DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
1. Gita Yasha Syafitri
2. Ince Sintia
3. Maya
4. Pinky Cindi Cindora
5. Siska Susefti
6.
DOSEN PEMBIMBING :
Hj. Yuliana Lubis. SPd. M.Kes
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….....1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….2
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………….3
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………3
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….3
1.3 Tujuan..............................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………...4
2.1 Pengertian pemberian terapi oksigen...............................................4
2.2 Tujuan pemberian terapi oksigen.................................................4
2.3 Syarat-syarat pemberian terapi oksigen...................................................4
2.4 Indikasi pemberian oksigen...............................................4
2.5 Metode pemberian oksigen.........................................................5-11
BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan.....................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian kejaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler
dan keadaan hematologis.
Adanya kekurangan ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat
menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi
demikian mengharapkan kompetensi perawat dalam mengenal keadaan hipoksemia dengan
segera untuk mengatasi masalah .
Pemberian terapi dalam asuhan keperawatan, memerlukan dasar pengetahuan tetang
factor-faktor yang mempengaruhi masuknya dari atmosfir singga sampai ketingkat se melalui
alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami
indikasi pemberian metode pemberian dan bahaya-bahaya pemberian .
Proses respirasi merupakan proses pertukaran gas yang masuk dan keluar melalui
kerjasama dengan sistem kardiovaskuler dan kondisi hematologis.
Oksigen di atmosfir mengandung konsentrasi sebesar 20,9 % akan masuk ke alveoli melalui
mekanisme ventilasi kemudian terjadi proses pertukaran gas yang disebut proses difusi. Difusi
adalah suatu perpindahan/ peralihan O2 dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dimana
konsentrasi O2 yang tinggi di alveoli akan beralih ke kapiler paru dan selanjutnya
didistribusikan lewat darah dalam 2 (dua) bentuk yaitu : (1) 1,34 ml O2 terikat dengan 1 gram
Hemoglobin (Hb) dengan persentasi kejenuhan yang disebut dengan “Saturasi O2” (SaO2), (2)
0,003 ml O2 terlarut dalam 100 ml plasma pada tekanan parsial O2 di arteri (PaO2) 1 mmHg.
1.3. Tujuan
1. Memahami pengertian dan tujuan dari pemberian terapi oksigen
2. Mengetahui indikasi pemberian terapi oksigen
3. Mengetahui syarat-syarat pemberian oksigen
4. Mengetahui indikasi penberian oksigen
5. Mengetahui metode-metode pemberian terapi oksigen
6. Mengetahui bahaya pemberian oksigen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Terapi oksigen merupakan Salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan yang adekuat adalah terapi oksigen (O2).
Terapi oksigen merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk
keperawatan terhadap adanya gangguan pemenuhan oksigen pada klien. Pengetahuan perawat
yang memadai terhadap proses respirasi dan indikasi serta metode pemberian oksigen
merupakan bekal bagi perawat agar asuhan yang diberikan tepat guna dengan resiko seminimal
mungkin.
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen sebagai intervensi medis, yang dapat untuk
berbagai tujuan di kedua perawatan pasien kronis dan akut.
Oksigen sangat penting untuk metabolisme sel, dan pada gilirannya, oksigenasi
jaringan sangat penting untuk semua fungsi fisiologis normal.
a. nasal kanul
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu
dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% – 44%.
Cara pemasangan :
· Terangkan prosedur pada klien
· Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
· Atur peralatan oksigen dan humidiflier
· Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran oksigen yang
rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
· Masukan ujung kanula ke lubang hidung
· Fiksasi selang oksigen
· Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.
Keuntungan.
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara,
lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
Kerugian.
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigenlebih dari 44%, suplai oksigen berkurang
bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat
mengiritasi selaput lendir.
b. nasal kateter
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan
aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigensama dengan kateter nasal.
Kentungan
Pemberian oksigenstabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi
iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri
sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.
Cara pemasangan :
Ø Terangkan prosedur pada klien
Ø Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
Ø Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan humidiflier.
Ø Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut klien
Ø Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas
Ø Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.
Keuntungan.
Konsentrasi oksigenyang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan
dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugian.
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d. masker muka dengan kantong Rebreathing.
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan
aliran 8 – 12 liter/mnt .
Cara pemakaian :
Ø Terangkan prosedur pada klien
Ø Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran rendah
Ø Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantung dengan sungkup
Ø Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan nyaman. Bila perlu pakai kasa pada
daerah yang tertekan.
Ø Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu ekspirasi dan hampir kuncup
waktu inspirasi
Keuntungan.
Konsentrasi oksigenlebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan
selaput lendir .
Kerugian.
Tidak dapat memberikan oksigenkonsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigenbisa terlipat.
Keuntungan.
Konsentrasi oksigenyang diperoleh dapat
Sistem pemberian oksigen tambahan terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu sistem
pemberian oksigen dengan aliran lambat (nasal kanula, simple face mask, partial rebreathing
mask dan nonrebreathing mask), dan sistem aliran cepat. Sistem aliran cepat meliputi venturi
mask dan large-volume aerosol system, yaitu: high-humidity face mask, high-humidity face
tent, high-humidity tracheostomy mask/collar dan high-humidity T piece. Penggunaan ventilasi
mekanis sesuai dengan definisi sistem aliran udara cepat, namun ia ditempatkan dalam kelas
tersendiri.
Pemberian oksigen dengan aliran cepat akan memberikan kecukupan gas yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan ventilasi semenit pasien. Secara umum, metode ini digunakan
untuk menyediakan FiO2 secara konsisten pada pasien dengan pola pernapasan yang berubah
(dalam, tidak teratur, dangkal). FiO2 tetap konstan dan tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi
pasien. Suhu dan kelembaban udara juga dikendalikan.
Kelebihan
Kekurang an
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas perkusi,
vibrasi, postural drainage. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efesiensi pola
b. Fisioterapi Dada
pernapasan dan membersihkan jalan napas.
a. Perkusi (clapping) : pukulan kuat pada dinding dada dan punggung dengan tangan di
bentuk seperti mangkuk.
prosedur :
v tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
v Anjurkan klien tarik nafas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
v Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit
v Tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah terjadi cedera. Seperti :
mammae, sternum dan ginjal.
b. Vibrasi : getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang di
letakkan datar pada dinding dada klien.
Prosedur :
v Letakan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di drainage.Satu
tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara yang
lain bisa di letakan secara bersebelahan.
v Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam melalui hidung dan menghembuskan nafas secara
lambat lewat mulut.
v Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua
tumit tangan. Getarkan(kejutkan) tangan, gerakan kea rah bawah. Hentikan getaran jika klien
melakukan inspirasi.
v Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan secret.
c. Postural drainage : salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya grafitasi. Waktu yang terbaik untuk
melakukannya yaitu sekitar 1jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1jam sebelum tidur pada
malam hari. Padahal drainage harus lebih sering dilakukan apabila lender kien berubah
warnanya menjadi kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan postural drainage antara lain :
Ø Batuk 2 atau 3 kali setelah setiap kali berganti posisi
Ø Minum air hangat setiiap hari 2 liter
Ø Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15menit sebelum melakukan postural
drainage
Ø Lakukan latiha n nafas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lender.
Peralatan :
1 Bantal 2 atau 3
2 Papan pengatur posisi
3 Tisu wajah
4 Segelas air
5 Sputum pot
Prosedur :
Cuci tangan
Pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengakajian semua area
paru, dan data klinis.
Baringkan klien dalam posisi duduk untuk mendrainage area yang tersumbat
Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15menit
Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada di
atas area yang di drainage.
Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk, bila tidak bisa
batuk, lakikan suction. Tampung sputum di pot.
Ulangi pengkajian dada pada bidang paru
Cuci tangan
Dokumentasikan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen sebagai intervensi medis, yang dapat untuk
berbagai tujuan di kedua perawatan pasien kronis dan akut.
Oksigen sangat penting untuk metabolisme sel, dan pada gilirannya, oksigenasi
jaringan sangat penting untuk semua fungsi fisiologis normal.
Ruang udara hanya berisi 21% oksigen, dan meningkatkan fraksi oksigen dalam gas
pernapasan meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
Hal ini sering hanya diperlukan untuk meningkatkan fraksi oksigen dikirim ke 30-35%
dan ini dilakukan dengan menggunakan kanula hidung.
Ketika 100% oksigen yang dibutuhkan, itu mungkin dikirimkan melalui masker wajah
yang ketat, atau dengan memasok oksigen 100% untuk inkubator dalam kasus bayi.
Darah tinggi dan kadar oksigen jaringan dapat membantu atau merusak, tergantung
pada keadaan dan terapi oksigen harus digunakan untuk menguntungkan pasien dengan
meningkatkan pasokan oksigen ke paru-paru dan dengan demikian meningkatkan ketersediaan
oksigen ke jaringan tubuh, terutama bila pasien menderita hipoksia dan / atau hipoksemia.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. Medical Surgical Nursing ; Clinical Management For Continuity Of Care, W.B
Sunders Company, 1999
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia, vol. 8, Jakarta,
2001
Carpenito, LYnda Juall. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999
Kanul nasal
Non-rebreathing mask
Venturi mask
Fisioterapi dada