Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

A. DEFINISI
Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat
simulus (Yosep, 2009).
Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or
experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera.
(Sundeen's, 2010).
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera
seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2015).

B. DIAGNOSA MEDIK TERKAIT


Gangguan Persepsi sensori halusianasi.

C. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2009) yang dikutip oleh Jallo (2013), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

D. TANDA DAN GEJALA


Menurut Hamid (2010) yang dikutip oleh Jallo (2013) perilaku klien yang berkaitan
dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon verbal
yang lambat
3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain;
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan takut
8. Sulit berhubungan dengan orang lain
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton
E. JENIS-JENIS HALUSINASI
Menurut Maramis, (2015) terdapat beberapa jenis halusinasi di antaranya:
1. Halusinasi penglihatan ( visual, optik ) : Tak berbentuk ( sinar, kalipan atau pola
cahaya ) atau berbentuk ( orang, binatang atau barang lain yang dikenalnya),
berwarna atau tidak
2. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik) : suara manusia, hewan atau mesin, barang,
kejadian alamiah dan musik
3. Halusinasi pencium (olfaktorik) : mencium sesuatu bau
4. Halusinasi pengecap (gustatorik) : merasa/mengecap sesuatu
5. Halusinasi peraba (taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada
ulat bergerak dibawah kulitnya
6. Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruang, atau anggota
badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau “phantom limb”).
7. Halusinasi viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya
8. Halusinasi hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat
sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah
9. Halusinasi hipnopompik : seperti no.8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama
sekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian
yang normal.
10. Halusinasi histerik : timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.

F. POHON MASALAH
Resiko tinggi perilaku kekerasan effect

Perubahan persepsi sensori: halusinasi core problem

Isolasi sosial etiologi

Harga diri rendah

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi (lihat, dengar, raba, kecap, bau)
2. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
3. Isolasi sosial : menarik diri

H. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa : Gangguan persepsi sensori halusinasi (lihat, dengar, raba, kecap, bau)
Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien menunjukkan tanda-tanda percaya
pada perawat
Intervensi :
1) Sapa klien dengan ramah
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Jelaskan tujuan pertemuan
4) Tunjukkan sikap emapati dengan menerima klien apa adanya dan beri
perhatian
b. Klien dapat mengenal halusinasinya
KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien meyebutkan (isi, waktu, frekuensi,
situasi, kondisi yang menimbulkan halusinasi)
Intervensi :
1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2) Observasi tingkah laku klien sesuai dengan halusinasinya
3) Bantu klien mengenal halusinasinya
4) Diskusikan dengan klien tentang frekuensi dan waktu halusinasi
5) Kaji respon klien saat terjadi halusinasi
c. Klien dapat memanfaatkan obat dengan benar
KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien dapat mengerti obat yang perlu
diminum
Intervensi :
1) Diskusikan frekuensi, dosis, dan manfaat obat
2) Anjurkan minum obat
3) Diskusikan efek bila menghentikan obat tanpa konsultasi
4) Jelaskan 5 tepat dalam penggunaan obat
d. Klien dapat mengontrol halusinasinya
KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan klien meyebutkan tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
Intervensi :
1.) Identifikasi cara yang selama ini dilakukan saat terjadi halusinasi
2.) Diskusikan manfaat cara tersebut
3.) Diskusikan cara baru untuk mengendalikan halusinasi (menghardik,
bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas, minum ibat teratur)
4.) Beri kesempatan untuk melakukan cara tersebut saat halusinasinya timbul
e. Klien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya
KH : Setelah dilakukan ....x pertemuan keluarga dapat meyebutkan pengertian,
tanda dan gejala, serta proses terjadinya halusinasi
Intervensi :
1) Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan
2) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Pengertian halusinasi
b) Tanda dan Gejala halusinasi
c) Cara yang dapat dilakukan untuk memutus halusiansi
d) Proses terjadi halusinasi
e) Obat-obat untuk halusinasi
f) Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
g) Berikan informasi waktu kontrol
DAFTAR PUSTAKA

Yossep, 2009. Diagnosa kepoerawatan Aplikasi pada praktis klinis (terjemahan).


Edisi 6. Jakarta : EGC.

Maramis, W.F, 2015. Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, Surabaya.

Jallo, 2010. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan


Keluarga, Jakarta : CV. Sagung Seto.

Stuart & Sunden, 2010. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai