Anda di halaman 1dari 19

MODUL PERKULIAHAN

Rekayasa
Hidrologi
Evaporasi dan
Evapotranspirasi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

04
Teknik Perencanaan Teknik Sipil 11024 Gneis Setia Graha, ST., MT.
dan Desain

Abstract Kompetensi

Modul ini menjelaskan mengenai Mahasiswa/I mampu menjelaskan


evaporasi, transpirasi, tentang evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, suhu dan evapotranspirasi, suhu dan
kelembaban. kelembaban.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


1 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2

1 EVAPORASI & EVAPOTRANSPIRASI ................................................................................................. 3

2 ERHITUNGAN EVAPORASI ............................................................................................................... 6

2.1 Panci Evaporasi ....................................................................................................................... 6

2.2 Alat ukur lynsimeter................................................................................................................ 7

2.3 Metoda Thornthwaite ............................................................................................................. 8

2.4 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial dengan Pendekatan Keseimbangan Energi ............ 8

2.5 Metode Priestley-Taylor ......................................................................................................... 9

2.6 PERSAMAAN PENMAN ............................................................................................................ 9

2.6.1 Tahapan Perhitungan Evaporasi Metode Penman ....................................................... 10

3 LAMPIRAN ..................................................................................................................................... 14

4 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 19

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
1 EVAPORASI & EVAPOTRANSPIRASI
Faktor penentu tersedianya air permukaan setelah hujan adalah evapotranspirasi, yaitu
banyaknya air yang dilepaskan ke udara dalam bentuk uap air. Evapotranspirasi dihasilkan
dari proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi/penguapan adalah suatu proses perubahan
dari molekul air dalam wujud cair ke dalam wujud gas. Evaporasi terjadi apabila terdapat
perbedaan tekanan uap air antara permukaan dan udara di atasnya. Evaporasi terjadi pada
permukaan badan- badan air, misalnya danau, sungai dan genangan air.

Gambar 1 Siklus Hidrologi

Gambar 2 Proses Evaporasi dan Evapotranspirasi

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Besarnya limpasan atau surface run off dapat diperkirakan dari selisih antara hujan dengan
evapotranspirasi. Cara ini memberikan pendekatan yang lebih memuaskan dan pada
pemakaian koefisien run off terutama untuk daerah tropis seperti Indonesia, dimana daerah
tersebut mempunyai curah hujan dan kelembaban tanah sehingga air tidak membatasi
evapotranspirasi sepanjang tahun kecuali untuk beberapa wilayah di Indonesia.

Pada kondisi atmosfir tertentu evapotranspirasi tergantung pada keberadaan air. Jika
kandungan air dalam tanah selalu dapat memenuhi kelembaban yang dibutuhkan oleh
tanaman, digunakan istilah evapotranspirasi potensial. Evapotranspirasi yang sebenarnya
terjadi pada kondisi spesifik tertentu, dan disebut evapotranspirasi aktual.

Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi antara lain adalah temperatur,


kecepatan angin, kelembaban udara dan penyinaran matahari. Faktor-faktor yang
mempengaruhi evapotranspirasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

o Temperatur
Tingkat evaporasi akan meningkat seiring dengan peningkatan temperatur air. Walaupun
secara umum terdapat peningkatan evaporasi seiring dengan peningkatan temperatur
udara, ternyata tidak terdapat korelasi antara tinggi tingkat evaporasi dengan temperatur
udara.

o Kecepatan Angin
Angin berperan dalam proses pemindahan lapisan udara jenuh dan menggantikan
denqan lapisan udara lain sehingga evaporasi dapat berjalan terus. Jika kecepatan
angin cukup tinggi untuk memindahkan seluruh udara jenuh, peningkatan kecepatan
angin lebih lanjut tidak berpengaruh terhadap evaporasi. Maka tingkat evaporasi
meninqkat seiring dengan kecepatan angin hingga suatu kecepatan kritis, dimana
kecepatan angin tidak lagi mempengaruhi tingkat evaporasi.

o Kelembaban udara
Jika angka kelembaban naik, maka kemampuan kelembaban untuk menyerap uap air
akan berkurang. Hal ini mengakibatkan laju angka evaporasi menurun. Penggantian
lapisan udara pada batas tanah dan udara dengan udara yang memiliki kelembabab
relatif sama, tidak akan menolong untuk memperbesar laju evaporasi.

o Penyinaran matahari
Evaporasi merupakan konversi air ke dalam uap air. Proses ini terjadi hampir tanpa
berhenti di siang hari dan kadangkala di malam hari. Perubahan dari keadaan cair
menjadi gas ini memerlukan input energi yaitu berupa panas atau suhu yang lebih tinggi.
Evaporasi akan sangat aktif jika ada penyinaran langsung dari matahari. Awan

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
merupakan penghalang radiasi matahari, mengurangi input energi dan demikian akan
mengurangi angka evaporasi.

Besarnya evapotranpirasi dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan data klimatologi.
Penggunaan data klimatologi disebabkan karena kurangnya data lapangan dan sulitnya
untuk mendapatkan data evapotranspirasi yang akurat.

Evapotranspirasi potensial (ETo) merupakan evapotranspirasi yang terjadi di suatu unit


luasan yang ditumbuhi tanaman rumput setinggi 8 –15 cm, dengan pertumbuhan seragam
dan optimal serta dalam kondisi kecukupan air. Beberapa metode dalam penentuan
evapotranspirasi potensial yang dipakai yaitu:

 Thornthwaite, 1948
 Blaney-Cridle, 1950
 Samani-Hargreaves, 1982
 Jansen-Haise, 1963
 Priestley-Taylor, 1972
 Penman, 1948
 Penman-Monteith, 1965
 Open Pan Evaporation
 Menggunakan radar, untuk cakupan area yang luas
 etc.

Besarnya laju ETo juga dapat diduga secara komputerisasi dengan menggunakan
perangkat lunak yang tersedia. Software yang dapat digunakan antara lain : dayet dan
cropwat 8. Pemilihan metode tergantung dari data yang tersedia. Di lapangan biasanya
digunakan lysimeter untuk mempercepat dan mempermudah perhitungan. Untuk
perhitungan di atas kertas, lebih baik menggunakan metode Penman modifikasi, sebab
menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. Selain itu, metode Penman modifikasi ini
mempunyai cakupan data meteorologi yang digunakan adalah yang paling lengkap di antara
metode-metode yang lain. Berikut perbandingan kebutuhan data klimatologi untuk tiap
metode:

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 1 Kebutuhan Data Klimatologi untuk Tiap Metode Perhitungan Evaporasi
Method Temperature Radiance Humidity Wind daylength Typeplant Temporal
speed data
needed
Thornwaite √ √ Monthly
Blaney- √ √ Monthly
Cridle
Samani- √ √ Daily
Hargreaves (Tmaz,Tmin)
Jasen- √ √ Daily
Haise
Priestly- √ √ Daily
Taylor (Tmax,Tmin)
Penman √ √ √ √ Daily
Penman- √ √ √ √ √ Daily
Monteith
Energy √ √
balance
Soil water √
balance

2 ERHITUNGAN EVAPORASI
2.1 Panci Evaporasi

Teknik pengukuran ET paling sederhana adalah dengan menggunakan Panci untuk


mendapatkan angka indeks potensial evapotranspirasi. Cara perhitungan ini memerlukan
statu angka koefisien yang harus dievaluasi tingkat ketepatannya.

PET = Ce*Ep

Keterangan :

Ce = angka koefisien panci

Ep = evaporasi panci (mm/hari)

Standar panci yang umum digunakan adalah Panci Evaporasi klas A dengan ukuran
diameter 122 cm dan kedalaman 25 cm. Dalam pemakaiannya kedalaman air dipertahankan
antara 18 hingga 20 cm dan pengukuran dilakukan secara luas untuk memprakirakan
besarnya evaporasi danau atau badan air lainnya dengan angka koefisien (Ce) ditentukan
antara 0,50 hingga 0,80. Angka koefisien panci tahunan rata-rata yang biasa digunakan
adalah 0,70 hingga 0,75, terutama untuk tempat-tempat yang belum pernah digunakan
sebagai tempat percobaan.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 3 Alat Ukur Panci Evaporasi (http://kelompoktanimajutiga.blogspot)

2.2 Alat ukur lynsimeter

Teknik pengukuran dengan lynsimeter nampak merupakan cara yang ideal karena semua
unsur telah terwakili dan dapat dihitung. Alat ini memberikan hasil yang teliti karena
menggunakan perangkat penelitian dengan batas yang jelas dan sistem kebocoran air tanah
tidak menjadi persoalan. Namun demikian banyak ahli hidrologi beranggapan bahwa hasil
yang diperoleh tidak memadai untuk diekstrapolasi di lapangan.

Teknik lynsimeter lebih cocok diterapkan pada tanaman pertanian ditempat-tempat


percobaan atau laboratorium. Pada teknik ini kelembaban tanah harus diusahakan sama
antara keadaan didalam dan diluir alat lynsimeter. Apabila kelembaban tanah terus dijaga
dalam keadaan basah maka evapotranspirasi yang diperoleh adalah evapotranspirasi
potensial (PET). Akan tetapi apabila dikehendaki evapotranspirasi aktual (AET), maka
keadaan kelembaban tanah didalam alat harus dibiarkan berfluktuasi seperti yang terjadi
pada tanah sekelilingnya. Ada dua tipe alat linsimeter yaitu tipe drainase dan tipe timbang.

Neraca air dalam tipe drainase diasumsikan sbb :

Evapotranspirasi = Presipitasi + Irigasi – Drainase

Air masukan dan air drainase diukur besarnya. Lama waktu pengukuran tergantung pada
tingkat atau frekuensi kebasahan, ukuran alat, dan laju gerakan air dalam tanah. Hasil yang
diperoleh dengan teknik ini adalah PET karena kelembaban tanah di dalam alat diatur.

Tipe alat linsimeter yang lain adalah tipe timbang dengan asumsi neraca air sbb :

Evapotranspirasi = Presipitasi + Irigasi – Drainase ± Perubahan Kapasitas Simpan

Perubahan kapasitas simpan diukur dari alat penimbang. Alat tipe timbang karena harganya
yang relatif mahal maka pemakaiannya terbatas pada keperluan pengujian teori proses

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
evapotranspirasi. Seperti halnya drainase, tipe timbang juga dapat dimanfaatkan untuk
mengukur besarnya PET dan AET.

2.3 Metoda Thornthwaite

Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk
berlangsungnya proses ET dengan asumsi suhu udara tersebut berkorelasi dengan efek
radiasi matahari dan unsur lain yang mengendalikan proses ET.

a
10 * Ta 
ETP  1,6 
 I 

Keterangan :

Ta = suhu rata-rata bulanan (oC)

I = indeks panas tahunan


12

𝐼 = ∑(𝑇𝑎 ∙ 𝑖 ⁄5)1.5
𝑖=1

a = 0,49 + 0,0179 I – 0,0000771 I2 + 0,000000675 I3

2.4 Perhitungan Evapotranspirasi Potensial dengan Pendekatan


Keseimbangan Energi

Keseimbangan energi untuk daerah bervegetasi dapat ditulis sbb :

Qs –Qrs – Qlw + Qv = Qet + Qh + Qc

Keterangan :

Qs = radiasi matahari datang

Qrs = α Qs = radiasi matahari terpantul

α = albedo (pantulan radiasi matahari dari permukaan vegetasi). Besarnya albedo


biasanya bervariasi tergantung dari jenis vegetasi dan musim (untuk jenis vegetasi
yang sama).

Qlw= radiasi gelombang panjang netto dari permukaan vegetasi ke udara bebas

Qv = energi adveksi tanaman

Qet = energi yang diperlukan untuk berlangsungnya ET

Qh = pindahan energi dari tanaman ke udara dalam bentuk panas tampak

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Qc = perubahan energi yang tersimpan dalam tanah dan tanaman

Satuan dari persamaan keseimbangan energi tersebut di atas seluruhnya dalam bentuk
kalori per cm2 satuan tanah.

2.5 Metode Priestley-Taylor

Dalam hal ini Priestley-Taylor menyederhanakan persamaan Penman dengan cara


mendefinisikan kembali konsep evaporasi potensial yang berlangsung di wilayah
bervegetasi dengan suplai air besar tersebut sebagai fungsi dari energi matahari.

λEc = α A{s/(s + γ)}

α adalah angka tetapan empiris Priestley-Taylor (α = λEc / λEpot)

λEpot adalah evaporasi potensial

2.6 PERSAMAAN PENMAN

Metode ini dikembangkan berdasarkan keseimbangan energi. Perhitungan evapotranspirasi


dengan metode Penman Modifikasi memasukkan faktor-faktor sebagai berikut:

o Temperatur udara

o Penyinaran matahari

o Kelembaban udara

o Kecepatan angin

Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi metode ini


adalah:

E  C  W  Rn  1  W   F u    ea  ed  

Dimana

E = evapotranspirasi potensial harian (mm/hari)

C = faktor koreksi karena pengaruh kondisi cuaca siang dan malam hari

W = faktor pemberat (weighting factor)

Rn = Radiasi netto

F(u) = fungsi dari kecepatan angin (m/s);

ea = tekanan uap jenuh

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
ed = tekanan uap aktual

2.6.1 Tahapan Perhitungan Evaporasi Metode Penman

Perhitungan Evaporasi Metode Penman dapat mengikuti tahapan berikut:


No Uraian Satuan Keterangan
1 Temperatur rata-rata bulanan oC 27.1 data
2 Kecepatan Angin = u km / hari 200 data
3 f(u) = 0.27 ((1+u*c)/100) 0.81 0.27 ((1+u*c)/100)
4 Sunshine % 53.25 data
5 Kelembaban Relatif (RH) % 84.25 data
6 ea mbar 35.91 Tabel 2
7 ed (tabel) atau ed = ea x RH/100 mbar 30.25 [6] x [5]
8 ea - ed mbar 5.66 [6] - [7]
9 w (tabel) 0.712 Tabel 4
10 1-w (tabel) 0.288 Tabel 3
11 Ra (Tabel Ra) 15.21 Tabel 5
12 Rs = (0.25 + 0.5 n/N) Ra. 7.85 (0.25 + 0.5*[4]/100)*[11]
13 Rns = (1- ) Rs = 0.25 5.89 (1-0.25)*[12]
14 f(T) = TK 16.12 Tabel 6
15 f(ed) = 0.34 -0.044 sqrt(ed) 0.1 0.34 - 0.044 sqrt [7]
16 f (n/N) = 0.1 + 0.9 n/N 0.58 0.1 + 0.9 *[4]/100
17 Rn1 = f(T) f(ed) f(n/N) 0.91 [14]*[15]*[16]
18 Rn = Rns - Rn1 4.98 [13] - [17]
19 C (Tabel C) 1.00 Tabel 9
20 ETo = c [wRn + (1-w)f(u)(ed-ea)] Mm/hari 4.86 hitungan
21 Evapo. aktual (Epm) mm / bln 145.9 [20] * jmlh hari

Penyelesaian dari hasil perhitungan evaporasi pada tabel di atas:

A. f(u)

Besarnya f(u) adalah


𝑢𝑐
f(u) = 0.27 (1 + 100) c = faktor koreksi

u = kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 2m di atas tanah (km/hari)

Bila kecepatan angin tidak diukur pada ketinggia 2m, u harus dikoreksi sebagai
berikut :

Tinggi Pengukuran (m) 0.5 1.0 1.5 2.0 3.0 4.0 5.0

Faktor Koreksi 1.35 1.15 1.06 1.0 0.93 0.98 0.83

Contoh :

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
u = 200 km/hari

𝑢𝑐 200 × 1
𝑓(𝑢) = 0.27 (1 + ) = 0.27 (1 + ) = 0.81
100 100

B. (ea-ed)

Diketahui : Trata-rata : 27.10C

RH rata-rata : 84.25%

Ditanya : (ea-ed)

Tabel 2  ea pada 27.10C = 35.91 mbar

𝑅𝐻 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 84.25


𝑒𝑑 = 𝑒𝑎 × = 35.91 × = 30.25 mbar
100 100

(ea-ed) = (35.91 – 30.25) = 5.66 mbar

C. Mencari (1-W)

(1-W) adalah faktor bobot pengaruh angin dan kelembaban pada PET. Besarnya (1-
W) pada temperatur dan tinggi tempat tertentu diberikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Contoh :
Diketahui : Ketinggian : 95 m
Trata-rata : 27.10C
Tabel 3  (I-W) = 0.288
W = 0.712 (dapat juga menggunakan Tabel 4)

D. Mencari Radiasi Bersih (Rn)

Radiasi Bersih (Rn) adalah selisih antara Radiasi datang dan Radiasi Pergi. Rn dapat
dihitung dari jumlah penyinaran matahari, temperatur, dan kelembaban.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
 Jumlah radiasi yang sampai di puncak atmosfir (Rn) tergantung dari
ketinggian dan waktu diberikan pada Tabel 5.
 Sebagian dari Rn akan diserap dan disebarkan selama memasuki atmosfir.
Sisanya yang sampai dibumi disebut Solar Radiation (Rs).
 Sebagian dari Rs dipantulkan kembali oleh tanah dan tumbuhan yang
akhirnya hilang diatmosfir.
Koefisien ∝ tergantung jenis permukaan :

Koefisien ∝ = 5 – 7 % untuk air ( karena bersifat memantulkan).

Koefisien ∝ = 15 – 25 % untuk tumbuhan.

 Sisanya adalah Net shortwave Solar Radiation (Rns).

Kehilangan radiasi juga terjadi pada permukaan bumi karena bumi memancarkan
kembali sebagian energi yang diserap ke atmosfir sebagai Longwave Radiation.
Umumnya radiasi yang dipancarkan lebih besar dari Longwave Atmosphere
Radiation. Beda Longwave Radiation yang dipancarkan dan yang datang disebut Net
Languange Radiation (Rni).

Radiasi bersih: Rn = Rns – Rni

Langkah menghitung Rn :

1. Bila data Rs tidak ada, estimasi Ra dari Tabel 5.


2. Untuk menghitung Rs, koreksi Ra dengan perbandingan antara lamanya jam
siang hari sesungguhnya (n) dan lamanya jam siang hari maks yang mungkin
terjadi (N). n/N dapat dihitung dari persentase lama penyinaran matahari.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
𝑛
𝑅𝑠 = (0.25 + 0.5 ) 𝑅𝑎
𝑁
3. 𝑅𝑛𝑠 = (1−∝)𝑅𝑠 ,
∝ = 0.25 untuk sebagian besar tumbuhan.
4. Rni dapat dihitung
f(T) = TK
f(ed) = 0.34 -0.044 sqrt(ed)
f (n/N) = 0.1 + 0.9 n/N
Rn1 = f(T) f(ed) f(n/N)
Nilai f(T), f(ed), dan f(n/N) dapat juga dilihat pada Tabel 6, Tabel 7, dan Tabel
8.

E. Faktor Koreksi C

Persamaan Penman diturunkan dengan asumsi :

 Radiasi sedang sampai tinggi.


 Rn sedang sampai tinggi.
 Usiang = 1 Umalam.

Kondisi diatas tidak selalu terpenuhi, karena itu perlu dikoreksi dengan faktor C (lihat
Tabel 9)

Contoh : C = 1.00 (Tabel 9)

Rhmaks : 84.25%

Rs : 7.85

Usiang : 2.3 m/s Kecepatan angin

Usiang/Umalam : 1 Asumsi

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
3 LAMPIRAN
Tabel 2 Hubungan Antara Tekanan Uap Jenuh (ea) dengan Suhu Udara Rata-Rata

Temperature ea

0°C m bar
0 6.1
1 6.6
2 7.1
3 7.6
4 8.1
5 8.7
6 9.4
7 10.0
8 10.7
9 11.5
10 12.3
11 13.1
12 14.0
13 15.0
14 16.1
15 17.0
16 18.2
17 19.4
18 20.6
19 22.0
20 23.4
21 24.9
22 26.4
23 28.1
24 29.8
25 31.7
26 33.6
27 35.7
28 37.8
29 40.1
30 42.4
31 44.9
32 47.6
33 50.3
34 53.2
35 56.2
36 59.4
37 62.8
38 66.3

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 3 Nilai Faktor Bobot (1-W) Pada Temperatur dan Ketinggian Tertentu

Temperature°C 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
m
0 0.57 0.54 0.51 0.48 0.45 0.42 0.39 0.36 0.34 0.32 0.29 0.27 0.25 0.23 0.22 0.2 0.18 0.17 0.16 0.15
(1-W) at 500 0.56 0.52 0.49 0.46 0.43 0.45 0.38 0.35 0.33 0.3 0.28 0.26 0.24 0.22 0.21 0.19 0.18 0.16 0.15 0.14
altitude 1000 0.54 0.51 0.48 0.45 0.42 0.39 0.36 0.34 0.31 0.29 0.27 0.25 0.23 0.21 0.2 0.18 0.17 0.15 0.14 0.13
2000 0.51 0.48 0.45 0.42 0.39 0.36 0.34 0.31 0.29 0.27 0.25 0.23 0.21 0.19 0.18 0.16 0.15 0.14 0.13 0.12
3000 0.48 0.45 0.42 0.39 0.36 0.34 0.31 0.29 0.27 0.25 0.23 0.21 0.19 0.18 0.16 0.15 0.14 0.13 0.12 0.11
4000 0.46 0.42 0.39 0.36 0.34 0.31 0.29 0.27 0.25 0.23 0.21 0.19 0.18 0.16 0.15 0.14 0.13 0.12 0.11 0.1

Tabel 4 Nilai W Pada Temperatur dan Ketinggian Tertentu

Temperature°C 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
m
0 0.43 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.68 0.71 0.73 0.75 0.77 0.78 0.80 0.82 0.83 0.84 0.85
W at 500 0.44 0.48 0.51 0.54 0.57 0.60 0.62 0.65 0.67 0.70 0.72 0.74 0.76 0.78 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86
altitude 1000 0.46 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.80 0.82 0.83 0.85 0.86 0.87
2000 0.49 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88
3000 0.52 0.55 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.84 0.85 0.86 0.87 0.88 0.89
4000 0.54 0.58 0.61 0.64 0.66 0.69 0.71 0.73 0.75 0.77 0.79 0.81 0.82 0.64 0.85 0.86 0.87 0.89 0.90 0.90

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 5 Nilai Ra Terhadap Waktu dan Latitude Belahan Bumi Bagian Selatan dan Utara

Lintang Utara Lintang Selatan


Bulan 5 4 2 0 2 4 6 8 10
Januari 13 14.3 14.7 15 15.3 15.5 15.8 16.1 16.1
Pebruari 14 15 15.3 15.5 15.7 15.8 16 16.1 16
Maret 15 15.5 15.6 15.7 15.7 15.6 15.6 15.5 15.3
April 15.1 15.5 15.3 15.3 15.1 14.9 14.7 14.4 14
Mei 15.3 14.9 14.6 14.4 14.1 13.8 13.4 13.1 12.6
Juni 15 14.4 14.2 13.9 13.5 13.2 12.8 12.4 12.6
Juli 15.1 14.6 14.3 14.1 13.7 13.4 13.1 12.7 11.8
Agustus 15.3 15.1 14.9 14.8 14.5 14.3 14 13.7 12.2
September 15.1 15.3 15.3 15.3 15.2 15.1 15 14.9 13.3
Oktober 15.7 15.1 15.3 15.4 15.5 15.6 15.7 15.8 14.6
Nopember 14.8 14.5 14.8 15.1 15.3 15.5 15.8 16 15.6
Desember 14.6 14.1 14.4 14.8 15.1 15.4 15.7 16 16

Tabel 6 Nilai Pengaruh Temperatur (T) Terhadap Longwave Radiation (Rn1)

t°C f(t)=0Tk4

0 11
2 11.4
4 11.7
6 12
8 12.4
10 12.7
12 13.1
14 13.5
16 13.8
18 14.2
20 14.6
22 15
24 15.4
26 15.9
28 16.3
30 16.7
32 17.2
34 17.7
36 18.1

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


16 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 7 Nilai Pengaruh Kelembaban (ed) Terhadap Longwave Radiation (Rn1)

ed m bar f(ed)
6 0.23
8 0.22
10 0.2
12 0.19
14 0.18
16 0.16
18 0.15
20 0.14
22 0.13
24 0.12
26 0.12
28 0.11
30 0.1
32 0.09
34 0.08
36 0.08
38 0.07
40 0.06

Tabel 8 Nilai Pengaruh Perbandingan Antara Lamanya Jam Siang Hari Sesungguhnya dengan Lamanya
Jam Siang Maksimal yang Mungkin Terjadi (n/N) Terhadap Longwave Radiation (Rn1)

n/N f(n/N)=0.1+0.9 n/N


0 0.1
0.05 0.15
0.1 0.19
0.15 0.24
0.2 0.28
0.25 0.33
0.3 0.37
0.35 0.42
0.4 0.46
0.45 0.51
0.5 0.55
0.55 0.6
0.6 0.64
0.65 0.69
0.7 0.73
0.75 0.78
0.8 0.82
0.85 0.87
0.9 0.91
0.95 0.96
1 1

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


17 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
Tabel 9 Faktor Koreksi (c) terhadap Uday / Unight

Rhmax=30% Rhmax=60% Rhmax=90%


Rs mm/day 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12
Uday m/sec Uday/Unight=4
0 0,86 0,90 1,00 1,00 0,96 0,98 1,05 1,05 1,02 1,06 1,10 1,10
3 0,79 0,84 0,92 0,97 0,92 1,00 1,11 1,19 0,99 1,10 1,27 1,32
6 0,68 0,77 0,87 0,93 0,85 0,95 1,11 1,19 0,94 1,10 1,26 1,33
9 0,55 0,65 0,76 0,90 0,76 0,88 1,02 1,14 0,88 1,01 1,16 1,27
Uday/Unight=3
0 0,86 0,90 1,00 1,00 0,96 0,98 1,05 1,05 1,02 1,06 1,10 1,10
3 0,76 0,81 0,88 0,94 0,87 0,96 1,06 1,12 0,94 1,04 1,18 1,28
6 0,61 0,68 0,81 0,88 0,77 0,88 1,02 1,10 0,88 1,01 1,15 1,22
9 0,46 0,56 0,72 0,82 0,67 0,79 0,88 1,05 0,78 0,92 1,06 1,18
Uday/Unight=2
0 0,86 0,90 1,00 1,00 0,96 0,98 1,05 1,05 1,02 1,05 1,10 1,10
3 0,69 0,76 0,85 0,92 0,83 0,91 0,99 1,05 0,89 0,98 1,10 1,14
6 0,53 0,61 0,74 0,84 0,70 0,80 0,94 1,02 0,79 0,92 1,05 1,12
9 0,37 0,48 0,65 0,76 0,59 0,70 0,84 0,95 0,71 0,81 0,96 1,06
Uday/Unight=1
0 0,66 0,90 1,00 1,00 0,95 0,98 1,05 1,05 1,02 1,06 1,10 1,10
3 0,64 0,71 0,82 0,89 0,78 0,86 0,94 0,99 0,85 0,92 1,01 1,05
6 0,43 0,53 0,65 0,79 0,62 0,70 0,84 0,93 0,72 0,82 0,95 1,00
9 0,27 0,41 0,59 0,70 0,50 0,60 0,75 0,87 0,62 0,72 0,87 0,95

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


18 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id
4 DAFTAR PUSTAKA
There are no sources in the current document.

‘15 Rekayasa Hidrologi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


19 Gneis Setia Graha, ST., MT. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai