Anda di halaman 1dari 41

Nama : Apriyani Supia Dewi

NIM : 04011281520126
Kelas : Beta 2015 (Madang)

Analisis Masalah
1. Mrs. Siti, a pregnant woman (34 years old) come to the public healthy center with complains
malaise and dizzy. (***)
c. Bagaimana mekanisme dari keluhan (malaise dan dizzy) pada kasus?
Jawab:
Ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita
anemia dan ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita
yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi
untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.
Peningkatan volume plasma pada hamil dapat mencapai 40-45 %, dengan peningkatan sel
darah merah sebesar 20-30 %, hal ini akan menyebabkan hemodilusi akibat perbandingan
plasma dan eritrosit yang tidak sebanding pada keadaan ini akan menyebabkan penurunan
Hb dari sebelum hamil dari 15g/dl bisa menjadi 12,5 g/dl, dan 6 % orang menjadi 11g/dl.
Sedangkan pada keadaan Hb dibawah 11 g/dl menunjukkan suatu anemia. Anemia inilah
yang menimbulkan gejala lesu dan pusing pada Mrs. Siti.
Usia ideal ibu hamil. Antara umur 20-35 tahun. Anemia pada ibu hamil biasanya terjadi
pada trimester ke II dan ke III kehamilan untuk pertumbuhan jaringan janin yang baru. Pada
trimester ini anemia cenderung akan muncul apabila asupan tidak memadai (seperti protein,
melindamin, dan mineral), sedangkan cadangan sudah banyak digunakan pada trimester ke I
kehamilan maka bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin diambil dari ibu.
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas
normal, perlu dicurigai anemia, biasanya yang banyak terjadi yaitu anemia defisiensi besi.
a) Kurangnya asupan makanan bergizi dan nutrisi (termasuk besi), padahal pada kehamilan
terjadi peningkatan metabolisme energi guna pertumbuhan dan perkembangan janin.
b) Pada kehamilan terjadi peningkatan volume darah sehingga menyebabkan anemia
fisiologis. Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan
darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik.
c) Adanya defisiensi besi sehingga menyebabkan gangguan pembentukan hemoglobin yang
akibatnya berdampak pada gangguan perfusi darah
Mekanisme terjadinya malaise dan pusing pada Mrs. Siti :
1
Asupan diet yang buruk => konsumsi Fe menurun => absorpsi Fe menurun => cadangan besi
menurun, kebutuhan semakin meningkat => sintesis Hb menurun => transport oksigen
kejaringan menurun => malaise & pusing.

3. She is a haousewife and his husband only a temporary laborer. They are very poor family. The
youngest child is 2 years old. (**)
c. Bagaimana asupan makan ibu hamil yang ideal?
Jawab:
1) Frekuensi Makan: Ibu hamil harus sering makan untuk memenuhi kebutuhan makanan
karena ibu hamil makan untuk dua orang, yaitu dirinya sendiri dan janin yang
dikandungnya. Makan 1 sampai 2 piring lebih banyak dari sebelum hamil, makan 4
sampai 5 kali sehari. Patuhi jadwal makan, yaitu makan makanan bergizi 3 kali sehari
pada waktu yang tepat, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam, dan 2 kali makan
makanan selingan.
2) Jenis Makanan: Jenis makanan berpengaruh dalam pemilihan macam lauk pauk untuk
memperoleh keadaan gizi yang baik. Pengetahuan dasar tentang cara menyusun
makanan sehari (menu) yang seimbang sangat diperlukan guna mendapat variasi dengan
harga yang terjangkau tetapi memenuhi selera. Untuk memperoleh gizi yang baik
tersebut, tidak perlu suatu pola makan tertentu yang harus ditaati, namun dengan
diversifikasikan menu, taraf gizi baik akan dapat dicapai.
3) Jumlah Makanan: Kebutuhan fisiologi sewaktu hamil ialah energi, protein dan zat besi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta pertambahan besar
organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Dengan demikan

2
dapat dimengerti bahwa selama kehamilan kebutuhan makanan meningkat. Angka
Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan per orang per hari khusus untuk ibu
hamil disederhanakan dalam bentuk ukuran rumah tangga yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Kebutuhan Makanan Ibu Hamil Sehari-hari

Jenis makanan Jumlah

Nasi/Pengganti 4-5 ½ Piring

Lauk Hewani 4-5 Potong

Lauk Nabati 2-4 Potong

Sayuran 2-3 Mangkok

Buah-buahan 3 Potong

4) Pemilihan Makanan: Pemilihan makanan yang dimakan harus beraneka ragam dan
bervariasi. Semakin bervariasi bahan makanan yang dikonsumsi, maka pemenuhan
kebutuhan zat gizi semakin baik. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari tergantung pada
pemilihan makanan yang dapat mempengaruhi kandungan zat gizi makanan yang masuk
kedalam tubuh ibu hamil. Oleh karena itu, ibu hamil harus memakan makanan yang
merupakan sumber dari zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh meliputi sumber
karbohidrat, sumber protein, sumber lemak, sumber mineral terutama zat besi dan
sumber Vitamin terutama Vitamin C. Untuk sumber-sumber bahan makanan akan
dibahas di gizi seimbang dalam kehamilan. Anjuran jumlah porsi makanan memenuhi
gizi seimbang ibu hamil:

Bahan Makanan Ibu Hamil (2000 + 285


kkal)

Nasi 5p+1p

Sayuran 3p

Buah 4p

3
Tempe 3p

Daging 3p

Susu +1 p

Minyak 5p

Gula 2p

• P = porsi
• 1 p nasi = 100gr (3/4 gelas)
• 1 p sayuran = 100gr (1 gelas)
• 1 p buah = 50gr (1 buah)
• 1 p tempe = 50gr (2 potong sedang)
• 1 p daging = 50gr (1 potong sedang)
Jumlah unsur-unsur gizi yang dianjurkan selama hamil: kalori 2500 kal, protein 80 g,
garan kapur 7,8 g, ferum 18 mg, vitamin A 4000 Kl, vitamin B12 1,2 mg, vitamin C 25
mg (Moehi Sjahmien, 1988). Makanan ibu selama hamil dan keadaan gizi ibu pada waktu
hamil berhubungan erat dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Kebutuhan Gizi Pada Kehamilan
1) Energi: Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, WHO
menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester I, dan 350
kkal selama trimester II dan III. Sementara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
V 1993 mematok angka 285 kkal perhari.
2) Protein: Protein tinggi, hewani dan nabati, diperlukan untuk meningkatkan Vitamin
B6, Fe, Zn, dan Cr. Pada kehamilan diperlukan protein untuk pertumbuhan fetus,
plasenta, uterus dan pertumbuhan kelenjar mammae serta penambahan volume
darah. Kebutuhan ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%. Jumlah protein
yang harus tersedia sampai akhir kehamilan sekitar 925 g yang tertimbun dalam
jaringan ibu, janin dan plasenta. National Academy of Sciences mematok angka
sekitar 30 gram, sementara Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V 1993
menagnjurkan penambahan 12 gr/hari. Bahan pangan yang dijadikan sumber
sebaiknya 2/3-nya merupakan bahan pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti
daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan hasil olahannya.
3) Kalsium

4
• Dapat dipenuhi degan susu, sekaligus untuk memenuhi kebutuhan protein

• Diperlukan untuk pertumbuhan tulang janin dan persiapan produksi ASI.


• 0,5 liter susu sehari memberikan 600 mg Ca dan 18 – 20 gr protein
• Kadar kalsium dalam darah wanita hamil menurun drastis sampai 5% ketimbang
wanita tidak hamil. Secara kumulatif, janin menimbun kalsium sebanyak 30 g,
dengan kecepatan 7, 110, dan 350 mg masing-masing pada trimester I, II, III.
Asupan yang dianjurkan kira-kira 1200 mg/hari bagi wanita hamil yang berusia di
atas 25 tahun dan cukup 800 mg untuk mereka yang berusia lebih muda. Sumber
utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya seperti whole milk, skimmed
milk, yoghurt, keju, udang, sarang burung, sarden dalam kaleng.
4) Asam Folat
• Untuk keperluan rapid cell division, pemberian 300 mikrogram pada trimester
terakhir untuk mencegah anemia megaloblastik. Besarnya suplementasi ialah
280, 660, dan 470 mikrogram per hari, masing-masing pada trimester I, II, III.
Jenis makanan yang mengandung asam folat antara lain ragi, hati, sayuran
berdaun hijau, kacang-kacangan. Sumber lain ialah hati, daging, jeruk, telur.
• Preparat suplementasi sebaiknya diberikan sekitar 28 hari setelah ovulasi atau
pada 28 hari pertama kehamilan, karena otak dan sumsum tulang belakang
dibentuk pada hari pertama kehamilan. Dengan demikian, pemberian
suplementasi harus dilaksanakan sebelum konsepsi terjadi.
• Supplement harus diberikan pada kehamilan kembar dan bila ada tanda-tanda
defisiensi
5) Ferum/Besi: Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta
dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu
ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh
tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer
ke janin, dengan 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah
jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Selama kehamilan 4
bulan pertama tidak perlu ditambah karena akan memperberat mual dan muntah.
Kehamilan 2 minggu dibutuhkan 7 mg/hari zat besi dari makanan dan penambahan
garam ferro kira-kira 30 mg/hari untuk keperluan pada kehamilan, melindungi
simpanan besi dalam badan dan keperluan pada masa laktasi. Pada keadaan anemia
kekurangan zat besi perlu

5
tambahan besi 200 mg/hari yang dibagi dalam beberapa dosis. Sumber zat besi
makanan antara lain hati, kuning telur, daging, kacang-kacangan dan sayur berdaun
hijau. Kekurangan zat besi akan menyebabkan terjadinya anemia gizi besi yang
ditandai dengan gejala pucat, lemah, letih, lesu, penglihatan berkunang. Pada ibu
hamil yang kekurangan zat besi akan mempunyai resiko melahirkan bayi dengan
berat badan rendah serta perdarahan sebelum dan saat persalinan.
Diperlukan untuk:
• janin, Hb aterm 17 mg/100 cc darah
• ibu: pembentukan placenta dan RBC
Anjuran:
a. Diet bebas tetapi mengandung daging, buah dan sayur yang cukup
b. pemeriksaan Hb rutin
c. terapi Fe utk ibu dgn Hb initial <12 mg/100 cc
d. pemberian Fe utk kehmlan > 24 minggu
6) Iodium: dibutuhkan karena pada kehamilan metabolisme meningkat. Kekurangan
yodium selama kehamilan mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme, yang
selanjutnya berkembang menjadi kreatinisme. Anjuran asuhan per hari untuk wanita
hamil dan menyusui sebesar 200mg.
7) Vitamin: disuplai oleh susu, sayur, dan buah dalam jumlah yang cukup. Tabel 2.
Kebutuhan Vitamin sehari-hari

VITAMIN USIA DALAM TAHUN

THM – HM THM – HM THM – HM THM – HM


11 – 14 15 – 18 19 – 22 23 – 50

1. Vit. A (I.U) 4000 5000 4000 5000 4000 5000 4000 5000
2. Vit. D (Mcg) 10 15 10 15 7.5 15 7 15
3. Vit. C (mg) 50 70 60 80 60 80 60 80
4. Thiamin (mg) 1.1 1.5 1.1 1.5 1.1 1.5 1 1.4
5. Riboflavin 1.3 1.6 1.3 1.6 1.3 1.6 1.2 1.5
6. Niacin (mg) 15 17 14 16 14 16 13 15
7. Vit. B6 (mg 1.8 2.4 2 2.5 2 2.6 2 2.6
8. Folacin (mg) 400 800 400 800 400 800 400 800
9. Vit. B12 (mg) 3 4 3 4 3 4 3 4

6
8) Garam Mineral: Garam mineral yang dibutuhkan oleh ibu hamil antara lain kalsium
attau garam kapur, zat besi dan zat pospor. Garam kapur (Kalsium) bersama dengan
garam pospor diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi janin. Kekurangan
akan garam kapur pada waktu hamil tidak akan mengganggu peertumbuhan tulang
janin, karena garam kapur yang diperlukan akan diperoleh dari tulang ibu. Dengan
demikian, ibu hamil akan mengalami caries. Tabel 3. Kebutuhan Mineral

MINERAL USIA DALAM TAHUN

THM – HM THM – HM THM – HM THM – HM


11 – 14 15 – 18 19 – 22 23 – 50

1. Calsium ( mg) 1200 1600 1200 1600 800 1600 800 1200
2. Phospor (mg) 1200 1600 1200 1600 800 1200 800 1200
3. Magnesium (mg) 300 450 300 450 300 450 300 450
4. Zat besi (mg) 18 18 18 18 18 18 18 18
5. Zn (mg) 15 20 15 20 15 20 15 20
6. Iodine (mg) 150 175 150 175 150 175 150 175

9) Kalori
• Yang terpentig adalah menjaga keseimbangan antara kalori yang masuk dan yang
dikeluarkan
• Pertimbangan: Multigravida banyak
• Olahraga boleh diteruskan dengan modifikasi untuk kehamilan
Tabel 4. Tambahan Gizi untuk Bumil dan Busu

BUMIL BUSU

KALORI + 300 + 800

PROTEIN (gram) + 10 + 25

CALSIUM (mg) + 0,5 + 0,5

Fe (mikro gram) +5 +5

7
THIAMIN (mgr ) + 0,2 + 0,4

RIBOFLAVIN (mgr) + 0,2 + 0,4

NIACIN (mgr) +2 +5

Tabel 5. Rekomendasi angka kebutuhan gizi pada wanita usia 30-49 tahun dan selama
masa kehamilan

Usia Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Air
(kkal) (mL)

30-49 tahun 2150 57 60 323 30 2300

Trimester 1 +180 +20 +6 +25 +3 +300

Trimester 2 +300 +20 +10 +40 +4 +300

Trimester 3 +300 +20 +10 +40 +4 +300

Kenaikan berat badan ibu hamil yang normal berdasarkan IMT


• IMT di bawah 18,5 (berat badan di bawah normal), disarankan untuk menaikkan
bobot sekitar 12,7 – 18,1 kg.
• IMT sekitar 18,5–22,9 (berat badan normal), disarankan untuk menaikkan bobot
sekitar 11,3 – 15,9 kg.
• IMT di atas sekitar 23 (kelebihan berat badan), disarankan untuk menaikkan
bobot sekitar 6,8 – 11,3 kg.
• IMT di atas 25 (obesitas), disarankan untuk menaikkan bobot sekitar 5,0 – 9,1
kg.

Tabel 6. Kebutuhan Mikronutrien pada Ibu Hamil Rekomendasi angka kebutuhan zat
besi dan nutrisi lainnya pada wanita usia 30-49 tahun dan selama masa kehamilan

Usia Besi Kalsium Vit. B12 Vit. C


(mg) (mg) (mcg) (g)

8
30-49 tahun 26 1000 2,4 75

Trimester 1 +0 +200 +0,2 +10

Trimester 2 +9 +200 +0,2 +10

Trimester 3 +13 +200 +0,2 +10

Pada wanita hamil yang mengalami anemia defisiensi besi, kebutuhan zat besi akan lebih
tinggi dibanding rekomendasi angka kebutuhan gizi di atas. Tambahan zat besi dapat
diperoleh melalui suplemen besi harian. Kemudian pada wanita hamil, kebutuhan asam
folat yang direkomendasikan adalah 600-800 mcg tiap harinya. Asam folat berperan
penting dalam mengurangi resiko terjadinya neural tube defect pada janin.
Tabel 7. Peran Makronutrien dan Mikronutrien dalam kehamilan

Nutrisi Peran dalam kehamilan

Protein Berperan dalam pertumbuhan jaringan janin, termasuk otak

Kalsium Membantu regulasi cairan dan pembentukan tulang serta gigi bayi

Zat besi Bila kekurangan asupan besi, ibu hamil akan mengalami anemia
defisiensi besi

Asam folat Berperan dalam mengurangi resiko terjadinya neural tube defect
pada janin.

Vitamin C Membantu proses metabolisme, terutama metabolisme besi

Dampak malnutrisi:
1. Terhadap Ibu: Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
2. Terhadap Persalinan: Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan
operasi cenderung meningkat.
3. Terhadap Janin: Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati,

9
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati
dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

6. Pemeriksaan Laboratorium (informasi)


b. Bagaimana klasifikasi anemia pada ibu hamil?
Jawab:

Status Kehamilan Hemoglobin (g/dL) Hematokrit (%)

Tidak hamil 12,0 36

10
Hamil

• Trimester 1 11,0 33

• Trimester 2 10,5 32

• Trimester 3 11,0 33

Tabel 4. Nilai Batas untuk Anemia pada Perempuan.

Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1. Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah. Kasus ini terjadi sebanyak sebanyak 62,3%.
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa.
Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang
dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb
dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama
kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
a) Hb 11 gr% : Tidak anemia
b) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c) Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d) Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini
terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg
lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori
akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500
kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan
perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga
kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil.

2. Anemia Megaloblastik (sebanyak 29%.) adalah anemia yang disebabkan oleh karena
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan defisiensi
vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Tablet asam folat diberikan dalam dosis
15-30 mg, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100- 1000
mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral.
11
3. Anemia Hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan
retikulosit.
4. Anemia Hemolitik (sebanyak 0,7%) adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah
anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala
komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Anemia disebabkan karena
penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut
penelitian, ibu hamil dengan anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe)
serta asam folat dan viamin B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan
anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat
besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12.
Template :
c. WD : Mrs. Siti, 34 tahun, G6P4A1 mengalami anemia defisiensi besi pada kehamilan ec intake
nutrisi yang rendah.
m. Pemeriksaan penunjang
1. Kunjungan pertama
a. Kadar hemoglobin
b. Golongan darah ABO dan rhesus
c. Tes HIV : ditawarkan pada ibu pada daerah epedemis meluas dan terkonsentrasi,
sedangkan pada daerah peidermi rendah ditawarkan pada ibu hamil dengan Infeksi
menular seksual dan TB
d. Rapid test atau apusan darah tebal dan tipi untuk malaria : untuk ibu yang tinggal di atau
memiliki riwayat berpergian ke daerah endemik malaria 2 minggu terakhir.
2. Sesuai Indikasi
a. Urinalisis (protein urin pada trimester kedua dan ketiga) jika terdapat hipertensi
b. Kadar hemoglobin pada trimester ketiga bila dicurigai anemia
c. Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA): untuk ibu dengan riwayat defisiensi imun,
batuk > 2 minggu atau LILA < 23,5 cm
d. Tes sifilis
e. Gula darah puasa
3. Ultrasonografi (USG)
a. Pada awal kehamilan (idealnya usia kehamilan 15 minggu) untuk menentukan usia gestasi,
viabilitas janin, letak dan jumlah janin, serta deteksi abnormalitas janin berat
12
b. Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu untuk deteksi anomali
c. Pada trimester ketiga untuk perencanaan persalinan
i. KIE (pencegahan dan edukasi) : di Learning Issues

Learning Issues

I. Anemia pada ibu hamil (lengkap)


A. Definisi
Anemia adalah kehamilan dengan kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11%
pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5% pada trimester 2. Nilai batas tersebut perbedaannya
dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester ke 2.
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah, yang
ditandai oleh penurnan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang
rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun.
Pada kehamilan anemia kekurangan besi akan timbul jika keperluan besi (kira-kira
1000mg pada kehamilan tunggal) tidak dapat dipenuhi dari cadangan besi dan dari besi yang
dapat diabsorpsi dari traktus gastrointestinal.
Volume darah bertambah cepat pada kehamilan trimester 2 sehingga kekurangan besi
seringkali terlihat pada turunnya kadar hemoglobin. Meskipun bertambahnya volume darah
tidak begitu banyak pada trimester 3, tetapi keperluan akan besi tetap banyak karena
penambahan HB ibu terus berlangsung dan lebih banyak besi yang diangkut melalui plasenta
ke neonatus.
Pada kehamilan, kehilangan zat besi akibat pengalihan besi maternal ke janin untuk
eritropoeisis, kehilangan zat darah saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya
mencapai 900mg atau setara 2 liter darah. Oleh karena sebagian besar perempuan mengawali
kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan tambahan ini berakibat pada
anemia defisiensi besi.

B. DD

Anemia Anemia akibat thalassemia Anemia


defisiensi penyakit sideroblastik
besi kronik

Derajat Ringan Ringan Ringan Ringan sampai


anemia sampai berat berat

13
MCV menurun Menurun/N menurun Menurun/N

MCH menurun Menurun/N menurun Menurun/N

TIBC meningkat menurun N/menurun Normal/N

Saturasi menurun Menurun/N meningkat meningakat


tranferin

Besi sumsum negatif positi Positif kuat positif


tulang

Protoporfirin meningkat meningkat N N


eritrosit

Feritin serum meningkat N meningkat meningkat

Elektroforesis N N meningkat N
Hb

Besi serum menurun menurun N/meningkat N/ meningkat

C. WD
Mrs. Siti, 34 tahun, G6P4A1 mengalami anemia defisiensi besi pada kehamilan ec intake
nutrisi yang rendah.
D. How To Diagnose
1. Anamnesis: Tanya mengenai riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu,
riwayat gizi, keadaan lingkungan fisik sekitar, apakah ada paparan terhadap bahan kimia
atau fisik serta riwayat pemakaian obat. Tanyakan riwayat penyakit keluarga untuk
mengetahui apakah ada faktor keturunan.
2. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan dilakukan secara sistematik dan menyeluruh. Perhatian
khusus diberikan pada
a. Warna kulit : pucat, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning
b. Kuku : koilonikia (kuku sendok)
c. Mata : ikterus, konjungtiva pucat
d. Mulut : ulserasi, hipertrofi gusi, atrofi papil lidah
e. Limfadenopati, hepatosplenomegali
3. Pemeriksaan laboratorium hematologi
a. Tes penyaring
14
• Kadar hemoglobin
• Indeks eritrosit (MCV, MCHC dan MCHC)
• Hapusan darah tepi
• Ferritin, SI dan TIBC
b. Pemeriksaan rutin
• Laju endap darah
• Diff. Count
• Hitung retikulosit
c. Pemeriksaan sumsum tulang
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus
Pada anemia defisiensi besi periksa besi serum, TIBC, saturasi transferin
4. Pemeriksaan laboratorium non hematologi: Pemeriksaan faal ginjal, hati, endokrin, asam
urat, kultur bakteri.
5. Pemeriksaan penunjang lainnya: USG

Skema 1. Algoritma penegakan diagnosis anemia hipokrom mikrositer


Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi diperlukan metode pemeriksaan
yang akurat dan kriteria diagnosis yang tegas. Para peneliti telah menyetujui bahwa
diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah dan sumsum tulang. Kriteria WHO
untuk memudahkan dan keseragaman diagnosis anemia defisiensi besi.
Tabel 7.1. Diagnosa Anemia Defisiensi Besi

15
Menurut WHO penggolongkan hasil pemeriksaan hemoglobin menurut derajat
keparahan anemia pada kehamilan.
Tabel 7.2. Kriteria Anemia Berdasarkan Kadar Hemoglobin

E. Epidemiologi
World Health Organization (WHO) memperkirakan 35 – 75 % ibu hamil di negara
berkembang dan 18% ibu hamil di negara maju menderita anemia. Namun, banyak diantara
meraka yang telah menderita anemia pada saat konsepsi, dengan prevalensi sekitar 43% pada
perempuan yang tidak hamil di negara berkembang dan 12% di negara maju. Defisiensi besi
merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering ditemukan baik di negara maju maupun
negara berkembang. Risikonya meningkat pada kehamilan dan berkaitan dengan asupan besi
yang tidak adekuat dibandingkan kebutuhan pertumbuhan janin yang cepat.
Frekuensi ibu hamil anemia di Indonesi relatif tinggi yaitu 63,5%, sedangkan di Amerika
hanya 6%. Kekurangan gizi dan perhatian terhadap ibu hamil merupakan predisposisi anemia
defisiensi pada ibu hamil di Indonesia.
Menurut WHO, 40% kmatian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada masa
kehamilan. Kebanyak kehamilan disebabkan oleh defisiesnis besi dan perdarahan akut
bahkan keduanya.
F. Etiologi
16
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut
bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Saifuddin, 2002). Menurut Mochtar
(1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
a. Kurang gizi (malnutrisi)
b. Kurang zat besi dalam diit
c. Malabsorpsi
d. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
e. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Anemia defisiensi besi pada kehamilan disebabkan oleh :
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
c. Kurangnya zat besi dalam makanan.
d. Kebutuhan zat besi meningkat.
e. Perdarahan
f. Gangguan pencernaan dan absorbsi
Anemia pada wanita hamil
a. Selama kehamilan seorang wanita mengalami peningkatan plasma darah sampai 30%,
sel darah 18% tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya frekuensi anemia pada
kehamilan cukup tinggi 10% – 20%.
b. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa itu
janin menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan pertama
sesudah lahir.
c. Asupan yg kurang seperti pada kasus sangat mempengaruhi anemia yg timbul pada ibu.
d. Karena tambahan volum plasma lebih banyak dibanding dengan tambahan eritrosit,
maka kadar Hb, Ht, dan RBC relatif menurun. Namun, apabila kadar Hb < 11 g% pada
terutama pada akhir kehamilan, merupakan keadaan abnormal yang biasanya disebabkan
oleh kekurangan Fe.
G. Faktor Resiko
1. Umur Ibu: Salah satu keadaan kehamilan yang dapat beresiko tinggi adalah umur ibu
hamil yaitu <20 tahun dan >35 tahun. Pada usia<20 tahun kebutuhan zat besi meningkat
ditunjang dengan keadaan hamil yang lebih membutuhkan zat gizi terutama zat besi maka
kemungkinan untuk menderita anemia pada kehamilan cukup tinggi. Demikian pula pada
usia>35 tahun kondisi fisiknya sudah menurun, daya tahan tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit tidak lagi optimal dan rentan terhadap komplikasi penyakit.

17
2. Pendidikan Ibu Hamil: Pendidikan adalah hal yang sangat penting, karena pendidikan
mempengaruhi pola pikir seseorang tentang sesuatu hal yang nantinya akan berpengaruh
dalam pengambilan suatu keputusan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, semakin besar pengetahuan dan semakin mudah mengembangkan
pengetahuan dan tehnologi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan
seseorang.pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan dan pendidikan dipengaruhi oleh
banyak hal. Salah satunya adalah sumber informasi dan media informasi, baik media
cetak maupun elektronik. Pada ibu hamil menderita anemia faktor ini sangat berpengaruh
dimana ibu hamil yang mempunyai tingkat pendidikan dan pengetahuan kurang, akan
menyebabkan ibu hamil selalu menderita anemia dan tidak merasakan bahwa anemia
kehamilan butuh perhatian khusus. Salah satu yang dapat memberikan pengetahuan pada
ibu hamil tentang anemia adalah bidan sebagai tenaga kesehatan yang bersentuhan
langsung dengan ibu hamil.
3. Frekuensi Kunjungan Ibu Hamil : Dokter atau bidan akan sulit mengevaluasi keadaan
anemia apabila ibu hamil tidak pernah memeriksa diri atau tidak teratur memeriksakan
kehamilannya karena setiap saat kehamilan dapat berkembang menjadi masalah.
Berdasarkan kebijakan program pemerintah antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit
4 kali selama kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I, satu kali pada trimester II dan 2 kali
pada trimester III.
Kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sangat berpengaruh terhadap
kejadian anemia sebagaimana tujuan adalah :
o Memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu dan bayi
o Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi
o Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembenahan.
o Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
o Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan pemberian ASI
Eksklusif.
o Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh dan berkembang secara normal.
4. Ekonomi: Penyebab tidak langsung kejadian anemia adalah sosial ekonomi keluarga
yang rendah, sehingga mengakibatkan ketersediaan pangan ditingkat keluarga tidak
mencukupi, yang juga mempengaruhi pola konsumsi keluarga yang kurang baik.

18
5. Paritas: Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang
wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi
(Fe) dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan zat besi (Fe) minimal, maka
setiap kehamilan akan menguras persediaan zat besi (Fe) dan akhirnya menimbulkan
anemia pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang berulang dalam waktu yang singkat
menyebabkan cadangan besi ibu belum pulih dan terkuras untuk keperluan janin yang
dikandung berikutnya.
6. Jarak antar kehamilan: Jarak antara kehamilan yang pendek (kurang dari 2 tahun)
mempunyai resiko untuk menderita anemia menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan
koordinasi keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau
lebih karena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup
untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Maka semakin
pendek jarak kehamilan resiko terjadi anemia makin meningkat.
7. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe: Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi zat besi (Fe)
dengan cara yang benar, akan memenuhi kebutuhan zat besi (Fe) dalam tubuh yang bisa
meningkatkan kualitas kehamilan. Banyak hal yang membuat ibu hamil tidak patuh
mengkonsumsi zat besi (Fe) yang terdapat dalam tablet.Salah satunya adalah gangguan
saluran pencernaan dapat berupa mual, sehingga hal ini perlu mendapatkan perhatian
khusus. Konsumsi tablet tambah darah < 90 butir
H. Patogenesis dan Patofisiologi

19
Skema 1. Patogenesis Penyakit yang diderita oleh Mrs. Siti

20
Anemia adalah suatu kondisi yang mengakibatkan kekurangan zat besi dan biasanya terjadi
secara bertahap.
a. Stadium 1: Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam tubuh
terutama disumsum tulang.
b. Stadium 2: Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan
membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.
c. Stadium 3: Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.
d. Stadium 4: Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan
mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah baru yang sangat kecil
(mikrositik).
e. Stadium 5: Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul gejala
- gejala karena anemia semakin memburuk. Ibu hamil memerlukan tambahan zat besi
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah, janin dan
plasenta. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe
dan zat besi.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah
sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19% Bertambahnya darah
dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk
membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

21
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang makin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan
ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali
normal 3 bulan setelah partus.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut
bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Kebutuhan ibu selama kehamilan adalah
800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk janin dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu.
Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari.
Volume darah ibu bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkan konsentrasi sel darah
merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak normal bila konsentrasi turun terlalu rendah
yang menyebabkan Hb sampai <11 gr%. Meningkatnya volume darah berarti meningkat pula
jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah sebagai kompensasi
tubuh untuk menormalkan konsentrasi hemoglobin.
Pada kehamilan, fetus menggunakan sel darah merah ibu untuk pertumbuhan dan
perkembangan terutama pada tiga bulan terakhir kehamilan. Bila ibu telah mempunyai
banyak cadangan zat besi dalam sumsum tulang sebelum hamil maka pada waktu kehamilan
dapat digunakan untuk kebutuhan bayinya. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat
pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada saat persalinan,
dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900 mg.
Akan tetapi, bila pembentukan sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya
plasma sehingga terjadi pengenceran darah yang menyebabkan konsentrasi atau kadar
hemoglobin tidak dapat mencapai normal sehingga akan terjadi anemia. Keadaan ini dapat
terjadi mulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
umur 32 sampai 36 minggu.
F. Maifestasi Klinis
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan mudah pingsan
walaupun tekanan darah masih dalam batas normal. Gejala yang khas pada anemia jenis ini
adalah kuku menjadi rapuh dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti
ini disebut koilorika. Selain itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah
menjadi licin, dinama hal ini karena adanya peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat
menelan.
Gejala anemia pada ibu hamil yang paling sering dijumpai yaitu cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang–kunang , malaise, lidah luka, nafsu makan turun, konsentrasi hilang dan

22
nafas pendek jika sudah parah. Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan
jelas.
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan
kriteria WHO 2001 ditetapkan 3 kategori yaitu:
a. Normal : ≥11 gr/dl
b. Anemia ringan : 9-10 gr/dl
c. Anemia sedang : 7-8 gr/dl
d. Anemia berat : < 7 gr/dl
Menurut Proverawati (2007) banyak gejala anemia selama kehamilan, meliputi: merasa lelah
atau lemah, kulit pucat progresif, denyut jantung cepat, sesak napas, dan konsentrasi
terganggu. Keluhan anemia yang paling umum dijumpai pada masyarakat adalah yang lebih
dikenal dengan 5L yaitu letih, lesu, lemah, lelah dan lalai. Disamping itu penderita
kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena
infeksi.
G. Tatalaksana
Tujuan pemberian terapi adalah (1) koreksi terhadap anemia, dan (2) mengembalikan
cadangan besi.
a. Terapi Non-Medikamentosa
i. Konsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi: hati, daging merah, sayuran
hijau. Selain itu meningkatkan konsumsi enhancer penyerapan besi: buah-buahan
dan sayuran (vitamin C);
ii. Menghindari penghambat penyerapan besi, seperti kopi dan teh.
b. Terapi Medikamentosa
i. Pemberian preparat besi oral: fero sulfat, fero fumarat, atau fero glukonat. Sediaan
dan dosis perparat besi dapat dilihat pada Tabel 6. Frekuensi pemberian 1 kali sehari,
dilanjutkan sampai tiga bulan setelah melahirkan untuk mengembalikan cadangan
besi. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per
bulan.
ii. Apabila preparat oral tidak bisa ditoleransi, dapat diberikan secara IV: fero sukrosa
/ fero dekstran. Preparat intravena juga diberikan pada pasien anemia berat (Hb
<8g/dL). Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum dextran
sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2×10 ml secara intramuskulus, dapat
meningkatkan hemoglobin relatif cepat, yaitu 2gr%. Pemberian secara parenteral ini
hanya berdasarkan indikasi, di mana terdapat intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada daerah-
23
daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat pemenuhan
nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah diberikan
sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa
kehamilannya.
iii. Pemberian tablet vitamin C
iv. Transfusi darah lengkap atau dengan “packed red cell”. Pada anemia kekurang besi,
transfusi dengan darah lengkap atau dengan “packed red cell” jarang diberikan,
kecuali pada hipovolemia karena perdarahan atau operasi pada penderita yang sangat
anemia.

Sedian Kandungan Dosis mengandung


Besi Elemental 60 mg Besi
(%) Elemental (mg)

Fe fumarat 30 200

Fe glukonat 11 550

Fe sulfat 20 300

. Tabel 6. Berbagai Sediaan Preparat Oral Besi

J. Komplikasi
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada
ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini :
1. Terhadap Ibu : Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi
pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal,
dan terkena penyakit infeksi.
2. Terhadap Janin : Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, kematian terhadap janin, cacat
bawaan, anemia pada bayi, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Lubis, 2003).
Wanita yang mulai hamil ketika kondisi gizinya buruk berisiko melahirkan melahirkan
dengan berat badan lahir rendah sebesar 2-3 kali lebih besar dibanding meraka yang
berstatus gizi baik, dan kemungkinan bayi mati sebesar 1, 5 kali lebih besar.Gizi dan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi zat-zat gizi adalah senyawa-senyawa
kimia yang terkandung dalam makanan yang pada gilirannya diserap dan digunakan
untuk meningkatkan kesehatan.

24
K. KIE: dengan ANC (Antenatal Care)
Asuhan Prenatal (Antenatal Care/ANC)
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi dampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280
hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan
dibagi dalam 3 triwulan/ trimester yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
dampai 9 bulan.
Tujuan asuhan antenatal :
• Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi
• Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi
• Mengenali secara dini adanya abnormalitas atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebinanan, dan pembedahan
• Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin
• Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemebrian asi eksklusif
• Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh dan berkembang dengan normal
Kebijakan program
Kunjungan antenatal minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar pasangan
atau anggota keluarga.
A. Trimester I : 1 kali sebelum minggu ke-16
B. Trimester II : 1 kali anatara minggu ke-24 sampai 28
C. Trimester III : 2 kali pada anatar minggu ke-30 sampai 32 dan minggu ke-36 sampai 38
Anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke dokter minimal 1 kali untuk deteksi kelainan medis
secara umum.
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7T”:
1. Timbang berat badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Ukur Tinggi fundus
4. Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap
5. Pemberian Tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan
6. Tes terhadap penyakit menular seksual
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

25
A. Melengkapi Riwayat Medis

B. Melengkapi Pemeriksaan Fisik Umum


Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan pertama:
- Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, frekuensi napas)
- Berat badan
- Tinggi badan

26
- Lingkar lengan atas (LILA)
- Muka : apakah ada edema atau terlihat pucat
- Status generalis atau pemeriksaan fisik umum lengkap, meliputi: kepala, mata,
higiene mulut dan gigi, karies, tiroid, jantung, paru, payudara (apakah terdapat
benjolan, bekas operasi di daerah areola, bagaimana kondisi puting), abdomen
(terutama bekas operasi terkait uterus), tulang belakang, ekstremitas (edema, varises,
refleks patella), serta kebersihan kulit
Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan berikutnya:
- Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, pernafasan napas)
- Berat badan
- Edema
- Pemeriksaan terkait masalah yang telah teridentifikasi pada kunjungan sebelumnya

C. Melengkapai pemeriksaan Fisik Obstetri


Pemeriksaan fisik obstetri pada kunjungan pertama:
• Tinggi fundus uteri (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan >20 minggu)
• Vulva/perineum untuk memeriksa adanya varises, kondiloma, edema, hemoroid,
atau kelainan lainnya.
• Pemeriksaan dalam untuk menilai: serviks, uterus, adneksa, kelenjar bartholin,
kelenjar skene , dan uretra (*bila usia kehamilan <12 minggu)
• Pemeriksaan inspekulo untuk menilai: serviks, tanda-tanda infeksi, dan cairan dari
ostium uteri
Pemeriksaan fisik obstetri pada setiap kunjungan berikutnya:
• Pantau tumbuh kembang janin dengan mengukur tinggi fundus uteri. Sesuaikan
dengan grafik tinggi fundus (jika tersedia), atau lihat gambar berikut:

Mengukur Usia Kehamilan menggunakan Tinggi Fundus Uteri

27
Tinggi fundus uteri yang normal untuk usia kehamilan 20 – 36 minggu dapat
diperikan dengan rumus: (usia kehamilan dalam minggu +2) cm

• Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV:


a. Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terletak di
fundus uteri (dilakukan sejak awal trimester I)
b. Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu (dilakukan
mulai akhir trimester II)
c. Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di bagian bawah uterus
(dilakukan mulai akhir trimester II)
d. Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul
(dilakukan bila usia kehamilan >36 minggu)

Gambar Manuver Leopold


• Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia
kehamilan > 16 minggu)

D. Melakukan Pemeriksaan Penunjang


1. Kunjungan pertama
a. Kadar hemoglobin
b. Golongan darah ABO dan rhesus

28
c. Tes HIV : ditawarkan pada ibu pada daerah epedemis meluas dan terkonsentrasi,
sedangkan pada daerah peidermi rendah ditawarkan pada ibu hamil dengan
Infeksi menular seksual dan TB
d. Rapid test atau apusan darah tebal dan tipi untuk malaria : untuk ibu yang tinggal
di atau memiliki riwayat berpergian ke daerah endemik malaria 2 minggu
terakhir.
2. Sesuai Indikasi
a. Urinalisis (protein urin pada trimester kedua dan ketiga) jika terdapat hipertensi
b. Kadar hemoglobin pada trimester ketiga bila dicurigai anemia
c. Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA): untuk ibu dengan riwayat
defisiensi imun, batuk > 2 minggu atau LILA < 23,5 cm
d. Tes sifilis
e. Gula darah puasa
3. Ultrasonografi (USG)
a. Pada awal kehamilan (idealnya usia kehamilan 15 minggu) untuk menentukan usia
gestasi, viabilitas janin, letak dan jumlah janin, serta deteksi abnormalitas janin berat
b. Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu untuk deteksi anomali
c. Pada trimester ketiga untuk perencanaan persalinan
E. Memberikan Suplemen dan Pencegahan Penyakit
• Beri ibu 60 mg zat besi elemental setelah mual/muntah berkurang dan 400 mikrogram
asam folat 1 x/hari sesegera mungkin selama kehamilan
a. 60 mg besi setara 320 mg sulfas ferosus
b. efek samping umum : gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare,
konstipasi)
c. sebaiknya tidak diminum bersamaan dengan teh atau kopi karena menggangu
penyerapan
d. jika memungkinkan, idealnya asam folat sudah mulai diberikan sejak 2 bulan
sebelum hamil
• Di area dengan asupan kalsium rendah, suplementasi kalsium 1,5-2 g/ hari dianjurkan
untuk pencegahan preeklampsia bagi semua ibu hamil, terutama yang memiliki risiko
tinggi (riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya, diabetes, hipertensi kronik,
penyakit ginjal, penyakit autoimun, atau kehamilan ganda)
• Pemberian 75 mg aspirin tiap hari dianjurkan untuk pencegahan preeklampsia bagi
ibu dengan risiko tinggi, dimulai dari usia kehamilan 20 minggu

29
• Beri ibu vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status imunisasinya. Pemberian imunisasi
pada wanita usia subur atau ibu hamil harus didahului dengan skrining untuk
mengetahui jumlah dosis (dan status) imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah
diperoleh selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval
(selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval minimal antar dosis TT.
a. Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak diketahui dapat
diberikan dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas).

b. Dosis booster mungkin diperlukan bagi ibu yang telah imunisasi. Pemberian
dosisi booster 0,5 ml IM dieseuaikan dengan jumlah vaksinasi yang pernah
diterima.

F. Memberikan Materi konseling, Informasi, dan Edukasi


Pastikan bahwa ibu memahami hal-hal berikut:
• Persiapan persalinan
o Dimana akan melahirkan
o Siapa yang akan membantu dan menemani dalam persalinan
o Kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul permasalahan
o Metode transportasi bila diperlukan rujukan
o Dukungan biaya
• Pentingnya peran suami atau pasangan dan keluarga selama kehamilan dan
persalinan
• Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai
o Sakit kepala lebih dari biasa
o Perdarahan per vaginam
o Gangguan penglihatan

30
o Pembengkakan pada wajah/tangan
o Nyeri abdomen (epigastrium)
o Mual dan muntah berlebihan
o Demam
o Janin tidak bergerak sebanyak biasanya
• Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI eksklusif, dan inisiasi menyus dini
(IMD). Konseling pemberian makanan bayi sebaiknya dimulai denjak kehamilan
usia 12 minggu dan dimantapkan sebelum kehamilan 34 minggu
• Penyakit yang dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin, misalnya hipertensi,
TBC, serta infeksi menular seksual
• Perlunya menghentikan kebiasaan yang berisiko, misalnya merokok dan minum
alcohol
• Program KB terutama penggunaan kontrasepsi pascasalin
• Informasi terkait kekerasan terhadap perempuan
• Kesehatan ibu termasuk kebersihan, aktivitas, dan nutrisi
o Menjaga kebersihan tubu dengan mandi dua kali sehari, mengganti
pakaian dalam yang bersih dan kering, dan membasuh vagina
o Menium cukup cairan
o Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari dari menu
seimbang
o Latihan fisik normal tak berlebih, istirahat bila lelah
o Hubungan suami-istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan
memakai kondom)

31
G. Identifikasi Komplikasi dan Melakukan Rujukan

32
L. Prognosis: Bonam bila ditangai dengan baik
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad sanationam: Bonam
Quo ad functionam: Bonam
M. SKDI
Tingkat Kemampuan 4A: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri
dan tuntas yang dicapai pada saat lulus dokter
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit
tersebut secara mandiri dan tuntas.

II. Fisiologi kehamilan dan Tumbuh kembang janin


Perjalanan kehamilan dapat dibagi menjadi 3 Trimester yaitu :
- Trimester I : Umur kehamilan 0 – 16 minggu
- Trimester II : Umur kehamilan 16 – 28 minggu
- Trimester III : Umur kehamilan 28 – 40 minggu
Perubahan pada Organ-organ Reproduksi
a. Uterus

33
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin.
Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas /
kelenturan uterus.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
1. tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
2. kehamilan 8 minggu : telur bebek
3. kehamilan 12 minggu : telur angsa
4. kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
5. kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
6. kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
7. kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
8. kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
9. 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid

Gambar 1. Proyeksi Pembesaran Abdomen selama Kehamilan.

Ismus uteri, bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan, pada kehamilan
trimester I memanjang dan lebih kuat. Pada kehamilan 16 minggu menjadi satu bagian
dengan korpus, dan pada kehamilan akhir di atas 32 minggu menjadi segmen bawah uterus.
Vaskularisasi sedikit, lapis muskular tipis, mudah ruptur, kontraksi minimal -> berbahaya
jika lemah, dapat ruptur, mengancam nyawa janin dan nyawa ibu. Serviks uteri mengalami
hipervaskularisasi akibat stimulasi estrogen dan perlunakan akibat progesteron (-> tanda
Hegar), warna menjadi livide / kebiruan. Sekresi lendir serviks meningkat pada kehamilan
memberikan gejala keputihan.
b. Vagina / vulva

34
Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh estrogen dan progesteron, warna merah kebiruan
(tanda Chadwick).

Gambar 2. Anatomi Tubuh Perempuan dilihat dari Aspek Lateral.

c. Ovarium: Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi
produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/beristirahat. Tidak
terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus
hormonal menstruasi.
d. Payudara: Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem duktus dan jaringan interstisial
payudara. Hormon laktogenik plasenta (diantaranya somatomammotropin) menyebabkan
hipertrofi dan pertambahan sel-sel asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat
kasein, laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum. Mammae membesar dan
tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah
areola dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu membesar dan menonjol.
(beberapa kepustakaan tidak memasukkan payudara dalam sistem reproduksi wanita yang
dipelajari dalam ginekologi).

35
Gambar 3. Anatomi Payudara dilihat dari Aspek Lateral.
Jaringan dan cairan 10 minggu 20 minggu 30 minggu 40 minggu
Janin 5 300 1500 3400
Plasenta 20 170 430 650

Cairan amnion 30 350 750 800

Uterus 140 320 600 970

Mammae 45 180 360 405

Darah 100 600 1300 1450


Cairan ekstraseluler 0 30 80 1480

Lemak 310 2050 3480 3345

Total 650 4000 8500 12500

Tabel 1. Penambahan Berat Badan selama Kehamilan (Satuan Gram).

Perubahan pada Organ-organ Sistem Lainnya


a. Sistem gastrointestinal: Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan
muntah-muntah, selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung,
konstipasi, lebih sering lapar / perasaan ingin makan terus (mengidam), juga akibat
peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntah-muntah
banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum).
b. Sistem respirasi: Sistem respirasi pada seorang hamil pada kehamilan 32 minggu keatas
umumnya merasakan sesak dan pendek nafas,halini karena usus-usus tertekan oleh uterus yg

36
membesar kearah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak. Kebutuhan
oksigen meningkat sampai 20%, selain itu diafragma juga terdorong ke kranial -> terjadi
hiperventilasi dangkal (20-24x/menit) akibat kompliansi dada (chest compliance) menurun.
Volume tidal meningkat. Volume residu paru (functional residual capacity) menurun.
Kapasitas Melindal menurun.

.
Skema 1. Grafik Sistem Pernapasan Ibu saat Hamil

c. Sistem sirkulasi / kardiovaskular: Perubahan fisiologi pada kehamilan normal, yang terutama
adalah perubahan HEMODINAMIK maternal, meliputi :
- retensi cairan, bertambahnya beban volume dan curah jantung
- anemia relatif
- akibat pengaruh hormon, tahanan perifer vaskular menurun
- tekanan darah arterial menurun
- curah jantung bertambah 30-50%, maksimal akhir trimester I, menetap sampai akhir
kehamilan
- volume darah maternal keseluruhan bertambah sampai 50%
- volume plasma bertambah lebih cepat pada awal kehamilan, kemudian bertambah
secara perlahan sampai akhir kehamilan
Eritropoiesis dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi kebutuhan transport zat
asam yg dibutuhkan sekali dalam kehamilan.meskipun ada peningkatan dalam volume
eritrosit secara keseluruhan ,tetapi penambahan plasma jauh lebih besar sampai 25-45%,
sehingga konsentrasi Hb menjadi lebih rendah (kadar hemoglobin menurun akibat anemia
relatif). Cardiac output meningkat sampai 20-40%. Resistensi perifer juga menurun,
sering tampak sebagai varisces tungkai. Leukosit meningkat sampai 15.000/mm3, akibat
reaksi antigen antiibodi fisiologik yang terjadi pada kehamilan.

Parameter Jumlah perubahan Penentuan waktu


Tekanan darah arteri
37
Sistolik ¯ 4-6 mmHg Semua dasar pada 20-
24 minggu, kemudian
Diastolik ¯ 8-15 mmHg
berangsur-angsur naik
Rata-rata ¯ 6-10 mmHg ke nilai-nilai
prakehamilan pada
masanya.

Frekuensi denyut 12-18 BPM Trimester dua awal


jantung kemudian stabil

Volume stroke 10-30% Trimester dua awal,


kemudian stabil

Curah jantung 33-45% Mencapai puncak pada


trimester dua,
kemudian stabil sampai
masanya

Tabel 3. Perubahan Kardiovaskular dalam kehamilan

d. Traktus urinarius: Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menururn akibat
pengaruh estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat
sampai 60%-150%. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh perbesaran uterus,
menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan
asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.
e. Kulit: Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormon menyebabkan perubahan
berupa hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, linea alba (-> linea
grisea), striae lividae pada perut, dsb.

Gambar 5. Perubahan pada Kulit Ibu selama Kehamilan.

f. Sistem Muskuloskeletal: Akibar pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita


hamil memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca, sacrococcigis, dan
pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas

38
tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap pada wanita hamil dan menimbulkan
perasaan tidak nyaman pada bagian bawah punggung.
g. Metabolisme: Basal metabolic rate meningkat sampai 15% selama pertengahan akhir
kehamilan akibat peningkatan sekresi berbagai hormone selama kehamilan termasuk
tiroksin, korteks adrenal, hormone-hormon kelamin, terjadi juga hipertrofi tiroid.
Kebutuhan karbohidrat meningkat sampai 2300 kal/hari (hamil) dan 2800 kal/hari
(menyusui). Kebutuhan protein 1 g/kgbb/hari untuk menunjang pertumbuhan janin. Kadar
kolesterol plasma meningkat sampai 300 g/100ml. Kebutuhan kalsium, fosfor, magnesium,
cuprum meningkat. Ferrum dibutuhkan sampai kadar 800 mg, untuk pembentukan
hemoglobin tambahan. Khusus untuk metabolisme karbohidrat, pada kehamilan normal,
terjadi kadar glukosa plasma ibu yang lebih rendah secara bermakna karena :
- ambilan glukosa sirkulasi plasenta meningkat,
- produksi glukosa dari hati menurun
- produksi alanin (salah satu prekursor glukoneogenesis) menurun
- aktifitas ekskresi ginjal meningkat
- efek hormon-hormon gestasional (human placental lactogen, hormon2 plasenta
lainnya, hormon2 ovarium, hipofisis, pankreas, adrenal, growth factors, dsb).
Selain itu terjadi juga perubahan metabolisme lemak dan asam amino. Terjadi juga
peningkatan aktifitas enzim-enzim metabolisme pada umumnya.
Pada kehamilan 32 minggu BMR meningkat 15-20%,fundus uteri terletak diantara pusat dan
prosesus xipoideus. Volume darah ibu mencapai puncaknya penambahan 25 % dari volume
darah ibu tidak mengandung dan CO meninggi kira2 30%.
Tumbuh Kembang Janin

Usia gestasi Organ

6 Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-


jari telah berbentuk, namun masih tergenggam. Jantung telah
terbentuk penuh.

7 Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah.

8 Mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genitalia eksterna.


Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.

9 Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk ‘muka’ janin;


kelopak mata terbentuk namun tak akan membuka sampai 28
minggu.

39
13-16 Janin berukurang 15 cm. Ini merupakan awal dari trimester ke-
2. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo
(rambut janin). Janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan
menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium (feses) dalam
usus. Jantung berdenyut 120 – 150/menit.

17-24 Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh
diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai
refleks.

25-28 Saat ini disebut permulaan trimester ke-3, di mana terdapat


perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan
gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah membuka.
Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.

29-32 Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50 – 70%).
Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah reguler,
suhu relatif stabil.

33-36 Berat janin 1500 – 2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai
berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan
dapat hidup tanpa kesulitan.

38-40 Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, di mana bayi akan


meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi
masih dalam batas normal.

40
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin, Wahyuddin. 2004. Studi Kasus Kontrol Ibu Anemia. 2007 Jurnal Medical UNHAS

Cunningham dan Garry F. Obstetri Williams Edisi 21 Vol 2 [Hartono et al., trans]. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2001.

KementerianKesehatan RI dan WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta :KementerianKesehatan RI. 2013 (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013).

Mochtar R. 2007. ObstetriPatologi. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo

Wiranti H. Anemia Defisiensi Besi (Fe) Pada Kehamilan. Departemen Obstetri Dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Moehammad Hoesin Palembang;
2006

41

Anda mungkin juga menyukai