A. Pengertian
Istirahat adalah suatu keadaan dimana keadaan jasmaniah menurun yang
berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur oleh Johnson dianggap sebagai
salah satu kebutuhan fisiologis manusia. Tidur terjadi secara alami, dengan fungsi
fisiologis dan psikologis yang melekat merupakan suatu proses perbaikan tubuh.
Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk
mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi, dan
disorientasi, terutama jika deprivasi tidur terjadi untuk waktu yang lama.
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton 1986). Tidur merupakan
suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur
merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang
baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, member waktu organ tubuh untuk istirahat
2002). Dengan perkataan lain, tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri
yang relative, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih
kepada suatu urutan siklus yang berulang. Tidur memiliki cirri, yaitu adanya aktivitas
Walaupun demikian, ada beberapa orang yang membutuhkan tidur lebih atau kurang.
Waktu tidur lansia berkurang berkaitan dengan factor ketuaan. Fisiologi tidur dapat
dilihat melalui gambaran elektrofisiologik sel-sel otak selama tidur. Polisomnografi
merupakan alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak selama tidur. Alat tersebut dapat
dengan polisomnografi terdiri dari tidur Rapid Eye Movement (REM) dan tidur Non-
Rapid Eye Movement (NREM). Tidur REM disebut juga tidur D atau bermimpi karena
dihubungkan dengan mimpi atau paradox karena EEG aktif selama fase ini. Tidur
NREM disebut juga tidur ortodoks atau tidur gelombang lambat atau tidur S. Kedua
stadium ini bergantian dalam satu siklus yang berlangsung antara 70-120 menit.
Secara umum 4-6 siklus REM-NREM terjadi setiap malam.Periode tidur REM I
berlangsung antara 5-10 menit. Makin larut malam, periode REM makin panjang.
Tidur NREM terdiri dari empat stadium yaitu stadium 1,2,3, dan 4.
sangat penting. Istirahat dan tidur menjalankan sebuah fungsi pemulihan baik secara
menyimpan energi, menjaga irama bilogis, dan memperbaiki kesadaran mental dan
banyak waktu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan Lansia yang waktu
tidurnya terganggu menjadi lebih lupa, disorientasi, atau konfusi; orang yang
Tidur yang normal terdiri atas komponen gerakan bola mata cepat(rapid eye
movement, REM) dan non REM. Tidur non REM dibagi menjadi empat tahap: pada
tahap 1, jatuh tertidur, orang tersebut mudah dibangunkan dan tidak menyadari ia
telah tertidur. Kedutan atau sentakan otot menandakan relaksasi selama tahap ini.
Pada tahap 2 dan 3, meliputi tidur dalam yang progresif. Pada tahap 4, tingkat
Tidur tahap 4 sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik. Tahap ini sangat
jelas terlihat menurun pada lansia, tetapi mereka belum mengetahui akibat dari
penurunan ini. Pola tidur pada lansia ditandai dengan sering terbangun, penurunan
tahap 3 dan 4 waktu non-REM, lebih banyak terbangun pada malam hari disbanding
tidur, dan lebih banyak tidur selama siang hari. Tidur siang hari dapat mengurangi
Dari tahap 4, orang tersebut berlanjut ke tidur REM. Tidur REM terjadi
beberapa kali dalam siklus tidur dimalam hari tetapi lebih sering terjadi pagi hari
sekali. Pada tidur REM, aktifitas dan tanda-tanda vital mengalami akselerasi, yang
frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan tekanan darah. Tidur REM membantu
C. Manifestasi Klinis
Gangguan tidur pada lansia
Sebagian besar lansia beresiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai
factor. Proses patologis terkait usia dapat menyebabkan gangguan pola tidur.
Perubahan- perubahan mencakup kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan
peningkatan jumlah tidur siang. Diantar lansia yang sehat terdapat beberapa lansia
yang mengalami berbagi masalah medis dan psikososial yang mengalami gangguan
Tiga keluhan atau gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur terjadi
di kalangan lansia:
1. Insomnia
terbangun pada dini hari. Maka perhatian harus diberikan pada factor biologis,
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8atau 9 jam per periode 24 jam,
di siang hari yang persisten, mengalami serangan tidur , tampak mabuk dan
kelemahan dan kesulitan mengingat atau belajar merupakan hal yang sering
terjadi.
3. Apnea tidur
detik, dan rasa kantuk di siang hari yang luar biasa. Gejala apnea tidur antara lain:
waktu yang dihabiskan di tempat tidur tampaknya berkaitan dengan tidur yang
suara dapat membantu bagi orang-orang yang harus tidur di dekat kebisingan.
e. Meskipun ruangan yang terlalu hangat dapat mengganggu tidur, namun tidak
ada bukti yang menunjukkan bahwa kamar yang terlalu dingin dapat
membantu tidur.
f. Rasa lapar mengganggu tidur; kudapan ringan dapat membantu tidur.
g. Pil tidur yang hanya kadang-kadang saja digunakan dapat bersifat
boleh berusaha terlalu keras untuk tertidur tetapi harus menyalakan lampu dan
nyaman.
- Asupan kalori harus minimal pada saat menjelang tidur.
- Latihan sedang di siang hari atau sore hari merupakan hal yang
dianjurkan.
2. Pencegahan sekunder
Catatan harian tentang tidur merupakan cara pengkajian yang sangat bagus bagi
ini:
Seberapa sering bantuan diperlukan untuk memberikan obat nyeri, tidak dapat
3. Pencegahan tersier
Jika terdapat gangguan tidur seperti apnea tidur yang mengancam kehidupan,
E. Penatalaksanaan Terapeutik
Bootzin dan Nicassio menganjurkan aturan-aturan berikut untuk mempertahankan
masih tidak bisa dilakukan dengan mudah, bangun lagi dari tempat tidur.
hari. Hal ini membantu tubuh menetapkan irama tidur bangun yang konstan.
o Jangan tidur di siang hari.
pada lansia, baik lansia yang tinggal di rumah atau di panti jompo. Jika pasien anda
tidur.
Bangun di waktu biasanya ia bangun bahkan jika tidurnya terganggu atau waktu
malam hari.
Membatasi tidur siang 1 dan 2 jam perhari, pada waktu yang sama setiap harinya.
Mandi air hangat di waktu akhir sore atau menjelang malam.
Makan kudapan ringan karbohidrat dan lemak sebelum tidur.
Menghindari minuman dan produk yang mengandung kafein, khususnya
I. 1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas pada klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
2. Pemeriksaan fisik
a. Integumen :
Lemak subkutan menyusut
Kulit kering dan tipis, rentang terhadap trauma dan iritasi, serta lambat
sembuh
b. Mata :
Areus senilis, penurunan visus
c. Telinga :
Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat berakibat gangguan bicara.
d. Kardiopulmonar :
Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan pembuluh darah
berkurang.
Massa tubuh banyak yang tergantikan oleh jaringan lemak yang disertai
yang rendah, lama ditempat tidur serta jumlah total waktu tidur per hari yang
berkurang.
e. Pengkajian status fungsional :
- Tentang mandi = Dikatakan mandiri (independen) bila dalam melakukan
dependen bila klien memerlukan bantuan untuk lebih dari satu bagian
badannya.
- Berpakaian = Independen bila tak mampu mengambil sendiri pakaian
atau kursi roda. Dependen bila selalu memerlukan bantuan untuk kegiatan
tersebut diatas atau tak mampu melakukan satu atau lebih aktivitas
transferring.
- Kontinensia = Independen bila mampu buang hajat sendiri (urinari dan
defekasi). Dependen bila pada salah satu atau keduanya miksi atau
dari piring.
f. Pengkajian aspek spiritual =
- Perasaan individu tentang kehidupan keagamaannya
- Melakukan kewajiban-kewajiban agar berkontemplasi tentang kehidupan
II. Diagnosa
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
2. Gangguan pola tidur erhubungan dengan psikologis
Kriteria hasil :
a. Dapat meningkatkan rasa sehat dan merasa dapat tidur
b. Merasa tidur tidak terganggu dan nyeri hilang
Intervensi :
institusi.
3. Pertahankan kondisi yang kondusif untuk tidur, yang mencakup perhatian
menidurkan.
5. Memberikan posisi yang tepat, menghilangkan nyeri, dan memberika
radio dan menawarkan susu hangat dan minuman hangat lainnya atau kudapan
yang lebih berat untuk meningkatkan tidur pada lansia tanpa menggunakan
hipnotik. Pada waktu malam, secangkir anggur, sherry, brandi atau bir
memberikan kehangatan internal dan relaksasi pada lansia yang perlu tidur.
Namun, efek dari satu minuman hanya berlangsung selama dua pertiga siklus
antaranya tidak menyukai intervensi ini, mengeluh pusing pada saat mereka
Kriteria hasil :
a. Dapat meningkatkan rasa sehat dan merasa dapat tidur
b. Merasa tidur tidak terganggu
Intervensi :
menghalangi tidur.
2. Rencanakan asuhan keperawatan rutin yang memungkinkan pasien tidur tanpa
normal pasien.
6. Minta pasien setiap pagi menjelaskan kualitas tidur malam sebelumnya.
7. Berikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang tehnik relaksasi seperti
Rasional
dengan tidur.
7. Upaya relaksasi yang bertujuan biasanya dapat membantu meningkatkan tidur.
IV. Implementasi
Melaksanakan tindakan yang diidentifikasi sesuai dengan intervensi dan tindakan
V. Evaluasi
Mengevaluasi kemajuan klien terhadap pencapaian tujuan dengan melihat acuan
tujuan dan kriteria hasil pada perencanaan dan respon klien terhadap tindakan
kemudian didokumentasikan.
DAFTAR PUSTAKA
Stanley M, Patricia GB. 2006 . Buku Ajar Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC.
Cynthia M, Taylor . 2011 . Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan . Jakarta : EGC.