Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan ................................................................................. 3
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
2.1 Definisi Cedera ..................................................................................... 5
2.2 Tujuan ................................................................................................... 6
2.3 Sasaran .................................................................................................. 6
2.4 Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah Di Indonesia .......................... 6
2.5 Penyebab Cidera ................................................................................... 7
2.6 Peran dan Fungsi Perawat Komunitas .................................................. 8
2.7 Penanganan Cidera .............................................................................. 10
2.8 Asuhan Keperawatan .......................................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

iii
8

2.6 Peran dan fungsi perawat komunitas


Perawat melakukan perawatan dan konsultasi baik dalam keluarga maupun dalam
sekolah pada anak yang mengalami gangguan kesehatan.
a. Peran
Peran komunitas dapat berperan sebagai advokad, casefinder, case manager,
community liason, konselor kesehatan, penddikan kesehatan, home visitor dan
penelitian.

b. Fungsi
Upaya penatalaksanaan cedera oleh suku dinas kesehatan, Puskesmas dan Sekolah
masih belum efektif dalam mengatasi masalah cedera pada anak usia sekolah.
Dibutuhkan suatu upaya penanganan yang komprehensif dan inovatif untuk
menyelesaikan masalah ini melalui intervensi keperawatan komunitas dalam hal
manajemen pelayanan, asuhan keperawatan komunitas. Salah satu bentuk inovasi
tersebut adalah kosmos. Kosmos merupakan salah satu bentuk intervensi
keperawatan yang berbasis komunitas dalam pencegahan cedera pada anak usia
sekolah melalui pendekatan Knowledge, Skill, Motivation, Opportunity and
Access, Suportive Environment (Lubis Padrizal, dkk. 2015).
Fungsi perawat sekolah juga bias dilakukan sebagi berikut;
a. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di
sekolah.
b. Memberikan kontibusi untuk mempertahankan dan memperbaiki lingkungan
fisik dan sosial sekolah
c. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program kesehatan
masyarakat yang lain.

Menurut penelitian kuschithawati Susi, dkk. 2007. Pendekatan berbasis komunitas


menggunakan 3 strategi pencegahan cedera meliputi edukasi atau perilaku
(education atau behavioral), teknologi (engineering atau technologi), dan
kebijakan (legislation atau enforcement components). Strategi intervensi ini
9

terbukti secara positif menurunkan angka kejadian cedera dalam pada anak usia
sekolah. Cedera yang terjadi di sekolah paling banyak terjadi adalah tergigit,
kemudian terkilir dan keduanya terjadi pada waktu olah raga. Jenis cedera di
tempat lain yang sering terjadi adalah patah tulang dan pada waktu siang hari.
Sekolah dapat dikatakan aman atau tidak dilihat dari kepadatan murid di dalam
kelas, pencahayaan di dalam kelas yang memenuhi syarat dan halaman sekolah
yang memadai. Dari ketiga kriteria tersebut yang menyebabkan anak-anak mudah
mengalami cedera yaitu pada kelas dengan murid yang padat. Ini dikarenakan
anak-anak pada waktu berada di dalam kelas dengan jumlah murid yang banyak
akan mudah tersandung atau terbentur meja, lemari ataupun kursi. Walaupun
secara statistik tidak menunjukkan kemaknaan, tetapi cedera yang terjadi di
sekolah cukup besar yaitu 18,12%. Sebanyak 64,29% anak-anak berada dalam
lingkungan sekolah yang tidak aman.

Menurut penelitian kuschithawati Susi, dkk. 2007. Jenis kelamin merupakan salah
satu faktor yang menyebabkan terjadinya cedera pada anak-anak. Anak laki-laki
lebih sering mengalami cedera karena adanya perbedaan perilaku dan kebebasan
yang lebih banyak dimiliki anak laki-laki, sehingga paparan terhadap risiko
menjadi lebih besar. Selain itu, anak perempuan memiliki kemampuan motorik
yang lebih halus dari pada laki-laki. Biasanya faktor jenis kelamin menunjukkan
kemaknaan statistik dalam penelitian, walaupun faktor sosial-ekonomi pada
analisis tidak menunjukkan kemaknaan statistik, anak-anak dengan sosial-
ekonomi rendah mengalami cedera lebih sering (43,32%) bila dibandingkan
dengan anak-anak yang mempunyai ekonomi menengah-atas (41,48%). Ini sesuai
dengan beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa keluarga dengan sosial-
ekonomi rendah lebih rentan tarhadap tingginya tingkat stres psikososial yang
seringkali menyertai cedera pada anak-anak

Cedera pada anak usia sekolah dapat dicegah dan dikendalikan. Secara umum ada
6 prinsip dasar yang sangat sukses dalam program pencegahan cedera di seluruh
dunia, diantaranya: peraturan perundang-undangan; modifikasi produk;
10

modifikasi lingkungan; mendukung kunjungan rumah (home visits);


mempromosikan alat-alat keamanan; dan edukasi (WHO, 2008).

2.7 Penanganan Cedera


Sebelum kerumah sakit, pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah
evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk menentukan apakah ada
keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Setelah diketahui tidak ada hal
membahayakan jiwanya maka dilanjutkan upaya RICE yaitu:
a. REST, yaitu mengistirahatkan anggota tubuh yang terkena cedera agar tidak
menambah luas cedera tersebut
b. ICE, yaitu memberi kompres dingin pada bagian tubuh yang terkena cedera
dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit dan dingin akan membantu
menghentikan pendarahan.
c. COMPRESSION, yaitu memberikan balutan tekan pada anggota tubuh yang
cedera dengan tujuan untuk mengurangi pembengkakan.
d. ELEVATION, yaitu meninggikan anggota tubuh yang cedera untuk
mengurangi pembengkakan.

Ketika mengalami cedera baru dihindari HARM, yaitu


H: HEAT, pemberian panas pada bagian cedera justru akan meningkatkan
pendarahan.
A : ALCOHOL, akan meningkatkan pembengkakan.
R : RUNNING, terlalu dini akan memperburuk cedera.
M : MASSAGE, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak
jaringan.
11

2.8 Asuhan Keperawatan


Konsep Asuhan Keperawatan pada Kelompok Anak Usia Sekolah
A. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan Community as
partner meliputi : data inti komunitas dan subsystem.
a. Data inti komunitas, terdiri dari:
1. Demografi: jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data Monografi
2. Status perkawinan 100% dari anak usia sekolah belum kawin.
3. Nilai, kepercayaan dan agama: agama yang dianut oleh anak sekolah.

b. Data subsistem
Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :
1. Lingkungan Fisik; Tipe sekolah tempatnya strategis atau tidak. Kebersihan
lingkungan sekolah, fasilitas sekolah yang kondisinya terawat dengan baik.
Kegiatan ekstrakulikuler seperti olahraga kesenian, musik dan keagamaan.
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial; Pelayanan kesehatan di sekolah
terdapat UKS untuk tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit.
Selain itu juga terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk konsultasi
siswa.
3. Ekonomi; Keadaan ekonomi orang tua siswa.
4. Keamanan dan Transportasi; Fasilitas yang dapat mendukung keamanan
anak di sekolah, ada atau tidaknya kebiasaan yang dapat mengancam
keamanan anak di sekolah.
5. Politik dan pemerintahan; Pada subsistem politik dan pemerintahan bagi
anak usia sekolah adalah keikut sertaan anak dalam organisasi sosial di
sekolah serta kebijakan pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan
anak usia sekolah. Keaktifan anak pada organisasi di sekolah.
6. Komunikasi; Komunikasi formal: media komunikasi yang digunakan oleh
anak untuk memperoleh informasi pengetahuan berasal dari media, para
guru dan orang tua. Komunikasi informal: dilakukan oleh anak usia sekolah
meliputi data tentang diskusi yang dilakukan anak dengan orang tua, peran
12

orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan


orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak.
7. Pendidikan; Tingkat pendidikan anak usia sekolah
8. Rekreasi; Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak untuk rekreasi,
sedangkan untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni
biasanya berupa lapangan sepak bola, sanggar senam, dan tari.

B. Diagnosa, NANDA
1. Risiko Cedera
Faktor Resiko Eksternal;
1.1 Hambatan sumber nutrisi (misalkan; vitamin dan tipe makanan)
1.2 Tingkat imunisasi di komunitas
Factor Resiko Internal;
1.1 Gangguan mekanisme perahanan primer (misalnya; kulit robek)
1.2 Malnutrisi

NOC: kontrol resiko


a. Klien terbebas dari cedera
b. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
c. Mampu mengenali perubahan status kesehatan

NIC: Environment Management (Manajemen lingkungan)


a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (memindahkan perabotan)
c. Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
d. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
13

Intervensi Keperawatan (NIC):


a. Manajemen Lingkungan
b. Manajemen Lingkungan: Keamanan
c. Pencegahan Jatuh
d. Pendidikan Kesehatan
e. Peningkatan Keamanan

Kriteria Evaluasi (NOC):


a. Pengetahuan: Keamanan Anak
b. Deteksi Risiko
c. Perilaku Keamanan: Pencegahan Jatuh
d. Status Kemanan: Kejadian Jatuh
e. Status Keamanan: Cedera Fisik
f. Kontrol Gejala

Anda mungkin juga menyukai