Anda di halaman 1dari 18

 Home

 Posts RSS
 Comments RSS
 Edit

dez's blog
just another place 2 share...

Sunday, March 8, 2009


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS

Mar 08
Posted by delicious _ DeZ
Labels: Asuhan Keperawatan

1. Pengertian

Diabetes melitus adalah gejala-gejala atau sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara suplai insulin dengan kebutuhan tubuh.(M.black 1997).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol, yang dikarekteristikkan dengan hiperglikemi karena defisiensi insulin.(Barbara
Engram,1996).

Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah
atau hiperglikemia.(Suzanne C, Smeltzer, 1997).

Diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan menurunnya kadar gula didalam sel
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan kebutuhan
tubuh.(Polaski,1996).

Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa diabetes melitus adalah suatu
penyakit atau sindroma yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan kebutuhan
tubuh.

2. Patofisiologi

a. Etiologi
1) Kelainan fungsi dan jumlah sel beta

Kelainan disini dimana fungsi dan jumlah sel beta yang menurun sehingga insulin tidak dapat
diproduksi secara optimal.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini meliputi diet, obesitas, kehamilan.

3) Herediter

b. Manifestasi Klinik

Gejala utama yang sering dijumpai pada diabetes melitus adalah :

1) Poliuri

2) Polidipsi

3) Badan terasa lemas.

4) Penurunan berat badan

5) Baal dan kesemutan pada ekstemitas bawah

6) Gatal-gatal

7) Luka yang sukar sembuh

8) Pandangan kabur

9) Impotensi dan asidosis metabolik

c. Proses Penyakit

Proses perjalanan penyakit diabetes melitus diawali dengan defisiensi insulin sehingga fungsi
untuk menghantarkan gula darah dari ektra sel ke intra sel menjadi tidak adekuat. Hal ini
menyebabkan sel kelaparan dan menimbulkan rasa lapar yang berlebihan atau yang disebut
dengan polipagi.

Untuk memenuhi kebutuhan energi dalam tubuh maka hati/hepar akan membakar lemak
(lipolisis) dan protein yang nantinya menghasilkan benda keton (ketogenesis) didalam darah
(ketonemia), bila tidak diatasi akan mengakibatkan ketosis yang pada akhirnya menimbulkan
asidosis metabolik.

Defisiensi insulin juga menimbulkan peningkatan glukosa didalam darah (hioperglikemi), hal ini
menimbulkan kekakuan pada pembuluh darah sehingga menghambat difusi nutrisi dan oksigen
ke sel. Selain itu hiperglikemia juga dapat menimbulkan glukosuria atau terdapatnya glukosa
didalam urine yang dikarenakan ketidakmampuan daya tampung ginjal sehingga cairan dan
elektrolit didalam sel akan berpindah ke ekstra sel yang pada akhirnya sel mengalami dehidrasi
dan ketidakseimbangan cairan dan elektrrolit. Paa tahap dehidrasi terjadi hiperosmolaritas yang
akhirnya tubuh memberi respon rasa haus (polidipsi).

d. Klasifikasi

1) Tipe I : IDDM (Insulin Dependend Diabetes Melitus)

IDDM merupakan tipe DM yang tergantung pada insulin karena tidak adanya produksi insulin di
dalam tubuh. Biasanya disebabkan oleh kerusakan pankreas akibat dari genetik, infeksi dan
respon autoimun.

2) Tipe II : NIDDM (Non Insulin Dependend Diabetes Melitus)

NIDDM merupakan tipe DM yang tidak tergantung pada insulin karena tubuh masih dapat
menghasilkan insulin dalam jumlah yang sedikit. Karakteristik untuk diabetes melitus tipe II
adalah biasa disebut dengan Adult diabetes, usia serangan biasanya setelah usia 30 tahun keatas,
tipe serangan atau muncul gejala tersembunyi, produksi insulin kurang dari normal, normal atau
lebih, insiden sekitar 85 – 90 %, kemungkinan terjadi ketosis minimal, insulin diperlukan pada
20 –30 % pasien, biasanya karena kegemukan dan herediter, penatalaksanaan dengan pengaturan
diet, olahraga, OHO, dan atau insulin.

e. Komplikasi

Adapun komplikasi yang terjadi pada klien dibetes melitus adalah :

1) Komplikasi akut

a) Hipoglikemia

Suatu keadaan dimana kadar gula darah <>

b) Hiperglikemia

Suatu keadaan dimana kadar gula darah > 120 mg/dl, hal ini disebabkan asupan nutrisi yang
berlebihan.

c) Ketoasidosis
Keadaan dimana terjadi peningkatan keasaman tubuh oleh keton.

2) Komplikasi kronik

a) Penyakit makrovaskuler, mempengaruhi pembuluh darah koroner, vaskularisasi perifer dan


sirkulasi serebrovaskuler,misalnya makroangiopati pada pembuluh darah perifer sehingga bila
luka sukar sembuh, hipertensi akibat peningkatan viskositas dan penurunan elastisitas pembuluh
darah.

b) Penyakit mikrovaskuler, mikro angiopati pada mata menyebabkan retinopathy, pada ginjal
menyebabkan nefropathy dan bila berlanjut menyebabkan gagal ginjal

c) Penyakit neuropati syaraf sensori motorik otonum serta mengakibatkan timbulnya impotensi ,
baal atau kesemutan.

3. Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama pengobatan adalah untuk menormalkan atau mengontrol kadar gula didalam darah,
meliputi 5 komponen yaitu :

a. Diet

Diet untuk mengotrol berat badan adalah dasar dalam pelaksanaan pengontrolan gula darah pada
penyakit DM.

1) Intake Kalori

Langkah awal dengan menentukan kebutuhan kalori dasar dengan mempertimbangkan usia, jenis
kelamin dan berat badan.

2) Distribusi kalori

Pemberian kalori difokuskan pada jumlah harian dari karbohidrat, protein dan lemak.

b. Exercise

Latihan fisik dapat mempermudah transportasi glukosa kedalam sel karena kerja insulin
meningkat dan menurunkan kadar gula dalam darah.

c. Monitor kadar gula darah

d. Pengobatan
Pengobatan pada tipe I (IDDM) hanya dengan menambah insulin dari luar karena tubuh gagal
memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup. Pada tipe II (NIDDM) dilakukan dengan
pemberian obat untuk jangka panjang atau pendek, pengaturan diet serta pemberian insulin.

e. Pendidikan kesehatan

Informasi yang harus disampaikan yaitu meliputi pengertian DM, penyebab, tanda dan gejala,
akibat lanjut, pengobatan serta perawatan.

4. Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data sekaligus sebagai
tahap awal dari proses keperawatan. Cara yang digunakan dalam pengkajian yaitu : wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:

a. Identitas pasien

b. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan dan kegemukan

c. Riwayat kesehatan sekarang

1) Subyektif : Keluhan 3 P (polipagi, polidipsi, dan poliuri, riwayat pengobatan, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyakit infeksi pankreatitis), stres, intake makanan yang berlebihan.

2) Kardiovaskuler : pusing, palpitasi, perubahan tekanan darah dan nadi.

3) Status mental : cemas, takut, gelisah

4) Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman napas, napas berbau keton.

5) Integumen : perubahan turgor kulit, suhu dan warna kulit

6) Gastrointestinal : polipagi, polidipsi, mual, muntah dan penurunan berat badan.

7) Metabolik : peningkatan kadar gula darah

8) Perkemihan : poliuri, glukosuria

9) Neuromuskulair : tremor, sakit kepala, lemas, gangguan pengelihatan, perubahan tingkat


kesadaran, kekakuan otot/baal.
10) Status cairan : intake output, turgor kulit, kelembaban mukosa.

11) Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah,rasa baal da kesemutan.

d. Tes diagnostik.

1) Serum elektrolit ( Na,k,CL)

2) Glukosa darah meningkat

3) BUN (Blood Ureum Nitrogen) dan creatinin : untuk mengetahui kondisi ginjal.

4) Ph dan PCO2 : mengetahui adanya diabetik ketoasidosis.

II. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status kesehatan, diagnosa yang sering
muncul pada pasien dengan diabetes melitus menurut Doengoes 1999 adalah :

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,
anoreksia.

b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik, poliuri, intake
inadekuat.

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisiensi insulin

d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

e. Resiko infeksi / penyebaran berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan peningkatan kadar
glukosa, adanya ulkus.

f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi.

III. Perencanaan

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,
anoreksia.

Tujuan : Nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Mual berkuarng, tidak ada muntah, nafsu makan baik, terjadi peningkatan berat
badan, tidak ada polipagi, kojungtiva ananemis, gula darah dalam batas normal, tidak ditemukan
tanda-tanda hipoglikemi.
Intervensi :

1) Kaji intake makanan yang masuk,

R/ mengetahui keadekuatan intake nutrisi

2) Timbang BB secara rutin,

R/ mengidentifikasi adanya penurunan BB terkait dengan intake nutrisi

3) Monitor kadar gula darah,

R/ mengetahui penurunan atau peningkatan kadar gula darah akibat penggantian cairan atau
terapi insulin

4) Observasi tanda-tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, nadi cepat, sakit kepala,
gemetar),

R/ karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi( gula darah akan berkurang, dan sementara
tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi)

5) Libatkan keluarga dalam memotivasi klien untuk mau makan

R/ meningkatkan rasa keterlibatannya ; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami


kebutuhan nutrisi klien.

6) Kolaborasi dalam pemberian antiemetik dan pemeriksaan gula darah.

R/ anti emetik berfungsi untuk menghilangkan rasa mual.

b. Gangguan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik, poliuri, intake inadekuat.

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil : Turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, tidak ada poli uri, polipagi dan
polidipsi, tanda-tanda vital dalam batas normal, kebutuhan cairan terpenuhi, kesadaran
komposmentis, serum elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1) Observasi status cairan,

R/ mengetahui kondisi cairan dalam tubuh dan memperkirakan kekurangan volume total
2) Observasi tanda- tanda vital tiap 4 jam,

R/ hipovolemik dapat dimanifestasikan dengan hipotensi dan tachicardi

3) Kaji adanya perubahan mental/sensori,

R/ perubahan mental dapat berhubungan dengan glukosa yang tinggi atau rendah, elektrolit yang
abnormal, asidosis, penurunan perfusi cerebral dan hipoksia

4) Ukur intake dan output

R/ memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari
terapi yang diberikan

5) Ukur berat badan tiap hari

R/ memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dlam memberikan cairan pengganti.

6) Kaji pengisian kapiler, turgor kulit dan , membran mukosa.

R/ merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.

7) Pantau pemeriksaan lab seperti Ht, Na, Kalium, CL, BUN, creatinin,

R/mengkaji tingkat hidrasi dan adanya kerusakan fungsi ginjal

8) Pertahankan jumlah intake cairan sesuai dengan berat badan.

R/ mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan defisiensi insulin

Tujuan : Persepsi sensori baik

Kriteria hasil : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, tanda-tanda vital dalam batas
normal, adanya respon sensori yang baik serta mengenali lingkungan.

Intervensi :

1) Kaji tanda-tanda vital, kaji ststus mental.

R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang menigkat dapat
mempengaruhi fungsi mental.
2) Kaji adanya kehilangan sensori kaki seperti kesemutan atau baal,

R/ neuropati perifer dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang berat , kehilangan sensasi
sentuhan atau distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan
keseimbangan.

3) Kaji lapang pandang klien.

R/ retinopati dapat menggangu pengelihathan yang memerlukan terapi korektif

4) Bantu klien dalam ambulasi,

R/ meningkatkan keamanan klien terutama ketika rasa keseimbangan dipengaruhi

5) Pantau nilai laboratorium seperti Hb,Ht, Gula darah, creatinin.

R/ Ketidakseimbangan nilai laboratorium ini dapadt menurunkan status mental.

d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : Tidak terdapat kelemahan fisik

Kriteria hasil : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, Tanda-tanda vital dalam batas
normal, tidak ada kelemahan, dapat melakukan aktivitas secara mandiri, gula darah dalam batas
normal

Intervensi :

1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas klien

R/ mengetahui kemampuan klien dalam beraktifitas terkait dengan jenis bantuan yang diberikan

2) Support aktivitas klien secara aktif dan pasif dengan melibatkan keluiarga

R/ Keterlibatan keluarga dalam memotivasi klien dapat membantu klien untuk meningkatkan
rasa percaya diri

3) Observasi tanda-tanda vital sebelum dan seseudah beraktifitas

R/ mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis

4) Memberikan bantuan sesuai kebutuhan

R/ membantu memandirikan klien


e. Resiko infeksi berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan peningkatan kadar glukosa.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ditemukan tanda-tanda infeksi,
leukosit dalam batas normal.

Intervensi :

1) Observasi tanda-tanda vital

R/ adanya proses infeksi akan berpengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi

2) Kaji tanda- tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka

R/ adanya tanda infeksi yang terdeteksi lebih dini dapat menghindarkan proses penyebaran
infeksi

3) Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif

R/ kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
mikroorganisme

4) Kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotika dan pemeriksaan laboratorium

R/ penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis

f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan : Pengetahuan klien bertambah

Kriteria hasil : Klien dapat mengetahui tentang penyakitnya serta cara pengobatan dan
perawatan, klien dapat berprilaku sehat dan berpartisipasi dalam pengobatan

Intervensi :

1) Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan klien tentang DM

R/ mengetahui sejauh mana informasi yang telah didapat klien terkait dengan jenis penyuluhan
yang akan diberikan dan metodee penyuluhan

2) Berikan penkes tentang : pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat lanjut pengobatan dan
diet yang ditentukan
R/ memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang penyakit DM dan ppengaturan diet
dan diharapkan akan terjadi perubahan perilaku

3) Libatkan keluarga dalam perawatan klien

R/ Keterlibatan keluarga akan memotivasi klien

4) Tanyakan hal yang belum dimengerti

R/ mengevaluasi hasil penyuluhan

5) Beri reinforcement positif atas jawaban klien yang sesuai

R/ meningkatkan harga diri

I V. Evaluasi

a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin,
anoreksia teratasi dengan tidak ditemukannya mual, muntah, polipagi.

b. Gangguan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
diuresis osmotik, poliuri teratasi dengan tidak ditemukan adanya poliuri, tanda-tanda dehidrasi
tidak ditemukan, TTV dalam batas normal.

c. Perubahan persepsi sensori teratasi.

d. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi.

e. Resiko infeksi / penyebaran berhubungan dengan perubahan sirkulasi tidak terjadi, adanya
ulkus.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi teratasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES MELLITUS

• Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

• Klasifikasi

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)


2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

• Etiologi

1. Diabetes tipe I:

• Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.

• Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.

• Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.

1. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :
• Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

• Obesitas

• Riwayat keluarga

Tanda dan Gejala

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM lansia umumnya
tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah
adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim.

PATWAYS
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah
:

• Katarak

• Glaukoma

• Retinopati

• Gatal seluruh badan

• Pruritus Vulvae
• Infeksi bakteri kulit

• Infeksi jamur di kulit

• Dermatopati

• Neuropati perifer

• Neuropati viseral

• Amiotropi

• Ulkus Neurotropik

• Penyakit ginjal

• Penyakit pembuluh darah perifer

• Penyakit koroner

• Penyakit pembuluh darah otak

• Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan
dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin.
Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi
adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium
lanjut.

Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia
lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang
tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan
gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia,
dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar,
menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.

Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan
koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

• Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah sewaktu


2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar glukosa darah sewaktu

• Plasma vena

• Darah kapiler < 100 100-200 >200

Kadar glukosa darah puasa <80 80-200 >200

• Plasma vena

• Darah kapiler

<110 110-120 >126

<90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

• Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

• Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

• Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

• Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

• Diet

• Latihan

• Pemantauan
• Terapi (jika diperlukan)

• Pendidikan

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai