Anda di halaman 1dari 21

ASKEB NEONATUS

HAND OUT

KULIAH : ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA


: ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA DENGAN JEJAS
PERSALINAN
PIK : ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA DENGAN CAPUT
SUKSEDANEUM, CHEPALHEMATOMA, TRAUMA PADA FLEKSUS BRACHIALIS
DAN FRAKTUR CLAVICULA

IF PERILAKU SISWA
1. Pada akhir pembelajaran ini Mahasiswa dapat mendefinisikan Caput Suksedaneum pada bayi
baru lahir, bayi dan balita dengan benar
2. Pada akhir pembelajaran ini Mahasiswa dapat mendefinisikan Chepalhematoma pada bayi
baru lahir, bayi dan balita dengan benar
3. Pada akhir pembelajaran ini Mahasiswa dapat mendefinisikan Fraktur Brachialis pada bayi
baru lahir, bayi dan balita dengan benar
4. Pada akhir pembelajaran ini Mahasiswa dapat mendefinisikan Fraktur Clavicula pada bayi
baru lahir, bayi dan balita dengan benar
5. Pada akhir pembelajaran ini Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi dan balita dengan Caput Suksedaneum dengan benar
6. Pada akhir pembelajaran ini Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi dan balita dengan Chepalhematoma dengan benar
7. Pada akhir pembelajaran ini Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan kebidanan pada neonatus,
bayi dan balita dengan Fraktur Brachialis dengan benar
8. Pada akhir pembelajaran ini Mahasiswa dapat menjelaskan Fraktur Clavicula pada bayi baru
lahir, bayi dan balita dengan benar

PENDAHULUAN
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi Asuhan Kebidanan pada
Neonatus, Bayi dan Balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir,
bayi dan balita. Neonatus, bayi dan balita dengan jejas persalinan adalah suatu keadaan
trauma pada bayi baru lahir, bayi dan balita yang terjadi selama proses persalinan dan dapat
menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang
tepat dan benar. Oleh sebab itu seluruh mahasiswa kebidanan harus mempelajari asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi dan balita pada masa perkuliahan, sehingga pada saat calon
bidan diterjunkan di lahan praktek sudah mampu untuk memberikan asuhan kebidanan pada
neonatus, bayi dan balita dengan benar. Ada beberapa trauma akibat proses persalinan
diantaranya adalah adanya caput suksedaneum, chepalhematoma, fraktur brachialis dan
fraktur claviculla.

MATERI
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NEONATUS & BAYI DENGAN JEJAS PERSALINAN SERTA
PENATALAKSANAAN

CAPUT SUKSEDANEUM
 DEFINISI
Adalah benjolan atau pembengkakan karena adanya timbunan getah bening di kepala
(pada presentasi kepala) pada bayi lahir.
 ETIOLOGI
Adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi
pembendungan sirkulasi perifer dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jarngan ekstra
vasa. Misalnya pada :
1. Partus lama
2. Persalinan dengan vacum ekstraksi.
 GEJALA
1. Oedema di kepala
2. Pada peabaan tersa lembut dan lunak
3. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah.
4. Oedema melampaui tulang tengkorak
5. Batas yang tidak jelas.
6. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahann.
7. Benjolan akan menghilang  2 sampai 3 minggu tanpa pengobatan.
 PENATALAKSANAAN
1. Perawatan bayi sama dengan perawatan bayi normal.
2. Pengawasan keadaan umum bayi,
3. Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi yang cukup dan sinar matahari bisa masuk.
4. Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui yang
benar.
5. Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan.
6. Berikan konseling pada orang tua, tentang :
a Keadaan trauma yang dialami oleh bayi.
b Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendiri tanpa pengobatan setelah 2 sampai
3 minggu.
c Perawatan bayi sehari-hari
d Manfaat dan teknik pemberian ASI.

SEFAL HEMATOM
 DEFINISI
Pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan darah
akibat perdarahan pada sub periostinum.
 ETIOLOGI
1. Adanya tekanan jalan lahir yang terlalu lama
2. Mollage yang terlalu kuat
3. Partus dengan tindakan
 TANDA DAN GEJALA
1. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah.
2. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak.
3. Pada perabaan terasa mula-mula keras kemudian menjadi lunak.
4. Benjolan tampak jelas  6 sampai 8 jam seetelah lahir.
5. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga.
6. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.

 PENATALAKSANAAN
1. Perawatan yang dilakukan hampir sama dengan kaput suksedaneum.
2. Jika ada luka dijaga agar tetap bersih dan kering.
3. Pemberian vitamin K jika perlu.
4. Apabila dicurigai terjadi fraktur tulang tengkorak, harus dilakukan pemeriksaan lain.
Misalnya, ffhoto thorak.
5. Pemeriksaan radiologik hanya dilakukan apabila dicurigai adanya gangguan susunan syaraf
pusat. Misalnya, tampak bnejolan yang sangat luas.

BRACHIAL PALSI
 DEFINISI
Kelumpuhan pada pleksus brachial.
 PENYEBAB
1. Tarikan lateral pada kepala dan leher pada saat melahirkan bahu
2. Apabila lengan ekstensi melewati kepala pada presentasi bokong atau terjadi tarikan yang
berlebihan pada bahu.
 GEJALA
1. Gangguan motorik pada lengan atas
2. Lengan atas pada kedudukan ekstensi dan abduksi
3. Jika anak diangkat, lengan akan tampak lemas dan menggantung.
4. Refleks moro negatif.
5. Hiperekstensi dan fleksi pada jari-jari
6. Refleks meraih dengan tangan tidak ada.
 PENATALAKSANAAN
1. Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai untuk mncegah terjadinya
kontraktur.
2. Memberi penguat atau bidai  1 sampai 2 minggu
3. Rujuk.

FRAKTUR CLAVICULA
 DEFINISI
Patahnya tulang clavicula pada saat proses persalinan, biasanya karena terjadi kesulitan
dalam melahirkan bahu pada letak kepala dan melahirkan lengan pada prosentase bokong.
 TANDA DAN GEJALA
1. Bayi tidak dapat menggerakan lengan secara bebas pada sisi yang mengalami gangguan
2. Bayi menjadi rewel karena rasa sakit
3. Adanya krepitasi dan perubahan warna kulit di daerah yang sakit.
 PENATALAKSANAAN
1. Jangan banyak digerakan
2. Imobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit
3. Rawat bayi dengan hati-hati
4. Nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara mengajarkan kepada ibu
cara pemberian ASI dengan posisi tidur, dengan sendok, dengan pipet).
5. Rujuk dengan pemberian inform consent dan inform choise.

KESIMPULAN

 CAPUT SUKSEDANEUM
Adalah benjolan atau pembengkakan karena adanya timbunan getah bening di kepala (pada
presentasi kepala) pada bayi lahir. Penyebabnya adanya tekanan yang kuat pada kepala pada
saat memasuki jalan lahir. Penanganannya dengan perawatan bayi sama dengan perawatan
bayi normal, pengawasan keadaan umum bayi, berikan lingkungan yang baik, berikan ASI
yang adekuat, ajarkan pada ibu teknik menyusui yang benar, pencegahan infeksi, konseling
pada orang tua.
 SEFAL HEMATOM
Adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan
darah akibat perdarahan pada sub periostinum. Yang disebabkan adanya tekanan jalan lahir
yang terlalu lama, mollage yang terlalu kuat, partus dengan tindakan. Penanganannya dengan
cara perawatan yang dilakukan hampir sama dengan kaput suksedaneum, jika luka dijaga
tetap bersih dan kering, pemberian vitamin K jika perlu, bila dicurigai fraktur tulang
tengkorak dilakukan pemeriksaan lain, pemeriksaan radiologik dilakukan bila dicurigai
adanya gangguan susunan syaraf pusat.
 FRAKTUR BRACHIAL
Kelumpuhan pada pleksus brachial. Penyebabnya adalah tarikan lateral pada kepala dan leher
pada saat melahirkan bahu, apabila lengan ekstensi melewati kepala pada presentasi bokong
atau terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu. Penanganannya adalah immobilisasi parsial
dan penempatan lengan yang sesuai untuk mncegah terjadinya kontraktur, beri penguat atau
bidai  1 sampai 2 minggu, rujuk.
 FRAKTUR CLAVICULA
Patahnya tulang clavicula pada saat proses persalinan, biasanya karena terjadi kesulitan
dalam melahirkan bahu pada letak kepala dan melahirkan lengan pada prosentase bokong.
Penanganannya dengan cara jangan banyak digerakan, imobilisasi lengan dan bahu pada sisi
yang sakit, nutrisi yang adekuat dan rujuk dengan pemberian inform consent dan inform
choise.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 1993, Buku Asuhan
Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
2. Saifuddin Abdul Bari, 2002, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan dan Neonatal,
Yayasan Bina pustaka sarwono Prawiro Hardjo, Jakarta.
3. Varney, 2002, Buku Saku Bidan, Jakarta.
Adele Pillitteri, 2002, Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta
Diposkan oleh Berbagi Ilmu Queensha Hodge di 06:06
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Nur

Jumat, 06 April 2012


bahan ajar askeb neonatus (pertemuan4 belum selesai)

PERTEMUAN KE IV
D. ASUHAN BAYI 2-6 HARI
1. Pengumpulan Data
Penilaian atau evaluasi terhadap bayi baru lahir, antara lain meliputi penilaian tahap
pertumbuhan dan perkembangan janin, kesesuaian usia kehamilan; penilaian adaptasi
neonatal (SKOR APGAR, refleks); penialaian fisik neonatal secara sistematik (ada/tidak
kelainan morfologi/fisiologi);pemberian identifikasi meliputi jenis kelamin, berat badan,
panjang badan ;serta menentukan penanganan yang diperlukan. Klasifikasi bayi baru lahir
(neonatus), dibedakan menjadi 3 kategori:
Pertama, klasifikasi neonatus menurut masa gestasi :
a. Neonatus kurang bulan (Preterm infant): kurang 259 hari (37 minggu)
b. Neonatus cukup bulan (term infant): 259-294 hari (31-42 minggu)
c. Neonatus lebih bulan (postterm infant):lebih dari 294 hari (42 minggu lebih)
Kedua, klasifikasi neonatus menurut berat lahir :
a. Neonatus berat lahir rendah : kurang dari 2500 gram.
b. Neonatus berat cukup : antara 2500-4000 gram
c. Neonatus berat lahir lebih : lebih dari 4000 gram.
Ketiga klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi,
Dideskripsikan dengan masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa
kehamilannya, yaitu neonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB) apakah
sesuai/kesil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK).
2. Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
Pengkajian fisik bayi baru lahir dilakukan dalam 2 tahap yaitu:
Pertama, pengkajian segera setelah lahir
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi baaayi baru lahir ke kehidupan luar uterus ,
yaitu dengan penilaian APGAR.
Kedua, pengkajian fisik
Pengkajian fisik bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur perawatan bayi segera
setelah lahir . Berikut ini prosedur perawatan bayi segera setelah lahir (immediate care of the
newborn).
a. Mempelajari hasil anamnesis, meliputi : riwayat hamil, riwayat persalinan, riwayat keluarga.
b. Menilai Skor APGAR.
c. Melakukan resusitasi neonatus.
d. Melakukan perawatan tali pusat, pemotongan jagan terlalu pendek dan harus diawasi setiap
hari,
e. Memberikan identifikasi bayi dengan memberi gelang bayi
f. Melakukan pemeriksaan fisik dan observasi tanda tanda vital
g. Menentukan tempat perawatan
h. Melakukan prosedur rujukan bila perlu.
Prosedur pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir, antara lain sebagai
berikut:
a. Menginformasikan prosedur dan meminta persetujuan orang tua
b. Mencuci tangan dan keringkan.
c. Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi.
d. Memeriksa secara sistematis head to too
e. Mengidentifikasi warna dan aktivitas bayi.
f. Mencatat miksi dan mekonium bayi.
g. Mengukur lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, lingkar lengan atas, menimbang BB
dan mengukur TB.
h. Mendiskusikan hasil pemeriksaan dengan orang tua
i. Mendokumentasikan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan Umum
a. Pernapasan
b. Warna kulit
c. Denyut jantung
d. Suhu aksiler
e. Postur dan gerakan
f. Tonus otot/ tingkat kesadaran
g. Ekstremitas
h. Kulit
i. Tali pusat
j. Berat badan
Pemeriksaan fisik (head to too)
a. Kepala
b. Muka
c. Mata
d. Telinga
e. Hidung
f. Mulut
g. Leher
h. K lavikula dan lengan tangan.
i. Dada
j. Abdomen
k. Genitalia
l. Tungkai dan kaki
m. Anus
n. Punggung
o. Pemeriksaan kulit
p. Refleks
q. Antropometri
r. Eliminasi
Pemeriksaan labolatorium
a. Nilai labolatorium darah neonatus normal
b. Nilai labolatorium cairan otak neonatus normal
3. Rencana Asuhan Bayi usia 2-6 hari
a. Minum bayi
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir (dalam waktu 30 menit ) atau
dalam 3 jam setelah masuk ke rumah sakit, kecuali apabila pemberian minum harus ditunda
karena masalah tertentu. Bila bayi dirawat di rumah sakit upayakan ibu mendampingi dan
tetap membberi ASI
Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut :
1) Menganjurkan ibu uintuk menyusui tanpa dijadwal siang malam (minimal 8 kali dalam 24
jam) setiap bayi menginginkan.
2) Bila bayi melepaskan isapan satu payudara berikan payudara yang lain.
3) Tidak memaksakan bayi menyusu bila tidak mau, tidak melepaskan isapan sebelum bayi
selesai menyusu,tidak memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan
dot/empeng.
4) Menganjurkan ibu hanya memberikan Asi saja pada 4-6 bulan pertama
5) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayidan payudara ibu dengan benar
6) Menyusui dimulai apabila bayi siap, yaitu : mulut bayi membuka lebar, tampak rooting
refleks, bayi melihat sekeliling dan bergerak.
7) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh lurus menghadap payudara,
hidung dekat puting susu.
8) Cara melekatkan :menyentuh puting pada bibir, tunggu mulut bayi hingga terbuka lebar,
gerakkan mulut ke arah puting sehingga bibir bawah jauh di belakang areola.
9) Nilai perlekatan dan refleks menghisap: Dagu menyentuh payudara, mulut terbuka lebar,
bibir bawah melipat keluar, areola di atas mulut bayilebih luas daripada di bawah mulut bayi,
bayi menghisap pelan dan kadang berhenti.
10) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila bayi minum baik.
Beberapa ibu mungkin tidak bisa memberikan ASI secara langsung (menyusui) bayinya.
Agar bayi tetap mendapatkan ASI ibunya , ibu perlu memeras ASInya untuk diberikan
kepada bayinya dengan sendok, atau pipa NGT. Berikut cara memeras ASI.
1) Mencuci tangan bersih
2) Memeras sedikit ASI dan oleskan pada puting dan daerah sekitar
3) Duduk nyaman, meletakkan wadah steril bermulut lebar (dari bahan gelas) di bawah
payudara .
4) Mulai memeras ASI dengan cara:
a) Menopang payudara dengann 4 jari, ibu jari di atas areola.
b) Memencet areola diantara ibu jari dan jari lain sambil menekan payudara ke arah dada.
c) Memeras Asi tiap payudara paling tidak 4 menit, memeras payudara lain juga 4 menit.
d) Melanjutkan memeras bergantian minimal 20-30 menit.
e) Bila ASI tidak mengalir lancar , Bantu ibu teknik yang benar, kompres dengan air hangat,
minta seseorang memijat punggungdan leher ibu dengan rileks
f) Apabila ASI peras tidak akan segera diberikan , beri label dan simpan dalam lemari es, dan
gunakan dalam waktu 24 jam , atau bekukan ASI peras,(bila tetap dijaga membeku pada suhu
-20°c ,) paling lama 6 bulan.
 Hangatkan Asi peras yang dibekukan atau didinginkan dengan merndam di air panas (sekitar
40°C)
 Gunakan ASI pada waktunya , jangan disimpan kembali di dalam lemari es bila tersisa.
 Jangan merebus ASI peras.
g) Anj urkan ibu untuk memeras ASI paling tidak 8 kali dalam 24 jam. Setiap kali peras ASI
sebanyak mungkin yang dibutuhkan bayi atau lebih
h) Anjurkan dan beri dukungan ibu untuk segera memulai menyusui sesegera mungkin.
i) Memberikan ASI peras dengan cangkir
Memberikan susu formula
Bila Ibu tidak dapat menyusui atau memeras ASI, berikan bayi susu formula bila ada. Cara
dalam menyiapkan PASI (susu formula), antara lain :
a) Gunakan cara aseptik dalam menyiapkan susu formula cair maupun yang bubuk (cuci tangan
dengan sabun), gunakan peralatan dan wadah yang sudah steril serta air yang sudah direbus (
dididihkan selama 10 menit).
b) Gunakan susu formula steril yang siap pakai 4 jam, setelah dibuka wadahnya.
c) Cuci tangan dengan sabun
d) Didihkan air selama 10 menit
e) Cuci cangkir aau peralatan yang digunakan untuk member minum dengan air dan sabun, dan
bila mungkin bilas dengan air panas.
f) Takar susu bubuk dan air yang diperlukan, campur dengan mengocok. Tuangkan susu
formula yang diperlukan dalam cangkir dan berikan pada bayi.
g) Simpan sisanya ke dalam lemari pendingin maksimal 24 jam. Tandai wadahnya dan kapan
wdahnya dibuka.
h) Cuci cangkir dan peralatan yang digunakan untuk member minum setiap ali selesai
digunakan.
i) Bila bayi kecil (missal berat bayi <2500 gram atau umur kehamilan < 37 minggu), gunakan
susu formula khusus untuk bayi kecil atau prematur.
b. Buang Air besar
Kotoran yang dikeluarkan bayi baru lahir pada hari hari pertama kehidupannya adalah
berupa mekoneum, mekonium adalah ekskresi gastrointestinal bayi baru lahir yang
diakumulasi dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu . warna
mekonium adalah hijau kehitam hitaman, lembut, terdiri atas : mukus, sel epitel, cairan
amnion yang tertelan, asam lemak dan pigmen empedu. Mekoneum ini keluar pertama kali
dalam 24 jam setelah lahir. Mekoneum dikeluarkan seluruhnnya 2-3 hari setelah lahir.
Mekoneum yang telah keluar dalam 24 jam menandakan anus bayi telah berfungsi. Jika
mekoneum tidak keluar, bidan/ petugas kesehatan haus mengkaji adanya kemungkinan
atresia anii atau megakolon.
Warna feses bayi berubah kuning pada saat bayi berumur 4-5 hari. Bayi yang diberi ASI
fesesnya menjadi lebih lembut, berwarna kuning terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi
susu formula feses cenderung berwarna pucat dan agak berbau . Warna feses akan menjadi
kuning kecoklatan setelah bayi mendapatkan makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya sekali
dalam sehari . Pemberian ASI cenderung membuat frekunsi BAB bayi menjadi lebih sering.
Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup maka bayi akan
BAB lima kaliatau lebih dalam sehari . Pada saat bayi berumur 3-4 minggu, frekuensi BAB
berkurang menjadi satu kali dalam 2-3 hari. Bayi dengan pemberian susu formula akan lebih
sering BAB, tapi cenderung lebih serinh mengalami konstipasi. Jika bayi tidak BAB atau
feses tidak keluar, bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji adanya distensi abdomen
atau bising usus.
c. Buang Air Kecil (BAK)
Bayi baru lahir sudah harus BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir. Hari selanjutnya Bayi
akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari.. Pada awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/ hari,
meningkat menjadi 100-200 ml / hari pada akhir minggu pertama. Warna urine keruh/ merah
muda dan berangsur angsur jernih karena intake cairan meningkat . Jika dalam 24 jam bayi
tidak BAK, bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi
uretra.
d. Tidur
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir menghabiskan waktunya untuk
tidur.Macam tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari
hanya 15 % waktu yang digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis,
gerakan motorik, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85 % lainnya digunakan bayi untuk
tidur
e. Kebersihan kulit
Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. IU

f. Perawatan tali pusat


g. Keamanan bayi

Adaptasi Bayi Baru Lahir

Pengertian Bayi Baru Lahir Normal

Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas, maka
individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain.
Pengertian Bayi Baru Lahir Normal.
Janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di luar kandungan.

Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal


a. Usia 36-42 minggu.
b. Berat badan lahir 2500-4000 gr.
c. Dapat bernafas dengan teratur dan normal.
d. Organ fisik lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

Adaptasi Fisik Bayi Baru Lahir Normal


Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi
mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan
segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri
yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup,
mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini
berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi,
sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Perubahan Sistem Pernafasan.

Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :


a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan
yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis (Varney, 551-552)
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan
pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :


a. mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.

Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.


Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke
jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus
terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b. Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.

Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi
dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :


a. Pada saat tali pusat dipotong.
Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua hal ini membantu darah
dengan kandungan O2 sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang.

b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan


tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh darah paru-paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan
pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium
kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Dengan pernafasan, kadar O2 dalam darah akan meningkat,mengakibatkan ductus arteriosus
berkontriksi dan menutup. Vena umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali
pusat menutup dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan
anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

Sistem pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa, gastrointestinal dan Kekebalan Tubuh.


a. Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga
mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan
adanya stress dingin.

b. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa
darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan
dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi
mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati.

c. Perubahan Sistem Gastrointestinal


Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Sedangkan
sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan menelan dan mencerna
makanan (selain susu) terbatas pada bayi.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat
gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat
sesuai pertumbuhan janin.

d. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan alami yang
dimiliki bayi diantaranya :
1) Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
2) Fungsi jaringan saluran nafas.
3) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh
organisme asing.
di Tulis oleh @Lia di 04:14
Reaksi:

Thursday, May 5, 2011


ASKEB NEONATUS PADA PERSALINAN PATOLOGI.

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Angka kamatian perinatal yang terdiri atas jumlah anak yang tidak menunjukan tanda – tanda
hidup waktu dilahirkan, penurunan jumlah kematian perinatal dapat dicapai disamping
dengan membuat persalinan seaman – amannya bagi bayi Ibu. Dengan mengusahakan agar
janin dan Ibu kondisinya baik – baik saja.
Faktor – faktor lain seperti, afiksia neonatorum, letak sungsang dan lain – lain. Dua hal yang
banyak terjadinya angka kematian perinatal ialah tingkat kekurangan gizi Ibu dan janin serta
pelayanan petugas kesehatan. Latar belakang disusunnya makalah ini adalah agar
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tetang pengetahuan angka kematian
perinatal dan pelajaran yang lain.
TUJUAN
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan refrensi dan tambahan wawasan
terhadap mahasiswa sekaligus dapat membantu proses pembelajaran materi kuliah “ILMU
KESEHATAN ANAK” dalam pokok bahasan kelainan NEONATUS PADA PERSALINAN
PATOLOGI. Selain itu, pembuatan mamalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah “ILMU KESEHATAN ANAK”
I. DYTOCIA
Istilah dytocia atau persalinan yang sulit kita gunakan kalau tidak ada kemajuan dari
persalinan.
Sebab – sebab dytocia dibagi dalam tiga golongan besar:
1. Dytocia karena kekuatan – kekuatan yang mendorong anak keluar kurang kuat.
a. Karena kelainan His, inertia uteri atau kelamahan his merupakan sebab terpenting.
b. Karena kekuatan mengejan kurang kuat, misalanya karena cicatrix baru pada dinding
perut, hernia, diastase musculus rectus, abdominis atau karena sesak napas.
2. Dytocia karena kelalinan letak atau kelalinan anak, misalnya letak lintang, letak dahi,
hydrocephalus atau monstrum.
3. Dytocia karena kalainan jalan lahir, panggul sempit, tumor – tumor mempersempit jalan
lahir.
1. Dytocia Karena Kekuatan – Kekuatan Yang Mendorong Anak Keluar Kurang Kuat
Dytocia Karena Kelainan His
- Inertia uteri:
Yang dinamakan inertia uteri adalah pemanjangan fase lateut atau fase aktip atau kedua –
duanya dari kala pembukaan.
Baik tidaknya His dinilai dengan:

kemajuan persalinan
sifatnya his, frekuensi, kekuatan dan lamanya his, kekuatan his dapat dinilai dengan meneka
dinding rahim pada puncak kontraksi.
besarnya caput succedaneum.
Dulu inertia uteri dibagi dalam:
Inertia uteri primer ialah kalau his dari permulaan persalinan.
Inertia uteri sekunder kalau mula – mula his baik tapi kemudian menjadi lemah karena otot –
otot rahim lelah jika persalinan berlangsung lama (inertia kelelahan).
Pembagian inertia yang sekarang berlaku ialah:
a. Inertia uteri Hypotonis dimana kontraksi terkoordinasi tapi lemah hingga menghasilkan
tekanan yang kurang dari 15 mm hg. His kutang sering dan pada puncak kontraksi diding
rahim masih dapat ditekan kedalam. Pada His yang baik tekanan intrauterin mencapai 50-60
mm Hg biasanya terjadi dalam fase aktip atau kala II, maka dinamakan juga kemaluan his
sekunder. Asphyxia anak jarang terjadi dan reaksi terhadap pitocin baik sekali.
b. Inertia uteri hypertonis dimana kontreksi tidak terkoordinasi misalnya: kontraksi segmen
tengah lebih kuat dari segmen atas. Inertia uteri ini sifatnya hypertonis, sering disebut inertia
spastis pasien biasanyasangat kesakitan. Inertia uteri hypertonis terjadi dalam fase latent,
maka boleh dinamakan unertia primer, tanda –tanda foetol distres cepat terjadi.
Jadi secara ikhtisar perbedaan antara unertia hypotonis dan hypertonis adalah sebagai berikut:
Hypertonis Hypertonis
Kejadian 4% Dari persalinan 1% Persalinan
Tingkat persalinan Fase aktip Fase latent
Nyeri Tidak nyeri Nyeri berlebihan
Foetal distress Lambat terjadi Cepat
Reaksi terhadap oxytocin Baik Tidak baik
Pangaruh sedativa. Sedikit Besar
Sebab – sebab.
Penggunaan analgesi terlalu cepat, kesempitan panggul, letak defleksi, kelainan posisi,
regangan dinding rahim (hyraniom, genelli), perasaan takut dari ibu.
Penyulit:
1. Inertia uteri dapat menyebabkan kematian atau jelas jelas kelahiran.
2. Kemungkinan infeksi bertambah, yang juga meninggikan kematian pada anak.
3. Kehabisan tenaga Ibu dan dehydrasi. Tanda – tandanya pols naik, suhu meninggi,
acetonuri, nafas cepat, meteorismus dan turgor berkurang.
Infus harus diberikan kalau parus lebih lama dari 24 jam, untuk untuk mencegah timbulnya
gejala – gejala diatas.
Terapi
= Inertia Hyponis kalau ketuban positif maka pengobatan ialah dengan pemecahan ketuban
terlebih dahulu dan kalau perlu kemudian diberi pitokin pada panggul sempit absolut tentu
terapinya SC. Sebelum pemberian pitokin drip, kandung kending dan rectum harus
dikosongkan. Pelvic score ditentukan karena pitocin kurang berhasil pada pelvic score yang
rendah. Sebaiknya ketuban dipecahkan lebih dulu.
Cara pemberian oxytocin:
5 satuan oxytocin dilarutkan kedalam 500 cc glucose 5%, diberikan sebagai infus dengan
kecepatan 20 – 30 tt semenit. Kadang – kadang ditambah pethidin dan phenergan masing –
masing 50 mg. Pasian harus di observasi dengan seksama: kalau his menjadi terlalu kuat
misalnya kontraksi lebih lama dari 2 menit maka infus dihentikan, begitu pula dengan bunyi
jantung buruk. Kalau his menjadi cukup baik frekuensi maupun sifatnya, maka infus pytocin
harus dipertahankan dengan kecepatan yang berlaku pada saat itu.
Kalau terpi oxytocin berhasil maka pengaruhnya pada his nyata dalam waktu singkat, maka
tidak ada gunanya memberi pitocin terlalu lama, biasanya 4 jam sudah cukup lama 2 kalau
belum ada hasilnya setelah istirahat beberapa waktu boleh dicoba sekali lagi. Kalau dalam
masa pemberian kedua kalinya belum berhasil juga dilakukan sectio.
Inertia Uteri Hypertonis
Pengobatan yang terbaik adalah morfhin 10 mg atau pethidin 50 mg dengan maksud
menimbulkan relaksasi 2 istirahat dengan harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali
timbul his yang normal. Mengingat bahaya infeksi intra partun, kadang – kadang ducoba juga
oxytocin tapi dalam larutan yang lebuh lemah. Tapi kalau His tidak menjadi baik dalam
waktu yang tertentu lebih baik dilakukan SC.
Distosia Karena Kelainan Letak Dan Bentuk Janin
1. Kelainan Letak, Presentasi Atau Posisi
Presentasi belakang kepala oksiput posterior menetap, ialah ubun – ubun kecil menetap
dibelakang karena tidak kedepan ketika mencapai dasar panggul. Kepala janin akan lahir
dalam keadaan muka dibawah Simpisis Pubis.
ETIOLOGI
Panggul anthropoid dan android lembeknya otot dasar panggul pada multipara atau kepala
janin yang kecil dan bulat sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala untuk memutar
kedepan.
Penatalaksanaan
Lakukan pengawasan persalinan yang seksama dengan harapan terjadinya persalinan spontan,
bila kala II terlalu lama atau ada tanda gawat janin lakukan tindakan mempercepat persalinan
lakukan ektraksi cunam, sebelumnya usahakan ubun – ubun kecil didepan dengan cara
memutar kepala dengan tangan atau cunam.
PROGNOSIS
Kematian perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan ubun – ubun kecil
didepan.
Presentasi puncak kepala
Ialah kelainan akibat defleksi ringan janin ketika memasuki ruang panggul sehingga ubun –
ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi
kepala meksimal sehingga lengkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah sirkum ferensia
frontooksipitatis dengan galbela dibawah sebagai hipo moklin.
Penata Laksanaan
Pasien dapat melahirkan secara spontan pervaginam.
Presentasi muka
Ialah kepala dalam keadaan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan
muka merupakan bagian terendah. Kalau dagu dibagian belakang dan tidak dapat berputar
kedepan pada waktu paksi dalam disebut posisi mento postereor persisten dan janin tidak
dapat lahir spontan.
ETIOLOGI
Keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala, tumor dileher bagian depan atau keadaan
yang mengahalangi terjadinya fleksi kepala, seperti janin besar anensefalus dan kematian
janin intra uteri.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan luar: dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan
letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas
pada dada.
Pemeriksaan dalam: teraba dagu, mulut, hidung, dan pinggir orbital bila muka sudah masuk
kedalam rongga panggul.
Penatalaksanaan
Tentukan ada atau tidak disproporsi sefalopelvik, bila tidak ada dan dagu berada didepan,
diharapkan terjadi persalinan spontan rujuk pasien kerumah sakit bila ada disproporsi
sefalopelvik atau dagu berada dibelakang. Bila dagu berada dibelakang berikan kesempatan
kepada dagu untuk memutar kedepan, pada posisi memto postereor persisten, usahakan
memutar dagu kedepan dengan satu tangan yang dimasukan kedalam vagina. Presentasi muka
diubah menjadi presentasi belakang kepala bila dagu berada dibelakang atau kepala belum
turun dalam rongga penggul dan masih mudah didorong keatas dengan cara memasukan
tangan penolong kedalam vagina kemudian menekan muka keatas daerah dan dagu keatas.
Bila tidak berhasil, dapat dicoba parasat thon. Yaitu satu tangan penolong dimasukan
kedalam vagina untuk memegang bagian kepala janin, kemudian menariknya kebawah.
Tangan yang lain berusaha meniadakan ekstensi tubuh janin dengan menekan dada dari luar.
Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam diindikasikan untuk ekstrasi eunam. Bila tidak
berhasil atau didapatkan disproporsi sefalopelvik, lakukan seksio sesarea.
PROGNOSIS
Pada umumnya persalinan berlangsung tanpa kesulitan – kesulitan dapat terjadi karena
adanya diporporsi sefaloservik. Angka kematian perinatal pada presentasi muka ialah 2,5 –
5%.
Presentasi Dahi
Ialah keadaan kepala diantara fleksi maksimal dan deflekasi maksimal, sehingga dahi
merupakan bagian terendah. Pada umumnya presentasi muka atau bagian belakang kepala .
ETIOLOGI
Keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala, tumor dileher bagian depan atau keadaan
yang mengahalangi terjadinya fleksi kepala, seperti janin besar dan kematian janin intra
uterine.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan luar: dada teraba seperti penggung, denyut janin terdengar lebih jelas dibagian
dada yaitu pada sisi yang sama dengan bagian – bagian kecil.
Pemeriksaan dalam: teraba sutura frontalis, yang bila diikuti teraba ubun besar pada ujung
yang satu dan pangkal hidung dan lingkungan orbital pada ujung yang lain.
Penatalaksanaan
Pada janin kecil dan panggul luas, penangan sama seperti presentasi muka. Pada presentasi
dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat dilakukan persalinan spontan
pervaginam sehingga harus dilakukan seksio sesarea, maka pasien dirujuk kerumah sakit.
Bila persalinan maju atau ada harapan presentasi dahi dapat berubah menjadi presentasi
belakang kepala atau muka, tidak perlu dilakukan tindakan. Bila ada akhir kala I kepala
belum masuk rongga panggul, presentasi dapat diubah dengan perashat thom. Bila tidak
berhasil, lakukan seksio sesarea. Bila kala II tidak mengalami kemajuan, meskipun kepala
sudah masuk rongga panggul lakukan pula seksio sesarea.
LETAK LINTANG
Ialah keadaan sumbu memanjang janin kira – kira tegak lurus dengan sumbu memanjang
tubuh Ibu. Bila sumbu memanjang tersebut membentuk sudut lancip, disebut letak lintang
oblik, yang biasanya semantara karena kemudian akan berubah menjadi posisi longitudinal
pada persalinan. Pada letak lintang berada diatas pintu atas panggul kepala berada disalah
satu fosa iliaka yang lain. Pada keadaan ini, janin biasanya berada pada presentasi bahu atau
akronim. Panggung janin dapat berada didepan (dorsoanterior), belakang (dorsoinferior),
(dorsoposterior), atau bawah (dorsosuperior). Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan,
bahu akan masuk kedalam panggul sehingga rongga panggul seluruhnya terisi bahu dan
bagian – bagian tubuh lainnya. Janin tidak dapat turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga
panggul. Bila janin kecil, sudah mati, dan menjadi lembek, kadang – kadang persalinan dapat
berlangsung spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir (konduplikasio
karpure) atau lahir dengan evaluisio spontania menurut cara denman dan douglas.
Pada letak lintang bahu menjadi terendah, maka juga disebut presentasi bahu atau presentasi
acromiom. Kalau panggul terdapat sebelah depan disebut dorsoanterior dan kalau dibelakang
disebut dorsoposterior.
Sebab – sebab terpenting ialah :
Dinding perut yang kendur pada multiparitas.
Kesempitan panggul.
Plasenta praevia.
Prematuritas.
Kelainan bentuk rahim seperti uterus atau pada myoma uteri.
Kehamilan ganda.
ETIOLOGI
Relaksasi melebihi dinding abdomen akibat multi paritas, uterus abnormal (uterusarkuatus
atau subseptus), panggul sempit, tumor daerah panggul, pendulum dari dinding abdomen,
plasenta previa, insersi plasenta difundus, bayi premature, hidramniom, kehamilan ganda.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan luar : uterus lebih melebar dan fundus uteri lebih rendah, tidak sesuai dengan
umur kehamilan. Fundus uteri kosong, kecuali bila bahu sudah turun kedalam panggul,
denyut jantung sudah ditemukan disekitar umbelicus.
Pemeriksaan dalam : teraba bahu dan tulang – tulang iga, ketiak dan punggung (teraba
scapula dan ruas tulang belakang) atau dada (teraba klavikula). Kadang – kadang teraba tali
pusat yang menumbung.
DIAGNOSA
Pada inspeksi nampak bahwa perut melebar kesampingdan fundus uteri rendah datri biasa,
hanya beberapajari datas pusat, pada kehamilan cukup bulan. Pada palpasi ternyata bahwa
fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong sedangkan bagian – bagian besar (kepala
dan bokong) teraba disamping diatas fossa iliaca. Kalau teraba tekanan sebelah depan, maka
punggung ada sebelah depan, sebaliknya kalau teraba tonjolan – tonjolan maka ini
disebabkan oleh bagian – bagian kecil, sehingga punggung terdapat sebelah belakang. Dalam
persalinan maka dengan toucher dapat diraba sisi thorax sebagai susunan tulang – tulang
yang sejajar dan kalau pembukaan sudah besar maka teraba scapula dan pada fihak yang
bertentangan clavicula, arah penutupnya ketiak menunjukan arah kepala. Sering kali salah
satu lengan menumbung dan untuk menentukan lengan mana yang menumbung kita coba
berjabatan tangan kalau dapat berjabatan maka ini tangan kanan.
JALANNYA PERSALINAN
Ada kalanya anak yang pada permulaan persalinan dalam letak lintang berputar sendiri
menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea. Spontanea hanya mungkin
kalau ketuban masih utuh, anak yang menetap dalam letak lintang pada umumnya tidak dapat
lahir spontan. Hanya anak yang kecil atau anak yang sudah mengalami macerasi dapat lahir
secara spontan. Dalam kala 1 dan 2 anak ditekan sedemikian rupa, hingga anak mendekati
permukaan ventral tubuh anak. Akibatnya ialah ukuran melintang berkurang sehingga bahu
dapat masuk kedalam rongga panggul.
Setelah ketuban pecah, bahu didorong kedalam rongga panggul dan lengan yang
bersangkutan biasanya menumbung. Akan tetapi tidak lama kemudian kemajuan bagian
depan ini terhenti. Rahim menambah kekuatan kontraksi untuk mengatasi rintangan dan
berangsur terjadilah lingkaran retraksi yang patologis. Kalau keadaan ini dibiarkan terjadilah
ruptura uteri atau his menjadi lemah karena otot rahim kecapaian dan timbullah infeksi intra
uterin sampai terjadi hymponia uteri. Hanya kalau anak kecil atau telah mengalami macerasi
dapatlah persalinan berlangsung spontan. Dalam hal ini kepala tertekan kedalam perut anak
dan seterusnya anak lahir dalam keadaan terlipat atau conduplicatio corpure.
Yang paling dulu nampak dalam vulva ialah daerah dada dibawah bahu: kepala dan thorax
melalui rongga panggul bersamaan. Cara lain yang memungkinkan kelahiran yang spontan
dalam letak lintang ialah: Evolution spontaneac walaupun jarang terjadi. Evolution ada 2
(dua) vareasi yaitu :
a. Mekanisme dari douglas
b. Mekanisme dari denman
Pada modus douglas laterofeksi terjadi kebawah dan pada tulang pinggang bagian atas muka
setelah bahu lahir, lahirlah sisi thorax perut bokong dan akhirnya kepal.
Pada denman Laterofeksi terjadi keatas dan pada tulang pinggang bagian bawah maka setelah
bahu lahir, lahirlah bokong baru kemudian dada dan kepala.
PROGNOSA
Letak lintang merupakan letak yang tak mungkin lahir spontan dan berbahaya untuk Ibu
maupun anak biarpun lahir spontan anaknya lahir mati. Bahaya yang terbesar ialah ruptura
uteri yang spontan atau traumatis karena persi dan etraksi. Selain dari itu sering terjadi infeksi
karena purtus lama. Sebab kematian bayi ialah prolapsus poenecoli dan akpisia karena
kontraksi rahim terlalu kuat. Daya tekukan leher yang kuat dapat menyebabkan kematian
prognosa bayi sangat tergantung pada pecahan ketuban, selama ketuban masih utuh bahaya
bagi anak dan Ibu tidak seberapa. Maka kita harus berusaha supaya ketuban selama mungkin
utuh misalnya:
Melarang pasien mengejang
Pasien dan anak yang melintang tidak diperkenankan berjalan – jalan.
Tidak diberi obat his
Toucher harus hati – hati jangan sampai memecahkan ketuban
Malahan diluar Rumah Sakit sedapat – dapatnya jangan dilakukan touche, setelah ketuban
pecah bahayanya bertambah karena:
Dapat terjadi letak lintang kosip kalau pembukaan sudah lengkap.
Anak dapat mengalami aspiksia karena peredaran darah plasenta berkurang.
Tali pusat dapat menumbung.
Bahayanya infeksi menambah.
TERAPI
Dalam versi luar, diusahakan versi luar segera letak lintang Diagnosa, sedapat – dapatnya
dijadikan letak kepala tetapi kalau ini tidak mungkin diusahakan versi menjadi letak
sungsang. Kalau versi berhasil kepala didorong kedalam pintu atas panggul dan anak tidak
memutar kembali. Kalau tidak berhasil terutama pada multipora dipasang gurita kakiu partus
sudah mulai maka pasien selekas mungkin harus masuk rumah sakit.
Dalam persalinan masih dapat dicoba versi luar asal pembukaan lebih kecil dari 3 – 4 cm dan
ketuban masih utuh. Kalau versi luar tidak berhasil maka dilakukan SC karena hasil versi dan
Etraksi kurang. Versi dan Etraksi hanya dilakukan pada anak ke-II yang gemeli yang dalam
letak lintang.
Pada anak mati dalam letak lintang yang belum kasip dapat dipilih antara dikapiotasidan VE.
Setelah pembukaan lengkap, jika letak lintang dibiarkan maka bahu masuk dalam rongga
panggul hil lebuh kuat untuk mengatasi rintangan dan SBR menjadi tipis karena lingkaran
retraksi naik, jadi terjadi ancaman robekan rahim.
Dalam pemeriksaan kita dapat memasukan tangan dengan antara bagian depan jalan lahir dan
bahu tidak dapat digerakan keatas walaupun diluar His atau dalam narkose yang dalam
keadaan ini dinamakan keadaan letak lintang kosip. Pada letak lintang kosip biasanya anak
sudah mati. Persalinan diselesaikan dengan kapitasi dan karena pada letak lintang kosip
persalinan pada umumnya sudah berlangsung lama, sebaiknya juga diberikan antibiotikadan
infus glucusa.
PENUTUP
Kesimpulan
Pada persalinan dalam letak sungsang suatu kelainan letak bayi yaitu posisi kepala datas dan
posisi dibawah artinya, letak kepala bisa diatas atau dibawah ini karena permulaan
kehamilan, berat janin relatif rendah dibandingkan dengan rahim.
SARAN
Agar tidak terjadi angka kematian perinatal pada kelainan Neonatus pada kehamilan, maka
harus dilakukan pemeriksaan kehamilan dini dan ketelitian pada petugas kesehatan dalam
penangan persalinan, serta gizi yang cukup pada Ibu dan janin.
Posted by Berita Internet Harian at 5:22 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

APN 58 Langkah
Posted on Januari 15, 2010 by kuliahbidan

Untuk melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan


normal sebagai berikut (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2003):
1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul
oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan
letakan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke
perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,
membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam
batas normal (120 – 160 x/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk
meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih
untuk menderingkan janin pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan
kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri
diantara kedua lutut janin)
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif ?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali
bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal
dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi.
Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara
tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila
perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah
untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok
fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi
uterus baik (fundus teraba keras)
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam
kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila
laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin
minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.

Filed under: askeb | Tinggalkan sebuah Komentar »

Pengetahuan Ibu Nifas tentang Gizi


Posted on J

Anda mungkin juga menyukai