2 Oktober 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
Abstract
Inpatient Services is one of service held by the hospital. Singaparna Medika Citrautama Hospital Tasikmalaya
regency have 7 (seven) inpatient room there are Shofa, Marwah, Madinah, Arafah, Mina, Perinatology and
2015 and the addition of beds in every room in 2016 became the backdrop
TOI and BTO and illustrated through Barber Johnson graphs as an evaluation and planning. The purpose
in Singaparna Medika Citrautama Hospital Tasikmalaya Regency First Quarter in 2016. The research is
2016 are 637 forms. The
results showed that there is only one (1
Abstrak
Pelayanan Rawat Inap adalah salah satu pelayanan yang diselenggarakan oleh rumah sakit. Rumah Sakit
Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya memiliki 7 (tujuh) ruangan rawat inap yaitu ruangan
pada tahun 2015 dan penambahan tempat tidur disetiap ruangan pada tahun 2016, menjadi latar belakang
Depkes dan Barber Johnson di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama Kabupaten Tasikmalaya Triwulan
1 Tahun 2016. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan populasi jumlah sensus harian rawat inap
triwulan 1 (satu) tahun 2016 berjumlah 637 formulir. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya ada 1 (satu)
38
Viki Rinjani dan Endang Triyanti.
39
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
Madinah
Indikator Hasil
BOR 79,93 %
LOS ( BJ ) (Depkes)
4,62 hari 4,4 hari
TOI 1,16 hari
BTO 17,55 kali
Sumber: Hasil Pengolahan Sensus Harian Rawat Inap
Ruangan Madinah
Gambar 1.1
Barber Johnson Ruangan Shofa
2. Ruangan Marwah
Tabel 1.2
Marwah
Indikator Hasil
BOR 72,64 %
LOS ( BJ ) (Depkes)
2,59 hari 2,52 hari
TOI 1 hari
BTO 27,84 kali
Sumber: Hasil Pengolahan Sensus Harian Rawat Inap
Ruangan Marwah.
4. Ruangan Arafah
Tabel 1.4
Arafah
Indikator Hasil
BOR 63,13 %
LOS ( BJ ) (Depkes)
4,74 hari 4,64 hari
TOI 2,77 hari
BTO 12,44 kali
Sumber: Hasil Pengolahan Sensus Harian Rawat Inap
Ruangan Arafah
Gambar 1.2
Barber Johnson Ruangan Marwah
40
Viki Rinjani dan Endang Triyanti.
Perinatologi
Indikator Hasil
BOR 70,13 %
LOS ( BJ ) (Depkes)
3,17 hari 3,18 hari
TOI 1,35 hari
BTO 20,15 kali
Gambar 1.4
Barber Johnson Ruangan Arafah
5. Ruangan Mina
Tabel 1.5
Mina
Indikator Hasil
BOR 86,06 %
LOS ( BJ ) (Depkes)
3,81 hari 4,15 hari
TOI 0,62 hari
BTO 20,73 kali
ICU
Indikator Hasil
BOR 53,79 %
LOS ( BJ ) (Depkes)
2,77 hari 2,67 hari
TOI 2,38 hari
BTO 17,63 kali
Gambar 1.5
Barber Johnson Ruangan Mina
41
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
Barber Johnson berdasarkan data ekonomi bagi pihak rumah sakit (Sudra, 2010).
dari tabel 1.7 : Sedangkan menurut Depkes yang belum ideal
adalah indikator LOS dan BTO, dimana angka
LOS masih rendah yaitu 3,01 hari dari standar
ideal 6 – 9 hari. Rendahnya angka LOS dapat
diakibatkan oleh kurang baiknya perencanaan
dalam memberikan pelayanan kepada pasien
atau kebijakan dibidang medis (Rustiyanto,
2010). Selanjutnya angka BTO yang tinggi yaitu
18,66 kali/triwulan dari standar ideal 10 – 12,5
kali/triwulan, ini diakibatkan karena standar
ideal yang terlalu rendah sehingga sulit untuk
mencapainnya.
2. Ruangan Marwah
Berdasarkan gambar 4.2 diketahui titik
pertemuan empat parameter dari ruangan
Gambar 1.7
Barber Johnson Ruangan ICU apabila titik Barber Johnson masih berada di
2010).
PEMBAHASAN Penyebab tidak efisiennya penggunaan TT
di ruangan Marwah dikarenakan angka BOR
Berikut analisis yang dilakukan terhadap 7 ruangan
yang masih rendah yaitu 72,64% dari standar
rawat inap dengan menggunakan standar Barber
Johnson dan Depkes:
dengan “Y” ordinat, maka BOR makin tinggi.
1. Ruangan Shofa
Berdasarkan gambar 4.1 diketahui titik ordinat, maka BOR makin rendah (Rustiyanto,
pertemuan empat parameter dari ruangan 2010). Angka BOR bisa ditingkatkan dengan
cara pengalokasian TT. Semakin rendah BOR
titik Barber Johnson terletak di dalam daerah berarti semakin sedikit TT yang digunakan
untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT
yang telah disediakan. Dengan katalain, jumlah
apabila titik Barber Johnson masih berada di pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan
kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah
sakit (Sudra, 2010).
2010). Penyebab lainnya adalah rendahnya angka LOS
yaitu 2,59 hari dari standar ideal 3 -12 hari.
ruangan Shofa dikarenakan indikator BOR Dari aspek medis, semakin rendah LOS maka
yang masih rendah yaitu 65,37% dari standar menunjukan kinerja kualitas medis yang kurang
baik karena pasien dirawat sebentar. Dari aspek
dengan “Y” ordinat, maka BOR makin tinggi. ekonomis, semakin rendah LOS berarti semakin
rendah biaya yang nantinya harus dibayar
ordinat, maka BOR makin rendah (Rustiyanto, oleh pasien (Sudra, 2010). Angka LOS sangat
2010). Angka BOR bisa ditingkatkan dengan dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita.
cara pengalokasian TT. Sedangkan menurut Depkes yang belum ideal
Semakin rendah BOR berarti semakin sedikit adalah indikator LOS dan BTO, dimana angka
TT yang digunakan untuk merawat pasien LOS masih rendah yaitu 2,52 hari dari standar
dibandingkan dengan TT yang telah disediakan. ideal 6 – 9 hari. Rendahnya angka LOS dapat
Dengan katalain, jumlah pasien yang sedikit diakibatkan oleh kurang baiknya perencanaan
ini bisa menimbulkan kesulitan pendapatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien
42
Viki Rinjani dan Endang Triyanti.
atau kebijakan dibidang medis (Rustiyanto, kepada pasien atau kebijakan dibidang medis
2010). Selanjutnya angka BTO yang tinggi yaitu (Rustiyanto, 2010).
27,84 kali/triwulan dari standar ideal 10 – 12,5 5. Ruangan Mina
kali/triwulan, ini diakibatkan karena standar Berdasarkan gambar 4.1 diketahui titik
ideal yang terlalu rendah sehingga sulit untuk pertemuan empat parameter dari ruangan
mencapainnya.
3. Ruangan Madinah titik Barber Johnson terletak di dalam daerah
Berdasarkan gambar 4.3 diketahui titik
pertemuan empat parameter dari ruangan
apabila titik Barber Johnson masih berada di
titik Barber Johnson terletak di dalam daerah
2010).
apabila titik Barber Johnson masih berada di
ruangan Mina dikarenakan indikator BOR yang
tinggi yaitu 86,06% dari standar ideal 75% -
2010).
Sedangkan menurut Depkes yang belum ideal ordinat, maka BOR makin tinggi. Sebaliknya,
adalah indikator LOS dan BTO, dimana angka
LOS masih rendah yaitu 4,4 hari dari standar maka BOR makin rendah (Rustiyanto, 2010).
ideal 6 – 9 hari. Rendahnya angka LOS dapat Faktor yang menyebabkan tingginya BOR
diakibatkan oleh kurang baiknya perencanaan antara lain: kunjungan yang tinggi tidak
dalam memberikan pelayanan kepada pasien sebanding dengan tempat tidur yang tersedia.
atau kebijakan dibidang medis (Rustiyanto, Angka BOR bisa diturunkan dengan cara
2010). Selanjutnya angka BTO yang tinggi yaitu pengalokasian TT. Semakin rendah BOR
17,55 kali/triwulan dari standar ideal 10 – 12,5 berarti semakin sedikit TT yang digunakan
kali/triwulan, ini diakibatkan karena standar untuk merawat pasien dibandingkan dengan TT
ideal yang terlalu rendah sehingga sulit untuk yang telah disediakan. Dengan katalain, jumlah
mencapainnya. pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan
4. Ruangan Arafah kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah
Berdasarkan gambar 4.4 diketahui titik sakit (Sudra, 2010).
pertemuan empat parameter dari ruangan Penyebab lainnya adalah rendahnya angka TOI
yaitu 0,62 hari dari standar ideal 1 – 3 hari.
titik Barber Johnson terletak di dalam daerah Semakin kecil angka TOI, berarti semakin
singkat saat TT menunggu pasien berikutnya.
Hal ini berarti TT bisa sangat produktif, apalagi
apabila titik Barber Johnson masih berada di jika TOI = 0 berarti TT tidak sempat kosong 1
haripun dan segera digunakan lagi oleh pasien
berikutnya. Hal ini bisa sangat menguntungkan
2010). secara ekonomi bagi pihak manajemen rumah
sakit tapi bisa merugikan pasien karena TT
ruangan Arafah dikarenakan indikator BOR tidak sempat disiapkan secara baik. Akibatnya,
yang masih rendah yaitu 63,13% dari standar kejadian infeksi nasokomial mungkin bisa
meningkat, beban kerja tim medis meningkat
dengan “Y” ordinat, maka BOR makin tinggi. sehingga kepuasan dan keselamatan pasien
terancam (Sudra, 2010). Solusi yang bisa
ordinat, maka BOR makin rendah (Rustiyanto, diambil yaitu dengan cara penambahan TT.
2010). Angka BOR bisa ditingkatkan dengan Sedangkan menurut Depkes semua indikator
cara pengalokasian TT. Sedangkan menurut belum ideal baik BOR, LOS, TOI dan BTO,
Depkes yang belum ideal adalah indikator LOS, dimana angka BOR tinggi yaitu 86,06 % dari
dimana angka LOS masih rendah yaitu 4,64 hari standar ideal 60 % – 85%. Lalu angka LOS
dari standar ideal 6 – 9 hari. Rendahnya angka masih rendah yaitu 4,15 hari dari standar
LOS dapat diakibatkan oleh kurang baiknya ideal 6 – 9 hari. Rendahnya angka LOS dapat
perencanaan dalam memberikan pelayanan diakibatkan oleh kurang baiknya perencanaan
43
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 4 No.2 Oktober 2016
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)
44
Viki Rinjani dan Endang Triyanti.
DAFTAR PUSTAKA
45