*Sri Wahyuni
**Uswatun Hasanah
sriwahyunisyam@gmail.com
Hasil observasi awal yang telah di tiga kelas. Pada kelas A berjumlah 33
lakukan dengan mewawancarai guru mata siswa, kelas B berjumlah 33 siswa dan
pelajaran biologi di MTs IT Al-Ittihadyah kelas C berjumlah 25 siswa. Sampel dalam
menunjukkan bahwa proses pembelajaran penelitian ini adalah dua kelas yang terdiri
dikelas masih menggunakan model dari kelas VII.A dan VII.B.Maka jumlah
konvensional. Siswa tidak banyak aktif sampel pada penelitian ini adalah 66 siswa,
dalam merespon materi yang disampaikan dalam melaksanakan penerapan dua model
oleh guru. Sebagian siswa lebih memilih pembelajaran yang berbeda di dalam dua
bercerita karena suasana kelas terasa kelas yang masing-masing kelas berjumlah
sedikit membosankan, sehingga siswa 33 orang siswa.Parameter penelitian ini
tidak termotivasi untuk berperan aktif adalah penguasaan konsep siswa, aktivitas
selama proses pembelajaran. Hal ini guru danaktivitas siswa. Pengumpulan data
menyebabkan sebagian siswa tidak dapat dalam penelitian ini dilakukan dengan
menguasai materi yang disampaikan oleh memberikan pretestsebelum perlakuan,
guru diakhir pembelajaran. kemudian pemberian posttest setelah
Berdasarkan latar belakang diatas, diberi perlakuan serta melalui observasi
maka telah dilakukan penelitian dengan aktivitas guru dan siswa pada saat
judul perbandingan penguasaan konsep pembelajaran sistem organisasi kehidupan.
antara siswa yang belajar menggunakan Data yang diperoleh yaitu berupa
discovery learning dengan guided inquiri kuantitatif dari hasil pretest dan posttest
pada materi sistem organisasi kehidupan di dianalisis dengan uji beda rerata
kelas VII MTs IT Al-Ittihadyah Pekanbaru menggunakan uji-t untuk parametrik jika
tahun ajaran 2016/2017. data berdistribusi normal atau
homogenitas, atau U Mann Whitney untuk
non parametrik jika data tidak berdistribusi
METODE PENELITIAN normal atau tidak homogen. Data kualitatif
Penelitian ini telah dilaksanakan berupa observasi kegiatan guru dan siswa
pada bulan November-Desember tahun dianalisis secara kualitatif untuk melihat
2016 di kelas VIIMTs IT Al-Ittihadyah kegiatan selama proses belajar mengajar
Pekanbaru tahun ajaran 2016/2017. dikelas.
Penelitian ini merupakan weak eksperimen
pretest-posttest control group design. HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi pada penelitian ini adalah Hasil
seluruh siswa kelas VII yang berjumlah Analisis data pretest
86
Hasil analisis data pretest adalah dapat dilihat dari rerata nilai pretest pada
nilai minimum pretest kelas discovery kelas discovery learning adalah 46.97 dan
learning lebih tinggi dibandingkan kelas kelas guided inquiri adalah 44.95 yang
guided inquiri yaitu 30.00 dan 26.67 menunjukkan rerata nilai pretest kelas
dengan nilai ideal yaitu 100. Jumlah siswa discovery learning dan kelas guided
pada kelas discovery learning adalah 33 inquiri tidak terdapat perbedaan yang
siswa dan kelas guided inquiri 33 siswa. signifikan, dikarenakan siswa belum
Nilai maksimum pretest kelas discovery mempelajari materi sistem organisasi
learning lebih tinggi dibandingkan kelas kehidupan. Hasil penelitian ini sesuai
guided inquiri yaitu 73.33 dan 66.67 dengan kesimpulan pintrich dalam Astuti
dengan nilai ideal yaitu 100. Jumlah siswa (2011) yang mengatakan bahwa
pada kelas discovery learning adalah 33 pengetahuan awal yang tidak akurat dapat
siswa dan kelas guided inquiri 33 siswa. menghalang perkembangan siswa dan
Hasil belajar pretest jika dilihat dari rerata kekurangan pengetahuan awal tidak
kelas discovery learning adalah 46.97 memungkinkan-nya untuk maju.Ini
sedangkan pada kelas guided inquiri menegaskan bahwa pengetahuan awal
adalah 44.95. siswa sangat penting dibangun tidak hanya
Berdasarkan data pretest yang telah oleh siswa sendiri, tetapi juga oleh guru.
dianalisis diketahui bahwa data
berdistribusi normal dan homogen. Analisis data posttest
Keputusan untuk melakukan uji lanjutan Hasil analisis data posttest adalah
yaitu uji-t Independent 2 Samples. Uji-t ini nilai minimum posttest kelas discovery
berfungsi untuk mengetahui data pretest learning lebih tinggi dibandingkan kelas
kelas kontrol dan kelas eksperimen guided inquiri yaitu 53.33 dan 43.33
berbeda signifikan atau tidak. Hasil dengan nilai ideal yaitu 100. Jumlah siswa
perhitungan uji-t yang diperoleh, nilai Sig. pada kelas discovery learning adalah 33
(2-tailed) untuk data pretest kelas siswa dan kelas guided inquiri 33 siswa.
discovery learning dan kelas guided Nilai maksimum posttest kelas discovery
inquiri adalah 0.429 > 0.05 dengan learning lebih tinggi dibandingkan kelas
keputusan terima H0 yang menunjukkan guided inquiri yaitu 93.33 dan 83.33
bahwa siswa pada kelas discovery learning dengan nilai ideal yaitu 100. Jumlah siswa
dan guided inquiri pada materi sistem pada kelas discovery learning adalah 33
organisasi kehidupan mempunyai siswa dan kelas guided inquiri 33 siswa.
pengetahuan awal yang sama. Hal ini Hasil belajar posttest jika dilihat dari rerata
87
kelas discovery learning adalah 74.24 inquiri setelah diajarkan materi sistem
sedangkan pada kelas guided inquiri organisasi kehidupan mempunyai
adalah 59.70. penguasaan konsepyang berbeda.
Hasil uji-t posttest diperoleh nilai Perbandingan Nilai Pretest-Posttest
Sig. (2-tailed) pada output t-test rerata kelas discovery learning dan
adalah0.000 < 0.05 dengan keputusan guided inquiri dapat dilihat pada Gambar
tolak H0 yang menunjukkan bahwa siswa di bawah ini :
pada kelas discovery learning dan guided
100
90
80 74.24
70
59,7
60
30
20
10
0
Discovery Learning Guided Inquiri
Gambar Perbandingan Nilai Pretest -Posttest rerata kelas discovery learning dan guided
inquiri
Tabel
Rekapitulasi Hasil N-Gain
Nilai
No Kelas n Rerata
Ideal Minimum Maksimum
1 Discovery Learning 33 1 0.17 0.83 0.51
Hasil analisis data N-Gain adalah discovery learning adalah 33 siswa dan
nilai minimum N-Gain kelas discovery kelas guided inquiri 33 siswa. Rerata kelas
learning lebih tinggi dibandingkan kelas discovery leaning adalah 0.51 sedangkan
guided inquiri yaitu 0.17 dan -0.07 pada kelas guided inquiri adalah 0.26 jadi
dengan nilai ideal yaitu 100. Jumlah siswa dapat dikatakan bahwa N-Gain kelas
pada kelas discovery learning adalah 33 discovery learning lebih tinggi
siswa dan kelas guided inquiri 33 siswa. dibandingkan kelas guided inquiri.
Nilai maksimum N-Gain kelas discovery Perbandingan data N-Gain persiswa pada
learning lebih tinggi dari kelas guided kelas discovery learning dan guided
inquiri yaitu 0.83 dan 0.62 dengan nilai inquiri dengan digram garis dapat dilihat
ideal yaitu 100. Jumlah siswa pada kelas pada Gambar di bawah ini :
1
0.8 0.83
0.72 0.7 0.73 0.75
0.65 0.67
0.6 0.59 0.6 0.6 0.60.57 0.63
0.62 0.59 0.56
0.55 0.56 0.55
0.53
0.52 0.52 0.5 0.52
0.47 0.47 Discovery Learning
0.4 0.40.37 0.43 0.42 0.44
0.44
0.4
0.38 0.37 Guided Inquiri
0.33
0.33 0.33 0.33 0.32
0.30.28
0.26 0.23 0.29
0.25
0.22 0.25
0.2 0.2 0.2 0.2 0.19
0.18 0.21
0.17
0.13
0.13 0.12
0.1 0.13
0.06
0 0 0 0
1 3-0.075 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33
-0.2
Gambar Perbandingan N-Gain per siswa pada kelas kontrol dan eksperimen
Aktivitas Guru dan Siswa dan II yang tertera pada Tabel dibawah ini
Berikut ini merupakan hasil observasi :
aktivitas guru dan siswa kelas discovery
learningdan guided inquiri pertemuan I
Tabel
Data Aktivitas Siswa Kelas Discovery Learning
Pertemuan Aktifitas (%) Rerata presentase (%)
1 2 3 4
I 93.94 69.70 75.76 100 84.85
II 100 84.85 81.82 100 91.67
Rerata total 88.26
Tabel
Data Aktivitas Siswa Kelas Guided Inquiri
Pertemuan Aktifitas (%) Rerata presentase (%)
1 2 3 4
I 96.97 57.58 69.70 100 81.06
II 100 63.64 87.88 100 87.88
Rerata total 84.47
Tabel
Data Aktivitas Guru
Pertemuan Aktifitas Guru
Rerata Kelas Discovery Rerata Kelas Guided Inquiri (%)
Learning (%)
90
Ya Tidak Ya Tidak
I 88.24 11.76 88.89 11.11
II 94.12 5.88 100 0
Rerata total 91.18 8.82 94.44 5.55
edukatif untuk mencapai tujuan belajar
Berdasarkan Tabel diatas dapat (Rustaman, 2005).
diketahui bahwa hasil aktivitas guru Menurut Jauhar (2001) bahwa
selama kegiatan belajar mengajar dengan diskusi kelompok siswa akan lebih
mengalami peningkatan pada pertemuan mengingat apa yang didiskusikan daripada
kedua. Hal ini dikarenakan pada menerima penjelasan dari guru.
pertemuan pertama guru belum maksimal Meningkatnya rerata aktifitas guru dalam
dalam melaksanakan proses belajar proses pembelajaran juga menandakan
mengajar dan pada pertemuan keduaguru bahwa penerapan model discovery
sudah melaksanakan proses belajar learning dan guided inquiri selain dapat
mengajar sesuai dengan langkah-langkah meningkatkan penguasaan konsep siswa
yang ada di dalam rencana proses juga dapat menciptakan suasana belajar
pembelajaran, dimana pengelolaan kelas baru. Hal ini didukung oleh hasil
yang baik dari pihak guru sangat penting penelitian Agustanti (2012) bahwa dalam
dalam keberhasilan pembelajaran. penerapan model inquiri, suasana
Kemampuan penguasaan konsep pembelajaran lebih kondusif dibanding
siswa mengalami peningkatan dan terdapat sebelumnya. Hal ini tampak pada
perbedaan penguasaan konsep pada materi spontanitas siswa dan komunikasi dua arah
sistem organisasi kehidupan yang terjadi yang berkembang. Siswa berani bertanya
pada kelas discovery learning dan guided dan mengemukanan argumentasinya.
inquiri. Penggunaan model pembelajaran Suasana yang kondusif ini sangat
discovery learning dan guided inquiri menunjang terciptanya iklim belajar yang
diharapkan dapat membantu siswa dalam lebih baik di lingkungan sekolah. Siswa
memecahkan masalah yang terdapat di jugadapat berlatih untuk mengembangkan
wawasannya dalam meneliti sesuatu yang
baru yang dapat bermanfaat untuk
dalam materi pembelajaan. Proses belajar kehidupan di masa yang akan datang.
mengajar mengandung kegiatan interaksi
Pembahasan
antara guru-siswa dan komunikasi timbal
Berdasarkan analisis data pretest
balik yang berlangsung dalam situasi
pada kelas discovery learning dan guided
91
inquiri yang telah di uji-t diperoleh nilai yang tidak akurat dapat menghalang
Sig. (2-tailed) adalah 0.429 > 0.05 dengan perkembangan siswa dan kekurangan
keputusan terima H0 yang artinya tidak pengetahuan awal tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara memungkinkannya untuk maju.
kelas discovery learning dan kelas guided Pernyataan ini menegaskan bahwa
inquiri, hal ini menunjukkan bahwa siswa pengetahuan awal siswa sangat penting
kelas discovery learning dan guided dibangun tidak hanya oleh siswa sendiri,
inquiri memiliki pengetahuan awal yang tetapi juga oleh guru. Hal ini sejalan
sama tentang materi sistem organisasi dengan penelitian yang telah dilakukan
kehidupan sebelum diberi perlakuan. Hal oleh Widhiyantoro, et al. (2012) bahwa
ini dapat dilihat dari rerata nilai pretest guru sebagai fasilitator harus memberikan
pada kelas discovery learning adalah 46.97 bimbingan kepada siswa dalam kegiatan
dan guided inquiri adalah 44.95 yang yang berbasis penemuan. Model guided
menunjukkan bahwa rerata nilai pretest discovery merupakan model pembelajaran
kelas discovery learning dan kelas guided yang melibatkan siswa secara aktif dengan
inquiri tidak terdapat perbedaan yang menemukan sendiri konsep pada materi
signifikan, dikarenakan siswa belum pembelajaran dan terbukti mampu
pernah mempelajari materi sistem meningkatkan proses berpikir siswa. Peran
organisasi kehidupan, sehingga saat guru mengemukakan masalah, memberi
melaksanakan pretest siswa menjawab pengarahan kepada siswa mengenai
sesuai dengan pengetahuan masing- pemecahan, dan membimbing siswa dalam
masing. proses pembelajaran.
Salah satu cara untuk Data posttest setelah dianalisis
meningkatkan pemahaman dan menggunakan uji-t diperoleh nilai Sig. (2-
penguasaan konsep pada siswa dibutuhkan tailed) 0,000 < 0,05 dengan keputusan
peran guru untuk dapat meningkatkan hasil tolak H0 yang berarti data berbeda
dari proses pembelajaran siswa signifikan. Hal ini dikarenakan siswa dari
diantaranya dengan menerapkan model kedua kelas tersebut telah diberikan
discovery learning dan guided inquiri pengetahuan tentang materi sistem
sehingga proses pembelajaran menjadi organisasi kehidupan dan dalam proses
lebih menarik dan tidak membosankan. pembelajaran guru menggunakan model
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat pembelajaran discovery learning dan
Pintrich dalam Astuti (2011) yang guided inquiri sehingga meningkatkan
mengatakan bahwa pengetahuan awal penguasaan konsep siswa. Sebagaimana
92
yang telah disebutkan oleh edelson (2001) penggunaan model discovery learning
bahwa aktivitas inquiry memberikan yang melibatkan siswa untuk turut
peluang yang cemerlang untuk berpartisipasi dalam mengemukakan
membangun pengetahuan melalui pendapat dan berani bertanya tentang hal-
discovery. Inquiri sains tersusun dari hal yang belum jelas dalam proses
proses discovery dengan mempraktekkan pembelajaran sehingga ingatan siswa
menghitung, menganalisa dan gambaran tentang materi pelajaran yang sedang
kesimpulan dari suatu kejadian. Hal ini dibahas menjadi lebih kuat. Model ini juga
dapat dilihat dari rerata posttest kelas mengarahkan siswa untuk melakukan
discovery learning adalah 74.24 dan kelas kegiatan belajarnya sendiri dengan
guided inquiri adalah 59.70. Dari hasil melibatkan pola pikirnya serta
posttest yang telah dilaksanakan menimbulkan rasa ingin tahu siswa
menunjukkan bahwa kelas discovery sehingga siswa akan bekerja untuk
learning lebih tinggi dari kelas guided mencari jawaban sendiri melalui sumber-
inquiri. Hal ini sejalan dengan penelitian sumber yang ada.
Widiyadnyana et al, (2014) model Penelitian ini selain mengamati
discovery learning didasari oleh teori hasil belajar siswa juga mengamati
konstrutivis yang mana siswa harus aktivitas guru dan siswa dengan
membangun sendiri pengetahuan di dalam menggunakan lembar observasi. Hal ini
benaknya. Pengetahuan yang diperoleh bertujuan untuk menilai aktivitas guru dan
dapat bertahan lebih lama dan dapat aktivitas siswa pada saat proses
meningkatkan penalaran siswa dan pembelajaran berlangsung. Lembar
kekampuan untuk berfikir. observasi disusun sesuai dengan rencana
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
diperoleh uji-t N-Gain dengan Sig. (2- dilakukan di kelas discovery learning dan
tailed) 0.000 < 0.05 keputusan tolak H0 kelas guided inquiri. perubahan tingkah
artinya berbeda signifikan. Hal ini terlihat laku siswa dapat dilihat melalui lembar
pada rerata N-Gain kelas discovery observasi selama proses pembelajaran.
learning adalah 0.51 dengan kategori Aktivitas siswa pada kelas
sedang dan kelas guided inquiri adalah discovery learning terlihat rerata total
0.26 dengan kategori rendah. Artinya aktivitas siswa pada pertemuan pertama
model pembelajaran discovery learning 84.85% dimana siswa masih banyak yang
lebih efektif dari model pembelajaran belum menjalankan aktivitas sesuai
guided inquiri. Hal ini disebabkan oleh dengan penilaian yang dibuat guru, namun
93
pertemuan pertama 88.24% karena guru learning maupun kelas guided inquiri.
belum mengajar sesuai tahapan yang adadi pelaksanaan aktifitas guru dilaksanakan
RPP discovery learning namun pada oleh peneliti dengan menggunakan lembar
pertemuan kedua meningkat 94.12%. Hal observasi yang mengacu pada kegiatan
ini yang sama dilakukan guru pada kelas belajar mengajar yang disesuaikan dengan
guided inquiri dimana aktivitas guru pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
pertemuan pertama 88.89% karena guru Seperti pendapat yang dikemukakan oleh
belum mengajar sesuai tahapan yang ada Jauhar (2001) bahwa dengan diskusi
di RPP guided inquiri namun meningkat kelompok siswa akan lebih mengingat apa
pada pertemuan kedua 100%. Hasil yang didiskusikan daripada menerima
observasi aktivitas guru menunjukan penjelasan dari guru. Meningkatnya rerata
bahwa pada pertemuan pertama guru aktifitas guru dalam proses pembelajaran
masih ada kekurangan sehingga tahapan juga menandakan bahwa penerapan model
pada RPP tidak terlaksana dengan baik dan discovery learning dan guided inquiri
kondusif, ketika pertemuan kedua tahapan selain dapat meningkatkan penguasaan
dalam proses pembelajaran sesuai dengan konsep siswa juga dapat menciptakan
langkah pembelajaran pada RPP kelas suasana belajar baru. Hal ini didukung
discovery learning dan kelas guided oleh hasil penelitian Agustanti (2012)
inquiri sehingga kegiatan pembelajaran bahwa dalam penerapan model inquiri,
berlangsung dengan kondusif. Sesuai suasana pembelajaran lebih kondusif
dengan pendapat Suyanto et al. (2013) dibanding sebelumnya. Hal ini tampak
bahwa kemampuan seorang guru pada pada spontanitas siswa dan komunikasi
hakikatnya adalah muara dari keterampilan dua arah yang berkembang. Siswa berani
dasar dan pemahaman yang mendalam bertanya dan mengemukanan
tenang anak sebagai siswa, objek belajar argumentasinya. Suasana yang kondusif
dan situasi kondusif lainnya ini sangat menunjang terciptanya iklim
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. belajar yang lebih baik di lingkungan
Hasil observasi aktifitas guru pada sekolah. Siswa juga dapat berlatih untuk
kelas discovery learning dengan rerata mengembangkan wawasannya dalam
total 91.18% dan kelas guided inquiri meneliti sesuatu yang baru yang dapat
adalah 94.44% yang artinya guru bermanfaat untuk kehidupan di masa yang
melakukan kegiatan belajar mengajar akan datang.
sesuai dengan rencana pelaksanaan
Kesimpulan
pembelajaran baik pada kelas discovery
95
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia Teori Sukriyanto., Yuliati, N., & Saleh, U, HM.
dan Penerapannya. Pustaka Pelajar (2014). Penerapan Model Inquiri
: Yogyakarta Dalam Meningkatkan Aktifitas dan
Hasil Belajar Siswa di Kelas IV
Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar SDN 1 Bayeman Arjasa Situbondo
dan pembelajaran. Erlangga : tahun 2012/2013. Jurnal
Jakarta.
96