Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji kopi, daun
teh, buah kola, guarana, dan maté. Pada tumbuhan, kafein berperan
yang memakan tanaman tersebut. Kafein umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan
Sumber utama kafeina dunia adalah biji kopi. Kandungan kafeina pada kopi
bervariasi, tergantung pada jenis biji kopi dan metode pembuatan yang digunakan.
Secara umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 mg (30 mL espresso varietas
arabica) kafeina, sampai dengan 100 mg kafeina untuk satu cangkir (120 mL) kopi.
Umumnya, kopi dark-roast memiliki kadar kafeina yang lebih rendah karena proses
varietas arabica umumnya mengandung kadar kafeina yang lebih sedikit daripada kopi
varietas robusta. Kopi juga mengandung sejumlah kecil teofilina, namun tidak
mengandung teobromina.
kopi mulai dikenal dalam budaya umat islam pada tahun sekitar 1400. Awalnya kopi itu
dibawa masyarakat Yaman dari Ethiopia. Orang Afrika terutama Ethiopia telah
52
mengenal kopi mulai tahun 800 sebelum masehi. Saat itu mereka mengkonsumsi kopi
yang dicampur dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan
energi tubuh. Sumber lain, yakni kesaksian dari ilmuwan muslim terkemuka Ar Razi dan
Ibnu Sina mengatakan bahwa kopi telah dikenal di kalangan umat Islam pada awal abad
ke-10. Mereka menyebut minuman kopi sebagai Al Kahwa. Konon peminum pertama
kopi adalah kaum Sufi yang menggunakannya sebagai stimulan agar tetap terjaga
selama berdzikir pada malam hari. Dari Yaman, keharuman kopi menyebar ke berbagai
Hukum asal dari meminum kopi adalah mubah, sebab hukum asal dari segala
sesuatu adalah halal, karena pada hakekatnya semua yg diciptakan Allah adalah untuk
kemanfaatan manusia, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 145 yang
berbunyi:
Namun, hukum ini dapat berubah karena hal-hal di luar kopi tersebut, seperti
karena kondisi orang yang meminumnya. Misalnya orang yang menderita suatu penyakit
dan salah satu pantangannya adalah tidak boleh minum kopi, maka hukum minum kopi
baginya bisa menjadi makruh atau bahkan haram tergantung dari seberapa besar efek
“(Imam Ibnu Hajar Al-Haitami ra ditanya) tentang sekelompok peminum kopi secara
bersama-sama tidak untuk kemungkaran, tetapi mereka mengingat Allah dan
53
bersholawat kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam karena dengan meminum kopi
menghilangkan kemalasan dalam melakukan kebaikan, maka apakah haram
meminumnya seperti sebagian orang mengatakan kopi memabukkan atau tidak? Apakah
boleh mengikuti perkataan Al-Jim Al-Ghofir bahwa kopi tidak memabukkan dan tidak
berbahaya? Ataukah mengikuti perkataan kopi tidak memabukkan jika sedikit? Dan
apakah boleh mengikuti perkataan boleh meminumnya karena tidak memabukkan dan
tidak membahayakan? Apakah kopi haram atau tidak?
(Maka Dijawab) Meminum kopi adalah halal, sebab hukum asal dari segala sesuatu
adalah halal, karena pada hakekatnya semua yg diciptakan Allah adalah untuk
kemanfaatan manusia. Karena sesungguhnya kopi tidak memabukkan dan tidak
membahayakan dan sungguh aku telah memilih dari kebanyakan pendapat mereka yg
kuat. Dari para penuntut ilmu termasuk orang yg meminumnya sesungguhnya kopi tidak
memabukkan atau membahayakan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya oleh Al-
Jim Al-Ghofir jika dalam jumlah yg sedikit dan menggunakan penjelasan yang lain
tidaklah sah mengqiyaskan (menyamakan) penjelasan yang lainnya untuk
mengharamkan kecuali didapat alasan hukum qiyas karena memabukkan,
membahayakan dan merusakkan. Sungguh di awal tidak ditemukan penjelasan
mengenai hal itu. Kemudian aku melihat fatwa dari beberapa ilmuwan Yaman menilai
Ahmed bin Umar Al-Mazjadi Al-Yamani sesungguhnya kopi itu tidak merubah pikiran,
tetapi menghasilkan semangat dan spiritualitas dan tidak menimbulkan bahaya tetapi
dimungkinkan membantu untuk meningkatkan kinerja maka hikmah yg dihadapinya, jika
itu adalah amal ketaatan maka ketaatan yang diperolehnya atau perbuatan yang
diperbolehkan maka dibolehkan karena suatu pertanyaan berarti tergantung hukum
tujuannya.” (Al-Fatawi Al-Kubro Al-Fiqhiyah Imam Ibnu Hajar Al-Haitami juz 4 hal.
38-39)
hal. 166-167:
“Kopi dan rokok : Al-Abab As-Shafi’i ditanya tentang masalah kopi. Maka dia
menjawab pertanyaan tentang kopi berarti tergantung hukum tujuan yang dimaksud.
Jika dengan kopi bertujuan untuk membantu taqorrub (mendekatkan diri kepada Allah)
maka hukumnya taqorrub, atau untuk menolong hal yang mubah maka hukumnya
mubah, untuk menolong hal yang makruh maka hukumnya makruh, untuk menolong hal
54
yang haram maka hukumnya haram. Dia didukung oleh beberapa pendapat ulama
Hambali pada penjelasan ini, Syeikh Mar’i bin Yusuf Al-Hanbali pemilik kitab Ghoyah
Al-Muntaha mengatakan halal menghisap rokok dan meminum kopi. Dan yang paling
utama untuk meninggalkannya (meminum kopi dan merokok) tergantung masing-masing
individu.” (Al-Fiqh Al-Islamiyah Wa Adillatuhu Wahbah Az-Zuhaili juz 6 hal. 166-167)
Dalam Kitab Tadzkiirun Naas hal 177 dan kitab At-Tadzkir Al-Musthafa li Aulaadi Al-
Bakar al-Atthas bin Abdullah bin alwy bin Zain Alhabsyi hal. 117:
Dalam As-Shufiyah Fii Hadramaut oleh Syeikh Ali Baabkar telah menyebutkan Alhabib
Ahmad bin Hasan Al-Aththos dari Alhabib Abu Bakar bin Abdulloh Al-Aththos
sesungguhnya beliau berkata, ‘Adalah Syid Ahmad bin Ali Al-Qodimi bertemu dengan
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa salam dalam keadaan terjaga. Maka beliau berkata,
‘Wahai Rasulullah aku ingin mendengarkan sebuah hadits darimu langsung dengan
tanpa perantara.’ Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa salam bersabda, ‘Aku akan
mengajarkanmu tiga hadits :
1. Selama bau biji kopi ini masih tercium aromanya di mulut seseorang maka selama itu
pula para malaikat beristighfar (memintakan ampunan) untukmu
2. Barang siapa yang menyimpan tasbih untuk dibuat berdzikir maka Allah akan
mencatatnya sebagai orang yang banyak berdzikir, baik ia menggunakan tasbihnya atau
tidak
3. Barang siapa yang duduk bersama waliyullah yang hidup atau sudah wafat maka
pahalanya sama saja dengan ia menyembah Allah di seluruh penjuru bumi.”
55
nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan
mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang
lurus.” (QS. Al-Maidah: 77)
Kesehatan adalah nikmat Allah swt yang sangat besar, yang dilimpahkan-Nya
kepada manusia. Dengan tubuh yang sehat, setiap umat Muslim dapat melakukan
56
beribadah dengan khusyu’. Maka alangkah baiknya apabila setiap Muslim
Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini, dipahami berdasarkan rumusan
WHO yaitu : “Health is a state of complete, mental and social being, not merely the
absence of disease on infirmity” (sehat adalah suatu keadaan jasmaniah, rohaniah, dan
sosial yang baik, tidak hanya tidak berpenyakit atau cacat). Dadang Hawari melaporkan
bahwa sejak tahun 1984, WHO telah menyempurnakan definisi di atas dengan
menambah satu unsur lagi, yaitu sehat spiritual agama sehingga menjadi sehat bila
seseorang memiliki tubuh jasmani yang tidak berpenyakit, mental yang baik, sosial
yang baik dan spiritual atau iman yang baik dan benar (Zuhroni dkk, 2003). Islam
melihat dimensi kesehatan meliputi sehat fisik, sosial dan sehat spiritual atau iman
(Zulkifli, 1994).
Telah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak
terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan
agar manusia tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada
Juga dinyatakan :
57
Artinya : “Menolak lebih mudah daripada menghilangkan.”
dalam kehidupan manusia, dengan kondisi yang sehat manusia dapat beraktivitas dan
beribadah dengan baik. Nabi sangat menekankan upaya menjaga kesehatan, dan berdoa
mendapatkan kesehatan dunia dan akhirat, seperti terdapat dalam anjuran Nabi kepada
Abbas :
58
Artinya : “Dari Ibn ‘Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah saw,
saya bertanya : Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan dibaca dalam
doaku. Nabi menjawab : Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian
aku menghadap lagi pada kesempatan yang lain saya bertanya : Ya Rasulullah ajarkan
kepadaku suatu doa yang akan dibaca dalam doaku. Nabi menjawab : Wahai Abbas,
Wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan di
Aktualisasi doa dalam Islam, tidak berhenti semata-mata dalam untaian kata-
kata permintaan tetapi harus disertai dengan berbagai usaha yang sesuai Hadits serupa
di atas banyak ditemukan, bahkan dalam doa Nabi setiap pagi dan sore, diantara yang
Artinya : “Dari ‘Abdillah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah saw senantiasa tidak
meninggalkan doa-doa ini, pada pagi dan sore hari. Ya Allah aku memohon kepada-
dan kesehatan agamaku, duniaku, keluarga, dan hartaku ....” (HR. Ahmad, Abu
59
Artinya : “Abu bakar Al-Shiddiq pernah berdiri di atas mimbar, kemudian ia
menangis, ia berkata, Rasulullah pernah berdiri pada tahun pertama di atas mimbar,
kemudian beliau menangis, lalu bersabda : “Mintalah kalian ampunan dan kesehatan,
tak ada anugerah yang diberikan kepada seseorang setelah keyakinan lebih baik dari
Allah telah menciptakan tanaman yang banyak dimuka bumi. Setiap tanaman
mempunyai khasiat tertentu, hal ini merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang
yang beriman dan berfikir, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an berbunyi :
60
Artinya : “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau
itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang
menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang
serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S Al-An’am (6) :
99)
Rasulullah SAW punya cara menjaga kesehatan mata. Diriwayatkan Abu Daud dalam
kitab sunannya, dari Abdurrahman Ibnu Nu'man Ibnu Ma'ad Ibnu Haudzah al-
Anshariy, dari ayah dan kakeknya disebutkan bahwa Rasul menyuruh mengolesi mata
Rasulullah SAW memerintahkan celak itsmid yang dibubuhi minyak wangi menjelang
tidur. Namun kata Rasul, orang yang berpuasa hendaknya menjauhinya. Abu Ubaid
Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW
memiliki tempat celak yang Rasulullah SAW gunakan tiga kali di bagian mata.
Sementara dalam riwayat Tirmidzi, dari Ibnu Abbas bahwa jika memakai
celak, Nabi SAW menggunakan tiga kali pada mata kanan, dimulai dari kanan dan
Abu Daud meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda, " Siapa saja yang bercelak
seharusnya dia menggunakan bilangan ganjil." Apakah bilangan ganjil itu berlaku pada
kedua belah mata? Di mana masing-masing mata dicelaki tiga kali? Atau kanan tiga
61
Imam Ahmad menjelaskan, " Hal yang perlu diperhatikan dalam mencelaki mata
adalah hendaknya mata kanan didahulukan terlebih dahulu. Hendaknya mencelaki mata
dengan bilangan (celakan) ganjil, bisa dilakukan pada mata kanan tiga kali, kemudian
mata kiri dua kali atau mata kanan dan kiri masing-masing tiga kali."
Para ahli medis mengatakan celak mata memiliki daya guna dan faedah. Di antara
kegunaan yang paling utama adalah menjaga kesehatan mata, menjaga kejernihan
pandangan mata dan menambah ketajaman daya pandang serta penglihatan mata,
memperindah mata.
Adapun saat paling tepat untuk celak mata adalah ketika hendak tidur. Karena pada
saat itu ketenangan mata dan kestabilan gerak mata sangat terjaga, sehingga fungsi
Celak biasanya berupa bubuk untuk bulu mata atau disapukan di sekeliling mata.
Telah diketahui banyak orang bahwa celak adalah perhiasan yang dipakai wanita untuk
berhias.
Disalin dari kitab Buku Pintar Kedokteran Nabi oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,
62
Dan dengan istirahat yang cukup dapat menjaga kekuatan otot,
kelenturan persendian, dan membentuk tulang yang kuat. Oleh karena itu Allah
swt telah mengatur dalam Al-Qur’an agar manusia tidur di malam hari dan
Dalam tuntunan Islam telah jelas bahwa setiap manusia atau insan wajib
cukup, olahraga dan istirahat yang cukup, dan menciptakan jiwa yang tenang
yang mengatur ataupun mengubah keadaan umat manusia hanyalah Allah swt.
Artinya : “Sesungguh nya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali
kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka" (Q.S Ar-Ra’d
(13) : 11).
63
Oleh karena itu manusia merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Allah
swt yang diberikan akal. Dengan akalnya manusia dapat melakukan penelitian
manusia sendiri. Secara kimiawi, manusia menyaring zat aktif yang terkandung
komposisi zat aktif yang dikandung tumbuhan ini ringan sehingga tubuh
bahan obat tidak disebutkan secara khusus, baik dalam Al-Qur’an maupun al-
Artinya : “Pada dasarnya segala sesuatu dan perbuatan adalah mubah, kecuali
Pada dasarnya tomat (lycopene) halal dan baik untuk dikonsumsi bagi
memberikan manfaat yang banyak dan tidak membawa mudarat. Tetapi bagi
64
orang yang bila ia mengkonsumsi tomat (lycopene) akan menimbulkan
mudharat, maka tomat (lycopene) bukan lagi halal dan baik tetapi halal tapi
oleh Al-Qur’an maupun Hadits, dan telah dinyatakan halal oleh LPPOM
65