KONJUNGTIVITIS GONORE
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
Disusun oleh :
Rendy Kurniawan
20120310155
Dokter Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
2017
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
KONJUNGTIVITIS GONORE
4 Januari 2018
Oleh :
RENDY KURNIAWAN
20120310155
Disetujui oleh :
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk dan
kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang
berjudul:
“KONJUNGTIVITIS GONORE”
Penulis meyakini bahwa referat ini tidak akan dapat tersusun tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................7
2.1. Definisi....................................................................................................................7
2.4. Etiologi....................................................................................................................8
2.5. Patofisiologi............................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................25
KESIMPULAN....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26
4
BAB I
PENDAHULUAN
Diperkirakan terdapat lebih dari 150 juta kasus gonore di dunia setiap
tahunnya (Hakim, 2009). Insidensi gonore lebih tinggi di negara
berkembang daripada negara maju. Namun, walaupun di Amerika Serikat
insidensi menurun secara signifikan, tetapi masih ada 325.000 kasus baru
3
di tahun 2006.
5
menular seksual yang dapat ditularkan secara langsung dari transmisi
genital-mata, kontak genital-tangan-mata, atau tansmisi ibu-neonatus
1-3
selama persalinan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya
inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput
bening yang menutupi bagian berwarna putih padamata dan permukaan
bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai
dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan
biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat
3
hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan .Pada
literatur lain disebutkan inflamasi konjungtiva atau konjungtivitis
didefinisikan sebagai hiperemi pada konjungtiva yang kadang disertai
6
dengan sekret atau discharge cair, mukoid, mukopurulen, atau purulen .
7
Pada referat ini akan dibahas lebih dalam mengenai konjungtivitis
Gonore. Konjungtivitis Gonore merupakan radang konjungtiva akut dan
hebat yang disertai sekret purulen, yaitu Adult purulent conjungtivitis pada
dewasa, Opthalmia neonatorum pada bayi berusia 1-3 hari, dan
3
conjungtivitis gonore infantum pada bayi berusia lebih dari 10 hari .
2.4. Etiologi
Konjungtivitis Gonore kebanyakan mengenai orang dewasa
terutama laki-laki, organisme utama yang menyebabkan penyakit ini
adalah Gonococcus, namun terkadang pada beberapa kasus kuman yang
ditemukan adalah Staphylococcus aureus atau Pneumococcus.6
2. Konjungtivitis Alergika
3. Konjungtivitis Irritattive
5. Konjungtiva traumatika
8
2.5. Patofisiologi
Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan
terluar mata. Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah
dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi
menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih
dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang
tebal kuning kehijauan.Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara
umum, terdiri atas 3 stadium: 7
1. Infiltratif
3. Konvalesen (penyembuhan)
1. Stadium Infiltratif
9
tarsal superior sedang konjungtiva bulbi merah, kemotik, dan menebal.
Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebih bengkak dan lebih menonjol.
Pada orang dewasa terdapat perasaan sakit pada mata yang dapat disertai
dengan tanda-tanda infeksi umum. Pada umumnya menyerang satu mata
terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada
mata kanannya. Pada umumnya kelainan ini menyerang satu mata terlebih
dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada mata
kanannya. 7
10
3. Anak kecil : Oftalmia gonoroika yuvenilis
Terdapat 3 stage
Stage of infiltration. Fase ini berakhir dalam 4-5 hari dan dicirikan sbb:
11
1. Stage of blenorrhoea. Fase ini dimulai paa har ke5, berakhir dalam
beberapa hari dan dicirikan sbb:
2. Stage of slow healing. Selama fase ini, nyeri dan bengkak menurun.
Konjunctiva masih merah, lunak dan menebal. Discharge mulai
5
berkurang secara perlahan
12
Sel-sel fimbriated melekat pada epitel membran mukosa yang
intact. Berkapasitas untuk menyerang mukosa membran atau kulit yang
mengalami abrasi. Perlekatan terhadap epitel mukosa, diikuti dengan
penetrasi ke dalam dan multiplikai sebelum melewati sel epitel mukosa.
Setelah invasie, infeksi terjadi pada lapisan sub- epitel. Hal tersebut diatas
dimungkinkan oleh karena N. Gonorhea memiliki kapsul antiphagocytic
seperti permukaan dengan muatan negatif , dan hanya fimbriated (piliated)
sel (yang dikenal sebagai jenis koloni T1 & T2) yang virulen. Sifat
antiphagocytic disebabkan oleh protein membran luar (sebelumnya
Protein I, II, III &), Por (protein Porin) mencegah fusi phagolysosome atau
fagositosis dan dengan demikian mempertahankan kelangsungan hidup
intraseluler. Opa (protein opacity) memediasi pernempelan kuat ke sel
5
epitel dan invasi selanjutnya ke dalam . sel. Dan Rmp (reduction-
modifiable protein ) melindungi antigen permukaan dari antibodi
bakterisidal (Por protein, LOS).
13
pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah,
kemotik, dan tebal. 6
2.7. Diagnosis
Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan
secret denga pewarnaan Metilen Biru yang akan menunjukkan Diplokok di
dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat Diplokok Gram
negatif intra dan ekstraseluler. Pemeriksaan sensitivitas dilakukan pada
agar darah dan coklat. 7
5
bakteorologis
4. Sign
c. Terbentuknya pseudomembran
14
d. Lymphadenopathy
5. Laboratorium
Konjungtivitis mukopurulen
15
terutama pada waktu bangun pagi. Sering ada keluhan seperti adanya halo
(gambaran pelangi). 8
Gejala penyakit terberat terjadi pada hari ketiga dan bila tidak
diobati akan berjalan kronis. Dapat timbul adalah ulkus kataral marginal
pada kornea atau keratitis superfisial. 8
Konjungtivitis karena trauma kimia akibat toksik atau reaksi alergi dari
silver nitrate atau antibiotic topikal yang diberikan sesaat setelah bayi lahir
.
2.9. Penatalaksanaan
Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram negatif
diplokok batang intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore.
Pasien dirawat dan diberi antibiotik sistemik dan dapat juga diberikan
secara topikal. Pada pasien yang resisten terhadap penisillin dapat
diberikan cefriakson. Ceftriakson merupakan golongan sefalosporin
generasi 3. Konjungtivitis gonokokus tanpa ulkus kornea diberikan injeksi
ceftriakson 1g intramuskular. Pasien dengan ulkus kornea diobati dengan
intravena ceftriakson 1g setiap 12 jam untuk 3 hari. Salep eritromisin,
basitranin, gentamisin, dan ciprofloksasin direkomendasikan untk terapi
topikal.
Irigasi normal salin setiap 30-60 menit untuk membuang debris, sel
16
inflamasi dan protease.
6
Pengobatan Konjungtivitis Gonore dibagi menjadi dua yaitu :
o Terapi Profilaksis
o Terapi Kuratif
Terapi Profilaksis
17
2. Evaluasi Natal
Kelopak mata bayi baru lahir yang dalam kondid=si tertutup harus
selalu dibersihkan dengan steril dan dalam kondisi kering
3. Evaluasi Postnatal
Terapi Kuratif
Terapi Topikal :
18
didapatkan sensitif terhadap Penicillin, maka dapat diberikan tetes
mata Penicillin 5000 – 10000 unit /ml, diberikan setiap lima menit
selama 30 menit.
Topikal : Sebelum diberikan salep atau tetes mata, secret harus dibersihkan
terlebih dahulu dengan larutan saline setiap 15 menit Salep mata
Tetracycline HCl 1 %, Basitrasin, atau Ciprofloxacin 0,3 % diberikan
minimal 6 kali sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam
sekali pada penderita dewasa, dilanjutkan 5 kali hingga terjadi resolusi.
Dapat pula dengan pemberian Penisilin tetes mata dalam bentuk larutan
Penisilin G 10000 – 20000 unit/ml setiap menit selama 30 menit.
19
Dilanjutkan pemberian salep mata penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
a. Topikal :
20
Carbenicillin dan Polymyxin B.
b. Sistemik :
21
konjungtivitis Gonore. Karena kortikosteroid memiliki efek samping
utama yaitu menekan fungsi imunitas individu terutama pada bayi yang
perkembangan sistem imunnya belum sempurna dapat mengakibatkan
infeksi sekunder dikemudian hari jika kortikosteroid diberikan dalam dosis
yang besar ataupun jangka panjang. Faktor yang lain kortikosteroid dapat
menyebabkan penipisan dari lapisan kornea sehingga dapat mempercepat
terjadinya komplikasi ulkus kornea akibat N.gonorrhea. Selain itu
penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan rebound
phenomenon yang makin memperparah inflamasi setelah penghentian
penggunaan kortikosteroid.
Pemeriksaan Penunjang
Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua
harus diperiksa. Jika pada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus
3,4,7,9
segera diobati.
22
2.10. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi adalah tukak kornea marginal terutama
bagian atas, yang dimulai dengan infiltrat, kemudian menjadi ulkus. Bisa
terjadi pada stadium 1 dan 2, dimana terdapat blefarospasme dengan
pembentukan sekret yang banyak. Sehingga sekret menumpuk dibawah
konjungtiva palpebra superior, ditambah lagi kuman gonokok mempunyai
enzim proteolitik yang merusak kornea dan hidupnya intraseluler,
sehingga dapat menimbulkan keratitis tanpa didahului kerusakan epitel
kornea. 7
Ulkus kornea marginal di bagian atas, dimulai dengan infiltrate,
kemudian pecah menjadi ulkus. Ulkus ini mudah perforasi akibat
adanya daya lisis kuman gonococcal (enzim proteolitik). Ulkus
kornea marginal dapat terjadi pada stadium I atau II.
Blefarospasme akibat pembentukan sekret yang banyak.
Keratitis yang terjadi tanpa didahului kerusakan epitel kornea
akibat penumpukan sekret dibawah konjungtiva palpebra yang
merusak kornea.
Ulkus yang mengalami perforasi dapat menyebabkan terjadinya
endoftalmitis, panoftalmitis, dan dapat berakhir dengan kebutaan
total.
Pada dewasa disebabkan infeksi sendiri dengan penyulit keratitis,
3,4
ulkus kornea, arthritis, meningitis, dan sepsis.
2.11. Prognosis
23
Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme bila
tidak diobati akan sembuh sendiri dalam waktu 2 minggu. Dengan
pengobatan biasanya akan sembuh dalam 1-3 hari.
2.12. Pencegahan
1. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular
seksual.9
2. Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir
(harus diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).9
3. Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio
borisi dan pemberian kloramfenikol salep mata.9
24
BAB III
KESIMPULAN
25
terjadi kebutaan. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit
menular seksual dapat mencegah terjadinya konjungtivitis Gonore.
DAFTAR PUSTAKA
th
5. Kanski, J. 2007. Clinical Ophthalmology a Systemic Approach. 6 ed.
Elsevier Ltd.
9. Feder RS, McLeod ST, Dunn SP, et al. 2013. Conjunctivitis. In: American
Academy of Ophtalmology. http://www.aao.org/ppp. Accessed 6 January
26
2017.
27