PENDAHULUAN
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI
2011). Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan utama pada balita di Indonesia dan
juga merupakan masalah kesehatan paling banyak terjadi pada balita (Sukut, 2015). Feses
dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyerta dapat berupa mual,
muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam, dan tanda-tanda dehidrasi
(Simadibrata, 2012).
Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa.
Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) tahun
2010, diare menempati urutan ke 6 frekuensi KLB terbanyak setelah DBD, Chikungunya,
Keracunan makanan, Difteri dan Campak (Buletin Diare, 2011).
Hasil survei morbiditas diare nasional, angka kesakitan diare pada semua kelompok umur
tahun 2013 sebesar 214 per 1.000 penduduk. Angka kesakitan (Insidens Rate) diare untuk
semua kelompok umur di Provinsi Lampung dari tahun 2005 – 2014 cenderung meningkat,
1
yaitu dari 9,8 per 1000 penduduk menjadi 21,4 per 1000 penduduk tahun 2013 (Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung, 2015).
Selain itu diare juga berdampak pada status ekonomi di negara berkembang. Hal ini
disebabkan oleh penderita diare dirawat di rumah sakit diberikan cairan intravena yang
mahal dan obat-obatan yang tidak efektif. Diare pada orang dewasa juga mempengaruhi
ekonomi negara karena terjadi penurunan derajat kesehatan tenaga kerja (Departemen
Kesehatan RI, 2011).
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi
(disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan
ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan
(Buku Saku Lintas Diare, 2011).
Puskesmas sebagai unit fungsional terkecil dan merupakan lini terdepan pelayanan
memegang peranan penting dalam penanganan diare di masyarakat. Program
Pemberantasan Diare (P2 Diare) yang termasuk ke dalam salah satu dari Program
Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) telah menjadi prioritas bagi Departemen
Kesehatan RI (Departemen Kesehatan RI, 2011). Dukungan pemerintah terhadap
pemberantasan diare ini juga terdapat pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten atau kota (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Puskesmas Tanjung Sari merupakan salah satu puskesmas yang rutin melaksanakan
kegiatan P2 Diare, namun program ini belum mencapai target 100%. Menurut data dari
puskesmas Tanjung Sari, angka kejadian diare yang terjadi di wilayah kerja puskesmas
Tanjung Sari ini pada tahun 2017 adalah .............. kasus dari target 6138 kasus.
Dengan terlaksananya program ini diharapkan puskesmas dapat melakukan berbagai upaya
pencegahan melalui penemuan dan penanganan kasus diare secara baik sehingga pada
akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat diare.
2
1.2. Perumusan Masalah
1. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun masalah yang
ditemukan pada sub program penemuan dan penanganan penyakit diare adalah:
- Masih banyak ditemukannya angka kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas
Tanjung Sari
- Belum tercapainya target penemuan kasus dan penanganan diare pada program
pemberantasan diare yaitu 100%.
1.3. Tujuan
a. Tujuan umum
Melakukan evaluasi sub program penemuan dan penanganan diare di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Sari periode Januari-Desember 2017 yang bertujuan untuk
meningkatkan keberhasilan program tersebut pada tahun-tahun berikutnya.
b. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya pencapaian-pencapaian dari sub program upaya P2M dari program
Penemuan dan penanganan penyakit diare di Puskesmas Tanjung Sari.
2) Diketahuinya kemungkinan penyebab masalah dalam pelaksanaan program
Penemuan dan penanganan penyakit diare di Puskesmas Tanjung Sari.
3) Dirumuskannya alternatif pemecahan masalah bagi pelaksanaan program Penemuan
dan penanganan penyakit diare di Puskesmas Tanjung Sari.
1.4. Manfaat
a. Bagi penulis (evaluator)
1) Memperdalam ilmu kedokteran komunitas mengenai evaluasi pelaksanaan program
Penemuan dan penanganan penyakit diare.
2) Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
3
3) Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya
program kesehatan.
4) Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah
yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
c. Bagi masyarakat
Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya bagi yang beresiko terjangkit
penyakit diare dalam meningkatkan angka penemuan dan penanganan diare di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Sari.