Drainase
Zone antara
Air gravitasi
Air tanah
Zone jenuh
1.2 Zone Tidak Jenuh
• Dalam zone ini rongga tanah hanya sebagian yang jenuh dengan air.
Ruang antara permukaan tanah dan permukaan air tanah membatasi
zone ini. Zone tidak jenuh mempunyai tiga subzone, yaitu:
2. Zone antara
Zone ini berada diantara batas bawah zone air dangkal sampai batas
atas zone kapiler. Ketebalannya bervariasi antara satu wilayah dengan
wilayah lain bergantung tekstur tanah dan kandungan kelengasan.
3. Zone kapiler
Zone ini terletak antara muka air tanah sampai kenaikan kapiler dari
air. Makin tinggi kenaikannya diatas muka air tanah, maka kadar
kejenuhannya semakin menurun. Sedikit diatas muka air tanah hampir
semua rongga berisi air kapiler; sedikit lebih tinggi lagi hanay rongga2
lebih kecil saling berhubungan saja yang berisi air.
• Semua material dari tanah sampai batu mempunyai ruang pori.
Berdasarkan hal ini, formasi jenuh diklasifikasikan kedalam empat
kategori:
1. Aquifer
2. Aquitard
3. Aquiclude, dan
4. Aquifuge
• Aquifer
• Aquifer adalah suatu formasi jenuh dari material bumi tidak hanya
menyimpan air tetapi menghasilkan air dalam jumlah yang cukup. Jadi
aquifer memindahkan air relatif lebih mudah disebabkan permeabilitasnya
yang tinggi.
• Aquitard
• Formasi ini mempunyai sifat sebagian permeabel, dimana dilalui hanya
seepage yang mungkin.
• Aquiclude
• Formasi geologi yang tidak tembus air (impermeabel) untuk aliran air.
Formasi ini ditinjau tertutup untuk pergerakan air, meskipun terdapat
jumlah air cukup besar berkaitandengan porositasnya yang tinggi,
misalnya tanah liat.
• Aquifuge
• Formasi ini kedap air, tidak porous (berongga) begitu juga permeabel
(tembus air), terdapat pada batu padat keras seperti granit yang keras.
• Aquifer tertekan (artesian aquifer) terletak pada zone jenuh antara dua
lapisan kedap (impervious) seperti aquicludes atau aquifuges. Pengisian
kembali aquifer ini hanya melalui area dimana area digali pada permukaan
tanah. Air dalam aquifer tertekan di bawah tekanan dan level piezometrik
lebih tinggi dari aquifer bahkan bebrapa lokasi dapat lebih tinggi dari
permukaan tanah. Sumur yang sampai ke aquifer tersebut tidak
memerlukan bantuan pompa.
Aquifer tertekan dan tidak tertekan
2 Sifat Aquifer
• Sifat penting dari sebuah aquifer adalah kapasitas untuk melewatkan air
yang tertahan dalam rongga dan kemampuannya untuk mengalirkan air
dengan mudah. Sifat ini bergantung pada komposisi aquifer.
• Porositas
• Jumlah ruang pori per unit volume dari material aquifer disebut porositas,
diberikan sebagai
n = V v / V0 (8)
dimana:
n = porositas
Vv = volume rongga
V0 = volume porous medium
n = S y + Sr (9)
• Nilai yang mewakili porositas dan specific yield dari beberapa material
yang umum diberikan pada tabel dibawah.
Formasi Porositas Specific yield
% %
Clay 45 – 55 1 – 10
Sand 35 – 40 10 – 30
Gravel 30 – 40 15 – 30
Sand stone 10 – 20 5 – 15
Shale 1 – 10 0.5 – 5
Lime stone 1 – 10 0.5 – 5
• Hukum Darcy
• Pada tahun 1856 Henry Darcy, engineer hydraulika dari Perancis,
berdasarkan percobaannya mendapatkan hukum berkaitan dengan
kecepatan aliran dalam medium porous. Hukum ini disbut dengan Hukum
Darcy, dinyatakan sebagai:
V=Ki (10)
dimana:
V = kecepatan sesungguhya dari seepage = Q/A = discharge velocity
Q = debit
A = area penampang melintang dari medium porous
i = dh/ds = gradien hidraulik
h = head piezometrik
s = jarak diukur dalam arah aliran secara umum. Tanda negatif
menekankan bahwa head piezometrik turun dalam arah aliran.
K = koefisien permeabilitas, dalam unit kecepatan.
Q = K i A = K A (-(ΔH/Δs) (11)
dimana (-ΔH) turun dalam garis grade hidraulik dalam panjang Δs dari
medium porous.
• Hukum Darcy adalah kasus khusus dari aliran fluida viskos umum. Aliran
ini termasuk kepada aliran laminar. Batas kevalidan hukum Darcy dapat
diambil bilangan Reynold
Re = V ds / v = 1 (12)
dimana:
Re = bilangan Reynold
ds = mewakili ukuran partikel, biasanya ds = d10 dimana d10 mewakili
ukuran dimana 10 % dari material aquifer adalah ukuran lebih
kecil.
v = viskositas kinematik air.
va = V/n (13)
dimana:
n = porositas
va = bulk pore velocity dengan menelusuri tracer yang diberikan pada
air tanah
• Koefisien Permeabilitas
• Koefisien permeabilitas, juga disebut sebagai konduktifitas hidraulik
(hydraulic conductivity) menyatakan pengaruh gabungan medium porous
dan sifat fluida. Koefisien permeabilitas K dapat dinyatakan sebagai
dimana:
K0 = specific atau intrinsic permeability (cm2)
g = percepatan akibat gravitasi
v = viskositas kinematik
• Tinjau sebuah aquifer dari unit lebar dan ketebalan B (kedalaman zone
jenuh). Debit melalui aquifer ini dibawah unit gradien hidraulik adalah
T=KB (15)
• Solusi
• Tracer mencatat kecepatan aktual air
• Permeabilitas intrinsik. K0
• Bilangan Reynold, Re
Ambil ds = ukuran partikel rata-rata
2 h 2 h 2 h S s h
2 2 (16)
x y
2
z K t
2h 2h 2h
Diberikan Ss B = S , K B = T, dan h 2 2 2
2
, maka:
x y z
S h
2h
T t (17)
2h 0 (18)
4 Sumur
• Sumur merupakan suatu cara pengambilan air tanah dari aquifer,
diantaranya untuk supply air kebutuhan penduduk dan industri sehari2,
serta kebutuhan air irigasi.
• Tinjau air pada aquifer tidak tertekan yang dipompa pada besaran konstan
dari suatu sumur. Jika aquifer homogen dan isotropik serta muka air pada
awalnya horizontal, dikarenakan adanya aliran radial menuju sumur
melalui aquifer, maka muka air membentuk kerucut yang disebut cone of
depression. Penurunan tiba-tiba elevasi muka air pada beberapa titik dari
level statis sebelumnya disebut drawdown. Ukuran area dari cone of
depression disebut area pengaruh dan panjang radialnya disebut jari-jari
pengaruh (radius of influence).
• Aquifer tertekan
• Pada jarak radial r dari sumur, h merpakan head piezometrik, kecepatan
aliran dengan hukum Darcy adalah
dh
Vr K
dr
sehingga
dh Q dr
Q 2rB K dh
dr 2KB r
Integrasi antara batas r1 dan r2 , begitu juga dengan head piezometrik h1
dan h2 , maka
2KBh2 h1
Q
ln 2 h2 h1
r
atau Q (19)
r
2KB r1 ln 2
r1
• Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan Thiem.
• Jika drawdown s1 dan s2 pada sumur observasi diketahui, maka
s1 = H – h1 , s2 = H – h2 dan KB = T
2T s1 s2
Q
r (20)
ln 2
r1
2Ts w
Q (21)
R
ln
rw
• Contoh 1
• Sumur dengan diameter 30 cm penetrasi kedalam aquifer tertekan dengan
permeabilitas 45 m/hari. Ketebalan aquifer tertekan adalah 20 m.
Dibawah kondisi steady state dari pemompaan, drawdown pada sumur
didapat 3 m dan radius pengaruh adalah 300 . Hitung debit.
• Solusi
• Data:
rw = 0.15 m
R = 300 m
sw = 3.0 m
B = 20 m
K = 45/(60 x 60 x 24) = 5.208 x 10-4 m/det
T = KB = 10.416 x 10-3 m2/det
• Gunakan persamaan
• Solusi
(a) Karena T dan sw konstan maka:
R R Q1 ln R / rw 2
2Tsw Q1 ln Q2 ln
rw1 rw 2 Q2 ln R / rw1
ln 300 / 0.150
Q2 0.02583 0.02729 m3 / det
ln 300 / 0.225
2T Q1 Q2 Q1 sw1
Q2 sw 2
R sw1 sw 2
ln 4.5
rw Q2 0.02583 0.038745 m3 / det
3.0
• Aquifer tidak tertekan
• Untuk menentukan solusinya, dua asumsi dari Dupit (1863) dikenal
sebagai asumsi Dupit diberikan sbb:
1. Untuk inklinasi kecil dari permukaan bebas, streamline dapat
diasumsikan horizontal dan equipotensial adalah vertikal.
2. Gradien hidraulik sama dengan kemiringan permukaan bebas dan tidak
berubah terhadap kedalaman.
dh
Vr K
dr
dimana h adalah tinggi muka air tanah dari dasar aquifer. Untuk aliran
steady
K h22 h12
Q (22)
ln r2 / r1
• Ini adalah persamaan equilibrium untuk suatu sumur dalam aquifer tidak
tertekan. Karena sisi zone pengaruh dengan radius R, H = ketebalan
jenuh dari aquifer, persamaan (22) menjadi
K H 2 hw2 (23)
Q
ln R / rw
dimana:
hw = kedalaman air dalam sumur pompa dengan radius rw
• Persamaan (22) tidak akan akurat dekat sumur karena asumsi Dupit.
Permukaan air yang dihitung dengan persamaan (22) yang mana asumsi
Dupit dilibatkan akan lebih rendah dari permukaan aktual.
• Untuk Aquifer tidak tertekan, memerlukan waktu pemompaan yang lama
untuk mencapai kondisi steady. Begitu juga dengan recovery perlu waktu
lama dibanding sumur artesian yang mana relatif cepat.
• Contoh
• Sumur dengan diameter 30 cm penetrasi kedalam aquifer tidak tertekan
dengan kedalaman jenuh 40 m. Setelah periode lama pemompaan pada
besaran steady 0.025 m3/det, drawdown dalam dua sumur observasi
sejauh 25 m dan 75 m adalah 3.5 dan 2 m. Tentukan transmisivitas dari
aquifer ? Berapakah drawdown pada sumur pompa?
• Solusi
• Data diketahui
Q = 0.025 m3/det
h1 = 40.0 – 3.5 = 36.5 m , r1 = 25 m
h2 = 40.0 – 2.0 = 38.0 m , r2 = 75 m
Q
K h22 hw2 7.823 105 36.52 hw2
0.025
ln r2 / rw ln 25 / 0.15
• Soal 2
• Sumur diameter 45 cm penetrasi kedalam aquifer tidak tertekan dengan
ketebalan jenuh 30 m. Dibawah besaran pemompaan steady untuk waktu
yang lama drawdown pada dua sumur pengamatan 15 dan 30 m dari
sumur adalah 5 dan 4.2 m. Jika permeabilitas dari aquifer adalah 20
m/hari, tentukan debit dan drawdown pada sumur pompa.
• Soal 3
• Sumur diameter 30 cm penetrasi kedalam aquifer tidak tertekan dengan
kedalaman jenuh 25 m. Jika debit 2100 lpm dipompa untuk waktu yang
lama, sumur observasi pada jarak radial 30 dan 90 m menunjukkan
drawdown 5 dan 4 m. Estimasi koefisien permeabilitas dan transmisibilitas
dari aquifer. Berapa drawdown pada sumur pompa
• Soal 4
• Sumur diameter 45 cm dalam aquifer tidak tertekan pada ketebalan jenuh
45 m menghasilkan 600 lpm dibawah drawdown 3 m pada sumur pompa.
(a) Berapa debit dibawah drawdown 6 m ? (b) Berapa debit dalam sumur
diameter 30 cm dibawah drawdown 3 m ? Asumsikan radius pengaruh
tetap konstan pada 500 m pada dua kasus tersebut.
• Soal 5
• Sumur diameter 45 cm dalam aquifer tidak tertekan dipompa pada
besaran konstan 1500 lpm. Pada tahap equilibrium nilai drawdown berikut
pada dua sumur pengamatan dicatat:
A 10 5.0
B 30 2.0
Ketebalan jenuh dari aquifer 45 m. Asumsikan radius pengaruh
proporsional terhadap debit dalam sumur pompa, hitung:
(a) Drawdown pada sumur pompa
(b) Transmisibilitas dari aquifer
(c) Drawdown pada sumur pompa untuk debit 2000 lpm, dan
(d) Radius pengaruh untuk debit 1500 dan 2000 lpm