ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. ii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….......... iii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………......... iv
BAB I Diagnosis Sehat Jiwa ……………………………………………………… 1
1.1 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Bayi……..…………….. 1
1.2 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Kanak-kanak………….. 5
1.3 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Anak Prasekolah………. 7
1.4 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Anak Sekolah.………..... 11
1.5 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Remaja…..…………….. 15
1.6 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Dewasa Muda………..... 17
1.7 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Dewasa Tua…..……….. 20
1.8 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Lansia…..……………... 23
1.9 Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Ibu Hamil.……………... 26
1.10 Kurang pengetahuan…………………………………...…………….. 31
BAB 2 Diagnosis Fisik ………………………………………………………............. 36
2.1 Nyeri …………………………………………………….................... 36
2.2 Risiko Jatuh ………………………………………………………..... 40
2.3 Hipertermi………..….………………………….................................. 43
2.4 Defisit Volume Cairan …………………………………………….... 46
2.5 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh............... 49
2.6 Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif…………………………………. 52
2.7 Pola Napas Tidak Efektif……………………………………………. 56
2.8 Ganguan Perfusi Jaringan Serebral …………………………………. 59
2.9 Intoleransi Aktivitas………………………………………………… 63
2.10 Hambatan Mobilitas Fisik…………………………………………… 66
BAB 3 Diagnosis Masalah Kesehatan Jiwa…………………………….………….. 72
3.1 Ansietas………………………………………………….................... 72
3.2 Gangguan Citra Tubuh…………………………………………… 75
3.3 Harga Diri Rendah Situasional……………………………………… 78
3.4 Ketidakberdayaan……………………………………..…………… 82
3.5 Keputusasaan………………………………………….…………… 86
3.6 Ketidakefektifan Koping Individu…………………………………… 90
3.7 Berduka Antisipasi………………………………………………… 93
3.8 Risiko Penyimpangan Perilaku Sehat……………………………… 97
3.9 Penampilan Peran Tidak Efektif…………………………………… 101
3.10 Distress Spiritual ..………………………………………………….. 104
BAB 4 Diagnosis Ganguan Jiwa……………………………………………............. 109
4.1 Risiko Perilaku Kekerasan..…………..……………………………... 109
4.2 Harga Diri Rendah Kronik………………………………………....... 112
4.3 Halusinasi………………………………………………………......... 115
4.4 Isolasi Sosial..……………………………………………….............. 119
4.5 Waham………………………………………………………............. 123
4.6 Defisit Perawatan Diri……………………………………….............. 126
4.7 Risiko Bunuh Diri……………………………………………............ 131
4.8 Kerusakan Komunikasi Verbal………………………......................... 135
4.9 Regimen Terapeutik Inefektif………………………………............... 139
ii
BAB I
1
2
g. Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit dan gerah
(kepanasan cuaca)
h. Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya, menolak saat akan
digendong orang yang tidak dikenal
1.1.3 Tujuan
1.1.3.1 Kognitif
a. Bayi mampu mengembangkan kemampuan berbicara/berbahasa
b. Bayi mampu berespon terhadap bunyi atau suara
c. Bayi mampu mengenal dan membedakan orang-orang disekitarnya
1.1.3.2 Psikomotor
a. Bayi mampu mengembangkan kemampuan motoriknya
1.1.3.3 Afektif
a. Bayi mampu mengekspresikan perasaan sebagai respon terhadap stimulus
3
b. Usia 6 – 12 bulan
1) Latih bayi untuk merangkak, berdiri, berjalan dengan berpegangan dan
berjalan sendiri.
2) Latih bayi untuk membungkukkan badan tanpa berpegangan
3) Latih bayi untuk mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata
yang sama
4) Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
5) Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
6) Beri selimut saat bayi kedingingan
7) Ajak bayi untuk berbicara
8) Panggil bayi sesuai dengan namanya
9) Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
4
c. Usia12 – 18 bulan
1) Latih bayi berjalan mundur, menangkap bola, menendang bola, dan
berjalan naik turun tangga
2) Latih bayi untuk menumpuk balok
3) Latih bayi untuk menyebutkan nama-nama bagian tubuhnya
4) Latih bayi untuk mengucapkan perkataan yang terdiri dari 2 suku kata
5) Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
6) Penuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
7) Beri selimut saat bayi kedingingan
8) Ajak bayi untuk berbicara
9) Panggil bayi sesuai dengan namanya
10) Ajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda,
memperlihatkan benda berwarna menarik, benda berbunyi)
1.3.2 Protektor
1.3.2.1 Mengkhayal dan kreatif
1.3.2.2 Memiliki Inisiatif bermain dengan alat-alat rumah tangga
1.3.2.3 Memahami hal yang benar dan salah
1.3.2.4 Mengenal berbagai warna
1.3.2.5 Mengenal jenis kelamin
1.3.2.6 Membantu melakukan pekerjaan rumah sederhana
1.3.2.7 Belajar ketrampilan baru melalui permainan
1.3.2.8 Belajar merangkai kata dan kalimat
1.3.2.9 Mudah berpisah dengan orang tua
1.3.2.10 Suka bermain dengan teman sebaya
8
1.3.9 Evaluasi
1.3.9.1 Peningkatan rasa inisiatif
1.3.9.2 Peningkatan kemampuan pasien menstimulasi perkembangan anak pra sekolah
1.3.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam meningkatkan perkembangan pasien
1.4.2 Protektor
1.4.2.1 Mengenal mata uang
1.4.2.2 Mengetahui nama benda dan fungsinya
1.4.2.3 Mengetahui sebab akibat
1.4.2.4 Menulis tulisan sambung
1.4.2.5 Menyelesaikan kegiatan sederhana
1.4.2.6 Memiliki hobi yang melibatkan fisik (naik sepeda, menggambar dll)
1.4.2.7 Menggunting kertas mengikuti pola
1.4.2.8 Menyebutkan nama dan hal lain mengenai dirinya
1.4.2.9 Menceritakan kembali cerita pendek
1.4.2.10 Berkomunikasi dengan orang lain
1.4.2.11 Mempunyai rasa bersaing (kompetisi),
1.4.2.12 Ikut berperan dalam kegiatan kelompok di lingkungan rumah maupun
sekolah
1.4.2.13 Senang berkelompok dengan teman sebaya
1.4.2.14 Memiliki teman karib
b. Objektif :
Lompat tali, bermain engklek, menangkap dan melempar bola,
1.4.3.2 Minor
a. Subjektif :
Mengekspresikan kemarahan, menunjukkan perasaan marah, senang, takut dan
sedih,
b. Objektif :
Menggambar, menulis tegak bersambung, menggambar dan menggunting pola,
1.4.9 Evaluasi
1.4.9.1 Peningkatan rasa inisiatif
1.4.9.2 Peningkatan kemampuan pasien menstimulasi perkembangan anak sekolah
1.4.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam meningkatkan perkembangan pasien
1.6.4.2 Psikomotor
a. Melakukan interaksi dengan antusias
b. Mengerjakan pekerjaan dengan inisiatif dan kreatif
c. Melakukan hobi bersama teman- teman
1.6.4.3 Afektif
a. Bisa mengendalikan emosi
b. Memiliki rasa kepercayaan diri
c. Memiliki jiwa penolong
1.6.7 Evaluasi
1.6.7.1 Peningkatan kemandirian
1.6.7.2 Peningkatan kemampuan pasien menstimulasi perkembangan dewasa muda
1.6.7.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam meningkatkan perkembangan
pasien
1.7.4.2 Psikomotor
a. Melakukan hobi dengan antusias
b. Mengerjakan pekerjaan dengan inisiatif dan kreatif
c. Melakukan kegiatan bersama masyarakat
1.7.4.3 Afektif
a. Bisa mengendalikan emosi
b. Memiliki rasa kepercayaan diri
c. Memiliki jiwa penolong
1.7.7 Evaluasi
1.7.7.1 Peningkatan kemandirian
1.7.7.2 Peningkatan kemampuan pasien menstimulasi perkembangan dewasa
1.7.7.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam meningkatkan perkembangan pasien
1.8.4.3 Afektif
a. Menerima datangnya kematian
b. Merasa berarti dalam hidup
c. Merasa dicintai dan berarti dalam hidup
1.9.2 Penyebab : -
1.9.3 Tanda dan Gejala/ Respon/Faktor Protektif
1.9.3.1 Trimester I
a. Kognitif
Subjektif : Segera melakukan test kehamilan dengan segera
Objektif : -
b. Afektif
Subjektif : Merasa bahagia dengan kehamilan, merasakan perasaan yang
berubah –ubah dari waktu ke waktu, merasa nyaman dan bahagia bila
disentuh,dibelai dan disayangi oleh suami.
Objektif : -
c. Fisiologis
Subjektif : Tidak menstruasi, mual dan muntah di pagi hari, cepat lelah dan
mengantuk, sering buang air kecil, payudara terasa penuh, nyeri tekan, gatal
pada putting, tidak menyukai bau makanan tertentu, lidah terasa pahit,
produksi air ludah meningkat, cepat basah pada area kewanitaan, dan berat
badan cenderung menurun, merasakan perubahan nafsu makan, cepat lelah,
27
mengantuk,
Objektif : Areola menghitam
d. Moral dan Spiritual
Subjektif : Memberitahukan kabar kehamilan pada suami, keluarga dan
tetangga, ingin selalu diperhatikan oleh suami dan keluarga, ingin selalu
bersama dengan suami
Objektif : -
e. Perilaku dan Kepribadian
Subjektif : Berusaha menenangkan diri bila mengalami perubahan perasaan
1.9.3.2 Trimester II
a. Kognitif
Subjektif : Takut jika suami pergi/meninggalkan rumah dalam waktu relative
lama
Objektif : -
b. Afektif
Subjektif : Merasa senang dan bahagia dengan gerakan janin
Objektif : -
c. Fisiologis
Subjektif : Mulai merasakan gerakan janin, ngidam makanan / hal lain, berat
badan naik rata-rata 2,5 kg per minggu
Objektif : Perut mulai kelihatan buncit
d. Moral dan Spiritual
Subjektif : Merasakan ada ikatan dengan janin, merasakan bahwa janin bisa
mendengar, melihat dan merasakan apa yang dilakukan oleh ibu, sering
memimpikan bayi, sering mengajak janin bicara dan mengenalkan suara orang
terdekat
Objektif : -
e. Sosial
Subjektif : Menjalin hubungan dengan ibu lain untuk mencari pengalaman dan
28
dukungan, merasa nyaman dan bangga bila memakai baju hamil, merasa lebih
tergantung dengan suami
Objektif : -
selama kehamilan.
b. Diskusikan tentang karakteristik perkembangan yang menyimpang yang
dialami selama kehamilan
c. Diskusikan tentang perkembangan biologis, psikologis, dan sosial pada
kehamilan
d. Diskusikan tentang cara mencapai pertumbuhan dan perkembangan janin yang
normal:
1) Trimester I : Menyentuh/ mengelus perut, berusaha bersikap tenang saat
mengetahui kepastian kehamilan, menghindari stress, mulai mengajak janin
berbicara, banyak berdoa, meditasi atau ibadah lain, berusaha memenuhi
kebutuhan gizi janin, makan sedikit tapi sering, melakukan kegiatan yang
menmyenangkan, selalu berpikir positif (berbaik sangka terhadap segala
sesuatu yang terjadi)
2) Trimester II : Mengajak janin berbicara lebih sering sambil mengelus perut
ibu, kenalkan suara orang-orang di sekitar (ayah, kakak, nenek, kakek)
secara teratur, mendengar musik yang lembut, memperdengarkan bacaan
kitab suci, tetap menjaga keseimbangan emosi, tidak mudah marah atau
sedih, menghindari berkata dan berbuat negative, meyakini ada ikatan
dengan janin, merespon gerakan janin dengan mengusap, menekan dan
sedikit menggoyang perut.
3) Trimester III : Lakukan semua tindakan yang dilakukan pada tiga bulan
kedua, sering jalan pagi / olahraga ringan, senam hamil, mengenalkan
lingkungan sambil mengajak janin berbicara, kenalkan janin dengan cahaya
: menyenter / mengarahkan lampu ke perut ibu, makan makanan yang
bervariasi rasanya, melakukan setiap kegiatan dengan hati yang tenang,
senang dan ikhlas, lebih sering melakukan latihan relaksasi, hindari rokok
dan alcohol
1.9.6.2 Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan ibu hamil yang normal.
b. Jelaskan kepada keluarga tentang perkembangan ibu hamil yang menyimpang.
31
1.10.2 Protektor
1.10.2.1 Menyatakan kurangnya pengetahuan atau ketrampilan
1.10.2.2 Menyatakan permintaan sebuah informasi tentang kondisi penyakitnya
32
3) Selama wawancara dapat duduk tidak bisa tenang dan tampak ketertarikan
untuk mendengarkan
4) Menampikan secara tidak tepat perilaku sehat yang diinginkan atau yang
sudah ditentukan
5) Ketidakakuratan mengikuti perintah
g. Bersama pasien identifikasi tujuan dan harapan yang hendak dicapai oleh
pasien setelah pembelajaran
h. Bantu pasien memahami tingkat pencapaian, faktor waktu dan pendek atau
panjangnya tujuan akan dicapai
i. Kaji fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan
j. Memberikan informasi untuk mendukung efikasi diri, regulasi diri dan
manajemen diri dengan berfokus pada pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan.
1.10.5.2 Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Memberikan pendidikan kesehatan tentang keputusasaan: Arti, penyebab,
tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang peningkatan suatu topik tertentu.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang komunikasi efektif
d. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengambil keputusan
e. Mengajarkan keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat
f. Mempunyai norma yang tidak bertentangan dengan nilai budaya yang ada
g. Memperbaiki kualitas hubungan antara keluarga dengan pasien dan anggota
masyarakat di sekitarnya
1.10.7 Evaluasi
1.10.7.1 Peningkatan pengetahuan tentang suatu penyakit
1.10.7.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam pencegahan suatu penyakit
1.10.7.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan
35
2.1 Nyeri
2.1.1 Pengertian
Nyeri adalah Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung < 6 bulan
2.1.2 Penyebab
2.1.2.1 Agen pencedera fisiologis (mis. Infeksi, iskemia, neoplasma)
2.1.2.2 Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
2.1.2.3 Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
36
37
g. Dada
h. Posisi duduk
i. Posisi berbaring
j. Pergerakan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skala nyeri Numerik
2.1.10 Evaluasi
2.1.10.1 Penurunan tanda dan gejala nyeri
2.1.10.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam menangani nyeri
2.1.10.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan nyeri
b. Kurang pencahayaan
c. Kurang material antislip di kamar mandi
d. Penggunaan restrein
e. Penggunaan karpet yang tidak rata/terlipat
f. Ruang yang tidak dikenal
g. Pemajanan pada kondisi cuaca yang tidak aman (misal lantai basah, es)
2.2.2.5 Agens Farmaseutikal
a. Penggunaan alkohol
b. Agens farmaseutikal
2.2.2.6 Fisiologis
a. Anemia
b. Artritis
c. Diare
d. Gangguan keseimbangan
e. Gangguan mobilitas
f. Gangguan pada laki
g. Gangguan visual
h. Hipotensi ortostatik
i. Inkontinensia
j. Kesulitan gaya berjalan
k. Mengantuk
l. Neoplasma
m. Neuropati
n. Penurunan kekuatan ekstremitas bawah
o. Penyakit vaskuler
p. Periode pemulihan paska operasi
q. Perubahan kadar gula darah
2.2.3.4 Katarak
2.2.3.5 Demensia
2.2.3.6 Hipotensi
2.2.3.7 Amputasi
2.2.3.8 Intoksikasi
2.2.8 Evaluasi
2.2.8.1 Terpantaunya risiko jatuh
2.2.8.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam meminmalkan risiko jatuh
2.2.8.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan risiko
jatuh
2.3 Hipertermia
2.3.1 Pengertian
Hipertermia adalah suhu inti tubuh di atas kisaran normal diduga karena kegagalan
termoregulasi.
2.3.2 Penyebab
2.3.2.1 Dehidrasi
2.3.2.2 Terpapar lingkungan panas
44
2.3.5.3 Afektif
a. Pasien mampu merasakan manfaat dari tindakan yang dilakukan
b. Pasien mampu membedakan perasaan sebelum dan sesudah tindakan
2.3.9 Evaluasi
2.3.9.1 Penurunan tanda dan gejala hipertermia
2.3.9.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam menangani hpertermia
2.3.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan
hipertermia
2.4.2 Penyebab
2.4.2.1 Kehilangan cairan melalui saluran pencernaan
2.4.2.2 Terjadi pengeluaran yang berlebihan seperti: muntah, diare,
2.4.2.3 Poliuria
2.4.2.4 Terjadi pada pasien hiperglikemia, pasien dengan pengobatan diuretic
2.4.2.5 Demam, Meningkatnya suhu tubuh atau demam dapat meningkatkan
metabolisme. Demam juga menyebabkan nafas cepat, jadi banyak air yang
hilang melalui paru-paru.
2.4.2.6 Keringat yang berlebihan
2.4.2.7 Kurang pemasukan cairan
2.4.2.8 Anoreksia, mual, depresi, sakit didaerah mulut dan faring.
2.4.9 Evaluasi
2.4.9.1 Penurunan tanda dan gejala defisit volume cairan
2.4.9.2 Memperlihatkan perbaikan tanda fisiologis: tanda vital stabil, membran
mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
2.4.9.3 Peningkatan kemampuan pasien dalam mempertahankan masukan cairan
dan keluaran urine serta berat badan setiap hari.
2.4.9.4 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan defisit
volume cairan
2.5.2 Penyebab
2.5.2.1 Asupan makanan yang tidak edekuat
2.5.2.2 Adanya rangsangan mual dan muntah
2.5.2.3 Kesulitan dalam gerakan mengunyah dan menelan
2.5.2.4 Intoleransi terhadap makanan
2.5.2.5 Tingginya kebutuhan metabolisme
2.5.2.6 Kurangnya pengetahuan dasar mengenai nutrisi
2.5.2.7 Gangguan psikologis
2.5.2.8 Penyakit kronis
50
2.5.9 Evaluasi
2.5.9.1 Penurunan tanda dan gejala ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari
kebutuhan tubuh
2.5.9.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi ketidakseimbangan
nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
2.5.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan
ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
2.6.2 Penyebab
2.6.2.1 Merokok aktif/pasif
2.6.2.2 Disfungsi neuromuskuler
2.6.2.3 Hyperplasia dinding bronkial
2.6.2.4 Obstruksi kronik akibat penyakit pulmonal
2.6.2.5 Infeksi
2.6.2.6 Asma
2.6.2.7 Alergi jalan nafas
2.6.2.8 Spasme jalan nafas
2.6.2.9 Peningkatan produksi sputum
2.6.2.10 Ada benda asing di jalan nafas
2.6.2.11 Adanya eksudat di alveoli.
5) Kegelisahan
2.6.9 Evaluasi
2.6.9.1 Penurunan tanda dan gejala bersihan jalan nafas tidak efektif
2.6.9.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi bersihan jalan nafas tidak
efektif
56
2.7.2 Penyebab
2.7.2.1 Ansietas
2.7.2.2 Penumpukan sputum akibat infeksi saluran napas.
2.7.2.3 Immobilitas sekunder : pembedahan, trauma
2.7.2.4 Sekresi statis
2.7.2.5 Depresi system saraf pusat
2.7.2.6 Trauma kepala
2.7.2.7 Cedera serebrovaskular (stroke)
2.7.2.8 Ketakutan
2.7.2.9 Keletihan
2.7.2.10 Kerusakan persepsi / kognitif
2.7.2.11 Penumpukan sputum akibat merokok
2.7.2.12 Hiperventilasi
2.7.2.13 Nyeri
2.7.2.14 Obesitas
2.7.2.15 Kelainan sistem saraf
1) Merasa sesak
b. Objekif
1) Penggunaan otot bantu pernafasan
2) Fase ekspirasi memanjang
3) Pola nafas abnormal (takipnea, bradipnea, hyperventilasi, kussmaul,
cheyne – stokes)
2.7.3.2 Minor
a. Subjektif
1) Ortopnea (sesak saat posisi berbaring)
b. Objektif
1) Bradypnea, takipnea
2) Pernafasan cuping hidung
3) Penggunaan otot bantu pernafasan
4) Penurunan tekanan inspirasi
5) Penurunan tekanan ekspirasi
6) Penurunan kapasitas vital paru-paru
7) Pursed lip breathing
2.7.5.2 Psikomotor
a. Pasien mampu melakukan tindakan untuk mempertahankan pola nafas
efektif
b. Pasien mampu mengikuti program terapi pengobatan
2.7.5.3 Afektif
a. Pasien mampu merasakan manfaat dari tindakan yang dilakukan
b. Pasien mampu membedakan perasaan sebelum dan sesudah tindakan
2.7.9 Evaluasi
2.7.9.1 Penurunan tanda dan gejala pola nafas tidak efektif
2.7.9.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi pola nafas tidak efektif
2.7.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan pola nafas
tidak efektif
2.8.9 Evaluasi
2.8.9.1 Penurunan tanda dan gejala gangguan perfusi serebral
2.8.9.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam menangani gaangguaan perfusi
serebral
2.8.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan gangguan
perfusi serebral
2.9.2 Penyebab
2.9.2.1 Tirah baring dan imobilitas
2.9.2.2 Kelemahan umum
2.9.2.3 Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2.9.2.4 Gaya hidup kurang sehat
g. Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur
dalam jam
h. Jelaskan penyebab intoleransi aktivitas pada pasien
i. Jelaskaan tanda dan gejala intoleransi aktivitas
j. Jelaskan tentang latihan secara bertahap
k. Latih aktivitas ADL secara bertahap dimulai dari duduk diatas tempat tidur,
duduk di tepi tempat tidur, turun dri tempat tidur, berdiri dan berjalan sesuai
batas toleransi
l. Latih relaksasi selama latihan ADL
2.9.6.2 Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Latih mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas, termasuk kondisi
yang perlu dilaporkan ke dokter
b. Pentingnya nutrisi yang baik
c. Latih penggunaan peralatan seperti oksigen saat aktivitas
d. Latih penggunaan tehnik relaksasi selama aktivitas
e. Dampak intoleransi aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam
keluarga
f. Tindakan untuk menghemat energy
g. Ajarkan pada pasien dan orang terdekat tentang teknik perawatan diri yang
akan meminimakan konsumsi oksigen
h. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan
2.9.9 Evaluasi
2.9.9.1 Terpantaunya penyakit yang menyebabkan pasien intoleransi aktivitas
2.9.9.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam meminmalkan terjdinya
intoleraansi aktivitas
2.9.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan
Intoleraansi aktivitas
2.10.3.2 Minor
a. Subjektif
1) Nyeri saat bergerak
2) Enggan melakukan pergerakan
3) Merasa cemas saat bergerak
b. Objektif
1) Penurunan waktu reaksi
2) Tremor yang diinduksi oleh pergerakan
3) Pergerakan menyentak
4) Keterbatasan kemampuan untuk melakukan ketrampilan motorik halus
h. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot
i. Instruksikan dan dukung pasien menggunakan trapeze atau pemberat untuk
meningkatkan serta mempertahankan kekuatan ekstremitas atas
j. Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman
k. Instruksikan pasien untuk menyangga berat badannya
l. Instruksikan pasien untuk memperhatikan kesejajaran tubuh yang benar
m. Berikan penguatan positif selama aktifitas
n. Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki anti selip yang mendukung
untuk berjalan
o. Ajarkan pasien cara untuk menggunakan postur dan mekanika tubuh yang
benar saat melakukan aktifitas
p. Pantau ketepatan dalam pemasangan traksi
q. Awasi seluruh upaya mobilitas pasien dan bantu pasien melakukannya jika
diperlukan
r. Gunakan sabuk penyokong saat memberikan bantuan ambulasi atau
perpindahan
s. Pantau komplikasi imobilitas (misalnya pneumonia, ulkus dekubitus) yang
terjadi lebih cepat pada individu lansia
2.10.6.2 Edukasi Pasien dan Keluarga
a. Latih mengidentifikasi masalah hambatan mobilitas fisik pada pasien
b. Jelaskan pengertian, penyabab, tanda dan gejala, proses terjadinya
hambatan mobilitas fisik serta mengambil keputusan merawat pasien
c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing pasien untuk mengatasi
nyeri sesuai dengan tindakan keperawatan yang sudah diberikan oleh
perawat
d. Latih keluarga mengembangkan sikap positif, pembicaraan fokus pada
hal positif terhadap pasien dan manajemen stres pada keluarga
e. Ciptakan lingkungan yang terapeutik bagi pasien di rumah sakit dan di
rumah
71
2.10.9 Evaluasi
2.10.9.1 Peningkatan tingkat kemaandirian
2.10.9.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam menangani hambatan mobilitas
fisik
2.10.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan
hambatan mobilitas fisik
3.1 Ansietas
3.1.1 Pengertian
Ansietas (Kecemasan) adalah perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak jelas
atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam.
3.1.2 Penyebab
Perubahan status kesehatan, penyakit fisik yang dialami (hypertensi, DM, stroke,
kanker), hospitalisasi, ancaman terhadap kematian.
72
73
c. Latih keluarga tehnik rileksasi ; tarik nafas dalam, distraksi, hipnotis lima
jari dan spiritual guna mengatasi ansietas.
d. Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung perawatan ansietas pasien
e. Anjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur
3.1.9 Evaluasi
3.1.9.1 Penurunan tanda dan gejala
3.1.9.2 Peningkatan kemampuan pasien mengatasi ansietas
3.1.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
3.1.10.3 Rujuk pasien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa,
kelompok swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di
masyarakat.
3.2.2 Penyebab
Perubahan fungsi tubuh (misal : anomali, penyakit, obat-obatan, kehamilan, radiasi,
pembedahan, trauma, dll), perubahan fungsi kognitif, ketidaksesuaian budaya,
transisi perkembangan, proses penyakit, gangguan psikososial, ketidaksesuaian
agama, trauma, tindakan pengobatan.
3.2.7 Kolaborasi
kolaborasi dengan medik ( psikofarmaka) / fisioterapi, gizi,dll.
3.2.9 Evaluasi
3.2.9.1 Subyektif : Pandangan pada tubuh berubah (misal : penampilan, struktur,
fungsi), mengungkapkan perubahan gaya hidup, merasa pada reaksi orang lain,
mengungkapkan perasaan tentang perubahan tubuh ( misal : penampilan, struktur,
fungsi), perubahan atau kehilangan, menolak mengakui perubahan keinginan
bertemu pemuka agama.
3.2.9.2 Obyektif : Fokus berlebihan pada perubahan tubuh, kemampuan tubuh
beradaptasi dengan lingkungan berubah, hubungan sosial berubah, respon non
verbal pada perubahan dan persepsi tubuh, fokus pada penampilan dan kekuatan
masa lalu.
3.2.9.3 Validasi kemampuan : Mengenal bagian tubuh yang terganggu,
mengidentifikasi bagian tubuh yang berfungsi dan yang terganggu. Mengafirmasi
dan melatih bagian tubuh yang sehat, melatih bagian tubuh yang terganggu.
Merasakan kemampuan melakukan, kontrol yang diterima.
3.3.2 Penyebab
3.3.2.1 Gangguan gambaran diri
3.3.2.2 Gangguan fungsi
3.3.2.3 Gangguan peran sosial
3.3.2.4 Harapan diri tidak realistic
3.3.2.5 Pemahaman terhadap situasi kurang
3.3.2.6 Penyakit fisik
3.3.2.7 Kegagalan
3.3.2.8 Ketidakberdayaan
3.3.2.9 Riwayat kehilangan
3.3.2.10 Riwayat pengabaian
3.3.2.11 Riwayat penolakan
3.3.9 Evaluasi
3.3.9.1 Penurunan tanda dan gejala
3.3.9.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam melatih aspek positif yang dimiliki
3.3.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
3.4 Ketidakberdayaan
3.4.1 Pengertian
Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hasil secara signifikan; persepsi kurang kontrol pada situasi saat ini
atau yang akan dating. Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa
tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan.
3.4.2 Penyebab
3.4.2.1 Ketidakasekuatan koping sebelumnya seperti depresi
3.4.2.2 Hilangnya privasi, milik pribadi, dan kontrol terhadap terapi kesehatan
3.4.2.3 Penyakit yang kronis atau penyakit yang melemahkan kondisi
3.4.2.4 Hubungan interpersonal yang tidak memuaskan
3.4.2.5 Faktor lingkungan
b. Objektif
1) Menghindari orang lain.
2) Menunjukkan perilaku ketidakmampuan untuk mencari informasi
tentang perawatan.
3) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
kesempatan.
4) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarny
5) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
6) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang
lain ketika mendapat perlawanan
7) Apatis dan pasif,
8) Ekspresi muka murung, bicara dan gerakan lambat, tidur berlebihan,
nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
3.4.3.2 Minor
a. Subjektif
1) Menyatakan merasa asing dnegan lingkungan
2) Menyatakan keraguan tentang kinerja peran,
3) Menyatakan kurang kontrol, menyatakan rasa malu
b. Objektif
1) Depresi karena gangguan fisik
2) Tidak berpartisipasi dalam perawatan
d. Tidak ambivalen
e. Tidak mengalami sulit konsentrasi
f. Tidak mudah lupa
g. Tidak menyalahkan orang lain
h. Tidak berfokus pada diri sendiri
i. Tidak mengalami kebingungan
j. Tidak terjadi blocking pikiran.
3.4.5.2 Psikomotor :
a. Aktif
b. Aktivitas harian mandiri
c. Memantau kemajuan pengobatan
d. Berpartisipasi dalam mengambil keputusan
e. Ada kontak mata,perilaku asertif
f. Tidak menarik diri
g. Tidak gelisah dan dapat tenang
3.4.5.3 Afektif :
a. Tidak merasa tertekan
b. Tidak merasa bersalah
c. Tidak takut terhadap pengasingan
d. Tidak cemas
e. Tidak merasa tidak adekuat
f. Merasakan adanya kepastian
g. Tidak merasa menyesal.
3.4.9 Evaluasi
3.4.9.1 Penurunan tanda dan gejala
3.4.9.2 Peningkatan kemampuan pasien mengendalikan perasaan
ketidakberdayaan.
3.4.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
3.5 Keputusasaan
3.5.1 Pengertian
Keputusasaan merupakan keyakinan seseorang bahwa dirinya maupun orang lain
tidak dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi masalahnya, memandang adanya
87
keterbatasan atau tidak tersedianya alternatif pemecahan masalah dan tidak mampu
memobilisasi energi demi kepentingannya sendiri.
3.5.2 Penyebab
3.5.2.1 Stres jangka panjang
3.5.2.2 Penurunan kondisi fisiologis, penyakit kronis.
3.5.2.3 Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual.
3.5.2.4 Kehilangan kepercayaan pada nilai-nilai penting
3.5.2.5 Pembatasan aktivitas jangka panjang
3.5.2.6 Isolasi sosial
3.5.9 Evaluasi
3.5.9.1 Penurunan tanda dan gejala
3.5.9.2 Peningkatan kemampuan pasien mengatasi keputusasaan
3.5.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
3.6.2. Penyebab
3.6.2.1.Regimen terapi yang kompleks
3.6.2.2.Perubahan bentuk tubuh
3.6.2.3.Pemikiran yang salah/ distorsi kognitif
3.6.2.4.Perubahan lingkungan fisik: hospitalisasi
3.6.2.5.Gangguan ikatan emosional: kematian dan perceraian
3.6.2.6.Kurangnya rasa percaya diri dan kemampuan mengatasi masalah
3.6.5.2.Afektif
a. Setelah mendapatkan tindakan keperawatan ketidakefektifan koping
individu, pasien secara psikomotor mampu mengatasi ketidakefektifan
koping individu
b. Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan cara merawat pasien dengan
ketidakefektifan koping individu, keluarga secara psikomotor mampu
memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat
3.6.5.3.Psikomotor
a. Setelah mendapatkan tindakan keperawatan ketidakefektifan koping
individu, pasien secara psikomotor mampu memperagakan dan
menggunakan koping individu yang konstruktif
b. Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan cara merawat pasien dengan
ketidakefektifan koping individu, keluarga secara psikomotor mampu
merawat pasien dirumah
3.6.9 Evaluasi
3.6.9.1 Penurunan tanda dan gejala
3.6.9.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam memecahkan masalah dengan cara
yang konstruktif
3.6.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
3.7.2 Penyebab
3.7.2.1 Kematian keluarga atau orang yang berarti
3.7.2.2 Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
94
3.7.9 Evaluasi
3.7.9.1 Penurunan tanda dan gejala
3.7.9.2 Peningkatan kemampuan pasien mengatasi keadaan berduka
3.7.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
97
3.8.2 Penyebab
3.8.2.1 Kesadaran diri yang rendah
3.8.2.2 Ketidakadequatan pemahaman pasien tentang kesehatan
3.8.2.3 Ketidakadequatan support social
3.8.2.4 Sikap negative terhadap perawatan kesehatan
3.8.2.5 Status social ekonomi yang rendah
3.8.2.6 Hambatan kognitif
3.8.2.7 Ketidaktuntasan proses berduka
3.8.2.8 Ketidakadekuatan keterampilan berkomunikasi
3.8.2.9 Kurangnya keterampilan motorik halus
3.8.2.10 Ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat
3.8.2.11 Ketidakefektifan koping keluarga
3.8.2.12 Ketidakefektifan koping individu
3.8.2.13 Ketidakefektifan sumberdaya
3.8.2.14 Gangguan persepsi
3.8.2.15 Distres spiritual
3.8.2.16 Tidak tercapainya tugas perkembangan
98
3.8.8.3 Edukasi perilaku sehat yang harus diikuti oleh pasien sesuai dengan
diagnosa pasien
3.8.9 Evaluasi
3.8.9.1 Penurunan taanda gejala
3.8.9.2 Peningkatan kemampuan pasien mengendalikan perilaku menyimpang
3.8.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
3.9.2 Penyebab
3.9.2.1 Harapan peran tidak realistis
3.9.2.2 Hambatan fisik
3.9.2.3 Harga diri rendah
3.9.2.4 Perubahan citra tubuh
3.9.2.5 Ketidakadekuatan support system
102
3.9.5.2 Afektif
a. Memiliki ekspresi diri sesuai dengan perannya
3.9.5.3 Psikomotor
a. Memiliki perilaku diri sesuai perannya
b. Mampu melakukan komunikasi antara anggota keluaga secara langsung dan
jelas
c. Melakukan perubahan peran
3.9.9 Evaluasi
3.9.9.1 Penurunan tanda dan gejala
3.9.9.2 Peningkatan kemampuan pasien dalam mengefektifkan peran
3.9.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
3.10.2 Penyebab
3.10.2.1 Menjelang ajal
3.10.2.2 Kecemasan
3.10.2.3 Sakit kronis
105
3.10.3.2 Minor
a. Subjektif
1) Mengungkapkan isyarat untuk melakukan bunuh diri namun tidak
disertai dengan ancaman melakukan bunuh diri ataupun percobaan
bunuh diri
2) Mengungkapkan perasaan bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak
berdaya.
3) Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarka
4) Harga diri rendah.
b. Objektif
1) Kontak mata kurang
2) Tidur Kurang
3.10.9 Evaluasi
3.10.9.1 Penurunan tanda dan gejala
3.10.9.2 Peningkatan kemampuan pasien mengendalikan keinginan melakukan
percobaan bunuh diri
3.10.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
4.1.2 Penyebab
4.1.2.1 Orang dengan gangguan jiwa
4.1.2.2 Penyalahgunaan NAPZA
4.1.2.3 Halusinasi
4.1.2.4 Isolasi sosial
4.1.2.5 Gangguan Konsep Diri
109
110
8) Agresif
4.1.3.2 Minor
a. Subjektif
1) Mengatakan ingin menyendiri
2) Mengatakan tidak senang
b. Objektif
1) Wajah merah
2) Bermusuhan
3) Pasif
4) Mudah tersinggung
5) Sinis
6) Menarik diri
4.1.9 Evaluasi
4.1.9.1 Penurunan tanda dan gejala
4.1.9.2 Peningkatan kemampuan pasien mengatasi perilaku kekerasan
4.1.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
4.2.2. Penyebab
4.2.2.1.Sering disalahkan
4.2.2.2.Kurang mendapatkan kesempatan mengembangkan diri
4.2.2.3.Kurang dihargai keluarga maupun orang lain
4.2.2.4.Sering mengalami kegagalan
4.2.2.5.Dikucilkan oleh lingkungan
tertolong)
2) Merasa malu/bersalah
3) Merasa tidak mampu melakukan apapun
4) Meremehkan kemampuan mengatasi sulit
5) Merasa tidak memiliki kelebihan
b. Objektif
1) Berjalan meunduk
2) Postur tubuh menunduk
3) Kontak mata kurang
4) Lesu dan tidak bergairah
5) Berbicara pelan dan lirih
6) Pasif
4.2.3.2.Minor
a. Subjektif
1) Merasa sulit konsentrasi
2) Mengatakan Sulit tidur
3) Mengungkapkan keputusasaan
4) Merasa tidak berarti
5) Mengungkapkan Enggan mencoba hal baru
6) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
7) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri
b. Objektif
1) Perilaku tidak asertif
2) Mencari penguatan secara berlebihan
3) Bergantung pada pendapat orang lain
4) Sulit membuat keputusan
5) Seringkali mencari penegasan
6) Menghindari orang lain
7) Lebih senang menyendiri
8) Mengkritik orang lain
114
4.2.9 Evaluasi
4.2.9.1 Penurunan tanda dan gejala
4.2.9.2 Peningkatan kemampuan Pasien mengendalikan halusinasi
4.2.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat Pasien
4.3 Halusinasi
4.3.1 Pengertian
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca indera, yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaab dan pengecapan terhadap sumber
yang tidak jelas.
116
4.3.2 Penyebab
4.3.2.1 Orang dengan gangguan jiwa
4.3.2.2 Sering mengurung diri
4.3.2.3 Tidak mau bicara dengan orang lain
4.3.2.4 Kurangnya kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal
4.3.2.5 Berpikir jelek tentang diri
4.3.9 Evaluasi
4.3.9.1 Penurunan tanda dan gejala
4.3.9.2 Peningkatan kemampuan Pasien mengendalikan halusinasi
4.3.9.3 Peningkatan kemampuan Keluarga dalam merawat Pasien
4.4.2. Penyebab
4.4.2.1 Kepribadian yang maladaptif
4.4.2.2 Perasaan malu dan minder
4.4.2.3 Perasaan takut ditolak
4.4.2.4 Merasa tidak dihargai
4.4.2.5 Jarang diberi pujian
4.4.2.6 Sering mengalami kegagalan
4.4.2.7 Tidak diterima oleh keluarga dan masyarakat
4.4.2.8 Dikucilkan oleh lingkungan
120
7) Perkembangan lambat
4.4.5. TujuanAsuhanKeperawatan
4.4.5.1.Kognitif
a. Pasien mampu mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
b. Pasien mampu mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
c. Pasien berfikir diterima oleh orang lain
d. Pasien berani berinteraksi
e. Pasien memiliki inisiatif
f. Pasien memiliki motivasi
g. Pasien berfikir bahwa lingkungannya nyaman
4.4.5.2.Psikomotor
a. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain
b. Pasien terlibat dalam kegiatan
c. Pasien berperilaku aktif
4.4.5.3.Afektif
a. Pasien merasa senang
b. Pasien merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain
4.4.9 Evaluasi
4.4.9.1 Penurunan tanda dan gejala
4.4.9.2 Peningkatan kemampuan pasien mengendalikan isolasi sosial
4.4.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
4.5 Waham
4.5.1 Pengertian
Waham adalah keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dari realitas
ekstrenal). Waham juga diartikan sebagai keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.
4.5.2 Penyebab
4.5.2.1 Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik
4.5.2.2 Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin
4.5.2.3 Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi moral individu
4.5.2.4 Kepribadian: mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan
menutup diri
4.5.2.5 Konsep diri yang negatif
4.5.2.6 Adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi
4) Sangat waspada
5) Khawatir
6) Sedih berlebihan atau gembira berlebihan
7) Wajah tegang
8) Perilaku sesuai isi waham
9) Banyak bicara
10) Menentang atau permusuhan
11) Hiperaktif
12) Menarik diri
13) Tidak bisa merawat diri
14) Defensive
4.5.3.2 Minor
a. Subjektif
1) Tidak mampu mengambil keputusan
2) Merasa khawatir sampai panic
b. Objektif
1) Bingung
2) Perubahan pola tidur
3) Kehilangan selera makan
4.5.5.3 Psikomotor
a. Pasien mampu berorientasi terhadap realitas (orang, tempat dan waktu)
b. Pasien mampu menyebutkan kebutuhan yang belum terpenuhi
c. Pasien mampu menyebutkan dan melatih aspek positif yang dimiliki
d. Pasien mambu minum obat dengan prinsip 7 benar
e. Keluarga mampu merawat Pasien dengan waham
4.5.9 Evaluasi
4.5.9.1 Penurunan tanda dan gejala
4.5.9.2 Peningkatan kemampuan Pasien dalam melatih aspek positif yang dimiliki
4.5.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat Pasien
4.6.2 Penyebab
4.6.2.1 Gangguan Muskuloskeletal
4.6.2.2 Gangguan Neuromuskuler
4.6.2.3 Kelemahan
4.6.2.4 Gangguan psikologis dan atau psikotik
4.6.2.5 Penurunan Motivasi / Minat
127
makan/minum, BAB/BAK
b. Mampu merawat pasien, menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk
pasien dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan
pasien dengan defisit perawatan diri
4.6.5.3 Afektif
a. Merasa mampu melakukan cara perawatan diri: mandi, berdandan/berhias,
makan/minum, BAB/BAK secara mandiri
b. Merasa mampu merawat pasien defisit perawatan mandi,
berdandan/berhias, makan/minum, BAB/BAK diri mandiri
4.6.9 Evaluasi
4.6.9.1 Penurunan tanda dan gejala
131
4.7.2 Penyebab
4.7.2.1 Stres yang berlebihan
4.7.2.2 Gangguan konsep diri : harga diri rendah
4.7.2.3 Kehilangan dukungan sosial
4.7.2.4 Kejadian – kejadian negative dalam hidup
4.7.2.5 Penyakit kritis
4.7.2.6 Perpisahan
4.7.9 Evaluasi
4.7.9.1 penurunan tanda dan gejala
4.7.9.2 peningkatan kemampuan Pasien mengatasi risiko bunuh diri
4.7.9.3 peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat Pasien
135
4.8.2 Penyebab
4.8.2.1 Hambatan fisik (misal: terpasang intubasi, krikotiroidektomi)
4.8.2.2 Hambatan individu (misal: ketakutan, kecemasan, malu, emosional),
4.8.2.3 Hambatan psikologis (misal: gangguan psikotik, gangguan konsep diri,
gangguan emosi, harga diri rendah)
4.8.2.4 Hambatan lingkungan (misal: ketidakcukupan informasi, ketidaksesuaian
budaya, bahasa asing)
4.8.3.2 Minor
a. Subjektif: tidak tersedia
b. Objektif
1) Gagap
2) Sulit memahami komunikasi
3) Sulit mempertahankan komunikasi
4) Sulit menggunakan ekspresi wajah dan tubuh
5) Disorientasi orang, tempat dan waktu
6) Bicara pasien tidak ada hubungan ide yang satu dengan ide yang
lainnya (inkoheren)
7) Menggunakan kata-kata yang berarti simbolik untuk individu tersebut
(neologisme)
8) Menggunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti dan tidak ada
hubungan (bahasa gado-gado)
9) Menggunakan kata-kata bersajak dengan bentuk tidak umum
(assosiasi gema)
10) Mengulang kata-kata yang didengar (ekolalia)
11) Menggunakan kata-kata yang tidak sesuai dengan apa yang
ditanyakan orang lain
12) Ketidak mampuan berpikir abstrak (mengungkapkan refleksi pikiran
konkret)
13) Berbicara berbelit-belit tanpa tujuan
14) Tidak ada kontak mata dengan lawan bicara (tidak mau menatap
langsung lawan bicara)
15) Saat berbicara, secara tiba-tiba berhenti dan meneruskan kembali
berbicara tapi tidak ada hubungannya dengan pembicaraan awal
(blocking).
4.8.9 Evaluasi
4.8.9.1 Terjadi penurunan tanda dan gejala
4.8.9.2 Terjadi peningkatan kemampuan Pasien dalam berkomunikasi secara
verbal dan non verbal
4.8.9.3 Terjadi peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat Pasien
4.9.2 Penyebab
4.9.2.1 Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
4.9.2.2 Kompleksitas program perawatan dan pengobatan
4.9.2.3 Konflik pengambilan keputusan
4.9.2.4 Kurang terpapar informasi
4.9.2.5 Kesulitan ekonomi
4.9.2.6 Tuntutan berlebih (mis.individu, keluarga)
4.9.2.7 Konflik keluarga
4.9.2.8 Ketidakefektifan pola perawatan kesehatan keluarga
4.9.2.9 Ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak
4.9.2.10 Kekurangan dukungan sosial
b. Objektif
1) Ketidaktahuan tentang pengobatan yang ditentukan untuk anggota
keluarganya
2) Ketidaktepatan tindakan keluarga dalam mencapai tujuan kesehatan
3) Konflik dalam pengambilan keputusan dalam keluarga
4) Menunjukkan sikap negatif terhadap pengobatan/regimen yang
ditentukan
5) Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko
6) Gagal menerapkan program perawatan dalam kehidupan sehari-hari
7) Pilihan yang tidak efektif dalam hidup sehari-hari untuk memenuhi
tujuan kesehatan
8) Tidak terlibat dalam pengobatan/regimen pasien
9) Acuh terhadap keberadaan pasien yang membutuhkan bantuan
10) Tindakan keluarga yang tidak tepat dalam mencapai tujuan kesehatan
11) Tidak melakukan tindakan dalam mengurangi faktor risiko
4.9.3.2 Minor
a. Subjektif: (tidak tersedia)
b. Objektif: (tidak tersedia)
4.9.9 Evaluasi
4.9.9.1 Penurunan tanda dan gejala
4.9.9.2 Peningkatan kemampuan pasien mengendalikan halusinasi
4.9.9.3 Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat pasien
144