BAB II
KONSEP LAKTASI
A. Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian
integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi
bertujuan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan
pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak
mendapat kekebalan tubuh secara alami (Ambarwati, 2010).
Laktasi atau menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Laktasi
atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu produksi (pembuatan) dan
pengeluaran ASI (Ariani, 2010).
Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan
makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan
psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu(ASI) merupakan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonatus (Nugroho, 2011). ASI yang
dihasilkan memiliki komponen yang tidak sama, dengan terjadinya kehamilan
pada wanita akan berdampak pada pertumbuhan payudara dan proses
pembentukan air susu (Laktasi).
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui, mulai dari ASI di produksi
sampai bayi manghisap dan menelan (Prasetyono, 2009). Komponen yang
terkandung didalam ASI sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan
perlindungan pertama terhadap infeksi. Proses pembentukan air susu
merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan hipotalamus, dan
payudara yang telah dimulai saat fetus sampai pada paska persalinan.
B. Anatomi Payudara
Payudara terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara
sternum dan axila yang melebar dari kira-kira iga ke dua atau ketiga sampai ke
iga keenam atau ketujuh. Anatomi payudara yang terletak pada hemithorax
kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar :
a. Superior : iga II atau III
b. Inferior : iga IV atau VI
c. Medial : pinggir sternum
9
Keterangan :
a. Korpus (badan)
b. Areola
c. Papilla (putting)
pusat areola mammae setinggi iga keempat, serta mempunyai warna dan
tekstur yang berbeda dari kulit disekelilingnya. Warnanya bermacam –
macam dari merah muda pucat sampai hitam dan gelap selama masa
kehamilan dan menyususi. Teksturnya dapat bermacam-macam antara
sangat halus sampai berkerut dan bergelombang. Puting susu biasanya
menonjol keluar dari permukaan payudara. Ada empat macam bentuk
puting yaitu bentuk norman/umum, pendek/datar, panjang, dan
terbenam/terbalik (infertid) namun, bentuk–bentuk puting ini tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi, karena bayi menyusu pada payudara ibu
bukan pada puting. Dalam proses laktasi yang penting adalah puting susu
dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan ke dalam mulut
bayi. Kadang dapat terjadi pada puting normal, tetapi bayi tidak dapat
menyusu dengan baik. Pada papilla dan areola terdapat saraf raba yang
sangat penting untuk reflek menyusu. Bila puting dihisap, terjadilah
rangsangan saraf yang diteruskan ke kenjar hipofisis yang kemudian
merangsang produksi dan pengeluaran ASI.
Gambar 2. 2. Putting
cell). Apabila sel ini dirangsang oleh oksitosin, maka akan berkontraksi
sehingga mengalirkan air susu ke dalam duktus laktifer.
2. Tubulus Laktifer Merupakan saluran kecil yang berhubungan dengan
alveoli.
3. Duktus Laktifer
Merupakan saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
laktifer. Lanjutan masing-masing duktus laktifer meluas dari ampulla
sampai muara papilla mammae.
4. Ampulla
Bagian dari duktus lakifer yang melebar dan merupakan tempat
menyimpan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
2. Drainase Limfatik
Drainase limfatik terutama ke dalam kelenjar aksilaris yang sebagian akan
dialirkan ke dalam fissura portae hepar dan kelenjar mediasanum.
Pembuluh limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama
lain.
3. Persarafan
Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormon. Pada kulit
terdapat cabang-cabang nervus thoracalis. Selain itu, terdapat sejumlah
saraf simpatis, terutama di sekitar areola dan papilla mammae.
Gambar 2.3
Struktur mikroskopis payudara
12
C. Fisiologi laktasi
Menurut Dewi (2011), laktasi atau proses menyusui merupakan suatu
interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan
beberapa jenis hormon. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dapat
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Pembentukan kelenjar payudara
a. Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktus
yang baru, percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon
plasenta dan korpus luteum. Hormon yang ikut membantu
mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta,
karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon
paratoroid, hormon pertumbuhan.
b. Pada 3 bulan kehamilan
Prolaktin dari adenohipofise/hipofise anterior mulai merangsang
kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut
kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat
oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat
hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
c. Pada trimester kedua kehamilan
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum.
Keaktifan dari rangsangan hormon terhadap pengeluaran air susu
telah didemontrasikan kebenaranya bahwa seorang Ibu yang
13
2. Pembentukan ASI
a. Proses pembentukan laktogen
1) Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki
fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum,
yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat
progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi
bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan
kolostrum sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi
sedikit atau banyaknya produksi ASI setelah melahirkan nanti.
2) Laktogenesis II
Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya
tingkat hormon progesteron, estrogen, dan human placental
lactogen (HPL) secara tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap
tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang
dikenal dengan fase Laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah
meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian
kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian.
Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli
untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu
sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam
susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar
pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga
terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum
diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses
14
b. Produksi ASI
Pada proses laktasi tedapat 2 refleks yang berperan yaitu refleks
prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting
karena isapan bayi.
1) Refleks prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca
persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi
korpus luteum maka estrogen dan progesteron menjadi berkurang.
isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara,
karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik. Isapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang
payudara, karena ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus
malalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin
16
3. Pengeluaran ASI
Apabila bayi disusui maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria
posterior sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel
miopitel disekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk
alam pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengarui oleh
17
isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus
melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
D. Manajemen laktasi
1. Pengertian manajemen laktasi
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan
untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya.
Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap,yaitu pada masa
kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah
sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak
berumur 2 tahun(postnatal) (Perinasia, 2007, p.1).
Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu,
ayah dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono,
2009). Ruang lingkup manajemen laktasi dimulai pada masa
kehamilan,setelah persalinan,dan masa menyusui bayi.
3. Manfaat menyusui
Jika seorang ibu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya, hal ini
dapat menguntungkan baik bagi bayinya maupun ibu, antara lain:
a. Manfaat ASI bagi bayi:
1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat
anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit.
3) Melindungi anak dari serangan alergi
4) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan
otak sehingga bayi lebih pandai.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendikia Offset.
Biancuzzo, M. 2003. Breastfeeding The Newborn: Clinical Strategies For Nurses.
St. Louis: Mosby
Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD, 1995. Buku Ajar Keperawatan
Maternitas (Maternity Nursing) Edisi 4, Maria A Wijayarti dan Peter
Anugerah (Penterjemah). 2005. Jakarta:EGC
Budiasih, K, S. 2008. Handbook Ibu Menyusui. Bandung: Hayati Qualita
Budiharjo, N.S.D. 2003. Masalah-Masalah dalam Menyusui. Jakarta:
Perkumpulan Perinatologi Indonesia
Budiman, dkk. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap dalam
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Chumbley, Jane. 2003. Breastfeeding. London; Octopus Publishing
Cunningham, Mac Donald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Edisi ke-18. Jakarta:
EGC
Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2013. Profil Kesehatan Angka Tahun
2013. Ungaran : Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang
Endah, Nur. 2010. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolstrum
Pada Ibu Post Partum. Cimahi: Stikes Jenderal A. Yani
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC
Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika
Johnson, Ruth. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Kholid, Ahmad. 2014. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media, dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Marmi. 2012. Asuhan kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Perinasia. 2010. Program Manajemen Laktasi. Jakarta: Bina Rupa Aksar
Prasetyo, DS. 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda
Suherni, dkk. 2007.perawatan Masa Nifas. Jakarta:Fitramaya
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: C.V Andi Offset
Suradi Rulina dkk. 2004. Manajemen Laktasi, Edisi Kedua, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta