Anda di halaman 1dari 13

8

BAB II
KONSEP LAKTASI
A. Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian
integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi
bertujuan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan
pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak
mendapat kekebalan tubuh secara alami (Ambarwati, 2010).
Laktasi atau menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Laktasi
atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu produksi (pembuatan) dan
pengeluaran ASI (Ariani, 2010).
Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan
makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan
psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu(ASI) merupakan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonatus (Nugroho, 2011). ASI yang
dihasilkan memiliki komponen yang tidak sama, dengan terjadinya kehamilan
pada wanita akan berdampak pada pertumbuhan payudara dan proses
pembentukan air susu (Laktasi).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI di produksi
sampai bayi manghisap dan menelan (Prasetyono, 2009). Komponen yang
terkandung didalam ASI sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan
perlindungan pertama terhadap infeksi. Proses pembentukan air susu
merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan hipotalamus, dan
payudara yang telah dimulai saat fetus sampai pada paska persalinan.

B. Anatomi Payudara
Payudara terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara
sternum dan axila yang melebar dari kira-kira iga ke dua atau ketiga sampai ke
iga keenam atau ketujuh. Anatomi payudara yang terletak pada hemithorax
kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar :
a. Superior : iga II atau III
b. Inferior : iga IV atau VI
c. Medial : pinggir sternum
9

d. Lateral : garis aksilaris anterior


2. Batas - batas payudara yang sesungguhnya :
a. Superior : hampir sampai klavikula
b. Medial : garis tengah
c. Lateral : M. Latissimus Dorsi

Bentuk payudara cembung kedepan dengan puting ditengahnya, yang


terdiri atas kulit, jaringan erektil, dan berwarna tua. Payudara berdiameter 10-
12 cm dan berat 200 gram (saat tidak hamil atau menyusui). Konstituen utama
payudara adalah sel kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan lemak dan
jaringan ikat dalam jumlah bervariasi. Secara makroskopik ada tiga bagian
umum payudara, yaitu :
Gambar 2.1
Payudara tampak depan

Keterangan :
a. Korpus (badan)
b. Areola
c. Papilla (putting)

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar


2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah yang merupakan daerah
lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi.
Ukurannya bermacam-macam dengan diameter 2,5 cm. Areola berwarna
merah muda pada wanita yang berkulit coklat dan warna tersebut menjadi
gelap pada waktu hamil. Puting susu dan areola disusun oleh urat otot
yang lembut dan merupakan sebuah jaringan tebal berupa urat saraf yang
berada di ujungnya. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang
dihasilkan oleh kelenjar montgomery yang berbentuk gelombang-
gelombang naik dan sensitif terhadap siklus menstruasi seorang wanita.
Fungsi kelenjar montgomery adalah untuk melindungi dan meminyaki
puting susu selama menyusui.
3. Papilla atau putting, yaitu bagian yang menonjol di puncak areola
payudara dengan panjang ± 6 mm. Papilla tersusun atas jaringan erektil
berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Papilla terletak di
10

pusat areola mammae setinggi iga keempat, serta mempunyai warna dan
tekstur yang berbeda dari kulit disekelilingnya. Warnanya bermacam –
macam dari merah muda pucat sampai hitam dan gelap selama masa
kehamilan dan menyususi. Teksturnya dapat bermacam-macam antara
sangat halus sampai berkerut dan bergelombang. Puting susu biasanya
menonjol keluar dari permukaan payudara. Ada empat macam bentuk
puting yaitu bentuk norman/umum, pendek/datar, panjang, dan
terbenam/terbalik (infertid) namun, bentuk–bentuk puting ini tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi, karena bayi menyusu pada payudara ibu
bukan pada puting. Dalam proses laktasi yang penting adalah puting susu
dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan ke dalam mulut
bayi. Kadang dapat terjadi pada puting normal, tetapi bayi tidak dapat
menyusu dengan baik. Pada papilla dan areola terdapat saraf raba yang
sangat penting untuk reflek menyusu. Bila puting dihisap, terjadilah
rangsangan saraf yang diteruskan ke kenjar hipofisis yang kemudian
merangsang produksi dan pengeluaran ASI.
Gambar 2. 2. Putting

Sumber (Perinisia, 2011)


Secara mikroskopis setiap payudara terdiri dari 15 – 20 lobus dari
jaringan kelenjar. Banyaknya jaringan lemak pada payudara bergantung pada
faktor, termasuk usia, persentase lemak tubuh, dan keturunan. Struktur di
dalamnya menyerupai segmen buah anggur atau buah jeruk yang dibelah.
Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang diseut alveoli atau acini.
1. Alveoli
Alveoli adalah bagian yang mengandung sel-sel yang menyekresi air susu.
Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu yang disebut
acini. Acini mengsekresi faktor-faktor dari darah yang penting untuk
pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel miopel
yang kadang disebut sel keranjang (basket cell) atau sel laba – laba (spider
11

cell). Apabila sel ini dirangsang oleh oksitosin, maka akan berkontraksi
sehingga mengalirkan air susu ke dalam duktus laktifer.
2. Tubulus Laktifer Merupakan saluran kecil yang berhubungan dengan
alveoli.
3. Duktus Laktifer
Merupakan saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
laktifer. Lanjutan masing-masing duktus laktifer meluas dari ampulla
sampai muara papilla mammae.
4. Ampulla
Bagian dari duktus lakifer yang melebar dan merupakan tempat
menyimpan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.

Selain bagian-bagian di atas, ada bagian-bagian lain yang berperan pada


payudara, di antaranya sebagai berikut :
1. Vaskularisasi
Suplai darah (vaskularisasi) ke payudara berasal dari arteria mammaria
interna, arteria mammaria eksterna, dan arteria-arteria intercostalis
superior. Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai dan akan
masuk ke dalam vena mammaria interna dan vena aksilaris.

2. Drainase Limfatik
Drainase limfatik terutama ke dalam kelenjar aksilaris yang sebagian akan
dialirkan ke dalam fissura portae hepar dan kelenjar mediasanum.
Pembuluh limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama
lain.
3. Persarafan
Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormon. Pada kulit
terdapat cabang-cabang nervus thoracalis. Selain itu, terdapat sejumlah
saraf simpatis, terutama di sekitar areola dan papilla mammae.
Gambar 2.3
Struktur mikroskopis payudara
12

Sumber : (Astutik, 2009)

C. Fisiologi laktasi
Menurut Dewi (2011), laktasi atau proses menyusui merupakan suatu
interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan
beberapa jenis hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Pembentukan kelenjar payudara
a. Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktus
yang baru, percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon
plasenta dan korpus luteum. Hormon yang ikut membantu
mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta,
karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon
paratoroid, hormon pertumbuhan.
b. Pada 3 bulan kehamilan
Prolaktin dari adenohipofise/hipofise anterior mulai merangsang
kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut
kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat
oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat
hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
c. Pada trimester kedua kehamilan
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum.
Keaktifan dari rangsangan hormon terhadap pengeluaran air susu
telah didemontrasikan kebenaranya bahwa seorang Ibu yang
13

melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap


keluar kolostrum.

2. Pembentukan ASI
a. Proses pembentukan laktogen
1) Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki
fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum,
yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat
progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi
bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan
kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi
sedikit atau banyaknya produksi ASI setelah melahirkan nanti.
2) Laktogenesis II
Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya
tingkat hormon progesteron, estrogen, dan human placental
lactogen (HPL) secara tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap
tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang
dikenal dengan fase Laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah
meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian
kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian.
Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli
untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu
sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam
susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar
pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga
terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum
diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses
14

laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi


biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73
jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI
sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan. Kolostrum
dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum
mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI
sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A
(IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan
mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi
makanan. Dalam dua minggu pertama setelah melahirkan,
kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya
3) Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI
selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI
banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan
banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara
dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf
produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi
seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga
seberapa sering payudara dikosongkan.
Gambar 2. 4
Laktogenesis
15

Sumber : (petinisia, 2011)

b. Produksi ASI
Pada proses laktasi tedapat 2 refleks yang berperan yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting
karena isapan bayi.
1) Refleks prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi
korpus luteum maka estrogen dan progesteron menjadi berkurang.
isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara,
karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik. Isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang
payudara, karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus
malalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin
16

pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah


melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak
akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun
pengeluaran ASI tetap berlangsung. Produksi hormon prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti anastesi, operasi, stress atau
pengaruh psikis, hubungan seks, rangsangan puting susu.
Sedangkan keadaan yang menghambat pengeluaran hormon
prolaktin adalah gizi ibu yang jelek serta penggunaan obat-obatan
(KB).
2) Refleks aliran (let down refleks)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke
hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui
aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan
kontraksi. Kontaraksi dari sel akan memeras air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan
selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut
bayi.
Faktor yang meningkatkan let down refleks adalah; melihat
bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk
menyusui bayi. Sedangkan faktor yang menghambat refleks let
down adalah keadaan bingung / pikiran kacau, takut dan cemas.

3. Pengeluaran ASI
Apabila bayi disusui maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria
posterior sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel
miopitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
alam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengarui oleh
17

isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus
melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

D. Manajemen laktasi
1. Pengertian manajemen laktasi
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan
untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya.
Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap,yaitu pada masa
kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah
sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak
berumur 2 tahun(postnatal) (Perinasia, 2007, p.1).
Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu,
ayah dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono,
2009). Ruang lingkup manajemen laktasi dimulai pada masa
kehamilan,setelah persalinan,dan masa menyusui bayi.

2. Periode Manajemen laktasi


a. Masa kehamilan (Antenatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam menejemen laktasi sebelum
kelahiran adalah :
1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASi, manfaat
menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negative pemberian
susu formula.
2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi
puting payudara,dan memantau kenaikan berat badan saat hamil.
3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6
bulan hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu
mampu memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi
kebutuhan bayi.
4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan
tambahan sejak kehamilan trimester ke-2.makanan tambahan saat
hamil sebanyak 1 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum
hamil (Prasetyono, 2009).
b. Masa Persalinan (Perinatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat kelahiran
adalah :
18

1) Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam


kehidupan bayi selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan
benar baik posisi maupun cara melekatkan bayi pada payudara
ibu.
2) Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar
menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam
waktu 2 minggu setelah melahirkan (Prasetyono, 2009).
c. Masa Menyusui (Postnatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah
kelahiran adalah:
1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama
kelahiran,ibu harus menyusui bayi secara eksklusif selama 4
bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi hanya di beri
ASI tanpa makanan tambahan.
2) Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa
menyusui agar bayi tumbuh sehat.
3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan
menenangkan pikiran serta menghindarkan diri dari kelelahan
yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk
posyandu atau puskesmas). Bila ada masalah dalam proses
menyusui.
5) Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada bayi
usia 4 bulan (Prasetyono, 2009).

3. Manfaat menyusui
Jika seorang ibu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya, hal ini
dapat menguntungkan baik bagi bayinya maupun ibu, antara lain:
a. Manfaat ASI bagi bayi:
1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat
anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit.
3) Melindungi anak dari serangan alergi
4) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan
otak sehingga bayi lebih pandai.
19

5) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara.


6) Membantu pembentukan rahang yang bagus.
7) Menunjang perkembangan motorik sehiingga bayi akan cepat bias
berjalan (Roesli, 2005).
b. Manfaat ASI bagi ibu:
1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
2) Mengurangi terjadinya anemia
3) Menjarangkan kehamilan
4) Mengecilkan rahim
5) Ibu lebih cepat mengalami penurunan berat badan
6) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
7) Lebih ekonomis dan murah
8) Tidak merepotkan dan hemat waktu
9) Lebih praktis dan portable
10) Memberi kepuasan bagi ibu tersendiri (Roesli, 2005) .
c. Manfaat ASI bagi Lingkungan:
1) Mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia
2) Tidak menambah polusi udara karena pabrik-pabrik yang
mengeluarkan asap.
d. Manfaat ASI bagi Negara:
1) Penghemat devisa untuk membeli susu formula dan perlengkapan
menyusui
2) Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-
muntah,mencret dan sakit saluran nafas
3) Penghematan obat-obatan,tenaga dan sarana kesehatan.
4) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan
berkualitas untuk membangun Negara.
e. Manfaat ASI bagi keluarga
1) Aspek ekonomi: ASi tidak perlu dibeli dan membuat bayi jarang
sakit sehingga dapat mengurangi biaya berobat
2) Aspek psikologis: menjarangkan kelahiran,dan mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
3) Aspek kemudahan : Sangat praktis sehingga dapat di berikan
dimana saja dan kapan saja dan tidak merepotkan orang lain.
20

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendikia Offset.
Biancuzzo, M. 2003. Breastfeeding The Newborn: Clinical Strategies For Nurses.
St. Louis: Mosby
Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD, 1995. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4, Maria A Wijayarti dan Peter
Anugerah (Penterjemah). 2005. Jakarta:EGC
Budiasih, K, S. 2008. Handbook Ibu Menyusui. Bandung: Hayati Qualita
Budiharjo, N.S.D. 2003. Masalah-Masalah dalam Menyusui. Jakarta:
Perkumpulan Perinatologi Indonesia
Budiman, dkk. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Chumbley, Jane. 2003. Breastfeeding. London; Octopus Publishing
Cunningham, Mac Donald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Edisi ke-18. Jakarta:
EGC
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2013. Profil Kesehatan Angka Tahun
2013. Ungaran : Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang
Endah, Nur. 2010. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolstrum
Pada Ibu Post Partum. Cimahi: Stikes Jenderal A. Yani
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC
Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Johnson, Ruth. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Kholid, Ahmad. 2014. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media, dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Marmi. 2012. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Perinasia. 2010. Program Manajemen Laktasi. Jakarta: Bina Rupa Aksar
Prasetyo, DS. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda
Suherni, dkk. 2007.perawatan Masa Nifas. Jakarta:Fitramaya
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: C.V Andi Offset
Suradi Rulina dkk. 2004. Manajemen Laktasi, Edisi Kedua, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai