Anda di halaman 1dari 4

Mahasiswa, Internet dan Jaringan Wifi

Salah satu infrastruktur penting bagi masyarakat kampus adalah akses internet.
Internet seakan menjadi ‘aliran darah’ dari sebuah kampus dan warganya.

Ilustrasi dunia digital dan perangkat. Sumber : GettyImages.


Ilham bersama temannya Wahid saat itu sedang berada di area Pusat Komputer (Puskom) untuk
mengisi kegiatan harian mereka yaitu menghidupkan laptop dan ‘berselancar di dunia maya’
dengan mengakses hotspot UIN Suska yang tersedia. Mereka tidak hanya berdua, kursi dan meja
yang ada sudah dipenuhi mahasiswa bersama laptop mereka masing-masing.

Saat ditanya mengenai wifi di kampus, “Keadaan wifi kampus masih sangat lemah dengan
jaringan yang jelek, buruk dan saya sedikit kesal dikala jaringan tidak bisa di ajak damai” jawab
Ilham. “Keadaan wifi kampus masih sangat lemah, hanya bisa sekedar browsing tanpa bisa
download dan juga kecepatan bandwith kurang tinggi” tambah Wahid (21/04).

Ilham mengungkapkan meskipun terdapat kekurangan pada jaringan wifi (hotspot) seperti
jangkauan yang tidak luas serta hanya bisa diakses pada satu perangkat saja, wifi kampus tetap
memiliki kelebihan yaitu log in yang mudah. Adanya wifi ini ia manfaatkan untuk membantu
mencari referensi tugas kuliah. Tidak jauh berbeda dengan Ilham, Wahid mengaku mengakses
wifi digunakan untuk mencari tugas karena sinyal yang lemah (red. Jaringan 3G pada ponsel).

Saat ditanya mengenai penilaian tentang wifi di kampus, Ilham dan Wahid menilai wifi di
kampus cukup baik. “Wifinya cukup baik, tapi kadang tidak baik tergantung cuaca” tambah
Wahid.
**
Rifdah mahasiswi Ilmu Komunikasi juga memberikan tanggapan mengenai wifi di kampus.
Menurutnya wifi di kampus khususnya di gedung fakultas kurang baik karena jaringannya
terkadang kencang dan tiba-tiba lambat hingga bahkan tidak bisa diakses sama sekali (23/04).

Kekurangan wifi kampus yang diungkapkan Rifdah tidak jauh berbeda yang dialami oleh
mahasiswa lainnya. “Jaringannya yang sering lelet dan jangkauanya kurang luas tidak bisa
mencakupi keseluruhan area kampus” ujarnya.

Lova yang juga mahasiswi Ilmu Komunikasi memberikan tanggapan yang sama mengenai wifi
di kampus. “Wifi kampus yang ada di fakultas tidak bisa digunakan secara efektif. Ketika kita
berhasil mengakses, kita harus tetap sabar menunggu loading internetnya” ungkap Lova.
Menurut Lova, wifi di kampus belum memilki kelebihan karena masih banyak keluhan terhadap
wifi tersebut. “Menurut saya tidak, karena masih banyak mahasiswa yag mengeluhkan tentang
wifi yang ada di kampus” tambahnya.

Rifdah dan Lova memiliki harapan yang sama mengenai wifi di kampus. Mereka sama-sama
berharap agar pihak kampus dapat mengelola dan memperbaiki wifi ini terutama mengenai
jangkauan dan kualitas jaringan sehingga sebagai pengguna dapat memanfaatkan fasilitas ini
secara baik dan efektif.

Solusi Dengan Membuat Tiga Layer


Beragam persoalan mengenai wifi dapat dicarikan solusinya.

Ilustrasi pengguna mobile apps. Sumber : GettyImages.


Wifi merupakan sarana penunjang dari dunia pendidikan. Banyak mahasiswa mengakses wifi
yang telah disediakan pihak kampus, oleh karena itu merupakan tanggung jawab dari pengelola
pendidikan dalam hal penyediaan fasilitas serta layanan terpadu.

Wifi yang tersedia tidak luput dari beragam persoalan. Beberapa permasalahan yang ada antara
lain dari segi konektifitas, jaringan yang lemah karena kurangnya titik-titik hotspot sehingga
banyak user yang belum bisa mengakses, selanjutnya dikarenakan banyaknya user yang
mengakses wifi dan faktor gedung di kampus yang tinggi sehingga dapat menghalang sinyal
access point wifi tersebut. Kondisi ini membuat mahasiswa mengeluh mengenai permasalahan
yang ada saat ini.

Dosen Teknik Informatika Iwan Iskandar, M.T mengungkap faktor yang menyebabkan jaringan
yang lemah dan terkadang sulit diakses. “Faktor penyebab lemahnya sinyal sehingga sulit
diakses dikarenakan terbatasnya akses yang dipasang pihak universitas, selanjutnya pengaturan
bandwith yang harus disesuaikan dan pengaturan IP Address” ungkapnya (3/05).

Sebagai ahli di bidang jaringan komputer, Iwan memberikan solusi untuk beragam persoalan
tersebut. Solusi untuk permasalahan tersebut adalah membuat pembagian dalam tiga layer. Layer
pertama yaitu mengetahui berapa banyak user yang mengakses sehingga harus disesuaikan, layer
kedua pembagian dari IP Address sehinnga bisa mengcover berapa banyak pengguna, dan yang
ketiga VLAN (Virtual Lan) untuk membagi akses untuk dosen, mahasiswa, dan karyawan.
Dalam pengelolaan jaringan wifi di kampus diperlukan tenaga-tenaga teknisi yang handal di
bidangnya. Banyaknya user yang mengakses wifi saat bersamaan mempengaruhi kualitas
jaringan. Iwan memberikan saran bagi pengguna wifi. “Bagi pengguna untuk beralih ke Protokol
IEE 802.11ac sebagai alat penangkap (NEC) sinyal yang kuat untuk mempermudah mengakses
wifi” tutupnya.

Tidak Ada Batasan Download


Dari 3mbps hingga taman digital di setiap fakultas.

“Kami tidak memberikan batasan download. Jika mau download sepuluh giga, iya silahkan.
Yang kami beri batasan hanyalah satu user satu device” ungkap Reno Niki Wijaya, S.T selaku
Koordinator Divisi Infrastruktur dan Jaringan Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data
(PTIPD) UIN Suska Riau (3/05).

Hal tersebut menanggapi pertanyaan dari kami mengenai beberapa persoalan mengenai wifi
kampus. Sebagai pihak yang mengelola infrastruktur dan jaringan wifi, Reno bersedia menjawab
beragam persoalan tersebut saat dijumpai di lobi gedung PTIPD.

Ada hal yang tidak banyak diketahui oleh mahasiswa sebagai pengguna wifi kampus yaitu
berapa besar kecepatan yang diterima masing-masing saat mengakses wifi tersebut. “Kecepatan
atau bandwith yang dapat diterima masing-masing user adalah 3mbps” ujar Reno.

Suasana di lobi perpustakaan UIN Suska Riau.


Terlihat diskusi antar mahasiswa sambil
menggunakan laptop untuk mengakses jaringan wifi.
Sumber : Flickr/ejaflickrindo.
Reno juga menanggapi penyebab wifi yang terkadang sulit untuk diakses. Ia mengatakan bahwa
pada prinsipnya setiap akses poin itu mempunyai maksimal pengguna sebanyak duapuluh. Akan
tetapi, bisa saja satu akses poin itu dapat diterima limapuluh pengguna tentu pastinya koneksi
yang diterima rendah.

Ia menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara wifi di puskom, perpustakaan dan fakultas.
“Gak ada perbedaannya. Jika sudah punya username dan password untuk akses billing, maka itu
dapat diakses se-UIN bahkan sampai ke kampus di Sukajadi. Dan kecepatannya tetap sama”
tegas Reno.
Dalam hal mengakses billing. Kebijakan yang dibuat oleh PTIPD adalah bahwa satu user hanya
boleh menggunakan satu device. “Kalau anda menggunakan laptop, iya akses internet hanya
dengan laptop. Kalau mau diganti dengan gadget tinggal datangi petugas untuk dipindahkan
perangkatnya” ungkapnya.

Reno berbagi cerita mengenai awal mula wifi di kampus. Ia sudah berada di Puskom (saat ini
PTIPD) sejak 2011 silam. Ia mengetahui pada 2008 kampus memperoleh hibah berupa Fiber
Optik (FO) dari Telkom. Hingga saat ini FO telah terpasang di seluruh kampus termasuk yang di
Sukajadi sehingga dapat memberikan akses jaringan internet kepada pengguna.

Pada awalnya, jaringan di internet di kampus bermula dari radio yang memilki tower di gedung
ini dengan kecepatan awal hanya 3mbps terus naik hingga 45mbps pada saat awal FO dipasang.
Selang beberapa tahun berikutnya menjadi 200mbps dan untuk tahun ini kami mengusahakan
membuat kecepatan hingga 500mbps se-UIN Suska Riau.

Menanggapi penilaian mahasiswa mengenai wifi kampus yang masih tergolong cukup memadai,
Reno sebagai pihak pengelola tidak menampik hal tersebut. “Kalau menurut saya belum
memadai. Karena kita masih menggunakan akses poin model lama” katanya.

Ia mengilustrasikan ketika A sedang mengakses di suatu titik, terus ia berpindah beberapa puluh
meter, maka akses internet A terputus. “Kedepan, kami menginginkan hal itu tidak terjadi. Jika
pihak kampus berkenan untuk meningkatkan infrastruktur ini, maka ketika adik-adik sedang
online di rektorat dan pergi menuju fakultas tidak akan terputus” harapnya.

Selanjutnya, ia menambahkan kami ingin di setiap fakultas memilki hotspot area yang luas
dimana adik-adik mahasiswa nanti dapat berkumpul bersama seperti sebuah taman digital. Selain
itu, memang masih ada area yang belum dijangkau wifi. “Masih. Ada 9 titik yaitu berupa
gedung-gedung baru dan tempat lainnya yang belum terjangkau. Insyaallah tahun ini akan
terjangkau titik-titik tersebut. Tapi iya, ini masih dalam proses” tutup Reno.

---- ----

Anda mungkin juga menyukai