56permendag 20 2009 PDF
56permendag 20 2009 PDF
2
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
3
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,
baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak
dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
2. Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi
yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
3. Barang dan/atau jasa yang beredar di pasar adalah barang dan/atau
jasa yang ditujukan untuk ditawarkan, dipromosikan, diiklankan,
diperdagangkan di pasar tradisional, pusat perbelanjaan, toko modern
dan/atau di pengecer lainnya, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan
oleh konsumen termasuk yang disimpan di dalam gudang atau tempat
penyimpanan lainnya yang berada di wilayah Republik Indonesia, baik
yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor.
4. Barang yang dilarang beredar di pasar adalah barang tertentu yang
perdagangannya hanya dapat dilakukan oleh perusahaan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Barang yang diatur tata niaganya adalah barang asal impor atau
produksi dalam negeri yang perdagangannya hanya boleh dilakukan
oleh perusahaan yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Barang–barang dalam pengawasan adalah semua barang berupa
apapun, baik yang berasal dari impor maupun yang berasal dari hasil
produksi dalam negeri, yang dengan atau berdasarkan Peraturan
Presiden ditetapkan sebagai barang-barang dalam pengawasan.
7. Distribusi adalah kegiatan menyalurkan atau mengedarkan barang
dan/atau jasa dari produsen atau importir melalui distributor/sub
distributor, agen, atau pengecer kepada konsumen.
4
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
5
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
6
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
BAB II
RUANG LINGKUP PENGAWASAN
Pasal 2
(1) Ruang lingkup pengawasan meliputi:
a. barang dan/atau jasa yang beredar di pasar;
b. barang yang dilarang beredar di pasar;
c. barang yang diatur tata niaganya;
d. perdagangan barang-barang dalam pengawasan; dan
e. distribusi.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
barang dan/atau jasa yang berasal dari dalam negeri dan luar
negeri/impor.
Pasal 3
(1) Pengawasan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf a dilakukan oleh pemerintah, masyarakat,
dan/atau LPKSM.
(2) Pengawasan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e dilakukan oleh
pemerintah.
(3) Pengawasan oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) dilakukan oleh Menteri.
(4) Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
mengkoordinasikan pelaksanaan pengawasan dengan Menteri teknis
terkait atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND).
Pasal 4
(1) Pengawasan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3) dilakukan terhadap:
a. barang dan/atau jasa yang beredar di pasar dalam memenuhi:
1. standar;
2. label;
3. klausula baku;
7
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
BAB III
PENGAWASAN BARANG DAN/ATAU JASA YANG BEREDAR DI PASAR
Bagian Kesatu
Standar
Pasal 5
(1) Pengawasan pemenuhan ketentuan standar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a angka 1 dilakukan terhadap barang
dan/atau jasa yang beredar di pasar, yang telah diberlakukan SNI
wajib, SNI yang diterapkan oleh pelaku usaha, atau persyaratan teknis
lain yang diberlakukan wajib oleh instansi teknis yang berwenang.
(2) Pengawasan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
8
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Bagian Kedua
Label
Pasal 6
(1) Pengawasan pemenuhan ketentuan label sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a angka 2 dilakukan terhadap:
a. kesesuaian keterangan label dengan kondisi barang yang
sebenarnya; dan
b. kelengkapan keterangan atau informasi pencantuman label.
(2) Pengawasan terhadap label sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Klausula Baku
Pasal 7
(1) Pengawasan pemenuhan ketentuan klausula baku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a angka 3 dilakukan terhadap
dokumen dan/atau perjanjian mengenai barang dan/atau jasa yang
ditawarkan dalam hal:
a. pembuatan atau pencantuman klausula baku yang memuat:
1. pengalihan tanggung jawab pelaku usaha kepada pihak lain;
2. penolakan penyerahan kembali barang yang telah dibeli
konsumen;
3. penolakan penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas
barang dan/atau jasa yang telah dibeli konsumen;
4. pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha, baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan
segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang
telah dibeli oleh konsumen secara angsuran;
5. pengaturan perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan
barang atau pemanfaatan jasa yang telah dibeli oleh
konsumen;
6. pemberian hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi
manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang
menjadi obyek jual beli jasa;
7. pernyataan tunduknya konsumen kepada peraturan yang
berupa aturan baru, tambahan, lanjutan, dan/atau pengubahan
lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa
konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; atau
8. pernyataan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku
usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau
hak jaminan terhadap barang yang telah dibeli oleh konsumen
secara angsuran.
b. pencantuman klausula baku yang letak atau bentuknya sulit
terlihat, tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti; dan/atau
9
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Bagian Keempat
Pelayanan Purna Jual
Pasal 8
Pengawasan pemenuhan ketentuan pelayanan purna jual sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a angka 4 dilakukan terhadap:
a. barang yang pemanfaatannya berkelanjutan dalam batas waktu
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun;
b. ketersediaan suku cadang dan/atau fasilitas purna jual/perbaikan;
dan/atau
c. terpenuhi atau tidak terpenuhinya jaminan/garansi sesuai dengan yang
diperjanjikan.
Bagian Kelima
Cara Menjual
Pasal 9
Pengawasan pemenuhan ketentuan cara menjual melalui penawaran,
promosi, atau pemberian hadiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2) huruf a dilakukan terhadap barang dan/atau jasa yang beredar di
pasar yang memuat pernyataan tidak benar, mengelabui, atau
menyesatkan sebagai berikut:
a. barang seolah-olah telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga,
harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu,
karakteristik tertentu, sejarah, atau guna tertentu;
b. barang seolah-olah dalam keadaan baik dan/atau baru;
c. barang dan/atau jasa seolah-olah telah mendapatkan dan/atau memiliki
sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-
ciri kerja, atau aksesori tertentu;
d. barang dan/atau jasa seolah-olah dibuat oleh perusahaan yang
mempunyai sponsor, persetujuan, atau afiliasi;
e. barang dan/atau jasa seolah-olah tersedia;
f. barang seolah-olah tidak mengandung cacat tersembunyi;
g. barang seolah-olah merupakan kelengkapan dari barang tertentu;
h. barang seolah-olah berasal dari daerah tertentu;
i. merendahkan barang dan/atau jasa lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung;
j. menggunakan kata-kata yang berlebihan tanpa keterangan lengkap
seperti seolah-olah aman, tidak berbahaya, tidak mengandung resiko,
atau efek sampingan;
k. penawaran mengandung janji yang belum pasti;
10
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 10
Pengawasan pemenuhan ketentuan cara menjual melalui obral atau lelang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b, dilakukan terhadap
barang dan/atau jasa yang beredar di pasar dengan cara mengelabui atau
menyesatkan konsumen sebagai berikut:
a. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi
standar mutu tertentu;
b. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah tidak
mengandung cacat tersembunyi;
c. tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan, melainkan dengan
maksud untuk menjual barang lain;
d. tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/atau jumlah yang
cukup dengan maksud menjual barang yang lain;
e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah
cukup dengan maksud menjual jasa yang lain; dan/atau
f. menaikan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan
obral.
Pasal 11
Pengawasan pemenuhan ketentuan cara menjual melalui pemaksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c, dilakukan terhadap
barang dan/atau jasa yang beredar di pasar yang dijual secara pemaksaan
atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan, baik fisik maupun psikis
terhadap konsumen.
11
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 12
Pengawasan pemenuhan ketentuan cara menjual melalui pesanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d, dilakukan terhadap
barang dan/atau jasa yang beredar di pasar yang dijual dengan:
a. tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian
sesuai dengan yang dijanjikan; dan/atau
b. tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.
Bagian Keenam
Pengiklanan
Pasal 13
Pengawasan pemenuhan ketentuan pengiklanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a angka 6, dilakukan terhadap cara
pengiklanan sebagai berikut:
a. mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan
dan harga barang, dan/atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan
barang dan/atau jasa;
b. mengelabui jaminan/garansi terhadap barang dan/atau jasa;
c. memuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang
dan/atau jasa;
d. tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang dan/atau
jasa;
e. mengeksploitasi kejadian dan/atau seseorang tanpa seizin yang
berwenang atau persetujuan yang bersangkutan; dan/atau
f. melanggar etika dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai periklanan.
BAB IV
PENGAWASAN BARANG YANG DILARANG BEREDAR DI PASAR,
BARANG YANG DIATUR TATA NIAGANYA, PERDAGANGAN
BARANG-BARANG DALAM PENGAWASAN, DAN DISTRIBUSI
Pasal 14
(1) Pengawasan terhadap barang yang dilarang beredar di pasar, barang
yang diatur tataniaganya, perdagangan barang-barang dalam
pengawasan, dan distribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e dilakukan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pelaksanaan teknis pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Dirjen PDN.
BAB V
KEWENANGAN PENGAWASAN
Pasal 15
(1) Menteri melimpahkan kewenangan pengawasan terhadap barang
dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) kepada:
a. Gubernur, untuk melakukan koordinasi dan pengawasan sesuai
dengan wilayah kerjanya;
12
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 16
Dalam membantu pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Kepala
Unit Kerja yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2), Dirjen PDN dalam hal ini
Direktur PBBJ, dapat melakukan pengawasan langsung dan/atau meminta
informasi kepada Kepala Unit Kerja di daerah dan/atau unit/instansi teknis
terkait lainnya.
Pasal 17
Menteri menugaskan Dirjen PDN untuk melakukan pembinaan terhadap
pelaksanaan pengawasan di provinsi dan kabupaten/kota serta
berkoordinasi dengan unit/instansi teknis terkait lainnya.
Pasal 18
(1) Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
dalam melaksanakan pengawasan barang dan/atau jasa menugaskan
kepada:
a. PPBJ dan/atau PPNS-PK untuk melakukan pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, dan huruf e; dan/atau
b. pegawai atau pejabat yang bertugas pada unit yang membidangi
perdagangan dalam negeri untuk melakukan pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, huruf c,
huruf d, dan huruf e.
(2) PPBJ sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diangkat dan
diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15.
(3) PPNS-PK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri teknis yang berwenang.
(4) Pegawai atau pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dalam melakukan pengawasan, ditugasi oleh pejabat yang berwenang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
(5) Persyaratan untuk diangkat sebagai PPBJ sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a sebagai berikut:
a. Pegawai Negeri Sipil yang bertugas pada unit yang
bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pengawasan barang
dan/atau jasa, atau unit yang membidangi perdagangan dalam
13
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
BAB VI
TATA CARA PENGAWASAN PEMENUHAN STANDAR, LABEL,
KLAUSULA BAKU, PELAYANAN PURNA JUAL, CARA MENJUAL,
DAN PENGIKLANAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
Pasal 20
(1) PPBJ dan PPNS-PK dalam melaksanakan pengawasan berkala
dan/atau pengawasan khusus berpedoman pada ketentuan Peraturan
Menteri ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
(2) PPNS-PK dalam melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana di
bidang perlindungan konsumen berpedoman pada petunjuk teknis dan
tata cara pelaksanaan penyidikan tindak pidana di bidang perlindungan
konsumen serta ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Pasal 21
PPBJ dan PPNS-PK dalam melaksanakan pengawasan dilakukan secara
terbuka dan diwajibkan:
a. mengenakan tanda pengenal pegawai;
14
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 22
(1) Pengawasan secara berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (2) dilakukan terhadap barang dan/atau jasa dengan kriteria
sebagai berikut:
a. aspek keselamatan, keamanan, kesehatan konsumen, dan
lingkungan hidup;
b. dipakai, dipergunakan, dan/atau dimanfaatkan oleh masyarakat
banyak;
c. produk yang SNI-nya telah diberlakukan wajib, SNI yang diterapkan
oleh pelaku usaha, atau persyaratan teknis lain yang diberlakukan
wajib oleh instansi teknis yang berwenang; dan/atau
d. sering terjadi pengelabuan atau penyesatan dalam pemenuhan
ketentuan standar, label, klausula baku, pengiklanan, pelayanan
purna jual, cara menjual melalui pemaksaan, baik fisik maupun
psikis serta kandungan/kadar tertentu yang merugikan konsumen.
(2) Pengawasan secara khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (3) dilakukan berdasarkan:
a. tindak lanjut hasil pengawasan berkala;
b. pengaduan masyarakat atau LPKSM; atau
c. adanya temuan, informasi yang berasal dari media cetak, media
elektronik, atau media lainnya.
Bagian Kedua
Cara Pengawasan Berkala
Pasal 23
(1) Pengawasan berkala terhadap barang yang beredar di pasar dalam
memenuhi standar mutu dilakukan dengan cara pengambilan sampel
barang melalui pembelian di pasar secara acak.
(2) Pengambilan sampel barang secara acak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan di pasar untuk jenis barang yang sama di satu
kabupaten/kota pada 3 (tiga) pengecer.
(3) Barang yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi jenis,
tipe, merek, dan kode produksi yang sama.
(4) Apabila barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak tercantum
kode produksinya, pengambilan sampel dilakukan untuk jenis, tipe, dan
merek yang sama.
(5) Sampel barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang:
a. memerlukan uji laboratorium diambil sebanyak 1 (satu) gugus
sampel sesuai dengan barang yang sedang diawasi; dan
b. tidak memerlukan uji laboratorium diambil sebanyak 1 (satu) buah.
15
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 24
Pengawasan berkala terhadap barang dan/atau jasa yang beredar di pasar
dalam memenuhi standar mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
dilakukan dengan pengecekan dan/atau pengujian kesesuaian persyaratan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
16
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 25
(1) Pengawasan berkala terhadap barang yang beredar di pasar dalam
memenuhi ketentuan pencantuman label dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. melakukan pengambilan sampel dengan pembelian contoh barang
di pasar secara acak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6);
b. melakukan pengamatan kasat mata terhadap keterangan yang
tercantum pada label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat
(7); dan
c. memastikan kebenaran antara keterangan yang tercantum pada
label dengan kondisi barang yang sebenarnya.
(2) Dalam memastikan kebenaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, apabila terkait dengan spesifikasi teknis barang, dilakukan
pengujian di laboratorium uji yang terakreditasi atau yang ditunjuk
oleh Menteri teknis yang berwenang.
(3) Hasil pengamatan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) disampaikan kepada Kepala Unit Kerja untuk
dilakukan evaluasi.
(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila:
a. label pada barang dan/atau hasil uji laboratorium atas barang telah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Kepala
Unit Kerja dapat mempublikasikan kepada masyarakat; atau
b. label dengan kondisi barang yang sebenarnya tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, Kepala Unit Kerja:
1. mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan kepada instansi
teknis pembina terkait;
2. meminta penjelasan mengenai barang kepada pelaku usaha
yang memperdagangkan barang tersebut; dan/atau
3. menyerahkan kepada PPNS-PK, apabila diduga terjadi tindak
pidana di bidang perlindungan konsumen yang didukung
dengan bukti permulaan yang cukup untuk dilakukan
penindakan.
(5) Bukti permulaan yang cukup sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b angka 3, berupa hasil uji laboratorium, barang yang diawasi,
bukti pembelian, penjelasan dari pelaku usaha, dan sekurang-
kurangnya didukung adanya 2 (dua) orang saksi.
(6) Apabila barang membahayakan keselamatan, keamanan, kesehatan
konsumen, dan lingkungan hidup, dapat dipublikasikan dan ditarik dari
peredaran.
Pasal 26
(1) Pengawasan berkala terhadap pemenuhan ketentuan klausula baku
pada dokumen dan/atau perjanjian dilakukan dengan cara membeli
barang dan/atau jasa, meminta formulir/blanko dokumen, dan/atau
perjanjian untuk dilakukan pengecekan guna mengetahui adanya
klausula baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.
17
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 27
(1) Pengawasan berkala terhadap pelaksanaan pelayanan purna jual,
dilakukan dengan cara:
a. pengecekan ketersediaan atau keberadaan suku cadang dan
fasilitas perbaikan untuk barang tertentu yang pemanfaatannya
berkelanjutan dalam batas waktu sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun;
b. pengecekan sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan
berdasarkan keterangan dari pelaku usaha yang
memperdagangkan, mengimpor, dan/atau memproduksi barang;
dan
c. pengecekan terhadap adanya petunjuk penggunaan dan
jaminan/garansi dalam Bahasa Indonesia sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada Kepala Unit Kerja untuk dilakukan evaluasi.
(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), apabila:
a. tidak terdapat penyimpangan atas ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8, Kepala Unit Kerja dapat mempublikasikan kepada
masyarakat; atau
b. terdapat penyimpangan atas ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8, Kepala Unit Kerja:
1. mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan kepada instansi
teknis pembina terkait;
18
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 28
(1) Pengawasan berkala terhadap penjualan melalui penawaran, promosi,
pemberian hadiah, obral, dan lelang dilakukan dengan cara meminta
keterangan dan pengamatan kasat mata terhadap pelaku usaha dalam
menawarkan, mempromosikan, menjanjikan pemberian hadiah, obral,
dan lelang.
(2) Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan informasi
mengenai kebenaran antara pelaksanaan penawaran, promosi,
pemberian hadiah, obral, dan lelang dengan yang diperjanjikan oleh
pelaku usaha.
(3) Pengamatan kasat mata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap catatan atau dokumen yang dimiliki pelaku usaha
sebagai bukti pendukung untuk mengetahui kebenaran antara
pelaksanaan penawaran, promosi, pemberian hadiah, obral, dan lelang
dengan yang diperjanjikan oleh pelaku usaha.
(4) Keterangan pelaku usaha dan hasil pengamatan kasat mata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dituangkan
dalam berita acara.
(5) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan rekomendasi
tindak lanjut dari PPBJ dan/atau PPNS-PK disampaikan kepada Kepala
Unit Kerja.
(6) Kepala Unit Kerja melakukan evaluasi atas berita acara dan
rekomendasi tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (5) untuk
pengambilan keputusan.
(7) Apabila keputusan Kepala Unit Kerja menyatakan bahwa:
a. pelaku usaha memberikan keterangan sesuai dengan yang
diperjanjikan, Kepala Unit Kerja dapat mempublikasikan kepada
masyarakat; atau
b. pelaku usaha memberikan keterangan tidak sesuai dengan yang
diperjanjikan, Kepala Unit Kerja:
1. berkoordinasi dengan instansi teknis pembina terkait untuk
menentukan jenis pelanggarannya;
2. meminta penjelasan kepada pelaku usaha yang telah
melakukan pelanggaran, apabila jenis pelanggarannya bukan
tindak pidana di bidang perlindungan konsumen; dan/atau
3. menyerahkan kepada PPNS-PK untuk dilakukan penindakan,
apabila diduga terjadi tindak pidana di bidang perlindungan
konsumen yang didukung dengan bukti permulaan yang cukup.
19
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
(8) Bukti permulaan yang cukup sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
huruf b angka 3, berupa keterangan dan hasil pengamatan kasat mata
yang dituangkan dalam berita acara sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (4), catatan atau dokumen dari pelaku usaha, dan sekurang-
kurangnya didukung adanya 2 (dua) orang saksi.
Pasal 29
(1) Pengawasan dalam pengiklanan, baik melalui media cetak, media
elektronik, maupun media lainnya dilakukan dengan pengamatan kasat
mata dan pengecekan terhadap kesesuaian materi iklan dengan kondisi
barang yang sebenarnya.
(2) Pengamatan terhadap kesesuaian materi iklan dengan kondisi barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meminta
bukti-bukti kepada pelaku usaha yang memesan, memproduksi,
dan/atau menayangkan iklan di media setempat.
(3) Hasil pengamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada Kepala Unit Kerja untuk dilakukan evaluasi.
(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila:
a. iklan yang ditayangkan telah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Kepala Unit Kerja dapat mempublikasikan
kepada masyarakat; atau
b. iklan yang ditayangkan tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, Kepala Unit Kerja:
1. mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan kepada instansi
teknis pembina terkait;
2. meminta penjelasan kepada pelaku usaha yang telah
memesan, memproduksi, dan/atau menayangkan iklan di media
cetak, media elektronik, atau media lainnya; dan/atau
3. menyerahkan kepada PPNS-PK, apabila diduga terjadi tindak
pidana di bidang perlindungan konsumen yang didukung bukti
permulaan yang cukup untuk dilakukan penindakan.
(5) Bukti permulaan yang cukup sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf b angka 3, berupa berita acara, catatan atau dokumen, dan
penjelasan dari pelaku usaha serta sekurang-kurangnya didukung
adanya 2 (dua) orang saksi.
Pasal 30
Hasil pengawasan berkala terhadap barang dan/atau jasa yang beredar di
pasar disampaikan oleh PPBJ dan/atau PPNS-PK kepada Kepala Unit
Kerja dalam bentuk berita acara pengawasan.
20
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Bagian Ketiga
Cara Pengawasan Khusus
Pasal 31
Pengawasan khusus oleh PPBJ dan PPNS-PK dilakukan melalui
pentahapan sebagai berikut:
a. melakukan pengambilan sampel ulang di satu wilayah di 3 (tiga) lokasi
untuk jenis barang yang sama berdasarkan hasil pengawasan berkala,
apabila tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. melakukan pengambilan sampel di satu wilayah di 3 (tiga) lokasi untuk
jenis barang berdasarkan pengaduan oleh konsumen/masyarakat atau
LPKSM;
c. melakukan uji laboratorium dan pengecekan ulang terhadap barang
dan/atau jasa hasil pengawasan berkala sebagaimana dimaksud pada
huruf a bersama pelaku usaha, baik dalam pemenuhan standar,
pencantuman label, klausula baku, pelayanan purna jual, cara menjual
dan/atau pengiklanan;
d. hasil uji dan/atau pengecekan ulang sebagaimana dimaksud pada huruf
c disampaikan kepada Kepala Unit Kerja yang bersangkutan untuk
dilakukan evaluasi;
e. apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf d menyatakan
tidak melanggar atau tidak terjadi tindak pidana di bidang perlindungan
konsumen, maka Kepala Unit Kerja yang bersangkutan dapat
mempublikasikan kepada masyarakat; dan
f. apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf e menyatakan
melanggar atau terjadi tindak pidana, maka Kepala Unit Kerja meminta
PPNS-PK untuk segera melakukan penyidikan sesuai prosedur yang
berlaku.
Pasal 32
(1) Pengawasan khusus terhadap penjualan dengan cara pemaksaan
dilakukan setelah menerima informasi/pengaduan dari konsumen
mengenai adanya unsur paksaan, atau berdasarkan hasil pengawasan
berkala.
(2) Berdasarkan informasi/pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) PPBJ dan PPNS-PK melakukan pengawasan khusus di tempat
penjualan yang diduga terjadi pemaksaan.
(3) Hasil pengawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Kepala Unit Kerja untuk dilakukan evaluasi.
(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila:
a. tidak ditemukan adanya unsur paksaan, Kepala Unit Kerja dapat
mempublikasikan kepada masyarakat; atau
b. ditemukan adanya unsur paksaan dan diduga terjadi tindak pidana
di bidang perlindungan konsumen, Kepala Unit Kerja menyerahkan
kepada PPNS-PK untuk dilakukan penyidikan.
21
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 33
(1) Pengawasan khusus terhadap penjualan dengan cara pesanan
dilakukan setelah menerima informasi/pengaduan dari konsumen atau
berdasarkan hasil pengawasan berkala.
(2) Berdasarkan informasi/pengaduan atau berdasarkan hasil pengawasan
berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPBJ dan PPNS-PK
melakukan pengawasan khusus atas hal-hal yang diperjanjikan, antara
lain ketepatan waktu, jumlah barang, dan kondisi barang.
(3) Hasil pengawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Kepala Unit Kerja untuk dilakukan evaluasi.
(4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila:
a. tidak ditemukan penyimpangan, Kepala Unit Kerja dapat
mempublikasikan kepada masyarakat; atau
b. ditemukan adanya penyimpangan, Kepala Unit Kerja:
1. mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan kepada Dirjen
PDN; dan/atau
2. menyerahkan kepada PPNS-PK, apabila diduga terjadi tindak
pidana di bidang perlindungan konsumen untuk dilakukan
penyidikan.
Pasal 34
Bagian Keempat
Penarikan Barang
Pasal 35
22
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 36
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang telah ditetapkan
untuk ditarik dari peredaran.
Pasal 37
Kepala Unit Kerja berkoordinasi dengan unit/instansi teknis terkait dalam
melakukan pemantauan pelaksanaan penarikan barang dari peredaran.
Bagian Kelima
Penghentian Pelayanan Jasa
Pasal 38
(1) Berdasarkan hasil pengawasan khusus terhadap jasa, apabila terbukti
tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, sehingga mengakibatkan
terjadinya kerugian bagi konsumen, maka Menteri dapat
memerintahkan kepada:
a. pelaku usaha untuk menghentikan pelayanan jasa yang merugikan
konsumen; dan/atau
b. pelaku usaha untuk merealisasikan hal-hal yang telah
diperjanjikan.
(2) Perintah penghentian pelayanan jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan setelah dikoordinasikan dengan unit/instansi teknis
terkait.
(3) Kepala Unit Kerja dapat mempublikasikan pelayanan jasa yang
dihentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada
masyarakat untuk menghindari terjadinya kerugian atau korban.
23
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 39
Pelaku usaha dilarang memperdagangkan jasa yang telah ditetapkan untuk
dihentikan pelayanannya, kecuali telah merealisasikan hal-hal yang telah
diperjanjikan.
Pasal 40
Kepala Unit Kerja berkoordinasi dengan unit/instansi teknis terkait dalam
melakukan pemantauan pelaksanaan penghentian pelayanan jasa.
BAB VII
TATACARA PENGAWASAN BARANG YANG DILARANG BEREDAR DI
PASAR, BARANG YANG DIATUR TATA NIAGANYA, PERDAGANGAN
BARANG-BARANG DALAM PENGAWASAN, DAN DISTRIBUSI
Pasal 41
(1) Pelaksanaan pengawasan terhadap barang yang dilarang beredar di
pasar, barang yang diatur tata niaganya, perdagangan barang-barang
dalam pengawasan, dan distribusi dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
pegawai atau pejabat yang bertugas pada unit yang bertanggungjawab
di bidang perdagangan dalam negeri di pusat dan daerah.
(3) Pegawai atau pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
melaksanakan pengawasan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 42
Pegawai atau pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, saat
melaksanakan pengawasan dilakukan secara terbuka dan diwajibkan:
a. mengenakan tanda pengenal pegawai;
b. membawa surat tugas pengawasan dari Kepala Unit Kerja; dan
c. menunjukkan surat tugas pengawasan kepada pelaku usaha.
24
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 43
BAB VIII
PELAPORAN
Pasal 44
(1) Kepala Unit Kerja di daerah kabupaten/kota menyampaikan laporan
hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan
pelaksanaan penyidikan tindak pidana di wilayah kerjanya kepada:
a. Bupati/Walikota setempat; dan
b. Kepala Unit Kerja di daerah provinsi.
(2) Kepala Unit Kerja di daerah provinsi menyampaikan laporan hasil
pengawasan dari kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada:
a. Gubernur setempat; dan
b. Dirjen PDN.
(3) Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, Kepala Unit Kerja menyampaikan
hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di wilayah
kerjanya kepada:
a. Gubernur DKI Jakarta; dan
b. Dirjen PDN.
(4) Dirjen PDN menyampaikan laporan hasil pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) kepada Menteri.
BAB IX
SANKSI
Pasal 45
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (6), Pasal 36, atau Pasal 39, dikenakan sanksi administratif
berupa:
a. pencabutan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) oleh pejabat penerbit
SIUP; atau
b. pencabutan perizinan teknis lainnya oleh pejabat berwenang.
25
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 46
Pasal 47
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3), dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 48
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (4) dan ayat (5), dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB X
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 49
Biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan penarikan barang dari
peredaran dan/atau penghentian pelayanan jasa dibebankan kepada
pelaku usaha.
Pasal 50
Biaya yang dikeluarkan dalam pelaksanaan pengawasan yang dilakukan
oleh aparat di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, dibebankan pada
APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 51
Ketentuan teknis pelaksanaan pengawasan diatur lebih lanjut oleh Dirjen
PDN.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 52
Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 634/MPP/Kep/9/2002 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa Yang
Beredar di Pasar, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
26
Peraturan Menteri Perdagangan R.I.
Nomor: 20/M-DAG/PER/5/2009
Pasal 53
Peraturan Menteri ini mulai berlaku 1 (satu) bulan sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Mei 2009
MENTERI PERDAGANGAN R.I.,
ttd
ttd
WIDODO
27