respiratory Monitoring NIC Label: Respiratory Monitoring
pertukaran keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama 1. Mengetahui karakteristik napas
gas diharapkan gangguan pertukaran dan usaha respirasi. pasien
2. Catat pergerakan dada,amati 2. Penggunaan otot bantu pernapasan
berhubungan gas dapat diatasi dengan kriteria
kesimetrisan, penggunaan otot menandakan perburukan kondisi
dengan hasil:
NOC Label: Respiratory Status: tambahan, retraksi otot pasien.
perubahan
Gas Exchange supraclavicular dan intercostal
membrane 3. Mengetahui status oksigenasi pasien.
1. Mendemonstrasikan 3. Pantau hasil AGD
alveolar-
peningkatan ventilasi dan 4. Mencegah memperbaiki hipoksemia
4. Kolaborasi : Berikan O2 sesuai
kapiler
oksigenasi yang adekuat dan gagal pernapasan.
indikasi dengan masker, kanula atau
ditandai 2. Tidak ada sianosis dan
ventilasi mekanik.
dengan pH dyspneu (mampu bernapas
darah arteri dengan mudah)
3. RR dbn (16-20 x/menit)
abnormal,
4. Hasil AGD dbn
dispnea,
gelisah.
3 Ketidakefekti Setelah diberikan asuhan NIC Label: Respiratory Monitoring NIC Label: Respiratory Monitoring
fan pola keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Pantau RR, irama dan kedalaman 1. Ketidakefektifan pola napas dapat
napas diharapkan pola napas efektif pernapasan dilihat dari peningkatan atau
berhubungan dengan kriteria hasil: penurunan RR, serta perubahan
dengan NOC Label: Respiratory Status: dalam irama dan kedalaman
keletihan, Ventilation pernapasan
hiperventilasi 1. Kedalaman pernapasan 2. Pantau adanya penggunaan otot bantu 2. Penggunaan otot bantu pernapasan
ditandai normal pernapasan dan retraksi dinding dada dan retraksi dinding dada
dengan 2. Tidak tampak penggunaan menunjukkan terjadi gangguan
perubahan otot bantu pernapasan ekspansi paru
kedalaman 3. Tidak tampak retraksi dinding NIC Label: Ventilation Assitance NIC Label: Ventilation Assitance
pernapasan, dada 3. Berikan posisi semifowler 3. Posisi semifowler dapat membantu
dispnea, NOC Label: Vital Signs meningkatkan toleransi tubuh untuk
pernapasan 1. Frekuensi pernapasan dalam inspirasi dan ekspirasi
4. Pantau status pernapasan dan oksigen
4. Kelainan status pernapasan dan
cuping batas normal (16-20x/menit)
perubahan saturasi O2 dapat
hidung,
menentukan indikasi terapi
5. Berikan dan pertahankan masukan
5. Pemberian oksigen sesuai indikasi
oksigen sesuai indikasi
diperlukan untuk mempertahankan
masukan O2 saat mengalami
perubahan status respirasi
Hipertermi Setelah diberikan asuhan NIC Label: Fever Treatment NIC Label: Fever Treatment
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor suhu tubuh, tekanan darah, 1. Peningkatan suhu menunjukkan
dengan diharapkan suhu tubuh normal, denyut nadi, dan respirasi rate secara proses penyakit infeksius akut.
penyakit, dengan kriteria hasil: berkala. Menggigil sering mendahului puncak
peningkatan NOC Label: Thermoregulation suhu.
laju 1. Suhu tubuh pasien normal 2. Berikan kompres hangat. 2. Membuat vasodilatasi pembuluh
metabolisme (36-37±0,5˚C) darah sehingga dapat membantu
4
ditandai 2. Melaporkan rasa nyaman mengurangi demam.
dengan 3. Tidak menggigil 3. Anjurkan pasien untuk 3. Untuk mencegah dehidrasi akibat
peningkatan NOC Label: Vital Signs mempertahankan asupan cairan penguapan cairan karena suhu tubuh
suhu diatas 1. Suhu : 36-37±0,5˚C adekuat. yang tinggi.
kisaran 2. Nadi: 60-100x/menit 4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik 4. Digunakan untuk mengurangi
normal. 3. RR: 16-20 x/menit sesuai indikasi. demam dengan aksi sentralnya pada
4. TD: 120/80 mmHg hipotalamus.
5 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan NIC Label: Fluid management: NIC Label: Fluid management:
volume keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitoring status hidrasi (kelembaban 1. Indicator
cairan diharapkan kebutuhan volume membran mukosa, nadi yang adekuat) langsung keadekuatan volume
berhubungan cairan pasien terpenuhi dengan secara tepat cairan, meskipun membrane mukosa
dengan kriteria hasil : mulut mungkin kering karena nafas
kehilangan NOC Label:Hydrasi: 2. Atur catatan intake dan output cairan mulut dan oksigen tambahan.
2. Memberik
cairan aktif 1. Turgor kulit kembali normal secara akurat
2. Membrane mukosa tampak an informasi tentang keadekuatan
ditandai
3. Beri cairan yang sesuai
lembab cairan dan kebutuhan penggantian.
dengan
3. Intake cairan yang adekuat 3. Untuk
penurunan 4. Tidak terdapat diare NIC Label: Fluid monitoring:
memenuhi kebutuhan cairan yang
turgor kulit, NOC Label Fluid balance: 4. Identifikasi faktor risiko
diperlukan klien.
memebran 1. Nadi normal ketidakseimbangan cairan (hipertermi,
NIC Label: Fluid monitoring:
2. Intake dan output cairan
mukosa infeksi, muntah dan diare)
4. Untuk memantau dan mencegah
seimbang dalam sehari 5. Monitoring tekanan darah, nadi dan
kering, dan
terjadinya dehidrasi pada klien.
RR
peningkatan
NIC Label: IV teraphy:
5. Untuk mengetahui keadaan umum
suhu tubuh. 6. Lakukan 5 benar pemberian terapi
klien.
infus (benar obat, dosis, pasien, rute,
NIC Label: IV teraphy:
frekuensi) 6. Mencegah terjadinya keselahan
7. Monitoring tetesan dan tempat IV
dalam pemberian terapi.
selama pemberian 7. Untuk mencegah terjadinya
kekurangan atau kelebihan cairan
pada klien.
6 Intoleransi Setelah diberikan asuhan NIC label: Activity Therapy NIC label Activity Therapy
aktivitas keperawatan 3x24 jam, 1. Kaji respon emosi, psikologi, sosial 1. Untuk mengetahui pengaruh dari
berhubungan diharapkan pasien dapat dan spiritual terhadap aktivitas respon emosi, psikologi, sosial dan
dengan mentoleransi aktivitas yang biasa spiritual terhadap aktivitas pasien.
2. Penggunaan teknik relaksasi
2. Teknik relaksasi dapat membantu
ketidakseimb dilakukan dengan kriteria hasil:
(misalnya distraksi, visualisasi)
merelakskan otot diafragma
angan antara NOC Label: Activity Tolerance selama beraktivitas sehingga sesak yang dirasakan saat
suplai dan 1. Kemampuan bernapas pada beraktivitas dapat berkurang.
kebutuhan saat beraktifitas NIC label: Energi Management NIC label: Energi Management
NOC Label: Cardiopulmonary
oksigen 3. Pantau respon Kardiorespirasi 3. Untuk memantau tingkat intoleransi
status
ditandai terhadap aktivitas (misalnya klien terhadap aktivitas yang
1. Tidak ada Dispnea saat
dengan takikardia, disritmia lainnya, dispnea, dilakukan.
aktivitas ringan
ketidaknyam diaforesis, pucat, tekanan
NOC Label: Energy conservation
anan setelah hemodinamik, dan laju pernafasan) 4. Untuk mencegah terjadinya sesak
2. Keseimbangan antara
beraktivitas, 4. Instruksikan pasien / signifikan pada klien.
aktivitas dan istirahat
dispnea 3. Tingkat daya tahan kuat lainnya untuk mengenali tanda dan
setelah untuk beraktivitas gejala kelelahan yang membutuhkan 5. Pengaturan aktivitas pada klien
4. Menyadari keterbatasan
beraktivitas. penurunan aktivitas diperlukan untuk mencegah
energi
5. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas kelelahan dan sesak pada klien.
dan teknik manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2008

Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004. Nursing Interventions Classification


(NIC).Missouri : Mosby

Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby

Nanda. 2012. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

News Medical, 2012. Pneumonia

http://www.news-medical.net/health/Pneumonia-(Indonesian).aspx (Akses: 17 Juli


2016)

Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta: Infomedika;2008

Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2009

Wong and Whaley. ( 2007 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia:

Anda mungkin juga menyukai

  • Audit Arina
    Audit Arina
    Dokumen3 halaman
    Audit Arina
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Ak Hotel Print
    Ak Hotel Print
    Dokumen8 halaman
    Ak Hotel Print
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen6 halaman
    Bab 1
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Sap 4
    Sap 4
    Dokumen10 halaman
    Sap 4
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Sap 4
    Sap 4
    Dokumen10 halaman
    Sap 4
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Sap 4
    Sap 4
    Dokumen10 halaman
    Sap 4
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Sap 4
    Sap 4
    Dokumen10 halaman
    Sap 4
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Akuntansi Dan Lingkungannnya
    Akuntansi Dan Lingkungannnya
    Dokumen5 halaman
    Akuntansi Dan Lingkungannnya
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Tugas Satria Waskiti
    Tugas Satria Waskiti
    Dokumen7 halaman
    Tugas Satria Waskiti
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Isi Pajak
    Isi Pajak
    Dokumen11 halaman
    Isi Pajak
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • PPPPPPPPPPPP
    PPPPPPPPPPPP
    Dokumen1 halaman
    PPPPPPPPPPPP
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Bisnis
    Bisnis
    Dokumen3 halaman
    Bisnis
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Sap 56
    Sap 56
    Dokumen13 halaman
    Sap 56
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • CG
    CG
    Dokumen10 halaman
    CG
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • LP Perforasi Gaster2
    LP Perforasi Gaster2
    Dokumen12 halaman
    LP Perforasi Gaster2
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • 5 Untuk Satria
    5 Untuk Satria
    Dokumen2 halaman
    5 Untuk Satria
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • 11 Permohonan Sebagai MC
    11 Permohonan Sebagai MC
    Dokumen3 halaman
    11 Permohonan Sebagai MC
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Fenomena Keperawatan Pada Sistem Muskuloskeletal
    Fenomena Keperawatan Pada Sistem Muskuloskeletal
    Dokumen4 halaman
    Fenomena Keperawatan Pada Sistem Muskuloskeletal
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Artikel 3
    Artikel 3
    Dokumen2 halaman
    Artikel 3
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kitik
    Tugas Kitik
    Dokumen2 halaman
    Tugas Kitik
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Pelaksanaan Mobiliasi Pasien Post Operasi OREF Atau ORIF
    Pelaksanaan Mobiliasi Pasien Post Operasi OREF Atau ORIF
    Dokumen4 halaman
    Pelaksanaan Mobiliasi Pasien Post Operasi OREF Atau ORIF
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Artikel 2
    Artikel 2
    Dokumen2 halaman
    Artikel 2
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kitik
    Tugas Kitik
    Dokumen2 halaman
    Tugas Kitik
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Curriculum Vitae
    Curriculum Vitae
    Dokumen1 halaman
    Curriculum Vitae
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Renpra Psikososial
    Renpra Psikososial
    Dokumen7 halaman
    Renpra Psikososial
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • AKUN
    AKUN
    Dokumen2 halaman
    AKUN
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Log Book Profesi Ners Anak 2016
    Log Book Profesi Ners Anak 2016
    Dokumen17 halaman
    Log Book Profesi Ners Anak 2016
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Intensif
    Jadwal Intensif
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Intensif
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat
  • 5 Untuk Satria
    5 Untuk Satria
    Dokumen2 halaman
    5 Untuk Satria
    SatriaWaskita
    Belum ada peringkat