RANCANGAN TEKNOKRATIK
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH NASIONAL
2015-2019
BUKU I
AGENDA PEMBANGUNAN NASIONAL
ii
ii
iii
12
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................iii
..xii
DAFTAR TABEL .....................................................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
PENCAPAIAN PEMBANGUNAN NASIONAL ............................................. 7
2.1.
2.2.
2.3.
3.1.2.
Geo-politik ............................................................................52
3.1.4.
3.1.3.
3.2.
Geo-ekonomi ........................................................................ 47
Bonus Demografi................................................................ 58
4.2.
4.2.3.
4.2.2.
BAB V
4.3.
4.2.4.
Moneter ..................................................................................85
5.2.
5.4.
6.1.
5.3.
6.1.1.
B.
6.1.4.
C.
6.1.7.
6.1.8.
6.1.9.
D.
6.1.10.
6.1.11.
6.1.12.
6.1.13.
6.1.15.
6.1.14.
vi
6.1.5.
6.1.6.
vi
6.1.2.
6.1.3.
6.2.
6.1.16.
Rancangan
Rancangan
Teknokratik
Teknokratik
RPJMN 2015RPJMN
201-----_
2015_9
Rancangan
Teknokratik
RPJMN
2015
6.2.1.
6.2.3.
6.2.2.
6.3.
6.2.4.
6.3.1.
6.3.4.
6.3.3.
6.3.7.
6.4.1.
6.4.3.
6.4.4.
6.4.5.
6.5.1.
6.5.3.
6.5.4.
6.6.
6.5.
6.3.5.
6.3.6.
6.4.
6.5.5.
vii
7.3.
7.2.
7.4.
viii
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1
Tahapan Pembangunan dan Arahan Kebijakan RPJPN 2005 2025 .................................................................................................... ............. 4
Gambar II.2
Gambar II.1
Gambar II.3
Gambar II.4
Gambar II.5
Gambar II.6
Gambar II.7
Gambar II.8
Gambar II.9
Pertumbuhan Ekonomi dan PDB Per Kapita Tahun 2009 2013 ................................................................................................................ 20
Gambar II.13 Tren Angka Kematian Bayi (AKB), Angka kematian Balita
(AKBA) dan Angka kematian Neonatal (AKN) per 1.000
kelahiran hidup ........................................................................................... 27
ix
Gambar II.22 Perkembangan Opini WTP BPK atas LKKL dan LKPD 2009
- 2013 ........................................................................................................... 40
Gambar II.23 Struktur Misi 3 RPJMN 2 .................................................................... 41
Gambar II.26 Pencapaian Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2009 2012 ............................................................................................................ 44
Gambar II.27 Komposisi Pendapatan Daerah Tertinggal Tahun 2008 2012 ............................................................................................................ 45
Gambar III.1
Gambar III.2
Gambar III.3
Gambar III.4
Gambar III.5
Gambar III.6
Gambar IV.1
Gambar III.7
Gambar IV.2
Gambar V.1
Gambar V.2
Gambar VI.1
Gambar VI.2
Gambar VI.4
Gambar VI.3
Gambar VI.5
Gambar VI.6
Gambar VI.7
168
Gambar VI.9
177
Gambar VI.8
xi
DAFTAR TABEL
Tabel II.1
Tabel II.2
Tabel II.3
Tabel II.4
Tabel III.2
Tabel III.1
Tabel IV.1
Tabel IV.3
Tabel IV.2
Tabel IV.4
Tabel IV.5
Tabel IV.6
Tabel IV.7
Tabel V.1
Tabel VI.1
Tabel VI.2
Tabel VI.3
Tabel VI.4
Tabel VI.6
Tabel VI.5
Tabel VI.7
xiv
xii
Tabel VI.8
Tabel VI.10
Tabel VI.12
Tabel VI.9
Tabel VI.11
Tabel VI.13
xv
xiii
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Maju
Adil
Makmur :
1.
2.
3.
2
4.
5.
6.
7.
8.
2.
BAB II
PENCAPAIAN PEMBANGUNAN NASIONAL
2.
3.
baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu aman juga
mencerminkan keadaan tenteram, tidak ada rasa takut dan khawatir.
Adapun damai mengandung arti tidak terjadi konflik, tidak ada kerusuhan,
keadaan tidak bermusuhan dan rukun dalam sistem negara hukum.
10
11
11
Sehingga kondisi adil dan demokratis secara garis besar tercermin dalam
masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum,
kesetaraan, dan hak asasi manusia (HAM).
12
13
13
14
jumlah penduduk miskin menjadi 8,2 persen pada akhir tahun 2009 belum
tercapai. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain: (1) laju
pertumbuhan ekonomi yang melambat akibat goncangan ekonomi global
yang menuntut naiknya harga BBM secara tajam dan berdampak pada
perekonomian domestik; (2) pertumbuhan penduduk, terutama di
kalangan penduduk miskin, masih tinggi; (3) kenaikan harga-harga dan
tingkat inflasi pada kebutuhan pokok berdampak besar terhadap daya beli
masyarakat miskin; dan (4) kondisi pemenuhan kebutuhan dasar dan
tingkat kesehatan masyarakat yang masih perlu ditingkatkan. Selain itu,
bencana alam yang melanda sejumlah daerah selama periode tersebut
turut menahan perbaikan kondisi perekonomian domestik. Oleh karena itu,
pada periode RPJMN 2005-2009, Pemerintah telah memperbaiki kebijakan
pembangunan yang peduli kepada penduduk miskin, pertumbuhan, dan
kesempatan kerja (pro poor, pro growth, dan pro job) serta meningkatkan
koordinasi penanggulangan kemiskinan agar program penanggulangan
kemiskinan secara nasional berjalan lebih efektif dan efisien.
15
15
Selain itu, pemerintah juga menyediakan beasiswa bagi siswa miskin untuk
melanjutkan pendidikan. Hasilnya tercermin dengan semakin menurunnya
persentase angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas dari 9,55
persen (2005) menjadi 5,97 persen pada tahun 2008 (Susenas, BPS), serta
meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) untuk jenjang
SD/MI/sederajat dari 111,20 persen (2005) menjadi 117,00 persen (2009),
dan jenjang SMP/MTs/sederajat dari 85,22 persen (2005) menjadi 98,30
persen (2009), serta jenjang SMA/SMK/MA/sederajat dari 52,20 persen
(2005) menjadi 69,60 persen (2009).
16
17
17
2.
3.
18
18
19
19
Gambar II.4
Pertumbuhan Ekonomi dan PDB Per Kapita Tahun 2009-2013
6.2
6.5
6.3
(Juta Rupiah)
35.0
30.0
25.0
20.0
4.6
36.5
33.6
30.7
5.8
27.0
23.8
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
15.0
10.0
2.0
5.0
1.0
(Persen)
40.0
0.0
0.0
2009
2010
2011
2012
PDB per kapita (juta Rupiah)
2013
Sumber: BPS
450
398.6
400
(Rp Triliun)
350
313.2
300
251.2
250
200
150
100
50
208.6
150.16
92.2
76.0
60.6
37.8
112.4
128.2
148.0
175.2
270.4
221.0
0
2009
PMDN
2010
2011
PMA
2012
2013
Total
Sumber: BKPM
20
20
21
21
juta orang
Gambar II.7
Perkembangan Pekerja formal-informal Tahun 2009-2014
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
73
74
32
34
2009
2010
73
72
43
38
2011
2012
Formal
70
70.68
46.18
47.49
2013
2014
Informal
Gambar II.8
Perkembangan Upah Sektoral Tahun 2009-2014
2,000
(ribu rupiah)
1,500
1,000
500
2009
Pertanian
Perdagangan
2010
2011
Industri
Transportasi
2012
2013
Kosntruksi
22
Gambar II.9
Laju Pertumbuhan Pengeluaran Per Kapita
Gambar II.11
Pertumbuhan Perkotaan
23
23
No.
1
2
3
4
5
6
Komoditi
Produksi Padi
Produksi Beras
Produksi Jagung
Produksi Kedelai
Produksi Gula
Produksi Daging
Sapi dan Kerbau
2009
64,399
40,404
17,630
0,975
2,517
0,279
2010
66,469
41,703
18,328
0,907
2,290
0,290
2011
65,757
41,256
17,643
0,851
2,268
0,290
2012
69,056
43,326
19,387
0,843
2,544
0,410
2013
70,867
44,462
18,510
0,808
2,817
0,420
24
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Kegiatan
2009
2010
2011
2012
2013
86,02
87,00
87,22
90,82
92,50
12
21
41
74
213
212
273
296
345
402
65,8
67,2
72,95
76,56
80,51
90
94
118
130
138
135
2
12
47,71
81
-
32
44,19
216
1
105
63,48
319
816
175
509
65,05
67,73
51,19
174.909
55,54
92.431
55,60
114.201
57,82
64.785
59,71
102.714
16.875
20.000
36.738
201.469
184.333
2.000
2.000
16.403
24.051
(72,5%)
73.085
27.670
(83,4%)
115.000
30.413
(91,6%)
66.249
4,00
6,31
8,60
72,47
321,00
463,06
16.544
29.810
31.092
(93,7%)
94.792
32.918
(99,2%)
77.741
14,94
13,39
284,13
194,58
25
25
2,32
1,97
150
1,45
100
50
1,49
1,38
1,19
147,5
179,4
205,1
237,6
255,5
271,1
1980
1990
2000
2010
2015
2020
2020
2030
26
29,9 juta orang pada tahun 2011 menjadi 11,5 persen atau 28,6 juta orang
pada tahun 2013.
120
100
97
81
80
68
60
58
46
57
40
20
32
30
26
46
44
AKB
AKBA
AKN
40
32
35
34
20
19
19
2003
2007
2012
24
0
1991
1995
1999
2014
27
27
Tabel II.3
Status Gizi Masyarakat
Indikator
37,2
38,6
32,9
11,5
11,1
10,2
21,7
32,4
28,9
41,5
25000
21591
21511
21031
20000
Jumlah Kasus
15000
10000
9793
5686
2763
0
2010
Jumlah Kasus HIV
28
7004
6845
5483
5000
2009
28
20397
2011
2012
2013
Jaminan Kesehatan Nasional sebagaimana diamanatkan oleh UndangUndang No. 40 tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang
dilaksanakan secara bertahap, mampu memberikan perlindungan finansial
yang ditandai dengan meningkatnya akses terhadap pelayanan kesehatan
bagi 118,6 juta peserta (48 persen dari total penduduk) dan menurunnya
pengeluaran katastropik menjadi 2,7 persen pada tahun 2014.
29
29
Gambar II.15
Perkembangan APM dan APK menurut jenjang pendidikan
Tahun 2004-2012
120
100
80
60
40
20
117,0
112,5
116,2
103,9
95,8
78,8
78,7
98,1
94,1
81,2
95,2
74,2
65,2
69,6
48,3
18,4
27,9
14,6
0
2004
2005
2006
2007
APM SD/sedera ja t
APM SMP/sedera ja t
APK SMA/sedera ja t
2008
2009
2010
2011
2012
APK SD/sedera ja t
APK SMP/sedera ja t
APK PT
Selain itu, upaya penyiapan SDM yang produktif dan berdaya saing
terus dilakukan melalui pelaksanaan pendidikan menengah universal dan
perluasan pendidikan tinggi. Dalam kurun waktu 2004 sampai 2012, Angka
Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA/SMK/Paket C berhasil ditingkatkan dari
48,3 persen menjadi 78,7 persen, dan APK PT meningkat dari 14,6 persen
menjadi 27,9 persen. Sejalan dengan meningkatnya angka partisiasi, upaya
peningkatan kualitas dan relevansi pada kedua jenjang pendidikan
tersebut juga dilakukan, sehingga lulusan yang dihasilkan diharapkan
dapat lebih berperan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia yang
berdaya saing.
Peningkatan partisipasi pendidikan atau peningkatan jumlah anak
yang bersekolah tersebut merupakan bagian dari upaya memenuhi hak
seluruh penduduk untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang
berkualitas. Beberapa terobosan besar yang telah dilakukan selama 10
tahun terakhir adalah disediakannya bantuan operasional sekolah (BOS);
ditingkatkannya keberpihakan pada anak-anak dari keluarga kurang
mampu untuk dapat bersekolah dengan penyediaan bantuan siswa miskin
(BSM); dan disediakannya penambahan daya tampung melalui
pembangunan berbagai sarana prasarana pendidikan, seperti unit sekolah
baru (USB), penambahan ruang kelas baru (RKB), dan rehabilitasi yang
berlangsung masif atas ruang-ruang kelas yang rusak.
30
31
31
Gambar II.16
Jumlah Penerima Beasiswa BSM Tahun 2008-2013
4,6
10.000
7.000
2,9
2,5
2.000
1.000
5.094,3
3.000
5.224,7
1,7
4.405,0
4.000
2,4
2,2
5.000
3,5
3,0
7.081,0
6.000
4,0
2,5
2,0
1,5
1,0
8.738,0
4,5
8.000
2.971,3
9.000
5,0
0,5
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Tahun
32
32
3.000
2.500
1.356
2.000
500
300
1.000
101
191
212
237
247
262
272
324
410
766
1.500
46
111
251
466
661
801
856
924
1.054
1.856
2.033
2.248
2.448
2.488
2.558
Gambar II.17
Jumlah Kumulatif Pembangunan Unit Sekolah Baru SMP, SMA, dan SMK
Selama Periode 2005 2013
SMP
2005
2006
SMA
2007
2008
2009
2010
SMK
2011
2012
2013
Gambar II.18
Jumlah Kumulatif Pembangunan Ruang Kelas Baru di SMP, SMA, dan SMK
Selama Periode 2005 2013
10.000
5.000
21.298
23.941
6.918
10.574
11.574
15.831
15.000
1.200
2.550
3.537
5.377
7.377
7.777
8.477
9.349
10.349
20.000
174
267
2.267
25.000
2.284
4.672
6.244
7.051
7.831
8.456
12.530
17.648
19.621
30.000
SMP
2005
2006
SMA
2007
2008
2009
2010
SMK
2011
2012
2013
Pembangunan USB untuk jenjang SMP di atas termasuk sekolah SDSMP satu atap (SATAP) yang merupakan program yang baru diperkenalkan
pada tahun 2005 untuk meningkatkan partisipasi Wajib Belajar Pendidikan
Dasar Sembilan Tahun di daerah tertinggal atau terpencil. Keberadaan
SATAP terbukti mampu meningkatkan angka melanjutkan lulusan SD/MI
untuk mengikuti pendidikan pada jenjang SMP/MTs.
33
33
34
35
35
36
36
Gambar II.19
Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan Tahun 2009-2014
35
32.53
31.02
30
30.02
29.13
12.49
11.96
28.17
28.28
11.36
11.25
25
20
14.15
15
13.33
10
5
0
2009
2010
2011
Jumlah Penduduk Miskin
2012
2013
2014
Persentase Penduduk Miskin
25
20.62
19.93
20
15
10
17.35
11.91
10.72
16.56
11.09
9.87
18.97
15.72
11.05
9.23
18.48
15.12
10.65
8.78
17.78
14.28
10.39
8.42
17.77
14.17
10.51
8.34
0
2009
Sumber
Catatan
2010
2011
2012
2013
2014
37
37
38
2009
2010
Indek Demokrasi Indonesia
Hak-Hak Politik
2011
Kebebasan Sipil
69.28
46.33
77.94
62.63
74.72
47.57
80.79
65.48
63.11
47.87
82.53
63.17
62.72
54.60
86.97
67.30
Gambar II.21
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Tahun 2009-2012
2012
39
39
80%
70%
57%
60%
50%
52%
41%
40%
10%
0%
33%
30%
30%
20%
74%
76%
63%
19%
8%
3%
1%
0%
1%
2007
K/L
1%
2%
2008
18%
8%
0%
13%
7%
2%
2009
Provinsi
23%
2%
3%
2010
4%
2011
Kabupaten
18%
9%
2012
2013
Kota
40
Selain capaian seperti diuraikan diatas, capaian pada misi 2 ini juga
terkait dengan upaya penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang
selanjutnya akan diuraikan secara detil pada misi 3 di bagian berikut ini.
CAPAIAN MISI 3: Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Gambar II.23
Struktur Misi 3 RPJMN 2
41
41
42
Gambar II.25
Perkembangan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun yang Berpendidikan
SMP/MTs keatas Menurut Provinsi, 2004-2012
43
43
Gambar II.26
Pencapaian Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 2009-2012
100
65.77
66.51
66.99
67.48
20.19
5.84
19.86
6.00
19.15
6.08
18.31
6.16
2009
2010
2011
2012
50
0
Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi (%)
Indek Pembangunan Manusia (IPM)
Sumber: BPS (diolah)
No.
1
2
3
4
5
6
7
Wilayah
Sumatera
Jawa Bali
Nusa Tenggara
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Papua
2008
22,9
64,9
1,3
10,4
4,2
0,2
1,8
44
44
2009
22,7
59,9
1,5
9,2
4,5
0,6
2,0
2010
23,1
59,3
1,5
9,1
4,5
0,3
2,2
2011 *)
23,6
58,8
1,3
9,5
4,6
0,3
1,9
2012
**)
23,8
58,9
1,3
9,3
4,7
0,3
1,8
Triliun rupiah
Gambar II.27
Komposisi Pendapatan Daerah, Tahun 2008-2012
PAD
400,000
350,000
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
-
Dana Perimbangan
2008
53,976
266,331
26,165
2009
64,025
283,502
82,269
2010
71,852
292,281
37,039
2011
90,393
327,261
59,120
2012
112,278
372,044
80,378
45
45
46
46
BAB III
LINGKUNGAN STRATEGIS DAN TANTANGAN UTAMA
PEMBANGUNAN
47
47
Bruto (PDB) negara berkembang terhadap PDB Dunia pada tahun 2019
diperkirakan akan mencapai 43,8 persen; dimana pada tahun 2010 hanya
sebesar 34,1 persen.
Gambar III.1
Perkiraan Kontribusi Terhadap PDB Dunia
48
48
Selain
itu,
Gambar III.3
pertumbuhan ekspor
Perkembangan dan Perkiraan Ekspor Dunia
negara
berkembang
Tahun 2011-2019
akan semakin kuat,
seiring
dengan
momentum pemulihan
perdagangan
global.
Rantai suplai global
dan regional pun akan
terus
berkembang,
karena perkembangan
teknologi
informasi
dan transportasi akan
menyebabkan
fragmentasi
rantai
produksi dapat meningkatkan efisiensi proses produksi. Kondisi ini
tentunya akan mempengaruhi dinamika FDI antar negara dan tren
integrasi perdagangan; sehingga akan mendorong ekonomi untuk
memperkuat rezim perdagangan dan investasinya.
49
49
Multilateral
Trading System
WTO
Sebagai first best
option of Global
Trading System
Kebutuhan
putaran
doha
Bilateral
Trading
Arrangment
Noodle
Bowl
Syndrome
Plurilateral/Regional
Trading Arrangment
Contoh: AEC, ASEAN+1FTA
50
50
51
51
Geo-politik
52
Konstelasi politik global ditandai pula dengan munculnya aktor nonnegara yang memiliki kapasitas dan jejaring internasional. Terorisme
global merupakan salah satu bentuk ancaman terhadap keamanan negara
yang akan terus dihadapi. Perkembangan teknologi canggih dalam bidang
Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
53
53
54
Pada tahun 2025 diperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) negaranegara kawasan Asia berkontribusi 60 persen terhadap PDB dunia dengan
kontribusi tertinggi adalah Tiongkok dan India masing-masing 30 persen
dan 12,5 persen terhadap PDB dunia. Dengan pergeseran gravitasi geostrategik dunia ke Asia Pasifik, kawasan ini menjadi pengendali kunci
politik global karena 41 persen penduduk dunia berada di kawasan ini
dengan meningkatnya daya beli, dan 50 persen transaksi dunia terjadi di
kawasan ini.
Bagi Indonesia, stabilitas dan kemanan kawasan perlu dipelihara agar
dapat melaksanakan pembangunan dengan baik tanpa gangguan.
Sekalipun tidak terlibat secara langsung, Indonesia perlu terus
mengantisipasi perkembangan konflik di Laut Tiongkok Selatan (LTS).
Kawasan Laut Tiongkok Selatan ini menjadi perebutan sejumlah negara di
sekitarnya karena perairan ini mengandung sejumlah potensi kandungan
minyak dan gas yang besar. Cadangan minyak di kawasan ini mencapai 12
persen dari produksi dunia (BP, Energy Outlook 2013) dengan kapasitas
produksi 2,5 juta barel per hari (Japan Foundation, 2013).
55
55
56
57
57
58
58
Gambar III.6
Perbandingan Rasio Ketergantungan Antar-Negara
Bidang
Pembangunan
Sosial Budaya dan
Kehidupan Agama
Ekonomi dan
Tenaga Kerja
Kebijakan Strategis
Menjaga penurunan tingkat fertilitas;
Meningkatkan jaminan kesehatan
Memperluas pendidikan menengah universal
Meningkatkan akses dan akses kualitas pendidikan tinggi
Meningkatkan pelatihan ketrampilan angkatan kerja
melalui kualifikasi dan kompetensi, memperbanyak
lembaga pelatihan dan relevansi pendidikan dengan pasar
kerja
Meningkatkan kewirausahaan, pendidikan karakter
pemuda
Memperluas lapangan kerja
Meningkatkan iklim investasi dan promosi ekspor
Meningkatkan sinergi arah kebijakan industri
59
59
Bidang
Pembangunan
Kebijakan Strategis
Pembangunan
Wilayah, Tata
Ruang dan Sarana
Prasarana
Penduduk usia
0-14 th, juta
Usia Kerja (1564 th), juta
Penduduk
Lansia (60+),
60
60
2010
2015
2020
2025
2030
2035
68,1
69,9
70,7
70,0
67,9
65,7
158,5
18,0
171,9
21,7
183,5
27,1
193,5
33,7
201,8
41,0
207,5
48,2
Perubahan
2010-2035
-3,6
30,9
167,2
juta
Jumlah total,
juta
Penduduk di
perkotaan (%)
Rasio
Ketergantungan
(%)
Perubahan
2010-2035
2010
2015
2020
2025
2030
2035
238,5
255,5
271,1
284,8
296,4
305,7
67,1
50,5
48,6
47,7
47,2
46,9
47,3
49,8
53,3
56,7
60,0
63,4
66,6
61
61
62
63
63
Pertumbuhan Ekonomi
64
Gambar III.7
Indonesia antara Negara Berpenghasilan Rendah dan Berpenghasilan Tinggi
65
65
b.
c.
d.
e.
a.
b.
66
66
c.
Ketimpangan
pembangunan
dan
hasil-hasil
pembangunan
menggambarkan masih besarnya kemiskinan dan kerentanan, yang
dicerminkan oleh angka kemiskinan yang turun melambat dan angka
penyerapan tenaga kerja yang belum dapat mengurangi pekerja rentan
secara berarti. Empat kelompok rumah tangga yang diperkirakan berada
pada 40 persen penduduk berpendapatan terbawah adalah (a) angkatan
kerja yang bekerja tidak penuh (underutilized) terdiri dari penduduk yang
bekerja paruh waktu (part time worker), termasuk di dalamnya adalah
rumah tangga nelayan, rumah tangga petani berlahan sempit, rumah
tangga sektor informal perkotaan, dan rumah tangga buruh perkotaan, dan
(b) usaha mikro kecil termasuk rumah tangga yang bekerja sebagai pekerja
keluarga (unpaid worker), serta (c) penduduk miskin yang tidak memiliki
aset termasuk pekerjaan.
67
67
a.
b.
c.
d.
e.
68
68
3.
Keberlanjutan Pembangunan
69
69
anggotanya dengan fokus pada orientasi pelayanan publik, Polri akan dapat
tumbuh menjadi institusi yang disegani dipercaya oleh masyarakat.
Pemberantasan Korupsi
70
b.
Tantangan
dalam pembangunan kependudukan dan keluarga
berencana (KB), yaitu mengendalikan laju pertumbuhan penduduk
dengan menurunkan angka fertilitas. Penurunan angka fertilitas
terutama dengan meningkatkan keinginan untuk ber-KB (demand
creation), meningkatkan angka pemakaian kontrasepsi (CPR),
menurunkan kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need).
Upaya ini didukung dengan penguatan advokasi dan Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE) dan penguatan pembangunan keluarga, serta
penguatan kebijakan, kelembagaan, dan data-Informasi Kependudukan
dan KB.
71
71
c.
d.
8.
72
9.
Sebagai negara dengan luas wilayah laut yang sangat besar percepatan
pembangunan kelautan merupakan tantangan yang harus diupayakan
untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dalam kaitan ini penegakan
kedaulatan dan yurisdiksi nasional perlu diperkuat sesuai dengan konvensi
PBB tentang Hukum Laut yang telah diratifikasi. Disamping itu, tantangan
utama lainnya adalah bagaimana mengembangkan industri kelautan,
industri perikanan, dan peningkatan pendayagunaan potensi laut dan dasar
laut bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Disamping itu upaya menjaga
daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut juga merupakan
tantangan dalam pembangunan kelautan.
73
73
74
74
BAB IV
KERANGKA EKONOMI MAKRO
75
75
76
77
77
global Lehman Bothers. Dengan adanya isu ini, neraca arus modal secara
total turun menjadi USD22,7 Miliar pada tahun 2013 dibanding USD24,9
Miliar pada tahun 2012.
78
Dari sisi moneter, melemahnya nilai tukar rupiah yang disertai dengan
kenaikan harga BBM bersubsidi telah mendorong peningkatan inflasi
menjadi 8,4 persen (y-o-y) pada tahun 2013 dibanding 4,3 persen (y-o-y)
pada tahun 2012. Peningkatan yang tinggi baru terjadi ketika harga BBM
bersubsidi dinaikkan. Namun melalui berbagai kebijakan yang ditempuh
tekanan inflasi berangsur-angsur dapat dikendalikan.
Sejalan dengan itu, suku bunga BI terus meningkat dari 5,75 persen
pada bulan Mei 2013 menjadi 7,50 persen pada Juni 2014. Kenaikan BI rate
yang ditempuh BI berpengaruh dan mengakibatkan peningkatan suku
bunga perbankan termasuk suku bunga pinjaman. Dengan tren
perlambatan ekonomi dan adanya kenaikan suku bunga kredit, laju
pertumbuhan kredit mengalami penurunan. Pertumbuhan kredit hingga
Desember 2013 hanya sebesar 20,2 persen (y-o-y) dibandingkan sebesar
23,3 persen (y-o-y) yang tercatat pada akhir tahun 2012. Penurunan ini
dipengaruhi oleh penurunan tajam kredit rupiah dari 24,0 persen (y-o-y)
pada akhir 2012 menjadi 19,2 persen (y-o-y) pada akhir 2013. Selanjutnya
sampai dengan bulan Juni tahun 2014 pertumbuhan kredit hanya 15,5
persen (y-o-y), menurun dibandingkan pada Desember 2013 yang
mencapai 20,2 persen.
Dari sisi keuangan negara dan fiskal, selama kurun waktu 20102014, APBN menunjukkan kinerja yang baik yang meningkat seiring
dengan meningkatnya laju perekonomian nasional. Pendapatan negara dan
hibah meningkat rata-rata 13,2 persen per tahun atau naik dari Rp995,3
triliun pada tahun 2010 menjadi Rp1.429,4 trilun pada tahun 2013 dan
diperkirakan akan mencapai Rp1.635,4 triliun pada tahun 2014.
Peningkatan pendapatan negara tersebut utamanya didorong oleh
peningkatan penerimaan perpajakan yang meningkat rata-rata sebesar
Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
79
79
14,6 persen per tahun dan menyumbang lebih dari 70 persen dari total
penerimaan dalam negeri. Capaian tersebut didorong oleh langkah-langkah
pembaruan kebijakan serta penyempurnaan sistem dan administrasi
perpajakan seperti penerapan sistem informasi perpajakan (SIDJP) serta
peningkatan perluasan basis pajak dalam rangka penggalian potensi
perpajakan.
80
81
81
Realisasi
2010
2011
2012
2013
Perkiraan
2014
6,2
27.029
5,1
6,5
30.659
5,4
6,3
33.531
4,3
5,8
36.508
8,4
5,5
40.560
5,3
0,7
30,7
38,9
0,2
25,7
24,8
-2,8
-6,0
9,3
-3,8
-2,1
-3,6
-2,6
3,8
3,0
Neraca Pembayaran
Transaksi Berjalan/PDB (%)
Pertumbuhan Ekspor Nonmigas (%)
Pertumbuhan Impor Nonmigas (%)
Cadangan Devisa (US$ miliar)
Keuangan Negara
82
82
8.991
-7,5
9.068
-1,33
9.670
4,09
12.189
17,65
11.600
-8,11
96,2
110,1
112,8
99,4
107,7
0,6
0,1
-0,6
-1,1
-1,1
11,2
11,8
11,9
11,8
12,0
9,6
8,4
7,3
6,4
6,8
-0,8
26,2
16,6
7,1
13,3
-1,2
24,4
16,0
6,6
12,4
-1,9
23,6
16,4
6,1
11,96
-2,3
23,8
17,3
6,2
11,47
-2,4
25,7
18,8
5,7
10,5
83
83
84
4.2.2. Moneter
Mengacu kepada permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi,
serta tujuan yang ingin dicapai, kebijakan di bidang moneter diarahkan
untuk tetap fokus pada upaya menjaga stabilitas ekonomi dan sistem
keuangan melalui penguatan bauran kebijakan sehingga tetap kondusif
bagi pengembangan sektor riil guna mendukung strategi re-industrialisasi
dalam rangka transformasi ekonomi. Kebijakan moneter akan tetap
diarahkan pada pencapaian sasaran inflasi dan penurunan defisit transaksi
berjalan ke tingkat yang lebih sehat melalui kebijakan suku bunga dan
stabilisasi nilai tukar sesuai fundamentalnya. Penguatan operasi moneter,
pengelolaan lalu lintas devisa, dan pendalaman pasar keuangan akan
diintensifkan untuk mendukung efektivitas transmisi suku bunga dan nilai
tukar, sekaligus untuk memperkuat struktur dan daya dukung sistem
Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
85
85
86
86
87
87
88
89
89
Ketujuh, terkait pengelolaan pembiayaan anggaran, kebijakankebijakan yang akan dilakukan adalah: (i) Pemanfaatan Sisa Anggaran
Lebih (SAL) sebagai fiscal buffer untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya krisis pasar SBN; (ii) Optimalisasi perencanaan dan
pemanfaatan pijaman untuk kegiatan produktif antara lain melalui
penerbitan sukuk berbasis proyek; (iii) Pengelolaan Surat Berharga Negara
melalui pengembangan pasar SBN domestik dan pengembangan metode
penerbitan SBN valas yang lebih fleksibel; (iv) Pengelolaan Risiko
keuangan yang terintegrasi; (v) Penggabungan lembaga keuangan
90
90
penjaminan investasi dalam satu wadah untuk membiayai kegiatankegiatan beresiko tinggi; serta (vi) implementasi manajemen kekayanutang (Asset Liability Management ALM) untuk mendukung pengelolaan
utang dan kas negara.
91
91
92
2014
2015
2016
2017
2018
2019
5,5
40.560
5,8
45.188
6,4
50.629
7,0
57.046
7,4
64.136
7,9
72.444
11.600
12.000
12.000
12.000
12.000
12.000
-2,6
-2,0
-1,5
-0,5
-0,1
0,3
3,0
5,9
Neraca Pembayaran
5,3
-8,11
0,36
5,0
-2,81
5,0
-2,66
4,5
-2,17
4,5
-2,17
6,8
10,3
11,6
13,1
14,3
107,7
115,9
122,7
133,6
151,9
177,4
-1,1
-0,5
-0,2
0,0
0,3
0,4
12,0
12,1
12,6
12,9
13,6
14,0
18,8
18,8
18,3
17,5
16,6
15,5
Keuangan Negara
3,8
5,0
-2,4
25,7
6,8
5,7
10,5
-2,0
24,8
6,0
5,5-5,8
9,0-10,0
10,6
-1,6
23,6
5,2
5,3-5,6
8,5-9,5
10,3
-1,3
22,1
4,6
5,2-5,5
7,5-8,5
12,6
13,8
-0,9
-0,8
20,6
19,0
4,0
3,5
5,1-5,4
7,0-8,0
93
93
5,0-5,5
6,0-8,0
Tabel IV.3
Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran, Produksi
dan Perkiraan Struktur Ekonomi
Indikator
Pertumbuhan PDB
sisi Pengeluaran (%)
Pertumbuhan Ekonomi
Konsumsi
- Masyarakat
- Pemerintah
Investasi
Ekspor
Impor
Pertumbuhan PDB
(%)
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, gas, dan air
bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel,
dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Real Estate,
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Perkiraan
2014
2015
5,5
5,8
6,4
7,0
5,4
4,0
8,1
9,0
7,4
5,5
4,2
9,3
10,5
9,6
5,6
6,2
11,3
12,5
13,3
3,3
3,5
3,6
3,7
3,8
4,0
5,5
5,8
6,5
7,3
7,8
8,2
5,3
5,2
5,5
1,4
0,2
0,8
5,1
6,1
5,4
9,7
7,1
5,1
1,8
5,5
4,6
1,6
0,9
5,5
6,2
6,3
5,3
2,0
6,7
6,7
4,3
1,1
6,4
7,4
7,0
1,3
6,8
8,3
7,5
7,4
1,5
6,9
2019
7,9
1,8
7,1
8,7
10,3
8,0
8,2
9,7
10,1
11,5
12,1
13,2
5,1
5,7
5,8
5,8
5,8
7,1
7,5
7,5
7,5
7,5
5,1
Pertanian
15,0
14,8
14,6
14,3
14,2
14,0
23,6
23,9
24,3
24,6
24,9
25,1
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, gas, dan air
bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel,
dan Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Real Estate,
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
94
94
11,2
0,9
9,7
11,3
0,8
9,7
11,2
0,8
9,8
11,2
0,8
9,7
11,3
0,8
9,7
11,2
0,8
9,7
14,4
14,3
14,3
14,4
14,4
14,4
7,7
7,5
7,3
7,2
7,0
7,0
7,2
10,3
7,3
10,3
7,4
10,3
7,5
10,3
7,5
10,3
7,5
10,3
Tabel IV.4
Perkiraan Neraca Pembayaran (US$ Miliar)
Indikator
Perkiraan
2014
2015
2016
2017
2018
2019
32,3
35,0
49,0
52,2
56,0
60,6
Ekspor
Migas
Nonmigas
(Pertumbuhan)
150,3
4,0
160,6
8,6
177,1
197,6
11,0
223,5
12,5
255,5
42,7
44,0
51,2
54,6
58,5
63,4
9,2
13,9
Impor
Migas
Nonmigas
(Pertumbuhan)
133,5
2,3
141,4
6,2
156,5
5,2
172,6
8,8
194,3
11,2
221,2
-2,8
-2,9
-3,0
-3,1
-3,2
-3,3
-22,2
-19,5
-12,9
-6,5
-1,1
4,8
-1,7
-4,6
-4,5
-4,8
-5,0
-5,3
12,9
Jasa-jasa
Pembayaran Bunga Pinjaman
Pemerintah
Transaksi Berjalan
Neraca Arus Modal
Pemerintah
Arus Masuk
Arus Keluar
12,5
12,5
12,0
12,6
13,2
13,9
PMA Neto
15,3
17,9
20,2
22,2
24,7
27,5
Lainnya
3,3
-2,1
-1,7
-1,8
-1,9
-2,0
Swasta
Portofolio
11,9
11,9
11,4
12,0
12,6
13,2
Surplus/Defisit
(Overall Balance)
Cadangan Devisa
8,3
107,7
5,6
8,2
115,9
6,0
17,2
122,7
6,0
26,0
133,6
6,1
34,3
151,9
6,1
43,5
177,4
6,2
95
95
Tabel IV.5
Perkiraan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (% PDB)
Indikator
A. Penerimaan Negara dan
Hibah
I. Penerimaan Dalam Negeri
1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara
Bukan Pajak
II. Hibah
B. Belanja Negara
C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit
E. Pembiayaan
I. Dalam Negeri
II. Luar Negeri
96
96
Perkiraan
2014
16,0
2015
16,4
12,2
12,5
16,0
3,8
0,0
16,4
3,9
0,0
16,5
16,7
3,6
3,3
3,1
12,9
0,0
13,1
0,0
13,6
0,0
2019
16,9
16,9
14,0
2,9
0,0
18,4
18,4
18,2
17,8
17,9
17,9
5,8
6,7
6,8
6,7
6,7
6,8
12,5
11,6
11,5
11,2
11,1
11,1
-1,0
-2,4
-0,6
-2,0
-0,4
-1,7
-0,1
-1,4
0,0
-1,2
0,1
-1,0
2,5
2,1
1,7
1,4
1,2
1,0
2,4
-0,1
2,0
-0,1
1,7
0,0
1,4
0,0
1,2
0,0
1,0
0,0
Tabel IV.6
Kebutuhan Investasi (Triliun Rupiah)
Perkiraan
Kebutuhan Investasi
(triliun Rp)
a. Pemerintah
persentase terhadap
PDB (%)
b. Masyarakat
persentase terhadap
PDB (%)
Sumber Pembiayaan
(triliun Rp)
1.Tabungan Dalam
Negeri
persentase terhadap
PDB (%)
a. Pemerintah
persentase
terhadap PDB (%)
b. Masyarakat
persentase
terhadap PDB (%)
2.Tabungan Luar
Negeri
Persentase terhadap
PDB (%)
Tabungan - Investasi
(S-I)
Rasio Terhadap PDB
(%)
a. Pemerintah
b. Masyarakat
Jumlah
2014
2015
2016
2017
2018
2019
(2015-19)
3307
3848
4506
5182
6096
7177
26809
340
3,3
480
4,2
631
4,9
770
5,2
951
5,7
1117
5,9
3949
2967
29,0
3368
29,3
3875
29,8
4412
29,9
5145
30,7
6060
31,7
22860
3307
3848
4506
5182
6096
7177
26809
3127
30,6
3743
32,6
4497
34,6
5305
35,9
6259
37,4
7412
38,8
27215
-357
-3,5
-260
-2,3
-0,7
-86
0,6
89
286
1,7
411
2,2
440
3485
4003
4583
5216
5973
7000
26776
179,6
1,8
104,9
0,9
9,3
0,1
-122,9
-0,8
-162,7
-1,0
-234,9
-406,3
-1,8
-0,9
-0,1
0,8
1,0
1,2
5,1
5,5
5,5
34,1
-6,8
34,9
35,3
-6,4
-5,5
35,3
-4,6
5,4
35,7
-4,0
4,9
36,7
-1,2
5,3
30,5
36,3
0,6
35,7
-0,5
-3,7
4,9
97
97
Tabel IV.7
Sumber Pembiayaan (Triliun Rupiah)
Perkiraan
Sumber Pembiayaan
Investasi (triliun Rp)
a. Kredit Perbankan
persentase
terhadap PDB (%)
b. Luar Negeri
persentase
terhadap PDB (%)
c. Penerbitan Saham
persentase
terhadap PDB (%)
d. Penerbitan
Obligasi
persentase
terhadap PDB (%)
e. Dana Internal
Masyarakat
persentase
terhadap PDB (%)
98
98
Jumlah
2014
2015
2016
2017
2018
2019
(2015-19)
2967
3368
3875
4412
5145
6060
22860
680,4
816,5
979,8
1195,3
1470,3
1793,7
6255,5
518,6
601,1
674,7
757,8
846,8
940,8
3821,3
75,0
105,1
132,2
164,3
209,3
259,7
870,6
78,0
109,3
137,6
170,9
213,8
270,1
901,7
1615,0
1735,9
1950,6
2124,1
2404,6
2795,4
11010,6
6,7
5,1
0,7
0,8
15,8
7,1
5,2
0,9
1,0
15,1
7,5
5,2
1,0
1,1
15,0
8,1
5,1
1,1
1,2
14,4
8,8
5,1
1,2
1,3
14,4
9,4
4,9
1,4
1,4
14,6
8,3
5,1
1,2
1,2
14,7
BAB V
TEMA, KERANGKA DAN SASARAN POKOK
RPJMN 2015-2019
5.2.
Hasil pembangunan yang cukup baik tersebut pada periode 20102014, belum dapat memenuhi aspirasi segenap rakyat Indonesia secara
optimal. Secara ekonomi dan sosial, bangsa Indonesia, ingin tingkat
kesejahteraan yang terus meningkat dan berkelanjutan, yang dinikmati
oleh lebih banyak penduduk di seluruh Indonesia dengan kesenjangan
Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
99
99
100
100
Gambar V.1
Kerangka Rancangan Teknokratis RPJMN 2015-2019
101
101
102
103
103
104
105
105
106
107
107
Gambar V.2
Keterkaitan RPJPN dan RPJMN
108
108
5.4.
Ekonomi
Lingkungan
Politik
109
109
Hukum
5.
Kesejahteraan Rakyat
110
yang dibangun juga harus mempunyai karakter dan jati diri bangsa yang
kuat serta menjaga dan mengembangkan kebudayaannya.
8.
Kewilayahan
9.
Kelautan
Pengangguran
Katahanan Pangan
a.
Produksi Padi
b.
Produksi Jagung
c.
Produksi Kedelai
d.
Produksi Gula
e.
Produksi Daging
f
Produksi Ikan (diluar rumput laut)
Ketahanan Energi
a.
Produksi Minyak Bumi
b.
c.
Produksi Batubara
d.
e.
Baseline
2014
SASARAN
2019
5,5 % (perkiraan)
Rp. 40.560
11,25 %
Maret 2014
5,6-5,9
6-8 %
Rp. 72.444
6-8%
818 ribu
SBM per
hari
1224
ribu SBM
per hari
397 Juta
Ton
53%
24%
5-5,5
710 ribu
SBM per
hari
1272
ribu SBM
per hari
421 Juta
Ton
75%
40%
111
111
PEMBANGUNAN
Ketahanan Air
a.
Jumlah RP DAS prioritas tersusun
b.
c.
Kapasitas/Daya tampung
Ketersediaan air irigasi yang bersumber dari
waduk
Pengembangan dan pengelolaan Jaringan Irigasi
(permukaan, air tanah, pompa, rawa, dan
tambak)
Rata-rata kapasitas Desain Pengendalian
Struktural dan Non Struktural Banjir
d.
e.
Lingkungan
a.
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
b.
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
c.
Tambahan Rehabilitasi Hutan
3.
Politik
a.
b.
c.
d.
4.
Penegakan Hukum
a.
Penegakan Hukum
(Indeks Penegakan Hukum)
b.
Pemberantasan Korupsi
(Indeks Persepsi Korupsi)
c.
Budaya Anti-Korupsi
(Indeks Perilaku Anti Korupsi)
112
Baseline
2014
SASARAN
2019
108
15,8 miliar m3
11%
180
(kumulatif)
19 miliar m3
20%
5-25 tahun
10-100 tahun
81,5%
70 %
60,5%
10.1%
81,6%
38.470 km
94%
784 km
5.434 km
6-7 hari
237
75%
82%
95,9%
100%
100%
0%
90%
43.670km
100%
1.979 km
8.692 km
3-4 hari
252
95 %
100%
15,5%
63,0-64,0
2 juta ha (dalam
dan luar kawasan)
26%
66,5-68,5
750 ribu ha
(dalam kawasan)
75,11%
62,63
Aman, adil dan
demokratis
80%
75
Aman, adil dan
demokratis
N.A.
75%
9,136 Juta Ha
Peringkat 18
32
(2013)
3,63
10 Juta Ha
Peringkat 10
65
4,00
(skala 5)
PEMBANGUNAN
5.
6.
7. Kesejahteraan Rakyat
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
a.
Kepesertaan program SJSN Kesehatan
b.
d.
e.
f.
g.
Baseline
2014
SASARAN
2019
7,37
6,82
9
8,0
74 %
52 %
21 %
44,25
33,48
95 %
85 %
60 %
76,25
83,48
30%
10%
60%
50%
48%
Min. 95%
29,5 juta
1,3 juta
62,4 juta
3,5 juta
1,49%/tahun
2,6 (2012)
62% (2012)
1,19%/tahun
2,3
66%
8,14 tahun
(2013)
94,1%
(2013)
50,4%
(2013)
68,7% (2013)
62,5% (2013)
73,5% (2013)
48,2% (2013)
8,8 tahun
7,37
6,82
10%
9
8,0
20%
96,1%
68,4%
84,2%*
81%*
84,6%*
65%*
113
PEMBANGUNAN
Kesehatan
a.
b.
c.
8.
9.
Pembangunan Kewilayahan
a.
Peran Luar Jawa dalam pembentukan PDB
b.
Jumlah Kabupaten Tertinggal yang dientaskan
Baseline
2014
SASARAN
2019
346 (2009)
306
32 (2012)
32,9% (2013)
24
28%
41
113**
45-47%
75
(Kumulatif 5 tahun)
Pembangunan Kelautan
5 pulau
31 pulau
a.
Peningkatan kesejahteraan
masyarakat di pulau-pulau kecil
terluar
b.
Peningkatan dan pengembangan
15 unit
75 unit
jumlah kapal perintis
c.
Luas kawasan konservasi laut
15,7 juta ha
20 juta ha
Keterangan: *) Angka sementara. Merupakan persentase dari jumlah lembaga pada tahun
baseline (2013)
**) perkiraan jumlah kabupaten tertinggal
2.
114
114
3.
4.
5.
6.
115
115
7.
8.
116
116
BAB VI
AGENDA PEMBANGUNAN
117
117
Gambar VI.1
Agenda Pembangunan Ekonomi
118
118
A.
6.1.1.
Peningkatan Agroindustri
Sasaran
3.
2.
No
1
2
Komoditi
PDB Industri Pengolahan
Makanan dan Minuman (%)
Produksi Perkebunan (ribu ton)
(i) Kelapa Sawit
(ii) Karet
(iii) Kakao
(iv) Teh
(v) Kopi
(vi) Kelapa
Hortikultura (ribu ton)
(i) Mangga
(ii) Nenas
(iii) Manggis
(iv) Salak
(v) Kentang
(vi) Tomat
2014*
(baseline)
2,4
29.513
3.204
817
148
711
3.263
2.447
2.125
156
1.058
1.122
970
2019
2,6
36.420
3.810
913
163
778
3.491
2.947
2.762
204
1.206
1.190
1.147
2015-2019
(rata-rata
per tahun
dalam %)
2,6
4,3
3,5
2,3
2,0
1,8
1,4
3,8
5,4
5,6
2,7
1,2
3,4
119
119
2.
3.
4.
120
120
5.
6.
Peningkatan aksesibilitas petani terhadap teknologi, sumbersumber pembiayaan, serta informasi pasar dan akses pasar
termasuk pengembangan infrastruktur pengolahan dan pemasaran
melalui: (1) diseminasi informasi teknologi melalui penyuluhan dan
media informasi; (2) penyediaan skim kredit yang mudah diakses oleh
petani dan pelaku usaha pertanian; (3) pengembangan jaringan pasar,
dan pelayanan informasi pasar, pasar lelang komoditi, dan market
intelligence; serta (4)fasilitasi infrastruktur ekspor.
Akselerasi ekspor untuk komoditas-komoditas unggulan serta
komoditas prospektif melalui: (1) identifikasi daerah-daerah
potensial untuk pengembangan komoditi ekspor; (2) harmonisasi
standar mutu; (3) optimalisasi negosiasi dan diplomasi perdagangan
hasil pertanian; (4) advokasi, pameran, dan pencitraan produk dalam
rangka promosi produk pertanian; serta (5) promosi investasi
agroindustri dan permodalan.
3.
2.
121
121
2.
3.
4.
122
122
b.
2.
c.
b.
d.
123
123
Tabel VI.2
Sasaran Peningkatan Kualitas Tata Kelola dan Produksi Kayu
Tahun 2015-2019
Indikator
KPHP*)
Satuan
2014
2019
juta m3
juta m3
juta m3
US$ miliar
5,5
26
3
5,7
13
35
22
6,5
unit
80
267
Rata-rata Produksi
Per Tahun
Tambahan kumulatif
dalam 5 tahun
10
32
20
6,5
2.
3.
124
124
1.
2.
2.
125
125
3.
4.
6.1.2.
Sasaran
Pertumbuhan industri Tahun 2015-2019 ditargetkan lebih tinggi dari
pertumbuhan PDB yang dimaksudkan agar kontribusi sektor industri
dalam PDB dapat semaki meningkat. Akselerasi pertumbuhan ditunjukkan
peningkatan pertumbuhan industri dari tahun ke tahun, sebagai berikut.
Tabel VI.3
Sasaran Pembangunan Industri Tahun 2015 -2019
INDIKATOR
Pertumbuhan PDB (%)
Pertumbuhan Industri (%)
126
126
2014*)
5,50
5,50
23,60
25.668
2019
7.90
8.20
25.10
34.870
b.
d.
c.
2.
127
127
a.
b.
c.
d.
e.
f.
128
128
Penghasil bahan baku, bahan setengah jadi, komponen, dan subassembly (pendalaman struktur).
3.
b.
c.
d.
6.1.3.
2.
129
129
2.
3.
Dalam hal ini sektor jasa prioritas meliputi: (i) jasa pendorong ekspor
nonmigas, yaitu: jasa transportasi, jasa pariwisata, dan jasa konstruksi;
serta (ii) jasa yang mendukung fasilitasi perdagangan dan produktivitas
ekonomi, yaitu: jasa logistik, jasa distribusi, dan jasa keuangan.
Rincian strategi sektor jasa tersebut di atas akan dibahas lebih lanjut
pada subbidang yang terkait sektor masing-masing.
1.
2.
130
130
3.
3.
131
131
4.
3.
5.
2.
4.
3.
132
132
4.
5.
133
133
Tabel VI.4
Sasaran Pertumbuhan Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
URAIAN SASARAN
KEPARIWISATAAN
1
2
3
4
5
EKONOMI KREATIF
6
7
8
9
10
Baseline *)
2014
2019**)
6,0 %
11,9
5,4
128,4
110
7%
2%
0,5 %
7%
4%
6,2 %
9,5 juta
11.176
1.165
248,0
7%
8%
11 %
2%
2%
2.
dan
2.
134
134
3.
4.
135
135
5. Konservasi. Memfasilitasi terbangunnya repositories bagi produkproduk kreatif yang dimanfaatkan OK sebagai sumber inspirasi pada
proses kreasi berikutnya.
B.
6.1.4.
Ketahanan Pangan
136
2.
3.
4.
137
137
Komoditi
1. Produksi
a. Padi
b. Jagung
c. Kedelai
d. Gula
e. Daging Sapi
f. Ikan (di luar
rumput laut)
g. Garam
2. Konsumsi
a. Konsumsi kalori
b. Konsumsi ikan
Rata-Rata
Pertumbuhan
2015-2019 (%)
Baseline
2014
2019
Juta Ton
Juta Ton
Juta Ton
Ribu Ton
69,9
18,6
0,89
2,8
395,1
82,0
23,4
1,02
3,4
459,9
2,9
Juta Ton
2,5
3,3
7,2
Satuan
Juta Ton
Juta Ton
kkal
kg/kapit
a/tahun
12,4
18,7
1.967
2.150
81,8
92,5
38,0
54,5
4,0
2,7
4,1
3,1
8,5
7,4
-
138
138
1.
b.
c.
d.
e.
139
139
c.
d.
e.
hewan nasional
zoonozis;
b.
140
140
c.
d.
2.
a.
Aksesibilitas
141
141
b.
3.
b.
4.
a.
142
142
b.
c.
d.
5.
dan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
6.
143
143
6.1.5.
Ketahanan Energi
2.
3.
4.
144
144
5.
Indikator
1. Produksi
2014
1.224
b. FSRU (unit)
c. Regasifikasi Onshore
(unit)
d. Pipa Gas (km)
e. SPBG (unit)
f.
818
397
2019
Keterangan
710
Rata-rata produksi
harian dalam kurun
5 tahun adalah 824
1.272
421
53
24
81,5
75
40
95,9
7*
514
2.676
(6.792)
0
0
43
20.000
6*
88
1,12 juta
Angka Kumulatif 5
tahun
Angka Kumulatif 5
tahun
(Angka Kumulatif 5
tahun)
Angka Kumulatif 5
tahun
Angka Kumulatif 5
tahun
1.
145
145
2.
3.
4.
5.
6.
146
146
7.
6.1.6.
Ketahanan Air
147
147
Sasaran
Berdasarkan kondisi di atas, sasaran utama pembangunan ketahanan
air adalah sebagai berikut:
1.
3.
2.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Pengelolaan kualitas air, baik di sungai, waduk, danau, situ, muara
sungai, pantai, dengan indikator membaiknya kualitas air di 15 danau,
5 wilayah sungai
148
148
Tabel VI.7
Sasaran Ketahanan Air Tahun 2015-2019
Indikator
1. Pemenuhan kebutuhan
dan jaminan kualitas air
untuk kehidupan
sehari-hari
a. Peningkatan
kapasitas air baku
nasional
b. Penyediaan air baku
untuk Pulau-pulau
kecil
2. Air untuk kebutuhan
sosial dan ekonomi
produktif,
a. Peningkatan suplai
irigasi waduk
b. Pembangunan dan
Peningkatan
Jaringan Irigasi Air
Permukaan
c. Pembangunan dan
Peningkatan
Jaringan Irigasi
Rawa
d. Pembangunan dan
Peningkatan
Jaringan Irigasi Air
Tanah
e. Pembangunan dan
Peningkatan
Jaringan Irigasi
Tambak
f. Peningkatan
Kapasitas PLTA
3. Pemeliharaan dan
pemulihan sumber air
dan ekosistem
a. Peningkatan kualitas
air sungai sebagai
sumber air baku
b. Pengendalian
sedimentasi di
waduk dan danau
prioritas
2014
2019
Keterangan
51,44 m3/det
118,60 m3/det
10 lokasi
60 lokasi
Peningkatan
kapasitas :67,16
m3/det
Dukungan
penduduk dan
pariwisata
11%
7,145 juta Ha
20%
7,745 juta Ha
Cakupan dari
total area irigasi
Tambahan 600
ribu Ha.
1,643 juta Ha
1,775 juta Ha
Tambahan 132
ribu Ha
113.600 Ha
124.200 Ha
Tambahan 10.600
Ha
189.747 Ha
304.747 Ha
Tambahan
115.000 Ha
3.94 GW
16.48 GW
Program
Percepatan PLTA
sesuai RUPTL
Baku mutu
Penyediaan
rata-rata air
sistem
sungai kelas II
pemantauan
Laju
Upaya off site dan
sedimentasi
on site di lokasi.
0,3%/tahun*
149
149
Indikator
c. Pengelolaan
terpadu di danau
prioritas nasional
d. Peningkatan
kapasitas
tampungan
nasional sebagai
adaptasi lingkungan
e. Revitalisasi Sungai
Tepadu.
4. Ketangguhan
masyarakat dalam
mengurangi risiko daya
rusak air
a. Peningkatan
kapasitas desain
pengendalian banjir
b. Pengamanan pantai
berwawasan
lingkungan.
c. Peningkatan sistem
data dan informasi
banjir (Flood
Forecasting
Warning System)
d. Penurunan
frekuensi kejadian
banjir
e. Konservasi air
tanah melalui
pengelolaan
sumber air tanah
berkelanjutan
f. Penerapan
manajemen
pengelolaan banjir
terintegrasi
g. Pembangunan dan
Pengelolaan Daerah
Pesisir Terpadu
150
150
2014
2 danau
2019
15 danau
15.8 Milliar m3
19 Milliar m3
Peningkatan
storage per capita
1 Wilayah
Sungai
5 Wilayah
Sungai
Termasuk
Penataan
Sempadan Sungai
sesuai PP Sungai.
5-25 tahun
10-100 tahun
279,36 km
942,80 km
1 Balai Wilayah
Sungai
33 Balai
Wilayah
Sungai
302
<286
3 Lokasi
(Jakarta,
Bandung dan
Semarang)
33 Kota
Menigkatkan
level of safety
secara structural
dan non
structural.
Tambahan 663,44
km pengamanan
pantai yang
dibangun
Setiap balai
memiliki 1 Flood
Forecasting
Warning System
(FFWS)
Berdasarkan data
BNPB tahun 2014
1 Wilayah
Sungai
33 Wilayah
Sungai
1 Wilayah
Sungai
3 Wilayah
Sungai
Keterangan
Implementasi
RAN Danau.
Melalui
pendekatan
Integrated Flood
Management
NCICD, Semarang,
dan Bali
Indikator
5. Kelembagaan
Pengelolaan Sumber
Daya Air
a. Updating dan
revitalisasi stasiun
hidrologi dan
klimatologi
b. Peningkatan
partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan
daerah tangkapan
sungai dan danau
c. Pembentukan
jaringan informasi
sumber daya air
d. Kecukupan Angka
Nyata Kebutuhan
Operasi dan
Pemeliharaan
(AKNOP) dan
kapasitas
operasional dan
pemeliharaan
Sumber Daya Air
2014
2019
Keterangan
2 Wilayah
Sungai
8 Wilayah
Sungai
Pilot Project di
PJT I dan PJT II
3 Wilayah
Sungai
10 Wilayah
Sungai
Revitalisasi
kelembagaan dan
capacity building.
2 Wilayah
Sungai
8 Wilayah
Sungai
Pilot Project
33 Wilayah
Sungai (Full
AKNOP)
Pemenuhan
AKNOP Irigasi
direncanakan
tahun 2015
b.
c.
151
151
d.
e.
f.
g.
h.
2.
c.
b.
d.
e.
3.
a.
152
152
b.
Percepatan
pembangunan
dan
pengelolaan
sumber/tampungan air seperti waduk serbaguna, embung,
situ dengan penekanan :
o
o
o
-
153
153
4.
a.
b.
c.
d.
154
154
e.
f.
g.
5.
Peningkatan
kapasitas
kelembagaan,
ketatalaksanaan,
dan
keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air yang terpadu, efektif,
efisien dan berkelanjutan, termasuk peningkatan ketersediaan dan
kemudahan akses terhadap data dan informasi, melalui strategi:
a.
b.
155
155
c.
d.
e.
f.
C.
156
156
Gambar VI.3
Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Dalam Infrastruktur (1997 2013)
10%
5%
0%
5%
-10%
-15%
157
157
Penguatan
Konektivitas
Nasional
Keseimbangan Pembangunan
untuk
Mencapai
Konektivitas:
Legend:
Pusat Distribusi Provinsi
By sea / by rail
Harga koneksi broadband juga masih tinggi. Harga koneksi 512 kbps
mencapai hingga 23 persen pendapatan per bulan, jauh lebih tinggi dari
target yang ditentukan Broadband Commission sebesar 5 persen.
158
158
a.
b.
c.
d.
e.
f.
159
159
Gambar VI.5
Target Pembangunan Jalur Kereta Api dan Jalan Nasional
b.
c.
d.
e.
f.
g.
160
160
Terselenggaranya pelayanan
konektivitas ASEAN.
transportasi
dalam
kerangka
h.
b.
c.
d.
Rasio kecelakaan transportasi udara pada AOC 121 dan AOC 135
turun menjadi kurang dari 3 kejadian/1 juta flight cycle.
161
161
4,95 persen dengan usaha sendiri, atau 9,66 persen ditambah dengan
bantuan asing dari BAU hingga tahun 2020.
5.
a.
6.
b.
a.
b.
7.
c.
8.
9.
a.
b.
a.
b.
162
b.
c.
2.
untuk
163
163
b.
c.
3.
a.
b.
4.
164
164
a.
b.
5.
6.
7.
c.
b.
Pemenuhan
persyaratan
internasional.
keselamatan
sesuai
standar
b.
c.
d.
e.
165
165
f.
g.
8.
h.
b.
c.
d.
9.
Mempercepat
implementasi
e-Government
dengan
mengutamakan prinsip keamanan, interoperabilitas dan cost
effective melalui:
a.
c.
b.
b.
166
166
c.
d.
6.1.8.
167
167
Gambar VI.7
Konsep Pengembangan Sistem Transportasi Perkotaan
Sasaran
Berdasarkan berbagai kondisi tersebut, Pengembangan angkutan
umum massal yang modern dan maju dengan orientasi antara lain kepada
BRT, LRT, maupun MRT dengan fasilitas alih moda terpadu dipilih sebagai
bagian utama dari struktur transportasi perkotaan dengan sarana
transportasi angkutan umum yang rendah emisi dan mengurangi
penggunan kendaraan pribadi.
Sementara Sasaran serta indikator
Prioritas Pembangunan Transportasi Massal Perkotaan sebagai berikut:
168
168
1.
2.
b.
b.
a.
b.
c.
d.
2.
Virtual
Mobility
(E-Comerce,
Teleconfrence,
169
169
b.
c.
3.
d.
a.
c.
b.
4.
Pengembangan
kapasitas
dan
mempertimbangkan
aksesibilitas
transportasi publik.
kualitas
jalan
yang
masyarakat
terhadap
b.
6.1.9.
170
2.
171
171
3.
4.
a.
172
172
b.
c.
d.
e.
f.
g.
173
173
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.
b.
c.
174
174
Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air
minum dan sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif
pemulihan biaya penuh (full cost recovery)/memenuhi kebutuhan
untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi dari
pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga
dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan
dalam rangka pemenuhan full cost recovery.
Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan,
pembangunan,
pengoperasian,
dan
pemeliharaan
aset
infrastruktur.
4.
a.
b.
d.
c.
5.
e.
a.
b.
175
175
Gambar VI.8
Target Penerima Manfaat Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Tahun 2015-2019
2.
Pembangunan Ketenagalistrikan
176
Gambar VI.9
Bauran Bahan Bakar Pembangkit PT. PLN Tahun 2013
Sasaran
Berdasarkan berbagai kondisi tersebut diatas maka sasaran serta
indikator Prioritas Pembangunan Ketenagalistrikan adalah meningkatnya
layanan akses universal energi listrik melalui stategi peningkatan
jangkauan layanan ketenagalistrikan ke seluruh masyarakat (rasio
elektrifikasi/RE) 95,9 persen.
Untuk mempercepat sasaran pembangunan nasional tersebut,
diperlukan upaya terobosan dalam pembangunan ketenagalistrikan,
diantaranya: (1) mengembangkan subsidi langsung dan tarif listrik
regional untuk mengurangi subsidi yang tidak tepat sasaran dan
mendorong tercipta sistem industri yang sehat serta mendorong
pemanfaatan energi baru terbarukan dan konservasi energi; dan (2)
memanfaatan potensi lokal dengan menggunakan teknologi tepat guna
(waste to energy, mini CNG, dll) untuk perluasan jangkauan pelayanan
ketenagalistrikan.
177
177
1.
b.
2.
b.
c.
d.
Penerapan
open
access
dan
restrukturisasi
BUMN
Ketenagalistrikan (PT. PLN) yang mengakomodasi kebutuhan
perkembangan wilayah, potensi energi dan sosial ekonomi,
perkembangan teknologi serta kondisi pasar domestik dan global.
178
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
3.
a.
179
179
b.
4.
a.
b.
d.
c.
180
180
Gambar VI.10
Strategi Implementasi Pembiayaan Infrastruktur
1.
2.
181
181
3.
4.
182
182
183
183
2.
3.
4.
5.
6.
184
184
7.
8.
9.
b.
c.
185
185
d.
2.
a.
186
186
b.
c.
Perbaikan
kerangka
hubungan
industrial
untuk
meningkatkan perkembangan serikat pekerja
dan
perundingan bersama;
187
187
1.
3.
2.
c.
b.
d.
2.
188
188
3.
4.
5.
6.
b.
c.
b.
d.
c.
b.
2.
189
189
b.
c.
d.
5.
b.
a.
investasi
antara
2.
1.
2.
191
191
3.
192
192
Dalam kaitan ini, kebijakan pengembangan lembaga keuangan nonbank termasuk lembaga keuangan mikro (LKM) antara lain adalah
sebagai berikut:
1.
2.
193
193
Pada industri jasa Pasar Modal, upaya peningkatan indeks literasi dan
utilitas dilakukan melalui: (a) kegiatan literasi dan edukasi pasar
modal kepada masyarakat luas, (b) penyediaan dan pemasaran produk
194
194
dan jasa pasar modal yang lebih terjangkau untuk seluruh golongan
pengguna pasar modal, agar pengguna produk dan jasa pasar modal
dapat bertambah secara signifikan.
1.
195
195
2.
3.
4.
5.
6.
Pengembangan
Teknopreneur:
dengan
strategi
fasilitasi
entrepreneur pemula lewat science and technology park, inkubator,
dan modal ventura.
Peningkatan ketersediaan faktor
pengembangan dan penerapan iptek.
input
bagi
penelitian,
196
196
a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
197
197
1.
a.
b.
c.
d.
2.
3.
198
198
4.
3.
2.
1.
199
199
2.
3.
4.
5.
3.
2.
200
200
3.
4.
5.
201
201
Sasaran
1.
2.
4.
3.
Operasionalisasi 579 KPH yang terdiri dari 347 KPHP, 182 KPHL dan
50 KPH;
202
202
5.
1.
2.
3.
4.
5.
203
203
2.
a.
b.
c.
204
204
3.
4.
5.
2.
2.
205
205
3.
4.
6.
5.
multi-pihak
dalam
3.
2.
4.
5.
6.
7.
206
206
8.
9.
3.
2.
penanganan
207
207
2.
3.
Politik,
Hukum,
Pertahanan,
dan
Birokrasi
dan
Tata
Kelola
208
Sasaran
Sasaran yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya kualitas
birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik dalam mendukung
peningkatan daya saing dan kinerja pembangunan nasional di berbagai
bidang, yang ditandai dengan: meningkatnya penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan akuntabel; terwujudnya penyelenggaraan
pemerintahan yang efektif dan efisien; serta meningkatnya kualitas
pelayanan publik, dengan indikator kinerja sebagai berikut:
Tabel VI.9
Indikator Kinerja Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Indikator
Satuan
Baseline
2014
Target
2019
74
52
21
32
95
85
60
65
39,3
27,3
0,8
33,48
85
75
50
83,48
7,37
6,82
9
8,0
90
209
209
210
6.
211
211
212
212
213
213
214
Sasaran
Sasaran pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah menurunnya
tingkat korupsi serta meningkatnya efektivitas pencegahan dan
pemberantasan korupsi.
Arah Kebijakan dan Strategi
Upaya
untuk
meningkatkan
efektivitas
pemberantasan korupsi dilaksanakan melalui:
1.
2.
3.
pencegahan
dan
215
215
4.
216
216
2.
3.
217
217
4.
5.
218
Sasaran
2.
3.
4.
5.
6.
219
219
2.
220
220
3.
4.
5.
6.
221
221
222
Sasaran
Sasaran yang ingin diwujudkan dari upaya peningkatan kapasitas
pertahanan dan stabilitas keamanan nasional adalah: (i) terpenuhinya
alutsista TNI dan Almatsus Polri yang didukung industri pertahanan; (ii)
meningkatnya kesejahteraan dalam rangka pemeliharaan profesionalisme
prajurit; (iii) Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Polri; (iv)
menguatnya intelijen; dan (v) menguatnya keamanan laut dan daerah
perbatasan.
Arah Kebijakan dan Strategi
1.
2.
3.
223
223
4.
5.
Pemantapan pelaksanaan community policing (pemolisian masyarakatPolmas); (c) Penanganan gejolak sosial dan penguatan pengamanan
Pemilu 2019; (d) Peningkatan kemampuan penanganan flash point; (e)
Pengembangan teknologi Kepolisian melalui pemberdayaan fungsi
Litbang; (f) Pengembangan sarana dan prasarana dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik dan penguatan pelaksanaan tugas
Polri; (g) Mempertahankan postur rasio jumlah Polri terhadap
pertumbuhan penduduk yaitu 1 : 575; (h) Pengembangan Kapabilitas
Diklat Polri; (i) Meningkatkan sistem Teknologi Informasi dan
Komunikasi Polri; (j) Memantapkan Sistem Manajemen Kinerja Mabes
Polri Polda Polres Polsek.
224
1.
3.
2.
dan
225
225
Tabel VI.10
Sasaran Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Sasaran
2014
Target 2019
1. Menurunnya angka kelahiran (Total Fertility
2,6
2,3
Rate/TFR) per perempuan usia reproduktif
15-49 tahun
2. Meningkatnya
pemakaian
kontrasepsi
62%
66%
(contraceptive prevalence rate/CPR) semua
cara
226
226
Sasaran
3. Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak
terpenuhi (unmet need dengan perhitungan
baru)
4. Meningkatnya
penggunaan
metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
2014
11,4
Target 2019
8,5
18,3
23,5
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
6.4.2.
227
227
Sasaran
Sasaran pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat yang ingin
dicapai dalam pembangunan jangka menengah nasional tahun 2015-2019
adalah:
Tabel VI.11
Sasaran Pembangunan Kesehatan, Gizi Masyarakat dan Keluarga Berencana
No.
Indikator
II
III
228
228
2014
Target
2019
346
306
32
24
No.
IV
VI
VII
Indikator
2014
Target
2019
a.
229
229
b.
d.
c.
e.
2.
a.
c.
b.
d.
e.
f.
Meningkatkan
Pengendalian
Lingkungan melalui:
3.
dan
Penyehatan
a.
c.
b.
d.
e.
230
230
Penyakit
f.
g.
i.
h.
j.
4.
a.
b.
d.
c.
e.
f.
g.
h.
i.
231
231
5.
a.
c.
b.
d.
e.
f.
Meningkatan Akses
Berkualitas melalu:
6.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
7.
Kesehatan
Rujukan
yang
a.
232
232
Pelayanan
b.
c.
d.
e.
8.
Peningkatan
kualifikasi
tenaga
kesehatan
termasuk
pengembangan dokter spesialis dan dokter layanan primer;
Pengembangan insentif finansial dan non-finansial bagi tenaga
kesehatan; serta
Pengembangan sistem pendataan tenaga kesehatan dan upaya
pengendalian dan pengawasan tenaga kesehatan.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
9.
b.
c.
233
233
d.
e.
f.
6.4.3.
Pendidikan
234
234
Tabel VI.12
Sasaran Pembangunan Pendidikan
Partisipasi Pendidikan per Jenjang *
I. Pendidikan Dasar
a. SD/MI/SDLB/Paket A
Angka Partisipasi Murni SD/MI
Angka Partisipasi Kasar SD/ MI/
SDLB/ Paket A
b. SMP/MTs/SMPLB/Paket B
Angka Partisipasi Murni SMP/MTs
Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs/
Paket B
II. Pendidikan Menengah
Angka Partisipasi Murni SMA/MA/SMK
Angka Partisipasi Kasar SMA/ MA/
SMK/Paket C
III.Pendidikan Tinggi
Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi
IV.Pendidikan Anak Usia Dini
Angka Partisipasi PAUD
Satuan
2013
Target
2019
%
%
91,3
111,0
94,8
114,1
%
%
79,9
102,2
82,2
106,9
%
%
52,2
79,2
67,5
91,6
28,5
36,7
66,7
77,2
*) angka partisipasi merupakan angka perkiraan, dihitung menggunakan jumlah penduduk sesuai
hasil proyeksi penduduk berdasarkan SP 2010
2.
3.
4.
5.
6.
235
235
7.
8.
9.
LPTK
yang
mampu
melaksanakan
12. Diterapkannya KKNI untuk semua bidang kejuruan di SMK, PT, BLK,
dan kursus non-formal.
236
1.
a.
c.
a.
Peningkatan ketersediaan SMA/SMK/MA di kecamatankecamatan yang belum memiliki satuan pendidikan menengah,
dengan pembangunan USB, penambahan RKB, dan pembangunan
SMP/mts-SMA/MA Satu Atap;
b.
d.
2.
Melaksanakan wajib
berkualitas, melalui:
b.
c.
d.
e.
3.
pendidikan
12
tahun
yang
masyarakat
layanan
tentang
khusus
pada
pentingnya
pendidikan
f.
a.
c.
e.
d.
237
237
4.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
i.
k.
h.
j.
l.
n.
238
238
o.
5.
a.
c.
b.
d.
6.
a.
Evaluasi
kurikulum
berkelanjutan;
c.
b.
d.
e.
f.
secara
ketat,
komprehensif
dan
Pengembangan
profesi
berkelanjutan
tentang
pembelajaran di kelas untuk guru dan kepala sekolah;
praktek
239
239
7.
b.
c.
d.
e.
8.
c.
b.
d.
9.
Berkesinambungan
c.
b.
d.
e.
240
240
f.
b.
c.
d.
c.
Peningkatan kualitas pendidikan non-formal, khususnya kursuskursus keterampilan bagi angkatan kerja muda;
b.
d.
e.
f.
g.
efisiensi
dan
241
241
c.
b.
d.
6.4.4.
Kebudayaan
Sasaran
Sasaran pembangunan kebudayaan yang akan dicapai pada tahun
2015-2019 adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
242
242
a.
c.
Pendidikan kepramukaan;
b.
d.
e.
f.
2.
g.
c.
a.
b.
3.
b.
c.
6.4.5.
pengembangan
dan
243
243
Gambar VI.12
Perkembangan Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin 2004-2013
244
3.
1.
3.
2.
Sasaran
2.
4.
245
245
Perlindungan Sosial
a.
b.
c.
d.
e.
2.
b.
c.
246
246
d.
3.
a.
b.
c.
B.
Pelayanan Dasar
b.
247
247
c.
d.
e.
2.
kependudukan
bagi
b.
c.
d.
C.
248
1.
b.
c.
d.
e.
2.
b.
c.
d.
249
249
3.
e.
b.
c.
d.
250
dan risiko bencana, serta (iii) peningkatan tata kelola pemerintahan dan
otonomi daerah.
2.
251
251
3.
4.
2.
252
252
3.
4.
1.
2.
pembangunan
daerah
tertinggal
1.
2.
3.
4.
5.
253
253
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
254
254
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi saranaprasarana pengamanan perbatasan laut dan darat, serta melibatkan
peran aktif masyarakat dalam mengamankan batas dan kedaulatan
negara;
Penegasan batas wilayah negara di darat dan laut melalui Prainvestigation, refixation, maintanance (IRM), pelaksanaan IRM,
penataan kelembagaan diplomasi perundingan yang didukung oleh
kelengkapan data/peta dukung dan kapasitas peran dan fungsi
kelembagaan yang kuat; dan
255
255
7.
Pembangunan Perkotaan
256
Sasaran
1.
2.
3.
4.
257
257
2.
3.
4.
258
258
5.
B.
Pembangunan Perdesaan
259
259
2.
3.
Terwujudnya pemanfaatan
berkelanjutan;dan
260
260
dan
pengelolaan
SDA
desa
yang
4.
Terwujudnya
keterkaitan
ekonomi
desa
dengan
kota
melalui:pengembangan 20 Kawasan Perkotaan Baru (KPB) menjadi
kota kecamatan/kota kecil; 50 persen Satuan Permukiman (SP)
berkembang menjadi Satuan Kawasan Pengembangan (SKP) sebagai
pusat pengolahan hasil pertanian dan perikanan di kawasan
transmigrasi; serta 37 kawasan agropolitan, kawasan minapolitan, dan
kawasan pariwisata menjadi pusat pertumbuhan baru.
Tabel VI.13
Sebaran Kawasan Keterkaitan Kota dan Desa Per Wilayah Pulau
No.
Wilayah
Kawasan
Perkotaan
Baru (KPB)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Papua
Maluku
Sulawesi
Kalimantan
Nusa Tenggara
Jawa - Bali
Sumatera
Total
1
1
6
5
7
20
Kawasan
Transmigrasi
19
6
7
22
10
7
71
Kawasan
Agropolitan,
Minapolitan, dan
Pariwisata
5
5
6
5
5
6
5
37
Catatan: Rincian Lokasi Prioritas Kawasan Keterkaitan Kota dan Desa dapat dilihat di Buku
III RPJMN 2015-2019
1.
261
261
2.
3.
4.
5.
6.
262
262
luas yang berbasis koperasi dan usaha kecil dan menengah, (b)
meningkatkan akses terhadap modal usaha, pemasaran, teknologi, dan
informasi, (c) menerapkan teknologi dan inovasi di tingkat lokal untuk
meningkatkan nilai tambah, (d) meningkatkan kelembagaan dan tata
kelola ekonomi daerah, dan (e) mengembangkan kerjasama antar
daerah dan kerjasama pemerintah-swasta.
263
263
2.
4.
3.
5.
6.
7.
8.
264
264
c.
b.
d.
e.
f.
g.
2.
b.
d.
c.
e.
265
265
3.
c.
e.
b.
d.
f.
g.
h.
4.
Mengevaluasi Penyelenggaraan
tersebut dicapai melalui strategi.
Penataan
Ruang.
Kebijakan
a.
c.
b.
5.
a.
b.
c.
d.
266
266
Publikasi
Positif.
6.
b.
Identifikasi P4T;
d.
f.
c.
e.
7.
8.
267
267
Sasaran
Sasaran pengembangan tata kelola pemerintahan dan otonomi daerah
pada tahun 2015-2019, meliputi:
1.
c.
b.
d.
2.
3.
c.
b.
268
268
Peningkatan
Kapasitas
Aparatur
Pemerintah
Daerah.
Meningkatnya kualitas manajemen sumber daya manusia aparatur,
melalui: pengadaan, pemanfaatan dan pengembangan aparatur
pemerintah daerah yang profesional dan berintegritas sehingga
mampu mendukung perbaikan pelayanan dan tata kelola
pemerintahan daerah yang baik.
b.
4.
2.
3.
4.
269
269
2.
3.
270
4.
271
271
b.
272
272
2.
3.
4.
b.
5.
dan
273
273
b.
c.
d.
2.
274
274
b.
275
275
c.
276
276
d.
3.
a.
b.
c.
d.
277
277
4.
5.
a.
c.
b.
d.
e.
278
278
BAB VIII
KAIDAH PELAKSANAAN
279
279
sistem pengadaan barang dan jasa yang efisien dan akuntabel untuk
mendorong tata kelola pemerintahan yang baik dalam rangka perwujudan
reformasi birokrasi terutama dalam bidang keuangan negara/belanja
pemerintah. Oleh karena itu, di dalam manajemen pembangunan terdapat
peran strategis Kementerian PPN/Bappenas, Badan Pusat Statistik (BPS),
dan Lembaga Kebijakan Penagadaan Barang dan Jasa (LKPP) di samping
aktor-aktor pembangunan yang lain, seperti sektoral, daerah, dan
masyarakat luas.
Dalam kaitannya dengan kaidah pelaksanaan ini, berdasarkan UndangUndang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan
Nasional, Kementerian PPN/Bappenas memiliki peran vital dalam proses
pembangunan, yaitu antara lain: (a) Mengkoordinir antar pelaku
pembangunan; (b) Menjamin adanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi
antar daerah, antar ruang , antar waktu, dan antar fungsi pemerintah; (c)
Menjamin keterkaitan dan konsistensi perencanaan, penganggaran, dan
monitoring-evaluasi
(siklus
manajemen
pembangunan);
(d)
Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan (e) Menjamin tercapainya
penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.
7.1.
Kerangka Pendanaan
280
Oleh karena itu alokasi belanja pada prioritas harus didukung dengan
rencana konkret yang berorientasi pada hasil. Dalam kaitan ini
perencanaan program dan kegiatan pembangunan menjadi salah satu
kunci keberhasilan dari penajaman alokasi pada prioritas tersebut.
Rencana yang konkret tersebut bukan saja pada kegiatan yang mendukung
pencapaian prioritas nasional namun juga pada pengembangan sebuah
wilayah.
281
281
2.
3.
4.
3.
2.
282
282
283
283
284
285
285
Kebijakan pemanfaatan pinjaman luar negeri dalam pembiayaan isuisu strategis dilaksanakan dengan menurunkan Debt toGDPRatio dan tetap
menjaga negative nettransfer. Dengan kondisi tersebut, pemanfaatan
pinjaman luar negeri harus lebih selektif, diutamakan pemanfaatannya
pada sektor Infrastruktur dan Energi. Selain itu, pemanfaatan pinjaman
luar negeri dilaksanakan dalam kerangka transfer of knowledge, baik dari
sisi substansi kegiatan maupun dalam pengelolaan kegiatannya. Namun
demikian, dalam pemanfaatan pinjaman luar negeri perlu diperhatikan
aspek biaya dan resiko termasuk terms and conditions dan resiko nilai
tukar.
Kebijakan pemanfaatan pembiayaan dalam negeri dapat bersumber
dari penerbitan surat berharga negara/surat berharga syariah negara
(SBN/SBSN) dan Pinjaman Dalam Negeri (PDN). Penerbitan SBN selama ini
digunakan untuk pembiayaan program-program Pemerintah melalui
belanja Kementerian/Lembaga. Penerbitan SBSN untuk pembiayaan
proyek infrastruktur sudah dimulai sejak tahun 2012, sedangkan PDN telah
dimanfaatkan dari tahu 2010 untuk pembiayaan Alutsista TNI dan
Almatsus Polri. Hal ini sejalan dengan peraturan perundangan yang
mensyaratkan pemanfaatan PDN dalam rangka mendorong industri dalam
negeri. Pemanfaatan pembiayaaan dalam negeri ke depan masih dengan
fokus yang sama dengan periode sebelumnya. SBSN akan digunakan untuk
pembiayaan infrastruktur dan PDN digunakan untuk pembiayaan Alutsista
TNI dan Almatsus Polri. Perluasan pemanfaatan pembiayaan dalam negeri,
utamanya SBSN dan PDN harus dijalankan dengan memperhitungkan
aspek biaya dan resiko serta mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan
menghindari terjadinya dampak crowding out yang akan melemahkan
kontribusi swasta dalam pembangunan.
286
Kerangka Regulasi
7.2.1. Umum
Situasi perkembangan dunia dalam lima tahun ke depan tidak saja
memperlihatkan persaingan yang semakin kuat antar negara-negara baik
pada tingkat regional maupun internasional, namun sekaligus juga
memperlihatkan kebutuhan untuk bekerjasama, saling membutuhkan satu
dengan lainnya, terutama pada bidang ekonomi. Hal ini dikarenakan
sumber daya alam yang semakin langka, banyak terjadi kerusakan
lingkungan yang berimplikasi pada perubahan iklim, dan kebutuhan untuk
menciptakan keadilan sosial sehingga semakin banyaknya rakyat di dunia
yang menjadi miskin, tidak berdaya dan jauh dari berbagai akses
pembangunan yang seharusnya diberikan oleh Negara.Selanjutnya, dalam
tata perekonomian dunia saat ini, pemberlakuan pasar bebas yang
Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
287
287
Selama ini GNP merupakan cerminan dari kinerja suatu negara dalam
periode 1 (satu) tahun, melalui antara lain pendapatan nasional, produk
nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca
pembayaran luar negeri, sedangkan PDB mengukur kinerja perekonomian
bangsa yang ditentukan oleh nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang
dibuat oleh satu negara. Apabila tingkat keamanan rendah yang
dikarenakan oleh meningkatnya kejahatan seperti terorisme atau
premanisme, berimplikasi pada iklim usaha yang tidak kondusif, dan
akibatnya kinerja perekonomian turun dan pada akhirnya PDB turun.
Kondisi demikian memperlihatkan bahwa keterkaitan antara sektor yang
satu dengan sektor lainnya sangat mempengaruhi tingkat GNP maupun
PDB. Artinya perencanaan pembangunan dari berbagai bidang yang sinergi
satu dengan lainnya dan saling melengkapi menjadi indikator terwujudnya
Tujuan Pembangunan Nasional.
288
289
289
290
3.
2.
peraturan
2.
3.
4.
5.
melibatkan
291
291
6.
292
RPJMN
2015-2019
PROLEGNAS 2015-
293
293
Gambar VIII.3
Ilustrasi Perencanaan Kerangka Regulasi Berdasarkan MTEF
dan Renstra K/L dalam Sistem Perencanaan
294
Kerangka Kelembagaan
2.
3.
4.
295
295
1.
2.
3.
7.3.2 Pentingnya
pembangunan
kerangka
kelembagaan
bagi
keberhasilan
296
297
297
298
2.
299
299
b.
c.
d.
e.
f.
3.
b.
c.
juga
dilakukan
dengan
300
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penguatan peran dan fungsi institusi (badan, balai, dan unit) bidang
kebudayaan di pusat dan daerah guna meningkatkan perlindungan,
penyelamatan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya;
Bidang Ekonomi
8.
301
301
9.
14. Penguatan
kelembagaan
koordinasi
pengelolaan
program
penanggulangan kemiskinan guna: (a) meningkatkan efektivitas
mekanisme pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan penetapan
sasaran program penanggulangan kemiskinan; dan (b) meningkatkan
kapasitas Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di daerah
dengan berkoordinasi secara terpadu antar lintas pelaku dalam
penyiapan dan perumusan kebijakan pengurangan kemiskinan;
Bidang Iptek
302
303
303
304
Kerangka Evaluasi
TujuanPelaksanaan Evaluasi
a.
b.
305
305
2.
Waktu Pelaksanaan
Evaluasi RPJMN 2015-2019 dilakukan minimal 2x (dua kali), yaitu :
a.
b.
c.
3.
Sumber Data
a.
b.
4.
Metode Evaluasi
306
6.
b.
7.
Mekanisme evaluasi
307
307
Gambar VIII.5
Keterkaitan Program/Kegiatan Antar Dokumen Perencanaan
308
308
BAB
VIII
BAB
IX
PENUTUP
309
309
310