Anda di halaman 1dari 7

Manajemen

Udara, sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling
utama untuk mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak
mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen terdapat
zat-zat lain yang terkandung di udara, yaitu karbon monoksida, karbon dioksida, formaldehid,
jamur, virus, dan sebagainya. Zat-zat tersebut jika masih berada dalam batas-batas tertentu
masih dapat dinetralisasi, tetapi jika sudah melampaui ambang batas maka proses netralisasi
akan terganggu. Peningkatan konsentrasi zat-zat di dalam udara tersebut dapat disebabkan
oleh aktivitas manusia.
Udara dapat dikelompokkan menjadi, udara luar ruangan (outdoor air) dan udara
dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan
manusia karena hampir 90% hidup manusia berada dalam ruangan. Sebanyak 400 sampai 500
juta orang khususnya di negara yang sedang berkembang sedang berhadapan dengan masalah
polusi udara dalam ruangan. Di Amerika, isu polusi udara dalam ruang ini mencuat ketika
EPA pada tahun 1989 mengumumkan studi polusi udara dalam ruangan lebih berat daripada
di luar ruangan. Polusi jenis ini bahkan bisa menurunkan produktivitas kerja hingga senilai
US $10 milyar Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan berhubungan dengan bangunan
itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC, dan sebagainya), kondisi bangunan,
suhu, kelembaban, pertukaran udara, dan hal- hal yang berhubungan dengan perilaku orang-
orang yang berada di dalam ruangan, misalnya merokok.
Sumber polusi udara dalam ruang selain dapat berasal dari bahan-bahan sintetis dan
beberapa bahan alamiah yang digunakan untuk karpet, busa, pelapis dinding, dan perabotan
rumah tangga (asbestos, formaldehid, VOC), juga dapat berasal dari produk konsumsi
(pengkilap perabot, perekat, kosmetik, pestisida/insektisida) Mikroorganisme yang berasal
dari dalam ruangan misalnya adalah serangga, bakteri, kutu binatang peliharaan, dan jamur.
Timbulnya kualitas udara dalam ruangan umumnya disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu kurangnya ventilasi udara (52%) adanya sumber kontaminasi di dalam ruangan (16%)
kontaminasi dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%) ,lain-lain
(13%). Pola udara di dalam bangunan merupakan hasil kombinasi dari sistem vantilasi dan
kegiatan pengguna gedung. Perbedaan tekanan menyebabkan adanya pergerakan kontaminan
dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan rendah melalui celah yang ada. Keberadaan
komponen di dalam gedung seperti dinding, atap lantai, peralatan dan pengguna gedung dapat
mempengaruhi distribusi kontaminan. Berikut ini adalah pola alternatif jalur distribusi
kontaminan:
a. Sirkulasi lokal dalam ruangan yang mengandung kontaminan
b. Pergerakan udara ke ruang bertekanan lebih rendah
c. Pergerakan kontaminan dari bawah ke atas bangunan gedung
d. Pergerakan udara ke dalam gedung melalui infiltrasi udara luar

Pengendalian kualitas udara di dalam gedung terutama terletak pada desain gedung.
Selain itu, perlu dilakukan pengambilan cuplikan udara di dalam ruangan secara berkala serta
menganalisis dan membandingkannya dengan standar yang berlaku, untuk menilai kualitas
udara di dalam ruangan tersebut. Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan
lingkungan kerja perkantoran untuk udara ruangan berdasarkan Kepmenkes R.I No.
1405/MENKES/SK/XI/2002, adalah sebagai berikut:
a. Temperatur dan kelembaban
 Temperatur : (18 ~ 28) 0C.
 Kelembaban : (40 ~ 60) %.
b. Debu
Kandungan debu maksimal di dalam udara ruangan dalam pengukuran
rata-rata 8 jam adalah sebagai berikut : konsentrasi maksimal debu adalah 0,15
mg/m3.
c. Laju ventilasi
Laju ventilasi adalah (0,15 ~ 0,25) m/detik. Untuk ruangan kerja yang
tidak menggunakan pendingin harus memiliki lubang ventilasi minimal 15% dari
luas lantai dengan menerapkan sistim ventilasi silang. Debu merupakan partikulat
padat yang berukuran antara 1 mikron sampaidengan 100 mikron. Debu
didefinisikan sebagai suatu sistem disperse (aerosol) dari partikulat padat yang
dihasilkan secara mekanik seperti crushing (penghancuran), handling
(penghalusan) atau grinding (penggerindaan).

Berdasarkan ukurannya, partikulat debu dibagi menjadi tiga kelompok yakni:


a. Partikulat debu inhalable, merupakan partikulat debu yang dapat terhirup ke
dalam mulut atau hidung serta berbahaya bila tertimbun dimanapun dalam
saluran pernafasan.
b. Partikulat debu thoracic, merupakan partikulat debu yang dapat masuk ke
dalam saluran pernafasan atas dan masuk ke dalam saluran udara di paru-paru.
c. Partikulat debu respirable, adalah partikulat airborne yang dapat terhirup dan
dapat mencapai daerah bronchiola sampai alveoli di dalam sistem pernafasan.
Partikulat debu jenis ini berbahaya bila tertimbun di alveoli yang merupakan
daerah pertukaran gas di dalam sistem pernafasan.
Sistem pernafasan manusia secara garis besar terdiri dari paru-paru dan susunan
saluran yang menghubungkan paru-paru dengan lainnya, yaitu hidung,pharynx, pangkal
tenggorok, tenggorok, cabang tenggorok. Udara dihisap melalui hidung dan mulut dilewatkan
trachea (tabung udara), lalu melalui saluran-saluran percabangan (bronchi dan bronchiola)
masuk ke paru-paru. Sistem saluran pernafasan manusia dapat dilihat pada Gambar-1.

Gambar 1. Sistem pernapasan manusia

Debu merupakan salah satu polutan sebagai partikulat di udara (Particulate Matter)
dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 100 mikron. Partikulat debu akan berada diudara
dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang di udara, kemudiandapat masuk
kedalam tubuh manusia melalui pernafasan. Partikulat ini bervariasi dalam bentuk, ukuran
dan komposisi kimia, dan dapat terdiri dari berbagai bahan seperti logam, jelaga, tanah, dan
debu. Coarse particle merupakan debu dari udaraambient yang berukuran ≥ 2,5 mikron dan
biasanya terbentuk dari proses mekanik danpermukaan debu yang tersuspensi. Partikulat
berdiameter 10 mikron atau kurang dari 10 mikron didefinisikan sebagai PM10. Partikulat
halus yang berdiameter 2,5 mikron atau kurang dari 2,5 mikron didefinisikan sebagai PM2,5
(partikulat debu respirable), juga dapat memberi kontribusi kepada pengurangan jarak
penglihatan (Tabel-1).
Tabel 1. Fraksi dan ukuran partikulat debu di udara

Metoda pemantauan dilakukan dengan mengukur konsentrasi debu, temperatur,


kelembaban dan laju ventilasi di udara HR-05 pada 5 posisi yang berbeda. Konsentrasi debu
yang diukur adalah PM2,5 (partikulat debu respirable), menggunakan alat Aerosol Monitor.
Temperatur dan kelembaban udara diukur menggunakan alat ThermoHygrometer, sedangkan
laju ventilasi diukur menggunakan alat Digital anemometer.Kualitas udara di dalam ruangan,
kemudian dibandingkan dengan persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri.
Alat Yang Digunakan:
a. Aerosol Monitor
Alat Aerosol Monitor (Dust trak Pro) digunakan untuk menangkap debu
berdiameter 10 mikron, 2,5 mikron hingga 1 mikron dengan radius ± 1 meter.
b. Thermo Hygrometer
Alat Thermo Hygrometer digunakan untuk mengetahui temperatur dan
kelembaban relatif pada ruangan yang diukur yang dapat langsung dilihat hasilnya.
c. Digital anemometer
Alat Digital Anemometer digunakan untuk mengukur laju alir udara (ventilasi)
yang dihisap (Exhaust) dari ruangan.

Sumber pencemaran udara dapat pula berasal dari aktifitas rumah tangga dari dapur
yang berupa asap, mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan dikenal dengan istilah
bioaerosol. Bioaerosol di dalam ruangan dapat berasal dari lingkungan luar dan kontaminasi
dari dalam ruangan. Penyakit yang berhubungan dengan bioaerosol dapat berupa penyakit
infeksi seperti flu, hipersensitivitas (asma, alergi) dan toxicoses, yaitu toksin dalam udara di
ruangan yang terkontaminasi yang menjadi penyebab gejala SBS (Sick Building Syndrome).
SBS adalah sindrom penyakit yang diakibatkan oleh kondisi gedung. SBS merupakan
kumpulan gejala-gejala dari suatu penyakit. SBS didefinisikan sebagai gejala yang terjadi
berdasarkan pengalaman para pemakai gedung selama mereka berada di dalam gedung
tersebut. Gejala SBS antara lain adalah sakit kepala, kehilangan konsentrasi, tenggorokan
kering, iritasi mata dan kulit. Beberapa bentuk penyakit yang berhubungan dengan SBS
diantaranya adalah iritasi mata dan hidung, kulit dan lapisan lendir yang kering, kelelahan
mental, sakit kepala, ISPA (Inpeksi Saluran Pernapasan Akut), batuk, bersin-bersin, dan
reaksi hipersensitivitas.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam hubungan kualitas udara dalam ruang
dengan kejadian SBS adalah
a. kondisi lingkungan dalam ruang, kondisi lingkungan yang penting untuk
diperhatikan adalah suhu ruangan, kelembaban, dan aliran udara. Ketiga hal
tersebut dapat menyebabkan peningkatan absorbsi polutan kimia dalam ruangan,
pertumbuhan mikroorganisme di udara, dan meningkatkan bau yang tidak sedap.
b. konstruksi gedung dan perabotan atau furnitur.
c. proses dan alat-alat dalam gedung.
d. ventilasi, ventilasi udara yang buruk dapat menyebabkan kurangnya udara segar
yang masuk dan buruknya distribusi udara di dalam ruang.
e. status kesehatan pekerja; dan faktor psikososial/stressKualitas udara dalam ruang
bukan merupakan konsep yang sederhana dan mudah dijelaskan seperti sebuah
meja atau kran air yang bocor.
Sedangkan menurut The National Institute of Occupational Safety and Health
(NIOSH) dalam penelitiannya menyebutkan ada lima sumber pencemaran di dalam ruangan
yaitu:
a. Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-
bahan pembersih ruangan.
b. Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor,
gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, dimana
kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara yang tidak
tepat.
c. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid, lem,
asbes, fibreglass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen pembentuk
gedung tersebut.
d. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk
mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin
beserta seluruh sistemnya.
e. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta
buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.

Kualitas udara dalam ruang merupakan interaksi yang selalu berubah secara konstan
dari beberapa faktor yang mempengaruhi jenis, tingkat, dan pentingnya polutan dalam
lingkungan dalam ruang. Faktor-faktor tersebut adalah sumber polutan atau bau; disain,
pemeliharaan, dan pengoperasian sistem ventilasi bangunan, kelembaban, serta persepsi dan
kerentanan pekerja. Selain itu, ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan atau
persepsi atas kualitas udara dalam ruang.
Kontrol terhadap kualitas udara dalam ruang melibatkan tiga strategi utama yang
terintegrasi, yakni sebagai berikut :
a. mengatasi sumber polutan baik dengan mengeluarkannya dari dalam gedung atau
memisahkannya dari pekerja dengan penghalang fisik, mengatur tekanan udara,
atau dengan mengontrol lamanya penggunaan.
b. melarutkan polutan dan membuangnya dari dalam gedung melalui ventilasi.
c. menggunakan filter untuk membersihkan udara dari polutan

Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan ruang kerja.


Maka dari itu kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap seseorang
berupa keluhan gangguan kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap
tubuh terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung dengan udara
meliputi organ sebagai berikut:
a. Iritasi selaput lendir: iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair
b. Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering
c. Gangguan neurotoksik: sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung, sulit
berkonsentrasi
d. Gangguan paru dan pernafasan: batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas, rasa
berat di dada
e. Gangguan kulit: kulit kering, kulit gatal
f. Gangguan saluran cerna: diare
g. Lain-lain: gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar

Keluhan tersebut biasanya tidak terlalu parah dan tidak menimbulkan kecacatan tetap,
tetapi jelas terasa amat mengganggu, tidak menyenangkan dan bahkan mengakibatkan
menurunnya produktivitas kerja para seseorang.

Gambar 1. Pencemaran udara didalam ruangan

Anda mungkin juga menyukai