09 Makalah Sampah Untuk Dies TH 20081
09 Makalah Sampah Untuk Dies TH 20081
A. PENDAHULUAN
1 Pembuangan Sampah
berarti tidak terdapat permasalahan sampah, Apresiasi pemerintah dan
masyarakat selalu dituntut untuk melakukan pengelolaan sampah sehingga pada
gilirannya sampah dapat diolah secara mandiri dan menjadi sumberdaya.
Mencermati penomena di atas maka sangat diperlukan model pengelolaan
sampah yang baik dan tepat dalam upaya mewujudkan perkotaan dan
perdesaan yang bersih dan hijau di Provinsi Bali.
2 Pembuangan Sampah
sosial yang tulus, sikap mental dan perilaku warga yang apatis, (4) keberadan
lahan untuk tempat penampungan sampah, (5) finansial (keuangan), (6)
keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan (5) kordinasi
antarlembaga yang terkait dalam penanggulangan masalah lingkungan
(sampah).
Pengelolaan sampah perkotaan juga memiliki faktor-faktor pendorong dan
penghambat dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah. Menurut hasil penelitian Nitikesari (2005) faktor-faktor
tersebut di antaranya adalah tingkat pendidikan, penempatan tempat sampah di
dalam rumah, keberadaan pemulung, adanya aksi kebersihan, adanya peraturan
tentang persampahan dan penegakan hukumnya. Tingkat partisipasi masyarakat
perkotaan (Kota Denpasar) dalam menangani sampah secara mandiri masih
dalam katagori sedang sampai rendah, masyarakat masih enggan melakukan
pemilahan sampah.
Sampah semakin hari semakin sulit dikelola, sehingga disamping kesadaran dan
partisipasi masyarakat, pengembangan teknologi dan model pengelolaan
sampah merupakan usaha alternatif untuk memelihara lingkungan yang sehat
dan bersih serta dapat memberikan manfaat lain.
3 Pembuangan Sampah
i. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya dan memelihara kebersihan.
j. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini
kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah.
4 Pembuangan Sampah
5. Memberikan tekanan kepada produsen untuk bersedia menarik (membeli)
kembali dari masyarakat atas kemasan produk yang dijualnya, seperti
bungkusan plastik, botol, alluminium foil, dan lain lain.
6. Peningkatan peran masyarakat melalui pengelolaan sampah sekala kecil, bisa
dimulai dari tingkat desa/kelurahan ataupun kecamatan, termasuk dalam
hal penggunaan teknologi daur ulang, komposting, dan penggunaan
incenerator.
7. Peningkatan efektivitas fungsi dari TPA
8. Mendorong transformasi (pergeseran) pola konsumsi masyarakat untuk lebih
menyukai produk-produk yang berasal dari daur ulang.
9. Pengelolaan sampah dan limbah secara terpadu
10. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait baik di pusat maupun daerah,
LSM, Perguruan Tinggi untuk peningkatan kapasitas pengelolan limbah
perkotaan
11. Melakukan evaluasi dan monitoring permasalahan persampahan dan
pengelolaannya, kondisi TPA dari aspek lingkungan, pengembangan
penerapan teknologi yang ramah lingkungan
12. Optimalisasi pendanaan dalam pengelolaan sampah perkotaan,
pengembangan sistem pendanaan pengelolaan sampah
13. Konsistensi pelaksanaan peraturan perundangan tentang persampahan dan
lingkungan hidup.
14. Meningkatkan usaha swakelola penanganan sampah terutama sampah
yang mudah terurai ditingkat desa/kelurahan
15. Memberikan fasilitasi, dorongan, pendampingan/advokasi kepada
masyarakat dalam upaya meningkatkan pengelolaan sampah.
5 Pembuangan Sampah
D. MODEL PENGELOLAAN MASALAH SAMPAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN
Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Pasal 5 UU Pengelolan
Lingkungan Hidup No.23 Th.1997, bahwa masyarakat berhak atas Lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak tersebut, pada Pasal 6
dinyatakan bahwa masyarakat dan pengusaha berkewajiban untuk
berpartisipasi dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan, mencegah dan
menaggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Terkait dengan ketentuan
tersebut, dalam UU NO. 18 Tahun 2008 secara eksplisit juga dinyatakan, bahwa
setiap orang mempunyai hak dan kewajiban dalam pengelolaan sampah. Dalam
hal pengelolaan sampah pasal 12 dinyatakan, setiap orang wajib mengurangi dan
menangani sampah dengan cara berwawasan lingkungan. Masyarakat juga
dinyatakan berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
pengelolaan dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Tata cara
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan
memperhatikan karakteristik dan tatanan sosial budaya daerah masing-masing.
Berangkat dari ketentuan tersebut, tentu menjadi kewajiban dan hak setiap
orang baik secara individu maupun secara kolektif, demikian pula kelompok
masyarakat pengusaha dan komponen masyarakat lain untuk berpartisipasi
dalam pengelolaan sampah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan
perkotaan dan perdesaan yang baik, bersih, dan sehat.
6 Pembuangan Sampah
Pengolahan sampah menjadi listrik. Kota Denpasar, Kabupaten Badung,
Gianyar dan Tabanan telah melakukan kerjasama dalam usaha pengelolaan
sampah secara terpadu yang berorientasi pada teknologi dalam suatu Badan
Bersama yaitu SARBAGITA. Teknologi yang direncanakan yaitu teknologi
GALFAD (gasifikasi landfill dan anaerobic digestion). Pengelolaan sampah
dengan pendekatan teknologi diharapkan penanganan sampah lebih cepat,
efektif dan efisien serta dapat memberikan manfaat lain.
3. Pengelolaan sampah mandiri
Pengolahan sampah mandiri adalah pengolahan sampah yang dilakukan oleh
masyarakat di lokasi sumber sampah seperti di rumah-rumah tangga.
Masyarakat perdesaan yang umumnya memiliki ruang pekarangan lebih luas
memiliki peluang yang cukup besar untuk melakukan pengolahan sampah
secara mandiri. Model pengelolaan sampah mandiri akan memberikan
manfaat lebih baik terhadap lingkungan serta dapat mengurangi beban TPA.
Pemilahan sampah secara mandiri oleh masyarakat di Kota Denpasar masih
tergolong rendah yakni baru mencapai 20% (Nitikesari, 2005).
4. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat
1) Berbagai masalah yang dihadapi masyarakat dalam
pengelolaan sampah pemukiman kota yang ada di Desa Seminyak, Sanur
Kauh dan Sanur Kaja, dan Desa Temesi Gianyar, yaitu: masalah
pengadaan lahan untuk lokasi devo, terbatasnya peralatan teknologi dan
perawatannnya, terbatasnya dana untuk perekrutan tenaga kerja baru
yang memadai, produksi kompos yang masih rendah, sulit dan
terbatasnya pemasaran kompos sehingga secara ekonomi pengelola
cendrung mengalami defisit.
2) Model pengelolaan sampah pemukiman kota yang berbasis
sosial kemasyarakatan dapat dilakukan secara adaptif dengan
memperhatikan aspek karakteristik sosial dan budaya masyarakat, aspek
ruang (lingkungan), volume, dan jenis sampah yang dihasilkan.
7 Pembuangan Sampah
dalam pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan bersih, aman, sehat,
asri, dan lestari
E. KESIMPULAN
8 Pembuangan Sampah
Dengan diberlakukannya UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah maka diperlukan model pengelolaan sampah yang baik dan tepat untuk
dikembangkan di perkotaan dan perdesaan sehingga kualitas kesehatan, kualitas
lingkungan dapat ditingkatkan serta sampah dapat menjadi sumberdaya yang
dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Model hendaknya melibatkan berbagai komponen pemangku
kepentingan dan memperhatikan karakteristik sampah, karakteristik perkotaan
atau perdesaan serta keberadaan sosial-budaya masyarakat setempat.
9 Pembuangan Sampah
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Nitikesari, Putu Ening. 2005. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
Penanganan Sampah Secara Mandiri di Kota Denpasar. Tesis Magister
Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
PPLH UNUD. 2005. Laporan Pengkajian Penyusunan Pedoman Dan Kriteria Adipura
Regional Provinsi Bali. Laporan Penelitian Kerjasama PPLH UNUD
dengan PUSREG Bali-Nusra. Denpasar.
Bapedalda Provinsi Bali dan PPLH UNUD. 2005. Status Lingkungan Hidup Daerah
Provinsi Bali. Denpasar.
Wahyu W., L.G. 2008. Studi Kualitas Hasil dan Efektivitas Pengomposan Secara
Konvensional Versus Modern di TPA Temesi- Gianyar Bali. Tesis Magister
Program Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar.
10 Pembuangan Sampah