Anda di halaman 1dari 15

82

PERBANDINGAN PENGUASAAN KONSEP ANTARA SISWA YANG


BELAJAR MENGGUNAKAN DISCOVERY LEARNING DENGAN
GUIDED INQUIRI PADA MATERI SISTEM ORGANISASI
KEHIDUPAN DI KELAS VII MTS IT AL-ITTIHADYAH
PEKANBARU TAHUN AJARAN 2016/2017

*Sri Wahyuni
**Uswatun Hasanah
sriwahyunisyam@gmail.com

*Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lancang Kuning


**Alumni Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lancang Kuning
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penguasaan konsep
antara siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran discovery learning
dengan guided inquiri pada materi sistem organisasi kehidupan. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas VII MTs IT Al-Ittihadyah Pekanbaru pada semester ganjil di
bulan November tahun ajaran 2016/2017. Desain penelitian yang digunakan adalah
weak eksperimen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII.A dengan jumlah 33 siswa
dan VII.B dengan jumlah 33 siswa yang diambil berdasarkan rata-rata kemampuan
siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui pretest, posttest dan lembar observasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah independent 2 samples t-test. Rerata N-gain
pada kelas discovery learning 0.51 (kategori sedang), sedangkan pada kelas guided
inquiri 0.26 (kategori rendah). Dari hasil uji-t terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelas discovery learning dan guided inquiri. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang belajar menggunakan
metode discovery learning dengan guided inquiri pada materi sistem organisasi
kehidupan di kelas VII MTs IT Al-Ittihadyah Pekanbaru tahun ajaran 2016/2017.
Kata kunci : discovery learning, guided inquiri, penguasaan konsep, sistem organisasi
kehidupan
Abstract: The purpose of this research was to find out differencess in concepts
comprehention between the students learn to use method of discovery learning with
guided inquiry on the subject matter of life organization system. This research was
conducted in classes VII MTs IT A-l-Ittihadyah Pekanbaru for academic year
2016/2017 in November. The design of research used was weak eksperimen. Sample of
the research was class VII.A with discovery learning method that consist from 33
students and class VII.B with guided inquiry method that consist from 33 students which
taken based on the students ability level. The data were collected from the result pretest,
posttest and observation sheet. The technique data analysis of this research was t-test
independent 2 samples. The mean score of N-gain discovery learning class was 0.51
(medium category) and guided inquiry class was 0.26 (low category). Based on the
result of t-test was significant different between discovery learning class and guided
inquiry. it can be conclude that there differences in mastery of concepts between the
students learn to use method of discovery learning with guided inquiry on the subject
matter of life organization system at class VII MTs IT Al-Ittihadyah Pekanbaru for
academic year 2016/2017.
Keywords: discovery learning, guided inquiry, concepts comprehention, life
organization system
83

PENDAHULUAN mewujudkan pendidikan dengan


Pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang beragam, harus melewati
gambaran utama dari suatu bangsa.Pada proses yang diterapkan dalam proses
zaman yang sudah berkembang seperti pembelajaran. Meskipun harus bersaing
sekarang ini, pendidikan sangat dengan negara-negara lain namun
diutamakan tidak hanya bagi kaum laki- Indonesia sudah berhasil membuktikan
laki saja, namun wanita pun sudah tidak bahwa pendidikan di Indonesia juga patut
ketinggalan lagi untuk berlomba-lomba untuk diperhitungkan karena memiliki
dalam mengenyam pendidikan bahkan ke sumber daya manusia yang mempunyai
jenjang yang lebih tinggi lagi. Proses kualitas yang baik dibidang pendidikan.
pendidikan yang diselenggarakan secara Dalam pendidikan terdapat berbagai
formal disekolah dimulai dari pendidikan proses pembelajaran dan keterampilan-
Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan keterampilan proses yang ada didalamnya
Tinggi (PT) tidak lepas dari kegiatan sehingga pembelajaran akan dirasakan
belajar yang merupakan salah satu menjadi sesuatu yang menarik dan tidak
kegiatan pokok dengan guru sebagai membosankan. Proses pembelajaran,
pemegang peranan utama. Biologi sering dipahami sebagai proses belajar
merupakan ilmu dasar yang memegang mengajar yang didalamnya terjadi
peranan penting dalam perkembangan interaksi guru, siswa dan antara sesama
ilmu pengetahuan dan teknologi. siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu
Perkembangan pembelajaran biologi pada terjadinya perubahan sikap dan tingkah
tiap jenjang pendidikan layak laku siswa (Amri, et al. 2010).
mendapatkan perhatian yang memadai Keterampilan-keterampilan proses
untuk mengakrabkan siswa dengan bidang yang diajarkan dalam pendidikan IPA
ini. Peran guru juga tidak kalah pentingnya memberi penekanan pada keterampilan-
untuk memberikan dorongan dalam keterampilan berpikir yang dapat
melaksanakan aktifitas siswa dalam berkembang pada anak-anak. Berbagai
kegiatan belajar (Slameto, 2010). macam model dan keterampilan
pembelajaran pun akan diterapkan
Pendidikan adalah kunci dari semua
semenarik mungkin sehingga membuat
kemajuan dan perkembangan yang
minat siswa semakin besar untuk
berkualitas.Sehingga bisa dikatakan bahwa
mempelajari suatu materi pelajaran.
pendidikan juga berpengaruh besar dalam
Dengan keterampilan tersebut, anak-anak
kemajuan suatu bangsa. Dalam rangka
dapat mempelajari IPA sebanyak mereka
84

dapat mempelajarinya dan ingin dituntut untuk berperan aktif dalam


mengetahuinya. Keterampilan proses perlu menemukan suatu pemecahan masalah
dilatihkan atau dikembangkan dalam dari suatu permasalahan yang disajikan
pengajaran IPA karena keterampilan oleh guru. Siswa diminta untuk berperan
proses mempunyai peranan untuk aktif dalam menemukan jawaban dan jalan
membantu siswa belajar mengembangkan keluar yang ada pada materi pembelajaran.
pikirannya, memberi kesempatan kepada Guru tetap mendampingi siswa selama
siswa untuk melakukan penemuan, proses pembelajaran berlangsung
meningkatkan daya ingat, memberikan (Roestiyah, 2001).
kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil Guided inquiri merupakan suatu
melakukan sesuatu dan membantu siswa cara yang efektif untuk membuat variasi
mempelajari konsep-konsep sains. Dengan susasana pembelajaran kelas. Siswa
menggunakan keterampilan proses diharapkan dapat menjalin kerjasama yang
akhirnya akan terjadi interaksi antara baik dengan kelompok atau pasangannya
konsep/prinsip/teori yang telah ditemukan dan membangun pribadi yang lebih
atau dikembangkan dengan pengembangan mandiri serta aktif dalam menggali
keterampilan proses itu sendiri sehingga pengetahuan. Pembelajaran guided inquiri
diharapkan siswa dapat menguasai membimbing siswa untuk memiliki
berbagai materi dan konsep yang telah tanggung jawab individu dan tanggung
diajarkan guru kepada siswa (Trianto, jawab dalam kelompok atau pasangannya
2010). (Djamarah, 2000).
Pembelajaran inovatif diharapkan Pada aktifitas inkuiri, siswa akan
mampu meningkatkan keterampilan bekerja tanpa arahan langsung dari guru
peserta didik dan semakin menguatkan sehingga siswa dapat mengamati secara
siswa dalam menguasai materi yang telah langsung berbagai macam persoalan dan
diajarkan kepada siswa. Siswa mudah temuan yang ada dilapangan dan mencari
memahami konsep-konsep yang rumit dan kesimpulannya. Aktifitas inkuiri
abstrak jika disertai dengan contoh-contoh memberikan peluang yang cemerlang
konkrit merupakan salah satu alasan yang untuk membangun pengetahuan melalui
melandasi perlunya diterapkan discovery. Inkuiri sains terdiri dari proses
keterampilan dalam pembelajaran proses discovery dengan praktek menghitung,
sains (Dimyati dan Mudjiono, 2002). menganalisa dan menggambarkan
Discovery learning merupakan kesimpulan dari kejadian (Edelson, 2001)
suatu cara yang efektif dimana siswa
85

Hasil observasi awal yang telah di tiga kelas. Pada kelas A berjumlah 33
lakukan dengan mewawancarai guru mata siswa, kelas B berjumlah 33 siswa dan
pelajaran biologi di MTs IT Al-Ittihadyah kelas C berjumlah 25 siswa. Sampel dalam
menunjukkan bahwa proses pembelajaran penelitian ini adalah dua kelas yang terdiri
dikelas masih menggunakan model dari kelas VII.A dan VII.B.Maka jumlah
konvensional. Siswa tidak banyak aktif sampel pada penelitian ini adalah 66 siswa,
dalam merespon materi yang disampaikan dalam melaksanakan penerapan dua model
oleh guru. Sebagian siswa lebih memilih pembelajaran yang berbeda di dalam dua
bercerita karena suasana kelas terasa kelas yang masing-masing kelas berjumlah
sedikit membosankan, sehingga siswa 33 orang siswa.Parameter penelitian ini
tidak termotivasi untuk berperan aktif adalah penguasaan konsep siswa, aktivitas
selama proses pembelajaran. Hal ini guru danaktivitas siswa. Pengumpulan data
menyebabkan sebagian siswa tidak dapat dalam penelitian ini dilakukan dengan
menguasai materi yang disampaikan oleh memberikan pretestsebelum perlakuan,
guru diakhir pembelajaran. kemudian pemberian posttest setelah
Berdasarkan latar belakang diatas, diberi perlakuan serta melalui observasi
maka telah dilakukan penelitian dengan aktivitas guru dan siswa pada saat
judul perbandingan penguasaan konsep pembelajaran sistem organisasi kehidupan.
antara siswa yang belajar menggunakan Data yang diperoleh yaitu berupa
discovery learning dengan guided inquiri kuantitatif dari hasil pretest dan posttest
pada materi sistem organisasi kehidupan di dianalisis dengan uji beda rerata
kelas VII MTs IT Al-Ittihadyah Pekanbaru menggunakan uji-t untuk parametrik jika
tahun ajaran 2016/2017. data berdistribusi normal atau
homogenitas, atau U Mann Whitney untuk
non parametrik jika data tidak berdistribusi
METODE PENELITIAN normal atau tidak homogen. Data kualitatif
Penelitian ini telah dilaksanakan berupa observasi kegiatan guru dan siswa
pada bulan November-Desember tahun dianalisis secara kualitatif untuk melihat
2016 di kelas VIIMTs IT Al-Ittihadyah kegiatan selama proses belajar mengajar
Pekanbaru tahun ajaran 2016/2017. dikelas.
Penelitian ini merupakan weak eksperimen
pretest-posttest control group design. HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi pada penelitian ini adalah Hasil
seluruh siswa kelas VII yang berjumlah Analisis data pretest
86

Hasil analisis data pretest adalah dapat dilihat dari rerata nilai pretest pada
nilai minimum pretest kelas discovery kelas discovery learning adalah 46.97 dan
learning lebih tinggi dibandingkan kelas kelas guided inquiri adalah 44.95 yang
guided inquiri yaitu 30.00 dan 26.67 menunjukkan rerata nilai pretest kelas
dengan nilai ideal yaitu 100. Jumlah siswa discovery learning dan kelas guided
pada kelas discovery learning adalah 33 inquiri tidak terdapat perbedaan yang
siswa dan kelas guided inquiri 33 siswa. signifikan, dikarenakan siswa belum
Nilai maksimum pretest kelas discovery mempelajari materi sistem organisasi
learning lebih tinggi dibandingkan kelas kehidupan. Hasil penelitian ini sesuai
guided inquiri yaitu 73.33 dan 66.67 dengan kesimpulan pintrich dalam Astuti
dengan nilai ideal yaitu 100. Jumlah siswa (2011) yang mengatakan bahwa
pada kelas discovery learning adalah 33 pengetahuan awal yang tidak akurat dapat
siswa dan kelas guided inquiri 33 siswa. menghalang perkembangan siswa dan
Hasil belajar pretest jika dilihat dari rerata kekurangan pengetahuan awal tidak
kelas discovery learning adalah 46.97 memungkinkan-nya untuk maju.Ini
sedangkan pada kelas guided inquiri menegaskan bahwa pengetahuan awal
adalah 44.95. siswa sangat penting dibangun tidak hanya
Berdasarkan data pretest yang telah oleh siswa sendiri, tetapi juga oleh guru.
dianalisis diketahui bahwa data
berdistribusi normal dan homogen. Analisis data posttest
Keputusan untuk melakukan uji lanjutan Hasil analisis data posttest adalah
yaitu uji-t Independent 2 Samples. Uji-t ini nilai minimum posttest kelas discovery
berfungsi untuk mengetahui data pretest learning lebih tinggi dibandingkan kelas
kelas kontrol dan kelas eksperimen guided inquiri yaitu 53.33 dan 43.33
berbeda signifikan atau tidak. Hasil dengan nilai ideal yaitu 100. Jumlah siswa
perhitungan uji-t yang diperoleh, nilai Sig. pada kelas discovery learning adalah 33
(2-tailed) untuk data pretest kelas siswa dan kelas guided inquiri 33 siswa.
discovery learning dan kelas guided Nilai maksimum posttest kelas discovery
inquiri adalah 0.429 > 0.05 dengan learning lebih tinggi dibandingkan kelas
keputusan terima H0 yang menunjukkan guided inquiri yaitu 93.33 dan 83.33
bahwa siswa pada kelas discovery learning dengan nilai ideal yaitu 100. Jumlah siswa
dan guided inquiri pada materi sistem pada kelas discovery learning adalah 33
organisasi kehidupan mempunyai siswa dan kelas guided inquiri 33 siswa.
pengetahuan awal yang sama. Hal ini Hasil belajar posttest jika dilihat dari rerata
87

kelas discovery learning adalah 74.24 inquiri setelah diajarkan materi sistem
sedangkan pada kelas guided inquiri organisasi kehidupan mempunyai
adalah 59.70. penguasaan konsepyang berbeda.
Hasil uji-t posttest diperoleh nilai Perbandingan Nilai Pretest-Posttest
Sig. (2-tailed) pada output t-test rerata kelas discovery learning dan
adalah0.000 < 0.05 dengan keputusan guided inquiri dapat dilihat pada Gambar
tolak H0 yang menunjukkan bahwa siswa di bawah ini :
pada kelas discovery learning dan guided
100

90

80 74.24
70
59,7
60

50 46.97 44.95 Rerata Pretest


Rerata Posttest
40

30

20

10

0
Discovery Learning Guided Inquiri

Gambar Perbandingan Nilai Pretest -Posttest rerata kelas discovery learning dan guided
inquiri

Analisis data N-Gain MTs IT Al-Ittihadyah Pekanbaru maka


Berdasarkan penelitian yang telah diperoleh data N-Gain sebagai berikut
dilakukan pada bulan November-
Desember 2016 di

Tabel
Rekapitulasi Hasil N-Gain
Nilai
No Kelas n Rerata
Ideal Minimum Maksimum
1 Discovery Learning 33 1 0.17 0.83 0.51

2 Guided Inquiri 33 1 -0.07 0.62 0.26


88

Hasil analisis data N-Gain adalah discovery learning adalah 33 siswa dan
nilai minimum N-Gain kelas discovery kelas guided inquiri 33 siswa. Rerata kelas
learning lebih tinggi dibandingkan kelas discovery leaning adalah 0.51 sedangkan
guided inquiri yaitu 0.17 dan -0.07 pada kelas guided inquiri adalah 0.26 jadi
dengan nilai ideal yaitu 100. Jumlah siswa dapat dikatakan bahwa N-Gain kelas
pada kelas discovery learning adalah 33 discovery learning lebih tinggi
siswa dan kelas guided inquiri 33 siswa. dibandingkan kelas guided inquiri.
Nilai maksimum N-Gain kelas discovery Perbandingan data N-Gain persiswa pada
learning lebih tinggi dari kelas guided kelas discovery learning dan guided
inquiri yaitu 0.83 dan 0.62 dengan nilai inquiri dengan digram garis dapat dilihat
ideal yaitu 100. Jumlah siswa pada kelas pada Gambar di bawah ini :
1

0.8 0.83
0.72 0.7 0.73 0.75
0.65 0.67
0.6 0.59 0.6 0.6 0.60.57 0.63
0.62 0.59 0.56
0.55 0.56 0.55
0.53
0.52 0.52 0.5 0.52
0.47 0.47 Discovery Learning
0.4 0.40.37 0.43 0.42 0.44
0.44
0.4
0.38 0.37 Guided Inquiri
0.33
0.33 0.33 0.33 0.32
0.30.28
0.26 0.23 0.29
0.25
0.22 0.25
0.2 0.2 0.2 0.2 0.19
0.18 0.21
0.17
0.13
0.13 0.12
0.1 0.13
0.06
0 0 0 0
1 3-0.075 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33

-0.2

Gambar Perbandingan N-Gain per siswa pada kelas kontrol dan eksperimen

Berdasarkan hasil analisis N-Gain inquiri 0.26 kategori rendah (Meltzer,


menunjukkan adanya perbedaan 2002). Dapat diambil kesimpulan bahwa
penguasaan konsep siswa pada materi kelas yang belajar menggunakan model
sistem organisasi kehidupan. Hal ini dapat discovery learning lebih efekfif terhadap
dilihat dari nilai N-Gain kelas discovery penguasaan konsep siswa dibandingkan
learning lebih tinggi dibandingkan kelas kelas guided inquiri.
guided inquiri. Rerata N-Ngain kelas
discovery learning 0.51 kategori tinggi
sedangkan rerata N-Gain kelas guided
89

Aktivitas Guru dan Siswa dan II yang tertera pada Tabel dibawah ini
Berikut ini merupakan hasil observasi :
aktivitas guru dan siswa kelas discovery
learningdan guided inquiri pertemuan I
Tabel
Data Aktivitas Siswa Kelas Discovery Learning
Pertemuan Aktifitas (%) Rerata presentase (%)
1 2 3 4
I 93.94 69.70 75.76 100 84.85
II 100 84.85 81.82 100 91.67
Rerata total 88.26

Berdasarkan Tabel di atas dapat pertanyaan yang diberikan guru, 3) siswa


diketahui bahwa hasil aktivitas siswa di aktif dalam menanggapi dan
kelas discovery learning dinilai dengan menyampaikan pendapat, 4)
empat point yaitu 1) siswa duduk dengan mengumpulkan tugas tepat waktu. Rerata
cepat dan teratur sesuai dengan pertemuan pertama 84.85% dan rerata
kelompoknya, 2) siswa menjawab pertemuan kedua 91.67%.

Tabel
Data Aktivitas Siswa Kelas Guided Inquiri
Pertemuan Aktifitas (%) Rerata presentase (%)
1 2 3 4
I 96.97 57.58 69.70 100 81.06
II 100 63.64 87.88 100 87.88
Rerata total 84.47

Berdasarkan Tabel di atas dapat dengan baik dalam melakukan pengamatan


diketahui bahwa hasil aktivitas siswa di di kelompok, 3) mengerjakan LKS, 4)
kelas guided inquiri dinilai dengan empat menyimpulkan hasil belajar. Rerata
point yaitu 1) memperhatikan cara dan pertemuan pertama 81.06% dan rerata
langkah-langkah pengamatan yang pertemuan kedua 87.88%
dicontohkan oleh guru, 2) bekerja sama

Tabel
Data Aktivitas Guru
Pertemuan Aktifitas Guru
Rerata Kelas Discovery Rerata Kelas Guided Inquiri (%)
Learning (%)
90

Ya Tidak Ya Tidak
I 88.24 11.76 88.89 11.11
II 94.12 5.88 100 0
Rerata total 91.18 8.82 94.44 5.55
edukatif untuk mencapai tujuan belajar
Berdasarkan Tabel diatas dapat (Rustaman, 2005).
diketahui bahwa hasil aktivitas guru Menurut Jauhar (2001) bahwa
selama kegiatan belajar mengajar dengan diskusi kelompok siswa akan lebih
mengalami peningkatan pada pertemuan mengingat apa yang didiskusikan daripada
kedua. Hal ini dikarenakan pada menerima penjelasan dari guru.
pertemuan pertama guru belum maksimal Meningkatnya rerata aktifitas guru dalam
dalam melaksanakan proses belajar proses pembelajaran juga menandakan
mengajar dan pada pertemuan keduaguru bahwa penerapan model discovery
sudah melaksanakan proses belajar learning dan guided inquiri selain dapat
mengajar sesuai dengan langkah-langkah meningkatkan penguasaan konsep siswa
yang ada di dalam rencana proses juga dapat menciptakan suasana belajar
pembelajaran, dimana pengelolaan kelas baru. Hal ini didukung oleh hasil
yang baik dari pihak guru sangat penting penelitian Agustanti (2012) bahwa dalam
dalam keberhasilan pembelajaran. penerapan model inquiri, suasana
Kemampuan penguasaan konsep pembelajaran lebih kondusif dibanding
siswa mengalami peningkatan dan terdapat sebelumnya. Hal ini tampak pada
perbedaan penguasaan konsep pada materi spontanitas siswa dan komunikasi dua arah
sistem organisasi kehidupan yang terjadi yang berkembang. Siswa berani bertanya
pada kelas discovery learning dan guided dan mengemukanan argumentasinya.
inquiri. Penggunaan model pembelajaran Suasana yang kondusif ini sangat
discovery learning dan guided inquiri menunjang terciptanya iklim belajar yang
diharapkan dapat membantu siswa dalam lebih baik di lingkungan sekolah. Siswa
memecahkan masalah yang terdapat di jugadapat berlatih untuk mengembangkan
wawasannya dalam meneliti sesuatu yang
baru yang dapat bermanfaat untuk
dalam materi pembelajaan. Proses belajar kehidupan di masa yang akan datang.
mengajar mengandung kegiatan interaksi
Pembahasan
antara guru-siswa dan komunikasi timbal
Berdasarkan analisis data pretest
balik yang berlangsung dalam situasi
pada kelas discovery learning dan guided
91

inquiri yang telah di uji-t diperoleh nilai yang tidak akurat dapat menghalang
Sig. (2-tailed) adalah 0.429 > 0.05 dengan perkembangan siswa dan kekurangan
keputusan terima H0 yang artinya tidak pengetahuan awal tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara memungkinkannya untuk maju.
kelas discovery learning dan kelas guided Pernyataan ini menegaskan bahwa
inquiri, hal ini menunjukkan bahwa siswa pengetahuan awal siswa sangat penting
kelas discovery learning dan guided dibangun tidak hanya oleh siswa sendiri,
inquiri memiliki pengetahuan awal yang tetapi juga oleh guru. Hal ini sejalan
sama tentang materi sistem organisasi dengan penelitian yang telah dilakukan
kehidupan sebelum diberi perlakuan. Hal oleh Widhiyantoro, et al. (2012) bahwa
ini dapat dilihat dari rerata nilai pretest guru sebagai fasilitator harus memberikan
pada kelas discovery learning adalah 46.97 bimbingan kepada siswa dalam kegiatan
dan guided inquiri adalah 44.95 yang yang berbasis penemuan. Model guided
menunjukkan bahwa rerata nilai pretest discovery merupakan model pembelajaran
kelas discovery learning dan kelas guided yang melibatkan siswa secara aktif dengan
inquiri tidak terdapat perbedaan yang menemukan sendiri konsep pada materi
signifikan, dikarenakan siswa belum pembelajaran dan terbukti mampu
pernah mempelajari materi sistem meningkatkan proses berpikir siswa. Peran
organisasi kehidupan, sehingga saat guru mengemukakan masalah, memberi
melaksanakan pretest siswa menjawab pengarahan kepada siswa mengenai
sesuai dengan pengetahuan masing- pemecahan, dan membimbing siswa dalam
masing. proses pembelajaran.
Salah satu cara untuk Data posttest setelah dianalisis
meningkatkan pemahaman dan menggunakan uji-t diperoleh nilai Sig. (2-
penguasaan konsep pada siswa dibutuhkan tailed) 0,000 < 0,05 dengan keputusan
peran guru untuk dapat meningkatkan hasil tolak H0 yang berarti data berbeda
dari proses pembelajaran siswa signifikan. Hal ini dikarenakan siswa dari
diantaranya dengan menerapkan model kedua kelas tersebut telah diberikan
discovery learning dan guided inquiri pengetahuan tentang materi sistem
sehingga proses pembelajaran menjadi organisasi kehidupan dan dalam proses
lebih menarik dan tidak membosankan. pembelajaran guru menggunakan model
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat pembelajaran discovery learning dan
Pintrich dalam Astuti (2011) yang guided inquiri sehingga meningkatkan
mengatakan bahwa pengetahuan awal penguasaan konsep siswa. Sebagaimana
92

yang telah disebutkan oleh edelson (2001) penggunaan model discovery learning
bahwa aktivitas inquiry memberikan yang melibatkan siswa untuk turut
peluang yang cemerlang untuk berpartisipasi dalam mengemukakan
membangun pengetahuan melalui pendapat dan berani bertanya tentang hal-
discovery. Inquiri sains tersusun dari hal yang belum jelas dalam proses
proses discovery dengan mempraktekkan pembelajaran sehingga ingatan siswa
menghitung, menganalisa dan gambaran tentang materi pelajaran yang sedang
kesimpulan dari suatu kejadian. Hal ini dibahas menjadi lebih kuat. Model ini juga
dapat dilihat dari rerata posttest kelas mengarahkan siswa untuk melakukan
discovery learning adalah 74.24 dan kelas kegiatan belajarnya sendiri dengan
guided inquiri adalah 59.70. Dari hasil melibatkan pola pikirnya serta
posttest yang telah dilaksanakan menimbulkan rasa ingin tahu siswa
menunjukkan bahwa kelas discovery sehingga siswa akan bekerja untuk
learning lebih tinggi dari kelas guided mencari jawaban sendiri melalui sumber-
inquiri. Hal ini sejalan dengan penelitian sumber yang ada.
Widiyadnyana et al, (2014) model Penelitian ini selain mengamati
discovery learning didasari oleh teori hasil belajar siswa juga mengamati
konstrutivis yang mana siswa harus aktivitas guru dan siswa dengan
membangun sendiri pengetahuan di dalam menggunakan lembar observasi. Hal ini
benaknya. Pengetahuan yang diperoleh bertujuan untuk menilai aktivitas guru dan
dapat bertahan lebih lama dan dapat aktivitas siswa pada saat proses
meningkatkan penalaran siswa dan pembelajaran berlangsung. Lembar
kekampuan untuk berfikir. observasi disusun sesuai dengan rencana
Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
diperoleh uji-t N-Gain dengan Sig. (2- dilakukan di kelas discovery learning dan
tailed) 0.000 < 0.05 keputusan tolak H0 kelas guided inquiri. perubahan tingkah
artinya berbeda signifikan. Hal ini terlihat laku siswa dapat dilihat melalui lembar
pada rerata N-Gain kelas discovery observasi selama proses pembelajaran.
learning adalah 0.51 dengan kategori Aktivitas siswa pada kelas
sedang dan kelas guided inquiri adalah discovery learning terlihat rerata total
0.26 dengan kategori rendah. Artinya aktivitas siswa pada pertemuan pertama
model pembelajaran discovery learning 84.85% dimana siswa masih banyak yang
lebih efektif dari model pembelajaran belum menjalankan aktivitas sesuai
guided inquiri. Hal ini disebabkan oleh dengan penilaian yang dibuat guru, namun
93

pada pertemuan kedua hampir seluruh dapat melaksanakan aktifitas sesuai


siswa dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan penilaian guru sehingga aktifitas
dengan penilaian guru sehingga aktivitas siswa meningkat pada pertemuan kedua
siswa meningkat ketika pertemuan kedua menjadi 87.88%. Sikap ilmiah dapat
menjadi 91.67% sebagaimana pendapat terbentuk dengan mengkondisikan siswa
yang dikemukakan oleh Slameto (2010) pada pengalaman pribadi. Hal ini sejalan
bahwa belajar adalah proses usaha yang dengan hasil penelitian Sukriyanto et al,
dilakukan seseorang untuk memperoleh (2014) aktifitas siswa selama mengikuti
suatu perubahan tingkah laku yang baru pembelajaran menggunakan model inquiri
secara keseluruhan sebagai hasil mengalami peningkatan dan tergolong ke
pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam kriteria aktifitas siswa aktif.
dengan lingkungannya. Hasil belajar yang Aktivitas belajar siswa mengalami
baik berasal dari kemauan siswa itu sendiri peningkatan meskipun pada awalnya
dan kemampuan siswa untuk saling kurang memperhatikan ketika guru
berinteraksi antar siswa dalam proses mencontohkan langkah-langkah
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori pengamatan yang akan dilaksanakan,
yang dikemukakan oleh Azwar (2005) ketika melakukan pengamatan masih
bahwa untuk dapat menjadi dasar terlihat bekerja sendiri-sendiri, LKS yang
pembentukan sikap pengalaman pribadi dikerjakan tidak terjawab seluruhnya dan
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. lebih banyak diam saat menyimpulkan
Pengalaman siswa diperoleh dari kegiatan- hasil pembelajaran tetapi pada pertemuan
kegiatan yang dirancang untuk ke II hal tersebut sudah tidak terlihat lagi.
menumbuhkan sikap ilmiah. Hal ini Proses belajar mengajar
sejalan dengan pendapat Dahar (2011) mengandung kegiatan interaksi antara
bahwa belajar adalah suatu proses dimana guru-siswa dan komunikasi timbal balik
suatu organisasi berubah perilakunya yang berlangsung dalam situasi edukatif
sebagai akibat dari suatu pengalaman. untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman,
Aktivitas siswa pada kelas guided 2005). Jadi, dalam proses pembelajaran
inquiri terlihat rerata total aktifitas siswa harus terdapat aktifitas guru dan siswa
pada pertemuan pertama 81.06% dimana yang mendukung terciptanya suasana
siswa masih banyak yang belum belajar yang baik agar tujuan belajar dapat
menjalankan aktifitas sesuai dengan tercapai.
pilihan yang dibuat guru, namun pada Berdasarkan hasil observasi
pertemuan kedua hampir seluruh siswa aktivitas guru kelas discovery learning
94

pertemuan pertama 88.24% karena guru learning maupun kelas guided inquiri.
belum mengajar sesuai tahapan yang adadi pelaksanaan aktifitas guru dilaksanakan
RPP discovery learning namun pada oleh peneliti dengan menggunakan lembar
pertemuan kedua meningkat 94.12%. Hal observasi yang mengacu pada kegiatan
ini yang sama dilakukan guru pada kelas belajar mengajar yang disesuaikan dengan
guided inquiri dimana aktivitas guru pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
pertemuan pertama 88.89% karena guru Seperti pendapat yang dikemukakan oleh
belum mengajar sesuai tahapan yang ada Jauhar (2001) bahwa dengan diskusi
di RPP guided inquiri namun meningkat kelompok siswa akan lebih mengingat apa
pada pertemuan kedua 100%. Hasil yang didiskusikan daripada menerima
observasi aktivitas guru menunjukan penjelasan dari guru. Meningkatnya rerata
bahwa pada pertemuan pertama guru aktifitas guru dalam proses pembelajaran
masih ada kekurangan sehingga tahapan juga menandakan bahwa penerapan model
pada RPP tidak terlaksana dengan baik dan discovery learning dan guided inquiri
kondusif, ketika pertemuan kedua tahapan selain dapat meningkatkan penguasaan
dalam proses pembelajaran sesuai dengan konsep siswa juga dapat menciptakan
langkah pembelajaran pada RPP kelas suasana belajar baru. Hal ini didukung
discovery learning dan kelas guided oleh hasil penelitian Agustanti (2012)
inquiri sehingga kegiatan pembelajaran bahwa dalam penerapan model inquiri,
berlangsung dengan kondusif. Sesuai suasana pembelajaran lebih kondusif
dengan pendapat Suyanto et al. (2013) dibanding sebelumnya. Hal ini tampak
bahwa kemampuan seorang guru pada pada spontanitas siswa dan komunikasi
hakikatnya adalah muara dari keterampilan dua arah yang berkembang. Siswa berani
dasar dan pemahaman yang mendalam bertanya dan mengemukanan
tenang anak sebagai siswa, objek belajar argumentasinya. Suasana yang kondusif
dan situasi kondusif lainnya ini sangat menunjang terciptanya iklim
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. belajar yang lebih baik di lingkungan
Hasil observasi aktifitas guru pada sekolah. Siswa juga dapat berlatih untuk
kelas discovery learning dengan rerata mengembangkan wawasannya dalam
total 91.18% dan kelas guided inquiri meneliti sesuatu yang baru yang dapat
adalah 94.44% yang artinya guru bermanfaat untuk kehidupan di masa yang
melakukan kegiatan belajar mengajar akan datang.
sesuai dengan rencana pelaksanaan
Kesimpulan
pembelajaran baik pada kelas discovery
95

Secara keseluruhan terdapat Dimyati & Mudjiono.(2002). Belajar dan


perbedaan penguasaan konsep pada Pembelajaran. Rineka Cipta :
Jakarta.
penggunaan model pembelajaran discovery
learning dengan guided inquiridan Djamarah, S.B. (2000). Guru dan Anak
Didik dalam Interaksi
berpengaruh terhadap penguasan konsep
Edukatif.Rineka Cipta : Jakarta.
siswa dan juga berpengaruh terhadap
Edelson, D. C. (2001). Learning-For-Use:
aktivitas siswa pada materi sistem
A framework for the design of
organisasi kehidupan dikelas VII MTs IT technologysupported
Al-Ittihadyah Pekanbaru Tahun ajaran inquiryactivities. Journal of
Research in Science Teaching,
2016/2017.
38(3), 355-385.

Jauhar, M. (2011).Implementasi Paikem


DAFTAR PUSTAKA
dari Behavioristik sampai
Agustanti, T. H. (2012). Implementasi
Konstruktivistik. Prestasi Pustaka
Model Inquiri Untuk
Publisher : Jakarta
Meningkatkan Hasil Belajar
Biologi.Jurnal pendidikan.Vol 1. Meltzer, D.E. (2002). The Relationship
No 1. Hal 16-20. Between Mathematics Preparation
and Conceptual Learning Grains in
Amri, S. & Ahmadi K. I. (2010).Proses
Physiscs: A Possible “Hidden
Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
Variable” in Diagnostice Pretest
Dalam Kelas. Prestasi Pustaka
Scores :American Journal Physics,
Raya : Jakarta.
Vol 70 (12).
Astuti, P (2011). Analisis tentang
Roestiyah N.K. (2001). Strategi Belajar
membangun pengetahuan awal
Mengajar. Rineka Cipta : Jakarta.
atau apersepsisiswa dalam
kegiatan Rustaman, A. (2005). Pengembangan
pembelajaran.http://poojetz.wordpr Kompetensi (Pengetahuan,
ess.com/2011/01/13/analisis- keterampilan, Sikap, dan Nilai)
tentang-membangun-pengetahuan- Melalui Kegiatan Praktikum
awal-atau-apersepsi-siswa-dalam- Biologi.Penelitian Jurusan
kegiatan-pembelajaran/ Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
[ 19 Januari 2017] Bandung.

Azwar, S. (2005). Sikap Manusia Teori Sukriyanto., Yuliati, N., & Saleh, U, HM.
dan Penerapannya. Pustaka Pelajar (2014). Penerapan Model Inquiri
: Yogyakarta Dalam Meningkatkan Aktifitas dan
Hasil Belajar Siswa di Kelas IV
Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar SDN 1 Bayeman Arjasa Situbondo
dan pembelajaran. Erlangga : tahun 2012/2013. Jurnal
Jakarta.
96

pendidikan. Vol 1, No 1. Hal 32-


34.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-


Faktor Yang Mempengaruhi.
Rineka Cipta : Jakarta.

Suyanto & Jihad. A. (2013). Menjadi Guru


Profesional strategi
meningkatkan kualifikasi dan
kualitas guru di Era Global,
Erlangga : Jakarta

Trianto. (2010). Model Pembelajaran


Terpadu. Bumi Aksara : Jakarta

Widiadnyana., Sadia, W., & Suastra, W.


(2014). Pengaruh Model Discovery
Learning Terhadap Pemahaman
Konsep IPA dan Sikap Ilmiah
Siswa di Kelas VII SMP N 3
Tembuku Tahun Pelajaran
2013/2014. Jurnal pendidikan. Vol
4, No 2. Hal 44-52.

Widhiyantoro, T., Meti, I., & Riezky, M,


P. (2012). The Effectiveness of
Guided Discovery Method
Application Toward Creative
Thinking Skill at The Tenth Grade
Students of SMA N 1 Teras
Boyolali in The Academic Year
2011/2012. Jurnal Pendidikan. Vol
4, No 3. Hal 89-99.

Anda mungkin juga menyukai