Anda di halaman 1dari 5

SISTEM PERINGATAN GEMPABUMI SEDERHANA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Monitoring Sumber Bencana dan Peringatan dini

Dosen pengampu :
Dr. M. Pramono Hadi, M.Sc

Disusun Oleh :
Anggit Priadmodjo (12/340124/PMU/07538)
Kudiyana (12/342389/PMU/07685)
Nanda Saputra (12/338236/PMU/07359)
Zela Septikasari (12/340123/PMU/07537)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN BENCANA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013

SISTEM PERINGATAN GEMPABUMI SEDERHANA


“Bencana kembali melanda” merupakan headline berita yang sering kita dengar dan baca di
berbagai media massa baik media elektronik maupun cetak pada tahun-tahun terakhir. Berbagai
macam bencana seperti tsunami, gempa bumi, gunung meletus, longsor, banjir, dan kekeringan,
menjadi berita utama di halaman depan berbagai surat kabar dan topik utama dalam berbagai
siaran berita. Perkembangan teknologi media yang berdampak pada pergerakan arus informasi
tentang bencana yang terjadi dapat menarik perhatian jutaan penduduk di dunia dalam hitungan jam.
Apa yang dimunculkan oleh media membuat kita merasa bahwa dunia ini telah menjadi tempat yang
semakin tidak aman untuk dihuni.
Bencana pada dasarnya adalah bagian dari isu pembangunan. Menurut pandangan
perlindungan sipil, bencana terkait erat dengan proses pembangunan, pemerintahan dan
kemasyarakatan di seluruh siklus bencana (Parlan, 2010). Bencana yang terjadi merupakan suatu
tantangan besar bagi keberlanjutan pembangunan suatu negara. Hasil kegiatan pembangunan
dapat terhapus lenyap oleh suatu bencana besar dan pertumbuhan ekonomi akan mengalami
kemunduran.
Kejadian bencana telah menyebabkan dampak yang sangat besar tidak hanya pada
kerugian ekonomis, akan tetapi juga menimbulkan korban jiwa. Hal ini diperparah dengan
kecenderungan di dunia bahwa kejadian bencana dan dampak yang ditimbulkan cenderung
meningkat, dengan rerata tahunan jumlah orang yang terkena dampak sekitar 200 juta jiwa.
Kejadian bencana alam selama kurun waktu 1900-2011 mengalami fluktuasi dengan
kecendurungan terus mengalami peningkatan seperti yang ditampilkan pada gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan jumlah kejadian bencana alam tahun 1980-2011 (sumber
: http://www.emdat.be/natural-disasters-trends)
Salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana adalah
Indonesia. Indonesia terutama rawan terhadap bencana tektonis seperti gempa. Hal ini
disebabkan kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia yaitu
lempeng Eurasia, Lempeng Samudera Hindia-Benua Australia dan Lempeng Samudera Pasifik.
Lempeng Samudera Hindia – Benua Australia bergerak relatif kearah Utara relatif terhadap
Lempeng Eurasia (7,0 cm/th), Lempeng Pasifik serta Lempeng Philipina di bagian Timur
bergerak ke barat keduanya menumpu di bawah pinggiran Lempeng Asia Tenggara (10 cm/th),
sebagai bagian dari Lempeng Eurasia. Pergerakan lempeng besar dalam bentuk penumpuan
dan papasan menimbulkan beberapa zona subduksi dan patah permukaan. Selain itu
pergerakan ini akan membebaskan sejumlah energi yang telah terkumpul sekian lama secara
tiba-tiba, di mana proses pelepasan tersebut menimbulkan getaran gempa dengan nilai yang
beragam. (Kertapati, 2004).
Kondisi Indonesia yang rawan terhadap bencana gempabumi menyebabkan upaya-upaya
pengurangan risiko bencana gempabumi menjadi hal yang sangat penting. Upaya ini perlu
dilakukan mulai dari tingkatan masyarakat yang paling kecil yaitu keluarga. Oleh sebab itu,
dalam hal ini, penyusunan sistem peringatan gempabumi sederhana sangat penting untuk
dilakukan.

Detektor Gempa Sederhana Sistem Relay


1. Perangkat Relay
Relai adalah suatu perangkat elektronika yang bisa menghubungkan saklar secara otomatis.
Relai terdiri dari beberapa bagian, diantaranya: kumparan, sumber tegangan (batere), pegas,
dan saklar. Berdasarkan pada prinsip dasar cara kerjanya, relay dapat bekerja karena adanya
medan magnet yang digunakan untuk menggerakkan saklar. Saat kumparan diberikan
tegangan sebesar tegangan kerja relay maka akan timbul medan magnet pada kumparan
karena adanya arus yang mengalir pada lilitan kawat. Kumparan yang bersifat sebagai
elektromagnet ini kemudian akan menarik saklar S 2 sehingga rangkaian menjadi tertutup
dan aruspun mengalir. Jika tegangan pada kumparan dimatikan maka medan magnet pada
kumparan akan hilang sehingga pegas akan menarik saklar S 2 sehingga rangkaian listrik
kembali terputus.
2. Perangkat Alarm
Rangkaian Alarm adalah sesuatu rangkaian elektronik yang digunakan untuk memberi
peringatan kepada orang dengan cepat untuk mengetahui adanya sesuatu (Widodo, 2010).
Tanda peringatan yang biasanya dihasilkan oleh rangkaian alarm berupa bunyi yang keras.
Skema rangkaian alarm yang akan digunakan adalah seperti berikut :
3. Sensor
Sensor adalah sesuatu yang digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan lingkungan fisik
atau kimia. Sensor fisika mendeteksi besaran suatu besaran berdasarkan hukum-hukum
fisika. Contoh sensor fisika adalah sensor cahaya, sensor suara, sensor gaya, sensor tekanan,
sensor getaran/vibrasi, sensor gerakan, sensor kecepatan,sensor percepatan, sensor gravitasi,
sensor suhu, sensor kelembaban udara, sensor medan listrik/magnit, dll. Sensor yang
digunakan adalah berupa sensor grafitasi. Sensor sederhana ini terdiri bandul dan lempengan
berupa lingkaran. Bandul berbahan logam yang dapat mengalirkan arus listrik, berfungsi
sebagai penangkap getaran yang dihasilkan dari gempa bumi. Saat gempa bumi dengan
kekuatan tertentu terjadi, bandul akan bergetar dan kemudian menyentuh lempengan
berbentuk lingkaran.

Gambar 2. Bandul logam


Saat gempa bumi dengan kekuatan tertentu terjadi, bandul akan bergetar dan kemudian
menyentuh lempengan berbentuk lingkaran. Arus listrik yang mengalir diantara sensor dan
kemudian menghidupkan relai. Relai ini menyebabkan saklar S1 dan S2 secara automatis
menutup. Saklar S1 berfungsi menyuplai arus ke rilai agar relai tetap bekerja. Saklar S2
memberikan suplai arus ke rangkaian alarm. Pada saat inilah rangkaian alarm akan berbunyi.
Prinsip kerja alat dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 3. Prinsip kerja alat

DAFTAR PUSTAKA

Kertapati, E. K., Januari 2004; ”Aktivitas Gempabumi di Indonesia, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi”, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral.
Parlan, H., 2010, Paradigma Penanggulangan Bencana, Yogyakarta: Sheep Indonesia
Widodo, Hasto. 2010. SIRINE POLISI. (artikel diunduh dari
http://www.rangkaianelektronik.co.cc/2009/07/cilis. html.)

Anda mungkin juga menyukai