Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok

orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Syah,

2016). Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah

dengan memperbaiki sistem kurikulum. Beberapa tahun sebelumnya kurikulum yang digunakan

adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimana kegiatan pembelajaran didominasi

oleh guru atau guru sebagai teacher center. Peserta didik hanya dijelali dengan konsep materi,

mencatat, dan menghafal, sehingga keterampilan berfikir peserta didik tidak berkembang, kurang

termotivasi, kurang antusias (pasif) dan cepat merasa bosan dalam proses pembelajaran, dan kini

sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

diubah menjadi kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi oleh karena itu pengembangan

kurikulum diarahkan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dari SKL (Warso, 2014).

Penyempurnaan kurikulum 2013 terus dilakukan, hingga tahun 2016 dikenal dengan nama

Kurikulum Nasional. Pada Kurikulum Nasional, standar penilaian pendidikan diatur dalam

Permendikbud No 23 Tahun 2016. Dimana penilaian hasil belajar peserta didik secara

berkesinambungan yaitu meliputi aspek atau ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan (Farida,

2017).

Pelaksanaan pembelajaran saat ini harus mengalami perubahan, dimana peserta didik

tidak boleh dianggap objek pembelajaran semata, tetapi harus diberi peran aktif serta menjadi

mitra dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik bertindak sebagai agen pembelajaran

yang aktif sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif. Situasi dan

proses belajar yang pasif tidak akan mampu mengembangkan keterampilan peserta didik untuk

berpikir konstruktivis dalam membangun ide dan konsep, sehingga mengakibatkan kurangnya
aktivitas dan kreativitas peserta didik. Kondisi tersebut dapat menyebabkan peserta didik

menjadi pasif karena mereka cenderung hanya menghafal, akibatnya peserta didik hanya pandai

secara teoritis tetapi lemah dalam aplikasi. Oleh karena itu, peserta didik perlu dibiasakan

mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman langsung dalam pemecahan masalah.

Anda mungkin juga menyukai