Anda di halaman 1dari 135

Ketentuan Mengenai

Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah


Pesisir & Pulau-Pulau Kecil
(RZWP-3-K Kab/Kota)
Edisi 2011

DIREKTORAT TATA RUANG LAUT PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL


DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Kata Pengantar

Kebijakan Pemerintah dalam Pengelolaan


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang tertuang
didalam UU No.27 Tahun 2007 telah
mengamanatkan bahwa Sumberdaya di wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang berada pada
kedaulatan republik Indonesia harus direncakan dan
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dan
kesinambungan pembangunan kedepan dengan
tetap menjaga keseimbangan dan keselarasan
hubungan manusia dengan alam.

Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir


dan Pulau-Pulau Kecil, terdiri atas: (1) Rencana
Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
yang selanjutnya disebut RSWP-3-K; (2) Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
selanjutnya disebut RZWP-3-K; (3) Rencana
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
i
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

yang selanjutnya disebut RPWP-3-K; dan (4)


Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RAWP-
3-K.

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-


Pulau Kecil adalah rencana yang menentukan arah
penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan
perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan
pola ruang pada Kawasan perencanaan yang
memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak
boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat
dilakukan setelah memperoleh izin.

Beberapa aspek tujuan dalam rencana zonasi


yaitu menyediakan perlindungan bagi habitat kritis,
ekosistem dan proses-proses ekologi; memisahkan
kegiatan manusia yang saling bertentangan;
melindungi kualitas budaya dan atau alam dari
wilayah pesisir dan laut sementara mengijinkan suatu
rentang aktifitas manusia yang dapat diterima;
mencadangkan wilayah yang sesuai untuk
pemanfaatan khusus oleh manusia, sementara
meminimumkan dampak dari penggunaan terhadap
berbagai wilayah pesisir dan laut lainnya yang

ii
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

sensitif secara ekologi; dan melestarikan beberapa


wilayah dari zona pesisir dan laut di dalam keadaan
alamiahnya, tidak diganggu oleh manusia kecuali
untuk tujuan-tujuan pendidikan atau penelitian ilmiah.

Diharapkan dengan adanya Ketentuan


mengenai Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir Kabupaten / Kota ini maka pelaksanaan
wilayah pesisir secara ekologis, ekonomi dan sosial
politik dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Direktur Jenderal
Kelautan Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil

Sudirman Saad

iii
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

iv
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................... v
Daftar Gambar ..................................................................... vii
Daftar Tabel ......................................................................... viii
Daftar Lampiran .................................................................. ix
BAB I Pendahuluan ....................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................... 2
1.2 Maksud dan Tujuan .............................................. 4
1.3 Landasan Kebijakan.............................................. 4
1.4 Ruang Lingkup ..................................................... 6
1.5 Fungsi dan Manfaat RZWP-3-K Kab/Kota ............ 7
1.5.1 Fungsi RZWP-3-K Kab/Kota 7
1.5.2 Manfaat RZWP-3-K Kab/Kota 8
BAB II Definisi dan Istilah .............................................. 9
BAB III Ketentuan Teknis Muatan RZWP-3-K
Kabupaten / Kota ................................................. 19
3.1 Batasan Wilayah Perencanaan ............................. 20
3.1.1 Batasan RZWP-3-K ....................................... 20
3.1.2 Ketentuan tentang Kawasan, Zona dan Sub
Zona ........................................ 21
3.2 Muatan RZWP-3-K Kab/Kota ................................ 23
3.2.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan
Ruang WP-3-K Kab/Kota............................... 23
3.2.2 Rencana Struktur Ruang Wilayah Pesisir dan
Pulau - Pulau Kecil Kab/Kota ......................... 25
v
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

3.2.3 Rencana Pola Ruang Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil Kab/kota............................ 28
3.2.4 Penetapan Kawasan Strategis WP-3-K
Kab/Kota......................................................... 31
3.2.5 Arahan Pemanfaatan Ruang WP-3-K
Kab/Kota......................................................... 33
3.2.6 Indikasi Program Utama ................................ 35
3.2.7 Rekomendasi terhadap RTRW Kab/Kota ...... 37
3.2.8 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau 38
Kecil Kab/Kota ...............................................
BAB IV Tahap dan Proses Penyusunan RZWP-3-K 58
Kab/Kota...............................................................
4.1 Tahapan Penyusunan RZWP-3-K ........................ 58
4.2 Jangka Waktu Penyusunan RZWP-3-K ............... 64
4.3 Proses Penyusunan RZWP-3-K ........................... 66
4.3.1 Pembentukkan Kelompok Kerja ...................... 66
4.3.2 Pengumpulan Data .......................................... 72
4.3.3 Survey Lapangan ............................................ 75
4.3.4 Identifikasi Potensi Wilayah ............................. 79
4.3.5 Penyusunan Dokumen Awal ........................... 79
4.3.6 Konsultasi Publik ............................................. 85
4.3.7 Penyusunan Dokumen Antara ......................... 86
4.3.8 Konsultasi Publik ............................................. 87
4.3.9 Penyusunan Dokumen Final ........................... 87
4.3.10 Penetapan........................................................ 88
Penutup ................................................................................ 92

LAMPIRAN

vi
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Batas Wilayah Perencanaan RZWP-3-K


Kab/Kota........................................................ 20

Gambar 3.2 Struktur Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-


Pulau Kecil..................................................... 28

Gambar 3.3 Ilustrasi Pola Ruang Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota.......................... 31

Gambar 4.1 Tahapan dan Proses/Output Penyusunan


RZWP-3-K Kab/Kota...................................... 61

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Pokja Penyusunan


Rencana Zonasi Kab/Kota.............................. 69

Gambar 4.3 Matriks Keterkaitan antar Kegiatan


Pemanfaatan Pesisir....................................... 82

vii
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Ketentuan Alokasi Ruang dalam Kawasan,


Zona dan Sub Zona.................................... 21

Tabel 4.1 Tahapan dan Jangka Waktu Penyusunan


Rencana Zonasi Kabupaten/Kota............. 65

Tabel 4.2 Jenis Data Dasar RZWP-3-K


Kabupaten/Kota.......................................... 73

Tabel 4.3 Jenis Data Dasar RZWP-3-K


Kabupaten/Kota.......................................... 74

Tabel 4.4 Klasifikasi Jenis Data ................................ 78

Tabel 4.4 Klasifikasi Kawasan menjadi Zona dan


Sub Zona . ................................................ 84

viii
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Kerangka Acuan Kerja (TOR) dan


Rancangan Anggaran Biaya (RAB) ............. 97

Lampiran 2 Tabel Kesesuaian Pemanfaatan


Perairan......................................................... 99

Lampiran 3 Tabel Pernyataan Maksud Pengelolaan


Zona/Sub Zona........................................... 103

Lampiran 4 Sistimatika Penyajian Dokumen Buku


Rencana Zonasi Wp-3-K Kab/Kota ............ 104

Lampiran 5 Jenis-Jenis Peta ........................................... 108

ix
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

x
Bab- I
Pendahuluan
1
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

1.1
Latar Belakang

Seiring dengan pertumbuhan penduduk diwilayah


pesisir dan pertumbuhan aktifitas pembangunan
yang semakin intensif mendorong laju penurunan
kualitas sumberdaya pesisir yang cukup
mengkuatirkan kesinambungan pembangunan itu
sendiri. Sifat permasalahan diwilayah pesisir jauh
lebih kompleks dibandingkan dengan wilayah
darat, oleh karena sumberdaya di wilayah ini
sangat dinamis dan sangat dipengaruhi faktor
eksternal wilayah pesisir itu sendiri, oleh sebab itu
wilayah pesisir sering kali luput dari domain
perencanaan dan pengelolaan pembangunan
selama ini. Lahirnya UU No.27 tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil adalah langkah bagi bangsa ini untuk
memulai sebuah proses menuju perbaikan
pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil sehingga tercipta keteraturan dan
keseimbangan lingkungan pesisir. Sebagaimana
yang tertuang dalam pasal 5, UU 27/2007 bahwa
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian terhadap
kegiatan manusia dalam memanfaatkan
sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta
proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya
2
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan


menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

UU No.27/2007 tentang Pengelolaan Wilayah


Pesisir juga telah mengamanatkan bahwa
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
terdiri atas Penyusunan Rencana Strategis,
Rencana Zonasi, Rencana Pengelolaan dan
Rencana Aksi. Rencana yang memuat arahan
pemanfaatan sumberdaya di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Kabupaten/Kota disebut
RZWP-3-K Kabupaten/Kota. Rencana zonasi
tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Sedangkan untuk norma, standar, dan
pedomannya diatur dengan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Nomor PER. 16/MEN/2008 tentang Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil.

Dalam rangka penyusunan RZWP-3-K kab/kota


serta mengacu pada PER 16/MEN/2008 , maka
perlu disusun pedoman penyusunan RZWP-3-K
kab/kota. Pedoman ini merupakan acuan bagi
semua pihak terkait, baik kalangan pemerintah,
swasta maupun masyarakat pada umumnya
dalam rangka menyusunan perencanaan zonasi
wilayah pesisir kabupaten/kota.

3
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

1.2
Maksud dan Tujuan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi


pemerintah daerah kabupaten/kota dan pemangku
kepentingan lainnya dalam menyusun RZWP-3-K
Kab/kota. Tujuan penyusunan pedoman ini adalah
untuk mewujudkan RZWP-3-K Kab/kota sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 27 /
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil serta Peraturan No.
16/MEN/2008 tentang Perencanaan Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

1.3
Landasan Kebijakan
Landasan kebijakan dalam rangka penyusunan
pedoman ini adalah Undang-Undang Nomor 27
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil dan Pasal 28 ayat (2)
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor PER. 16/MEN/2008
tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

4
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Sedangkan acuan normatif kebijakan dalam


penyusunan pedoman ini, antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan;
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi;
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008;
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang;
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil;
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah,

5
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Pemerintahan Daerah Provinsi dan


Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.16/ MEN/2008 tentang
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil; dan
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor PER.17/MEN/ 2008 tentang
Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.

1.4
Ruang Lingkup

Ketentuan penyusunan RZWP-3-K ini memuat


ketentuan teknis muatan RZWP-3-K kab/kota
serta proses penyusunannya. Ketentuan
penyusunan RZWP-3-K berisikan pendahuluan
yang didalamnya berisi latar belakang, maksud
dan tujuan, definisi dan istilah, landasan
kebijakan, ruang lingkup pedoman, kedudukan
RZWP-3-K serta fungsi dan manfaat .
Pada bagian ketentuan umum dan muatan
RZWP-3-K dijelaskan mengenai batasan rencana
zonasi yang dikaitkan dengan kedudukan
rencana zonasi pada payung hukum pengelolaan
6
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta tatanan


hirarki rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil. Setelah ketentuan umum, dijelaskan
mengenai tahapan dan proses penyusunan
RZWP-3-K kab/kota yang berisi penjelasan
tentang langkah-langkah umum dalam
penyusunan rencana zonasi yang menjabarkan
lebih teknis mengenai tata laksana pada setiap
tahapan kegiatan penyusunan rencana zonasi di
wilayah kab/kota.

1.5
Fungsi dan Manfaat RZWP-3-K
Kab/Kota
1.5.1 Fungsi RZWP-3-K Kab/Kota

Fungsi RZWP-3-K Kab/Kota


a. Acuan dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD)
b. Acuan dalam pemanfaatan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil kab/kota;
c. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan
pembangunan dalam wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil kab/kota;

7
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

d. Acuan lokasi investasi dalam wilayah pesisir


dan pulau-pulau kecil kab/kota; yang dilakukan
pemerintah, masyarakat dan swasta;
e. Pedoman untuk penyusunan rencana zonasi
rinci di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
kab/kota;
f. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang
dalam penataan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil kab/kota;
g. Acuan dalam administrasi pemanfaatan WP3K

1.5.2 Manfaat RZWP-3-K

Manfaat RZWP-3-K Kab/Kota adalah untuk :


a. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
WP3K;
b. Menjamin harmonisasi antara kepentingan
pembangunan ekonomi dengan pelestarian
sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil;
c. Mewujudkan keterpaduan pembangunan di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan
wilayah daratannya;
d. Mewujudkan keserasian pembangunan
wilayah kab/kota dengan wilayah sekitarnya;

8
Bab- II
Definisi & Istilah

9
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Definisi dan Istilah


1. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses
perencanaan, pemanfaatan,
pengawasan, dan pengendalian sumber
daya pesisir dan pulau-pulau Kecil
antarsektor, antara pemerintah dan
pemerintah daerah, antara ekosistem
darat dan laut, serta antara ilmu
pengetahuan dan manajemen untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

2. Perencanaan Pengelolaan Wilayah


Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah
suatu proses penyusunan tahapan-
tahapan kegiatan yang melibatkan
berbagai unsur kepentingan didalamnya,
guna pemanfaatan dan pengalokasian
sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil yang ada dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial
dalam suatu lingkungan wilayah atau
daerah dalam jangka waktu tertentu.

3. Wilayah Pesisir adalah daerah


peralihan antara ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di
darat dan laut.

4. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas


lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2
10
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

(dua ribu kilometer persegi) beserta


kesatuan ekosistemnya.

5. Pulau-pulau kecil adalah kumpulan


beberapa pulau kecil yang membentuk
kesatuan ekosistem dengan perairan
disekitarnya

6. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau


Kecil adalah sumber daya hayati,
sumber daya nonhayati; sumber daya
buatan, dan jasa-jasa lingkungan;
sumber daya hayati meliputi ikan,
terumbu karang, padang lamun,
mangrove dan biota laut lain; sumber
daya nonhayati meliputi pasir, air laut,
mineral dasar laut; sumber daya buatan
meliputi infrastruktur laut yang terkait
dengan kelautan dan perikanan, dan
jasa-jasa lingkungan berupa keindahan
alam, permukaan dasar laut tempat
instalasi bawah air yang terkait dengan
kelautan dan perikanan serta energi
gelombang laut yang terdapat di wilayah
pesisir.

7. Perairan Pesisir adalah laut yang


berbatasan dengan daratan meliputi
perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut
diukur dari garis pantai, perairan yang

menghubungkan pantai dan pulau –

11
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

pulau, estuari, teluk, perairan dangkal,


rawa payau, dan laguna.

8. Rencana Strategis Wilayah Pesisir


dan Pulau-Pulau Kecil adalah rencana
yang memuat arah kebijakan lintas
sektor untuk kawasan perencanaan
pembangunan melalui penetapan
tujuan, sasaran dan strategi yang luas,
serta target pelaksanaan dengan
indikator yang tepat untuk memantau
rencana tingkat nasional.

9. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil adalah rencana yang
menentukan arah penggunaan sumber
daya tiap-tiap satuan perencanaan
disertai dengan penetapan struktur dan
pola ruang pada Kawasan perencanaan
yang memuat kegiatan yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan
serta kegiatan yang hanya dapat
dilakukan setelah memperoleh izin.

10. Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir


dan Pulau-Pulau Kecil adalah rencana
yang memuat susunan kerangka
kebijakan, prosedur, dan tanggung
jawab dalam rangka pengoordinasian
pengambilan keputusan di antara
berbagai lembaga/instansi pemerintah
mengenai kesepakatan penggunaan

12
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

sumber daya atau kegiatan


pembangunan di zona yang ditetapkan.

11. Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah


Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah
tindak lanjut rencana pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
yang memuat tujuan, sasaran,
anggaran, dan jadwal untuk satu atau
beberapa tahun ke depan secara
terkoordinasi untuk melaksanakan
berbagai kegiatan yang diperlukan oleh
instansi pemerintah, pemerintah daerah,
dan pemangku kepentingan lainnya
guna mencapai hasil pengelolaan
sumber daya pesisir dan pulau-pulau
kecil di setiap kawasan perencanaan.

12. Rencana Zonasi Rinci adalah rencana


detail dalam 1 (satu) Zona dan atau satu
unit perencanaan berdasarkan arahan
pengelolaan di dalam rencana zonasi
yang dapat disusun oleh pemerintah
daerah dengan memperhatikan daya
dukung lingkungan dan teknologi yang
dapat diterapkan serta ketersediaan
sarana yang pada gilirannya
menunjukkan jenis dan jumlah surat izin
yang dapat diterbitkan oleh pemerintah
daerah.

13
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

13. Kawasan adalah bagian wilayah pesisir


dan pulau-pulau kecil yang memiliki
fungsi tertentu yang ditetapkan
berdasarkan kriteria karakteristik fisik,
biologi, sosial, dan ekonomi.

14. Zona adalah ruang yang


penggunaannya disepakati bersama
antara berbagai pemangku kepentingan
dan telah ditetapkan status hukumnya.

15. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa


teknik pemanfaatan ruang melalui
penetapan batas-batas fungsional
sesuai dengan potensi sumber daya dan
daya dukung serta proses-proses
ekologis yang berlangsung sebagai satu
kesatuan dalam ekosistem pesisir.

16. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota adalah
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota yang
bersifat umum, berisi arahan tentang
alokasi ruang dalam Rencana Kawasan
Pemanfaatan Umum, rencana Kawasan
Konservasi, rencana Kawasan Strategis
Nasional Tertentu, dan rencana alur;
keterkaitan antarekosistem Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil dalam suatu
Bioekoregion.

14
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

17. Ruang adalah wadah yang meliputi


ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan mahluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.

18. Struktur Ruang adalah susunan pusat-


pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang secara
hirarkis memiliki hubungan fungsional.

19. Pola ruang adalah distribusi peruntukan


ruang dalam suatu wilayah.

20. Penataan ruang WP3K adalah suatu


sistem proses perencanaan zonasi,
pemanfaatan ruang/zona, dan
pengendalian pemanfaatan ruang/zona
WP3K.

21. RTRW adalah hasil perencanaan tata


ruang berdasarkan aspek administratif
dan atau aspek fungsional yang telah
ditetapkan.

22. Kawasan Pemanfaatan Umum adalah


bagian dari Wilayah Pesisir yang
ditetapkan peruntukkannya bagi
berbagai sektor kegiatan.

15
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

23. Kawasan Konservasi adalah kawasan


pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri
khas tertentu yang dilindungi untuk
mewujudkan pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil secara
berkelanjutan.

24. Kawasan Strategis Nasional Tertentu


adalah kawasan yang terkait dengan
kedaulatan negara, pengendalian
lingkungan hidup, dan/atau situs warisan
dunia, yang pengembangannya
diprioritaskan bagi kepentingan
nasional.

25. Alur laut adalah merupakan perairan


yang dimanfaatkan, antara lain, untuk
alur pelayaran, pipa/kabel bawah laut,
dan migrasi biota laut.

26. Ekosistem adalah kesatuan komunitas


tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme
dan non organisme lain serta proses
yang menghubungkannya dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas,
dan produktivitas.

27. Bioekoregion adalah bentang alam


yang berada di dalam satu hamparan
kesatuan ekologis yang ditetapkan oleh
batas-batas alam, seperti daerah aliran
sungai, teluk, dan arus.

16
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

28. Sempadan Pantai adalah daratan


sepanjang tepian yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi
fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter
dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

29. Daya Dukung Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil adalah kemampuan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
untuk mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lain.

30. Mitigasi Bencana adalah upaya untuk


mengurangi risiko bencana, baik secara
struktur atau fisik melalui pembangunan
fisik alami dan/atau buatan maupun
nonstruktur atau nonfisik melalui
peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil.

31. Pemerintah Pusat, selanjutnya


disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

32. Pemerintah Daerah adalah gubernur,


bupati, atau walikota, dan perangkat

17
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

daerah sebagai unsur penyelenggara


pemerintahan daerah.

33. Menteri adalah menteri yang


bertanggung jawab di bidang kelautan
dan perikanan.

34. Direktur Jenderal adalah direktur


jenderal yang bertanggung jawab di
bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau
kecil.

18
Bab- III
Ketentuan Teknis
Muatan RZWP-3-K
Kab/Kota
19
3.1
Batasan Wilayah Perencanaan
3.1.1. Batasan Wilayah Perencanaan
RZWP-3-K Kab/Kota

Wilayah perencanaan RZWP-3-K Kab/Kota ke


arah daratan mencakup wilayah administrasi
kecamatan dan ke arah perairan laut sejauh
sepertiga mil laut wilayah provinsi diukur dari
garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan.

1/3 dari batas wilayah


pengelolaan pesisir provinsi

Batas kecamatan di wilayah


pesisir

Gambar 3.1
Batas Wilayah Perencanaan RZWP-3-K Kab/Kota

20
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

3.1.2 Ketentuan tentang Kawasan, Zona dan Sub


Zona
Ketentuan mengenai alokasi ruang dalam RZWP-3-K
diatur sesuai dengan hirarkinya sebagaimana terlihat
pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1
Ketentuan Alokasi Ruang dalam Kawasan, Zona dan
Sub Zona

Hirarki Ketentuan Alokasi


Keterangan
Rencana Ruang

RZWN 1. Kawasan  Alur laut nasional


Konservasi adalah alur
2. Kawasan pelayaran dan
Pemanfaatan
jaringan
Umum
3. KSNT infrastruktur
4. Alur Laut nasional
 Disertai dengan
arahan kawasan

RZWP-3- 1. Kawasan  disertai dengan


KProvinsi Pemanfaatan arahan zona
Umum pada setiap
2. Kawasan kawasan
Konservasi
3. KSNT
4. Kws Strategis
Prov
5. Alur Laut
RZR Provinsi 1. Zona dan/atau  Lingkup
Sub-zona pada pengaturannya
Kawasan berada pada
Pemanfaatan wilayah perairan
Umum laut kewenangan
21
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Hirarki Ketentuan Alokasi


Keterangan
Rencana Ruang

2. Kawasan Provinsi diatas 4


Konservasi mil
3. KSNT  bila tingkat
4. Alur Laut pengaturan
hanya sampai
dengan zona,
disertai dengan
arahan sub-zona
pada setiap zona
RZWP-3-K 1. Kawasan  bila tingkat
Kab/Kota Pemanfaatan pengaturan
Umum hanya sampai
2. Kawasan dengan zona,
Konservasi disertai dengan
3. KSNT arahan sub-
4. Alur Laut zona pada
setiap zona
RZR Kab/Kota 1. peruntukan pada  Arahan untuk
sub-zona atau daya dukung,
SWP daya tampung
2. Alur Laut dan
pengendalian
sub zona

RZWP-3-K Kab/Kota difokuskan pada


pengalokasian ruang kedalam empat kawasan,
sebagai berikut :
1. Kawasan Pemanfaatan
Umum;
2. Kawasan Konservasi;
3. KSNT
4. Alur Laut

22
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Dan bila tingkat pengaturannya hanya sampai


dengan zona maka disertai dengan arahan sub-zona
pada setiap Zona.

3.2
Muatan RZWP-3-K Kab/Kota
RZWP-3-K Kab/Kota memuat pembahasan substansi
mengenai : tujuan, kebijakan dan strategi penataan
ruang WP3K, rencana struktur ruang wilayah pesisir
kab/kota, rencana pola ruang wilayah pesisir
kab/kota, penetapan kawasan strategis, arahan
pemanfaatan ruang, rekomendasi terhadap RTRW
Kab/Kota, ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang;

3.2.1Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan


Ruang WP3K Kab/Kota

Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang


WP3K kab/kota merupakan terjemahan dari visi dan
misi pengembangan WP3K kab/kota dalam
pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi
ideal zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
kab/kota yang diharapkan.
a. Tujuan penataan ruang WP3K kab/kota adalah
memberikan arahan perencanaan zonasi,
pemanfaatan zona dan pengendalian
23
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

pemanfaatan zona wilayah pesisir dan pulau-


pulau kecil di kab/kota sehingga tercipta
kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dimasa yang
akan datang. Tujuan penataan ruang WP3K dapat
digunakan sebagai dasar untuk memformulasikan
kebijakan dan strategi penataan ruang WP3K,
arahan indikasi program dan dasar penetapan
ketentuan pengendalian pemanfaatan zona.
Dalam merumuskan tujuan penataan ruang WP3K
kab/kota perlu memperhatikan RSWP-3-K. dalam
hal RSWP-3-K belum tersedia, tujuan dirumuskan
berdasarkan Visi, Misi, Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah dan isu strategis
pengelolaan WP3K.
b. Kebijakan penataan ruang WP3K kab/kota
merupakan landasan hukum yang menetapkan
pengaturan pemanfaatan ruang wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil kab/kota sehingga tercipta
tatanan peruntukan ruang wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil yang teratur dan
berkesinambungan. Kebijakan dimaksud dapat
digunakan sebagai dasar untuk merumuskan arah
pemanfaatan kawasan / zona pada tingkat lebih
detail dan penetapan arah pengendalian
pemanfaatan ruang pesisir dan pulau-pulau kecil
kab/kota.
c. Strategi penataan ruang WP3K kab/kota
merupakan penjabaran masing-masing kebijakan
penataan ruang WP3K kedalam langkah-langkah
operasional untuk mencapai tujuan penataan

24
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

ruang WP3K yang telah ditetapkan. Dalam


merumuskan strategi penataan ruang WP3K
kab/kota didasarkan pada Kebijakan penataan
ruang WP3K, serta kapasitas sumberdaya WP3K
dalam melaksanakan kebijakan penataan
ruangnya.

3.2.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Pesisir


dan Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota;

Rencana struktur ruang terbentuk oleh adanya


hubungan dan keterkaitan antar pusat-pusat
kegiatan yang menjadi bagian dari sistem
konstelasi regional. Rencana struktur ruang
meliputi rencana sistem pusat permukiman dan
rencana jaringan sistem prasarana, berfungsi
untuk memberikan layanan bagi kawasan di
sekitarnya dan memberikan arahan pembangunan
sistim jaringan prasarana bagi fungsi kegiatan
yang ada maupun fungsi kegiatan yang
menunjang keterkaitan pusat-pusat kegiatan di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Rencana struktur ruang WP3K merupakan pusat-


pusat kegiatan yang berbasis pada
pengembangan sumberdaya kelautan dan
perikanan dan dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana di WP3K terutama jaringan
transportasi, energi dan komunikasi.

25
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Rencana struktur ruang WP3K ditetapkan


berdasarkan pada rencana struktur ruang yang
telah ditetapkan dalam RTRW kab/kota definitif.
Apabila berdasarkan hasil analisis diperlukan
penambahan fitur terhadap rencana struktur
ruang, baik pusat kegiatan ataupun jaringan
prasarana, maka penambahan tersebut dijadikan
rekomendasi pada saat dilakukan proses revisi
ataupun review RTRW kab/kota oleh pemerintah
daerah.

Pusat kegiatan di wilayah pesisir dan pulau-pulau


kecil merupakan simpul kegiatan kelautan dan
perikanan di WP3K. Pusat kegiatan ini
diselaraskan dengan pusat kegiatan di RTRW
kab/kota yang terdiri atas:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada
di wilayah kab/kota
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada
di wilayah kab/kota
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di
wilayah kab/kota
4. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
yang berada di wilayah kab/kota
5. Pusat Kegiatan Strategis Nasional Tertentu
(PKSNT) yang berada di wilayah kab/kota
6. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kab/kota
yang wewenang penentuannya ada pada
pemerintah daerah kab/kota, yaitu:
a) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
merupakan kawasan perkotaan yang

26
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

berfungsi untuk melayani kegiatan skala


kecamatan atau beberapa desa/kelurahan
dan
b) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala
antar desa

Sedangkan sistem jaringan prasarana WP3K


kab/kota, yang mencakup pula sistem prasarana
nasional dan wilayah/regional di WP3K kab/kota
terdiri dari :
a. sistem prasarana jaringan transportasi di
WP3K kab/kota, yang meliputi sistem
prasarana transportasi darat, udara dan air;
b. sistem jaringan prasarana sumber daya air;
c. sistem jaringan prasarana energi dan
kelistrikan;
d. sistem jaringan prasarana telekomunikasi;
e. sistem jaringan persampahan sanitasi dan
drainase; dan
f. sistem jaringan prasarana lainnya.

27
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Gambar. 3.2
Ilustrasi Struktur Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil

3.2.3. Rencana Pola Ruang Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil Kab/kota.

Rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-


pulau kecil kab/kota merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil di kab/kota yang meliputi rencana peruntukan
28
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

ruang untuk fungsi konservasi, fungsi kawasan


strategis nasional tertentu, fungsi pemanfaatan
umum dan fungsi alur laut . Dengan demikian
rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil kab/kota berfungsi :
a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai
kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam WP3K
kab/kota;
b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai
kegiatan terkait dengan kedaulatan negara,
pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs
warisan dunia yang pengembangannya
diprioritaskan bagi kepentingan nasional
c. Sebagai alokasi ruang untuk kepentingan
perlindungan cadangan sumberdaya ikan.
d. Mengatur keseimbangan dan keserasian
peruntukan ruang darat – laut dan di ruang
pesisir itu sendiri;
e. Sebagai dasar pemberian izin pemanfaatan
ruang perairan laut pada wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil kab/kota.

Rencana pola ruang WP3K dirumuskan


berdasarkan :
a. Kebijakan dan strategi penataan ruang WP3K
kab/kota;
b. Kesuaian dan Keterkaitan antar kegiatan di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
29
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

c. Daya dukung dan daya tampung wilayah


pesisir dan pulau-pulau kecil
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan
yang terkait.

Rencana pola ruang wilayah pesisir dan pulau-


pulau kecil kab/kota dirumuskan dengan kriteria :
a. Sesuai dengan Rencana Pola Ruang yang
ditetapkan dalam Rencana Zonasi Wilayah
Nasional (RZWN) dan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi (RZWP-3-K Provinsi)
b. Mengakomodasi kebijakan pengembangan
kawasan andalan nasional yang berada di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota
yang bersangkutan;
c. Mengintegrasikan kebijakan pola ruang yang
ditetapkan dalam RTRW kab/kota yang
bersangkutan;
d. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota yang
berbatasan dengan kab/kota yang
bersangkutan;

30
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Gambar. 3.3
Ilustrasi Pola Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kab/Kota

3.2.4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional


Tertentu (KSNT) Kab/Kota

Kawasan strategis nasional tertentu yang berada di


kab/kota merupakan bagian wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil kab/kota yang penataan ruang
WP3K-nya diprioritaskan, karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup nasional
terkait dengan nilai strategis pertahanan
keamanan, nilai strategis warisan dunia, nilai
31
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

strategis perbatasan negara dan pulau-pulau


terluar. Penentuan KSNT kab/kota berdasarkan
nilai strategis kawasan yang berada di wilayah
pesisir kab/kota.

Kawasan strategis nasional tertentu yang berada


di kab / kota berfungsi:
a. Mengembangkan, melestarikan, melindungi,
dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan
pembangunan nilai strategis kawasan yang
bersangkutan dalam mendukung penataan
ruang WP3K kab/kota;
b. Sebagai alokasi ruang untuk zona pertahanan
keamanan, situs warisan dunia, perbatasan
dan pulau-pulau kecil terluar.

KSNT di kab/kota ditetapkan berdasarkan :


a. Kebijakan dan strategi penataan ruang WP3K
Nasional;
b. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas,
akuntabilitas, dan efisiensi penanganan
kawasan;
c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan
kebijakan yang ditetapkan terhadap tingkat
kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan
lingkungan pada kawasan yang akan
ditetapkan;

32
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan


hidup wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
kab/kota; dan
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sebaran KSNT yang berada dalam wilayah


kab/kota digambarkan dalam peta kawasan
strategis dengan skala peta minimal 1:50.000.

3.2.5. Arahan Pemanfaatan Ruang WP3K


Kab/Kota

Arahan pemanfaatan ruang WP3K kab/kota


merupakan perwujudan RZWP-3-K yang dijabarkan
ke dalam indikasi program utama
penataan/pengembangan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil kab/kota dalam jangka waktu
perencanaan 5 (lima) tahunan hingga akhir tahun
perencanaan (20 tahun).
Secara umum, arahan pemanfaatan ruang WP3K
harus secara sistematis mengkaji opsi-opsi
pemanfaatan sumberdaya. Keputusan-keputusan
penggunaan sumberdaya yang bersifat permanen
(irreversible) harus dibatasi sedapat mungkin dan
dipertimbangkan secara hati-hati.

Arahan pemanfaatan ruang WP3K kab/kota


berfungsi :
33
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

1. Sebagai acuan bagi pemerintah dan


masyarakat dalam pemrograman
penataan/pengembangan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil kab/kota;
2. Sebagai arahan dalam penyusunan program
sektoral (besaran, lokasi, sumber pendanaan,
instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);
3. Sebagai dasar estimasi kebutuhan
pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima)
tahun; dan
4. Sebagai acuan bagi masyarakat dalam
melakukan investasi

Arahan pemanfaatan ruang WP3K kab/kota


disusun berdasarkan:
1. Rencana struktur ruang dan pola ruang;
2. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana
pembangunan;
3. Kesepakatan para pemangku kepentingan
dan kebijakan yang ditetapkan; dan
4. Prioritas pengembangan wilayah kab/kota
dan pentahapan rencana pelaksanaan
program sesuai dengan RPJPD.

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kab/kota


disusun dengan kriteria:
1. Mendukung perwujudan rencana struktur
ruang, rencana pola ruang, dan
pengembangan KSNT kab/kota;

34
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

2. Mendukung program utama penataan ruang


WP3K wilayah nasional dan provinsi;
3. Realistis, obyektif, terukur, dan dapat
dilaksanakan dalam jangka waktu
perencanaan;
4. Konsisten dan berkesinambungan terhadap
program yang disusun, baik dalam jangka
waktu tahunan maupun antar lima tahunan;
dan
5. Sinkronisasi antar program harus terjaga
dalam satu kerangka program terpadu
pengembangan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil kab/kota.

3.2.6 Indikasi Program Utama

Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan


ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
kab/kota meliputi :
a. Usulan program utama
Usulan program utama adalah program-program
utama pengembangan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil kab/kota yang diindikasikan
memiliki bobot kepentingan utama atau
diprioritaskan untuk mewujudkan struktur dan
pola ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kab/kota sesuai tujuan.

35
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

b. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang dijabarkan dalam
koordinat geografis serta dituangkan diatas peta,
dimana usulan program utama akan
dilaksanakan.
c. Besaran
Besaran adalah perkiraan jumlah/luas satuan
masing-masing usulan program utama
pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil yang akan dilaksanakan.
d. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari APBN,
APBD kab/kota, APBD provinsi, swasta
dan/atau masyarakat.
e. Instansi Pelaksana
Instansi pelaksana adalah pelaksana program
utama yang meliputi pemerintah (sesuai dengan
kewenangan masing-masing pemerintahan),
swasta, serta masyarakat.
f. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan
Usulan program utama direncanakan dalam
kurun waktu perencanaan 20 (dua puluh) tahun
yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan
masing-masing program mempunyai durasi
pelaksanaan yang bervariasi sesuai dengan
kebutuhan. Program utama 5 (lima) tahun dapat
dirinci kedalam program utama tahunan.
Penyusunan indikasi program utama

36
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

disesuaikan dengan pentahapan jangka waktu 5


(lima) tahunan RPJP Daerah.

Susunan indikasi program utama tersebut di atas


merupakan susunan minimum yang harus diacu
dalam setiap penyusunan arahan pemanfaatan
ruang WP3K kab/kota. Tetapi pada masing-
masing bagian dapat dijabarkan lebih rinci
sesuai kebutuhan pemanfaatan ruang atau
pengembangan kawasan masing-masing WP3K
kab/kota.

3.2.7 Rekomendasi terhadap RTRW Kab/Kota

Hasil arahan rencana zonasi dapat digunakan


sebagai pertimbangan didalam penetapan struktur
dan pola ruang yang terdapat didalam RTRW
kab/kota. Arahan ini difokuskan pada penataan
ruang di WP3K. Substansi yang
direkomendasikan meliputi :
1. Penetapan struktur ruang di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari
penentuan pusat-pusat kegiatan di WP3K
serta sistim jaringan aksesibilitas di WP3K
termasuk jaringan infrastruktur di WP3K;
2. Penetapan pola ruang di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil yang terdiri dari alokasi
ruang di WP3K untuk kegiatan-kegiatan
yang memiliki keterkaitan terhadap
37
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

sumberdaya di WP3K. Penetapan pola ini


meliputi wilayah perairan dan wilayah
daratannya, sehingga tercipta keserasian
dan kesinambungan pembangunan di
WP3K.
3. Penetapan KSNT kab/kota dapat menjadi
muatan yang direkomendasikan kedalam
penentuan kawasan strategis kab/kota pada
RTRW.
4. Penetapan kawasan minapolitan merupakan
pengembangan dalam kawasan agropolitan
pada RTRW Kab/kota. Penetapan kawasan
minapolitan ini dapat digunakan sebagai
rekomendasi didalam menentukan pusat
kegiatan dalam rencana struktur ruang.

3.2.8 Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan


Ruang Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Kab/Kota

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang


wilayah kab/kota adalah ketentuan yang
diperuntukan sebagai alat penertiban penataan
ruang WP3K, meliputi pernyataan kawasan/
zona/sub zona, ketentuan perizinan, ketentuan
pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan
pengenaan sanksi dalam rangka perwujudan
rencana tata ruang wilayah kab/kota.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang
WP3K kab/kota berfungsi:
38
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

a. Sebagai alat pengendali pengembangan


kawasan;
b. Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang
dengan rencana tata ruang;
c. Menjamin agar pembangunan baru tidak
mengganggu pemanfaatan ruang yang telah
sesuai dengan rencana tata ruang;
d. Meminimalkan pengunaan lahan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang; dan
e. Mencegah dampak pembangunan yang
merugikan.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang


WP3K kab/kota disusun berdasarkan:
a. Rencana struktur ruang dan pola ruang;
b. Masalah, tantangan, dan potensi yang
dimiliki WP3K kab/kota;
c. Kesepakatan para pemangku kepentingan
dan kebijakan yang ditetapkan; dan
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan
terkait.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang


WP3K kab/kota disusun dengan kriteria:
a. Terukur, realistis, dan dapat diterapkan;
serta
b. Penetapannya melalui kesepakatan antar
pemangku kepentingan.

39
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang


WP3K kab/kota setidak-tidaknya memuat:
a. Ketentuan Umum Pernyataan Pemanfaatan
Kawasan/Zona/Subzona Kab/Kota.
1. Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan
kawasan/zona/subzona kab/kota adalah
penjabaran secara umum ketentuan-
ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya yang
mencakup seluruh wilayah administratif;
2. Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan
kawasan/zona/subzona kab/kota berfungsi
sebagai:
a) Landasan bagi penyusunan
pernyataan pemanfaatan kawasan /
zona / subzona pada tingkatan
operasional pengendalian
pemanfaatan ruang di setiap kawasan
/ zona kab / kota;
b) Dasar pemberian izin pemanfaatan
ruang; dan
c) Salah satu pertimbangan dalam
pengawasan pemanfaatan ruang.
3. Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan
kawasan / zona / subzona disusun
berdasarkan:
a) Rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang wilayah kota;
b) Karakteristik wilayah;

40
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

c) Arahan umum desain kawasan


perkotaan; dan
d) Peraturan perundang-undangan sektor
terkait lainnya.
4. Ketentuan umum pernyataan pemanfaatan
kawasan/zona/subzona yang ditetapkan
dalam RZWP-3-K kab/kota berisikan:
a) Deskripsi atau definisi pola ruang
(jenis zona) yang telah ditetapkan
dalam rencana pola ruang WP3K
kab/kota;
b) Ketentuan umum dan ketentuan
rencana umum (design plan), yang
merupakan ketentuan kinerja dari
setiap pola ruang yang meliputi:
ketentuan kegiatan yang
diperbolehkan, bersyarat, atau
dilarang; ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang berupa tata
bangunan, kepadatan bangunan,
besaran kawasan terbangun, besaran
ruang terbuka hijau; dan prasarana
minimum yang perlu diatur terkait
pengendalian pemanfaatan ruang;
c) Ketentuan pemanfaatan ruang pada
zona-zona yang dilewati oleh sistem
jaringan prasarana dan sarana WP3K
kab/kota mengikuti ketentuan
perundang-undangan yang berlaku;
dan
d) Ketentuan khusus yang disesuaikan
dengan kebutuhan pembangunan

41
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

kab/kota untuk mengendalikan


pemanfaatan ruang, seperti pada
kawasan konservasi, kawasan rawan
bencana,

b. Ketentuan Perizinan
1. Ketentuan perizinan adalah ketentuan
yang diberikan untuk kegiatan
pemanfaatan ruang;
2. Izin pemanfaatan di WP3K diberikan
berdasarkan HP3 (Hak Pengusahaan
Perairan Pesisir)
3. Ketentuan perizinan berfungsi sebagai:
a) alat pengendali dalam penggunaan
lahan untuk mencapai kesesuaian
pemanfaatan ruang; dan
b) rujukan dalam membangun.
4. Ketentuan perizinan disusun berdasarkan:
a) ketentuan umum pernyataan
pemanfaatan kawasan/zona/subzona
yang sudah ditetapkan; dan
b) ketentuan teknis
berdasarkanperaturan perundang-
undangan sektor terkait lainnya.
5. Jenis-jenis perizinan terkait dengan
pemanfaatan ruang WP3K antara lain
meliputi:
a) Izin Prinsip;
b) Izin Lokasi;
c) Izin Lain berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

42
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

6. Mekanisme perizinan terkait pemanfaatan


ruang WP3K yang menjadi wewenang
pemerintah kab/kota mencakup
pengaturan keterlibatan masing-masing
instansi perangkat daerah terkait dalam
setiap perizinan yang diterbitkan;
7. Ketentuan teknis prosedural dalam
pengajuan izin pemanfaatan ruang
maupun forum pengambilan keputusan
atas izin yang akan dikeluarkan, yang akan
menjadi dasar pengembangan standar
operasional prosedur (SOP) perizinan; dan
8. Ketentuan pengambilan keputusan apabila
dalam dokumen RZWP-3-K kab/kota
belum memberikan ketentuan yang cukup
tentang perizinan yang dimohonkan oleh
masyarakat, individual maupun organisasi.

c. Ketentuan Pemberian Insentif


1. Ketentuan pemberian insentif adalah
ketentuan yang mengatur tentang
pemberian imbalan terhadap pelaksanaan
kegiatan yang sesuai dengan kegiatan
yang didorong perwujudannya dalam
RZWP-3-K;
2. Ketentuan pemberian insentif berfungsi
sebagai:
a) perangkat untuk mendorong kegiatan
dalam pemanfaatan ruang pada
promoted area yang sejalan dengan
RZWP-3-K; dan

43
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

b) katalisator perwujudan pemanfaatan


ruang;
3. Ketentuan pemberian insentif disusun
berdasarkan:
a) Rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang WP3K kab/kota dan/atau
RZR kab/kota;
b) Ketentuan umum pernyataan
pemanfaatan kawasan/zona/subzona
kab/kota;
c) Kriteria pemberian akreditasi; dan
d) Peraturan perundang-undangan sektor
terkait lainnya.
4. Ketentuan insentif dari pemerintah
kab/kota kepada pemerintah desa di
WP3K kab/kota dan kepada pemerintah
daerah lainnya, dapat diberikan dalam
bentuk:
a) Pemberian kompensasi;
b) Subsidi silang;
c) Penyediaan sarana dan prasarana;
dan/atau
d) Publisitas atau promosi daerah;
5. Ketentuan insentif dari pemerintah
kab/kota kepada masyarakat umum
(investor, lembaga komersial, perorangan,
dan lain sebagainya), dapat diberikan
dalam bentuk:
44
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

a) Pemberian kompensasi;
b) Pengurangan retribusi;
c) Imbalan;
d) Sewa ruang dan urun saham;
e) Penyediaan prasarana dan sarana;
f) Penghargaan; dan/atau
g) Kemudahan perizinan

d. Ketentuan Pemberian Disinsentif


1. Ketentuan pemberian disinsentif adalah
ketentuan yang mengatur tentang
pengenaan bentuk-bentuk kompensasi
dalam pemanfaatan ruang;
2. Ketentuan pemberian disinsentif berfungsi
sebagai perangkat untuk mencegah,
membatasi pertumbuhan atau mengurangi
kegiatan yang tidak sejalan dengan
RZWP-3-K (atau pada non-promoted
area);
3. Ketentuan pemberian disinsentif disusun
berdasarkan:
a) Rencana struktur ruang dan rencana
pola ruang WP3K kab/kota;
b) Ketentuan umum pernyataan
pemanfaatan kawasan/zona/subzona
kab/kota; dan
c) Kriteria pemberian akreditasi
45
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

d) Peraturan perundang-undangan sektor


terkait lainnya.
4. Ketentuan disinsentif dari pemerintah
kab/kota kepada pemerintah desa dalam
WP3K kab/kota dan kepada pemerintah
daerah lainnya, dapat diberikan dalam
bentuk:
a) Pengenaan retribusi yang tinggi;
dan/atau
b) Pembatasan penyediaan sarana dan
prasarana.
5. Ketentuan disinsentif dari pemerintah
kab/kota kepada masyarakat umum
(investor, lembaga komersial, perorangan,
dan lain sebagainya), dapat diberikan
dalam bentuk:
a) pengenaan pajak/retribusi yang tinggi;
b) pemberian persyaratan khusus dalam
proses perizinan; dan/atau
c) pembatasan penyediaan sarana dan
prasarana infrastruktur.
6. Ketentuan disinsentif dimaksud harus
dilengkapi dengan besaran dan jenis
kompensasi yang dapat diberikan.

e. Arahan Pengenaan Sanksi


46
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

1. Arahan pengenaan sanksi merupakan


arahan ketentuan pengenaan sanksi
administratif kepada pelanggar
pemanfaatan ruang yang akan menjadi
acuan bagi pemerintah daerah kab/kota;
2. Arahan pengenaan sanksi administratif
berfungsi sebagai:
a) Perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan atau mengurangi kegiatan
yang tidak sejalan dengan RZWP-3-K;
dan
b) Penertiban pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan RZWP-3-K
3. Arahan pengenaan sanksi administratif
ditetapkan berdasarkan:
a) Hasil pengawasan penataan ruang;
b) Tingkat simpangan implementasi
RZWP-3-K;
c) Kesepakatan antar instansi yang
berwenang; dan
d) Peraturan perundang-undangan sektor
terkait lainnya.
4. Arahan pengenaan sanksi administratif
dilakukan secara berjenjang dalam bentuk:
a) Peringatan tertulis;
Peringatan tertulis diberikan oleh
pejabat yang berwenang dalam
penertiban pelanggaran pemanfaatan
47
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

ruang melalui penerbitan surat


peringatan tertulis sebanyak-banyaknya
3 (tiga) kali.
b) Penghentian sementara kegiatan;
Penghentian kegiatan sementara
dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
(1) Penerbitan surat perintah
penghentian kegiatan sementara
dari pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
(2) Apabila pelanggar mengabaikan
perintah penghentian kegiatan
sementara, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban
dengan menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi
penghentian sementara secara
paksa terhadap kegiatan
pemanfaatan ruang;
(3) Pejabat yang berwenang
melakukan tindakan penertiban
dengan memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan
sanksi penghentian kegiatan
pemanfaatan ruang dan akan
segera dilakukan tindakan
penertiban oleh aparat penertiban;

48
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

(4) Berdasarkan surat keputusan


pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban
dengan bantuan aparat penertiban
melakukan penghentian kegiatan
pemanfaatan ruang secara paksa;
dan
(5) Setelah kegiatan pemanfaatan
ruang dihentikan, pejabat yang
berwenang melakukan
pengawasan agar kegiatan
pemanfaatan ruang yang dihentikan
tidak beroperasi kembali sampai
dengan terpenuhinya kewajiban
pelanggar untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan
RZWP-3-K dan/atau ketentuan
teknis pemanfaatan ruang yang
berlaku.
c) Penghentian sementara pelayanan
umum;
Penghentian sementara pelayanan
umum dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
(1) Penerbitan surat pemberitahuan
penghentian sementara pelayanan
umum dari pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang (membuat surat
pemberitahuan penghentian
sementara pelayanan umum);
49
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

(2) Apabila pelanggar mengabaikan


surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban
menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi penghentian
sementara pelayanan umum
kepada pelanggar dengan memuat
rincian jenis-jenis pelayanan umum
yang akan diputus;
(3) Pejabat yang berwenang
melakukan tindakan penertiban
memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi
penghentian sementara pelayanan
umum yang akan segera
dilaksanakan, disertai rincian jenis-
jenis pelayanan umum yang akan
diputus;
(4) Pejabat yang berwenang
menyampaikan perintah kepada
penyedia jasa pelayanan umum
untuk menghentikan pelayanan
kepada pelanggar, disertai
penjelasan secukupnya;
(5) Penyedia jasa pelayanan umum
menghentikan pelayanan kepada
pelanggar; dan
(6) Pengawasan terhadap penerapan
sanksi penghentian sementara
pelayanan umum dilakukan untuk
50
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

memastikan tidak terdapat


pelayanan umum kepada pelanggar
sampai dengan pelanggar
memenuhi kewajibannya untuk
menyesuaikan pemanfaatan
ruangnya dengan RZWP-3-K dan
ketentuan teknis pemanfaatan
ruang yang berlaku.
d) Penutupan Lokasi;
Penutupan lokasi dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Penerbitan surat perintah penutupan
lokasi dari pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
(2) Apabila pelanggar mengabaikan
surat perintah yang disampaikan,
pejabat yang berwenang
menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi penutupan lokasi
kepada pelanggar;
(3) Pejabat yang berwenang
melakukan tindakan penertiban
dengan memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan
sanksi penutupan lokasi yang akan
segera dilaksanakan;
(4) Berdasarkan surat keputusan
pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang dengan bantuan aparat
51
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

penertiban melakukan penutupan


lokasi secara paksa; dan
(5) Pengawasan terhadap penerapan
sanksi penutupan lokasi, untuk
memastikan lokasi yang ditutup
tidak dibuka kembali sampai
dengan pelanggar memenuhi
kewajibannya untuk menyesuaikan
pemanfaatan ruangnya dengan
RZWP-3-K dan ketentuan teknis
pemanfaatan ruang yang berlaku.
e) Pencabutan Izin;
Pencabutan izin dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Menerbitkan surat pemberitahuan
sekaligus pencabutan izin oleh
pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
(2) Apabila pelanggar mengabaikan
surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang
berwenang menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi
pencabutan izin pemanfaatan
ruang;
(3) Pejabat yang berwenang
memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi
pencabutan izin;

52
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

(4) Pejabat yang berwenang


melakukan tindakan penertiban
mengajukan permohonan
pencabutan izin kepada pejabat
yang memiliki kewenangan untuk
melakukan pencabutan izin;
(5) Pejabat yang memiliki kewenangan
untuk melakukan pencabutan izin
menerbitkan keputusan pencabutan
izin;
(6) Memberitahukan kepada
pemanfaat ruang mengenai status
izin yang telah dicabut, sekaligus
perintah untuk menghentikan
kegiatan pemanfaatan ruang
secara permanen yang telah
dicabut izinnya; dan
(7) Apabila pelanggar mengabaikan
perintah untuk menghentikan
kegiatan pemanfaatan yang telah
dicabut izinnya, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban
kegiatan tanpa izin sesuai
peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
f) Pembatalan Izin;
Pembatalan izin dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Membuat lembar evaluasi yang
berisikan perbedaan antara
53
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

pemanfaatan ruang menurut


dokumen perizinan dengan arahan
pola pemanfaatan ruang dalam
RZWP-3-K yang berlaku;
(2) Memberitahukan kepada pihak
yang memanfaatkan ruang perihal
rencana pembatalan izin, agar yang
bersangkutan dapat mengambil
langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengantisipasi hal-hal akibat
pembatalan izin;
(3) Menerbitkan surat keputusan
pembatalan izin oleh pejabat yang
berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang;
(4) Memberitahukan kepada
pemegang izin tentang keputusan
pembatalan izin;
(5) Menerbitkan surat keputusan
pembatalan izin dari pejabat yang
memiliki kewenangan untuk
melakukan pembatalan izin; dan
(6) Memberitahukan kepada
pemanfaat ruang mengenai status
izin yang telah dibatalkan.
g) Pembongkaran Bangunan;
Pembongkaran bangunan dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai
berikut:

54
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

(1) Menerbitkan surat pemberitahuan


perintah pembongkaran bangunan
dari pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang;
(2) Apabila pelanggar mengabaikan
surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban
mengeluarkan surat keputusan
pengenaan sanksi pembongkaran
bangunan;
(3) Pejabat yang berwenang
melakukan tindakan penertiban
memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi
pembongkaran bangunan yang
akan segera dilaksanakan; dan
(4) Berdasarkan surat keputusan
pengenaan sanksi, pejabat yang
berwenang melakukan tindakan
penertiban dengan bantuan aparat
penertiban melakukan
pembongkaran bangunan secara
paksa.

h) Pemulihan Fungsi Ruang;


Pemulihan fungsi ruang dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
55
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

(1) Menetapkan ketentuan pemulihan


fungsi ruang yang berisi bagian-
bagian yang harus dipulihkan
fungsinya dan cara pemulihannya;
(2) Pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang menerbitkan
surat pemberitahuan perintah
pemulihan fungsi ruang;
(3) Apabila pelanggar mengabaikan
surat pemberitahuan yang
disampaikan, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban
mengeluarkan surat keputusan
pengenaan sanksi pemulihan fungsi
ruang;
(4) Pejabat yang berwenang
melakukan tindakan penertiban,
memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang yang harus
dilaksanakan pelanggar dalam
jangka waktu tertentu;
(5) Pejabat yang berwenang
melakukan tindakan penertiban dan
melakukan pengawasan
pelaksanaan kegiatan pemulihan
fungsi ruang;
(6) Apabila sampai jangka waktu yang
ditentukan pelanggar belum
melaksanakan pemulihan fungsi
56
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

ruang, pejabat yang bertanggung


jawab melakukan tindakan
penertiban dapat melakukan
tindakan paksa untuk melakukan
pemulihan fungsi ruang; dan
(7) Apabila pelanggar pada saat itu
dinilai tidak mampu membiayai
kegiatan pemulihan fungsi ruang,
pemerintah dapat mengajukan
penetapan pengadilan agar
pemulihan dilakukan oleh
pemerintah atas beban pelanggar
di kemudian hari.
i) Denda Administratif; yang dapat
dikenakan secara tersendiri atau
bersama-sama dengan pengenaan
sanksi administratif dan besarannya
ditetapkan oleh masing-masing
pemerintah daerah kab/kota.

Ketentuan pengenaan sanksi administratif ini


dapat diatur lebih lanjut melalui Peraturan
Gubernur/Bupati/Walikota. Ketentuan lebih lanjut
terkait pengenaan sanksi pidana dan sanksi
perdata mengacu pada peraturan perundang-
undangan terkait lainnya.

57
Bab- IV
Tahapan & Proses
Penyusunan
RZWP-3-K
Kabupaten/Kota
58
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

4.1
Tahapan Penyusunan RZWP-3-K
Kab/Kota

Tahapan penyusunan RZWP-3-K kab/kota secara


umum akan terdiri atas tahapan penyusunan
RZWP-3-K kab/kota dan proses legalisasi untuk
penetapan RZWP-3-K kab/kota tersebut dalam
bentuk peraturan daerah. Untuk lebih jelasnya
langkah-langkah umum penyusunan RZWP-3-K
kab/kota serta tahapan dan outputnya dapat
dilihat pada Gambar 3.1.

1. Pembentukan Kelompok Kerja.


Penyusunan Rencana Zonasi diawali dengan
membentuk kelompok kerja (Pokja
Penyusunan Rencana Zonasi) yang terdiri atas
dua komponen, yaitu Tim Pembina dan Tim
Teknis. Pokja disusun berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Daerah (Bupati/Walikota).
Anggota kelompok kerja terdiri atas institusi
pemerintah daerah yang memiliki kewenangan
atau kepentingan di wilayah pesisir laut dan
pulau-pulau kecil serta pihak terkait lain di
daerah (LSM, Perguruan Tinggi). Pokja yang
telah terbentuk selanjutnya menyusun
Kelompok Kerja, Menyusun Rencana Kerja,
dan menyusun TOR/RAB.
59
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk
memperoleh data awal tentang isu,
permasalahan, potensi, pemanfaatan ruang,
dan pemanfaatan sumberdaya laut, pesisir
dan pulau-pulau kecil di lokasi perencanaan
yang digunakan sebagai data awal dalam
membuat peta dasar, peta tematik dan peta
rencana kerja.
3. Survey Lapangan.
Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka
pengumpulan data sekunder dan perimer
yang belum tersedia dalam rangka
penyusunan katalog informasi sumberdaya
(sumberdaya alam, sumberdaya fisik/buatan,
sumberdaya sosial, dan sumberdaya manusia)
4. Identifikasi Potensi Wilayah
Berdasarkan survei lapangan pada tahap
ketiga dilakukan identifikasi potensi wilayah .
5. Penyusunan Dokumen Awal
Dokumen Awal Rencana Zonasi Kab/Kota
berisikan tentang : (i) Analisa Data : Analisis
Kebijakan, Kewilayahan, Sosial, Potensi
Sumberdaya, Pemanfaatan Sumberdaya,
Pemanfaatan Ruang, Kesesuaian Ruang, dan
Daya Dukung, (ii) Matriks Kesesuaian
Pemanfaatan Ruang, (iii) Matriks Keterkaitan
Antar Zona, dan (iv) Draft Dokumen Awal
Rencana Zonasi dan Album Peta.

60
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Gambar 4.1
Tahapan dan Proses/Output Penyusunan RZWP-3-K
Kab/Kota

61
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

6. Konsultasi Publik
Konsultasi publik dilakukan untuk
mensosialisasikan hasil-hasil penyusunan
rencana zonasi sampai pada tahap Laporan
Awal, dimana sosialisasi ini dimaksudkan
untuk menjaring masukan dan perbaikan data
maupun informasi mengenai draft rencana
zonasi yang telah disusun.
7. Penyusunan Dokumen Antara
Dokumen antara merupakan revisi atas
dokumen awal yang telah dikonsultasikan
kepada publik, oleh sebab itu dokumen antara
merupakan dokumen awal yang telah
diperbaiki berdasarkan masukan dan informasi
yang diperoleh dari berbagai pemangku
kepentingan di daerah atas wilayah pesisir,
laut dan pulau-pulau kecil di wilayahnya.
Pada tahap penyusunan dokumen antara ini
dapat saja dilakukan pengumpulan data
kembali dan proses pengolahan data kembali
jika memang dibutuhkan untuk
menginformasikan tematik atau kondisi
lapangan yang belum terangkum didalam
laporan awal.
8. Konsultasi Publik
Konsultasi publik pada tahap ini dilakukan
dengan maksud untuk memverifikasi atau
memastikan kembali bahwa data dan
informasi tematis yang menjadi masukan
publik pada tahap konsultasi sebelumnya
telah dirangkum dengan baik dan benar dalam
62
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

draft rencana zonasi yang disusun, sehingga


draft rencana zonasi dapat disepakati oleh
semua pemangku kepentingan daerah.
9. Penyusunan Dokumen Final
Setelah draft rencana zonasi disepakati oleh
semua pihak maka disusunlah dokumen final
(akhir) dari Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil yang merangkum
keseluruhan rangkaian proses, data dan
informasi serta analisis yang dilakukan sejak
awal kedalam tiga buku, yakni :
a. Buku Data dan Analisa
b. Buku Rencana Zonasi
c. Album Peta
d. Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kab/Kota
10. Penetapan
Pengajuan dokumen final rencana zonasi
tersebut kepada lembaga/instansi pemerintah
yang berwenang baik tingkat lokal, kab/kota,
provinsi maupun nasional untuk direview,
diarahkan, dan selanjutnya mendapat
persetujuan dan disahkan. Penetapan RZWP-
3-K kab/kota dilakukan setelah memperoleh
persetujuan substansi dari provinsi dan
pemerintah pusat. Sebagaimana tertuang
dalam bab empat bagian ketiga pasal 9 ayat 5

63
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007


menyebutkan bahwa RZWP-3-K ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, maka didalam
penyusunan Rancangan Perda RZWP-3-K
harus mengikuti tata cara penyusunan Perda
yang telah berlaku selama ini yang
substansinya merujuk kepada Dokumen Final
RZWP-3-K dan Peta RZWP-3-K.

4.2
Jangka Waktu Penyusunan Rencana
Zonasi Kab/Kota

Jangka waktu penyusunan rencana zonasi


Kab/kota sampai dengan penetapannya menjadi
Peraturan Daerah adalah selama 3 tahun, dimana
proses penyusunan rencana zonasi yang diawali
dari pembentukan kelompok kerja sampai ke
penyusunan dokumen awal dan konsultasi publik
pertama membutuhkan waktu selama 1 tahun.
Proses penyusunan draft final sampai dengan
draft Perda membutuhkan waktu 1 tahun
berikutnya. Sedangkan proses penetapan
rencana zonasi menjadi Peraturan Daerah
membutuhkan waktu selama 1 tahun. Tahun
pertama dan kedua proses penyusunan rencana
zonasi diharapkan ada dana pendamping dari
Daerah. Tahun ketiga sebagai tahap legislasi

64
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

sepenuhnya dilakukan oleh Daerah.. Untuk lebih


jelasnya jangka waktu yang dibutuhkan masing-
masing tahapan dalam penysunan rencana
zonasi dan proses penetapannya secara rinci
dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut.

Tabel. 4.1.
Tahapan dan Jangka Waktu Penyusunan Rencana Zonasi
Kab/Kota

65
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

4.3
Proses Penyusunan RZWP-3-K
Kab/Kota

4.3.1 Pembentukan Kelompok Kerja


Penyusunan rencana zonasi kab/kota merupakan
kewenangan pemerintah daerah kab/kota. Sebagai
tahap awal perlu dibentuk Kelompok Kerja (Pokja).
Tim Pokja diketuai oleh unsur Bappeda/Bappeko,
dibantu oleh sekretaris dari unsur Dinas yang
membidangi Kelautan dan Perikanan serta
beranggotakan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) kab/kota dan pemangku kepentingan
utama lainya dalam pengelolaan sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil.

Tugas dan Tanggung Jawab Tim Pokja :


a. Menyusun dan menetapkan rencana
acuan kerja dan rencana anggaran
biaya penyusunan rencana zonasi;
b. Mengidentifikasi issue dan
permasalahan pemanfaatan di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil kab/kota;
c. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
pengelolaan dan zonasi pesisir dan
pulau-pulau kecil;

66
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

d. Bekerjasama dan berkoordinasi dalam


penetapan batas-batas kepentingan
pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau
kecil lintas sektor;
e. Memberikan pertimbangan-
pertimbangan teknis dan masukan
kepada pihak ketiga sebagai pihak
yang oleh karena keahliannya dan
kelengkapan teknisnya mampu
melakukan pengumpulan data,
pengolahan data dan analisa data;
Tim supervisi/konsultasi dalam penyusunan RZWP-
3-K kab/kota, dilaksanakan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan cq. Ditjen KP3K (Dit.
TRLP3K dan UPT Ditjen KP3K) yang bertugas dan
bertanggung jawab :
1. Memberikan masukan kebijakan dan
perbaikan terhadap dokumen rencana
zonasi;
2. Memonitor proses penyusunan
rencana zonasi;
3. Memberikan pertimbangan integrasi
arahan pola ruang dan struktur ruang
dalam rencana zonasi wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil terhadap
kebijakan RTRW kab/kota.
4. Memberikan pertimbangan atas
Rancangan PERDA Rencana Zonasi
setelah melalui pembahasan di
daerah.

67
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Pihak Ketiga sesuai dengan keahlian dan


kemampuan teknis yang dimiliki adalah pihak yang
diberikan tanggungjawab oleh tim teknis dalam
proses pengambilan data, pengolahan data, analisa
data serta memfasilitasi proses-proses konsultasi
publik, jika dibutuhkan oleh tim teknis. Tugas dan
Tanggung Jawab Pihak Ketiga :
 Melaksanakan tugas sebagaimana yang
telah dijabarkan dalam kerangka acuan
kerja;
 Menyusun laporan pada tiap tahapan
kerja dan mendokumentasikan hasil-
hasil kegiatan yang dilaksanakan;
 Berkoordinasi dengan SKPD dan
melaporkan hasil-hasil kegiatan kepada
pemberi kerja;
Untuk lebih jelasnya hubungan antar berbagai
komponen kelompok kerja penyusunan rencana
zonasi kab/kota dapat dilihat pada Gambar 4.2.

68
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Gambar 4.2
Struktur Organisasi Pokja Penyusunan Rencana Zonasi Kab/Kota

69
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Penjelasan Mekanisme Penyusunan Dokumen


Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Kab / Kota
1. Bupati/Walikota membentuk Kelompok Kerja
Penyusunan Dokumen Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
2. Setelah terbentuknya Kelompok Kerja, maka
dilakukan proses penyusunan dokumen
RZWP-3-K kab/kota sesuai dengan
tahapan/langkah-langkah penyusunan Zonasi
WP3K kab / kota.
Guna kelancaran pelaksanaan penyusunan
RZWP-3-K kab/kota, Pokja dapat dibantu Tim
Teknis yang ditetapkan oleh Ketua Pokja.
Tim teknis dapat terdiri dari unsur Perguruan
Tinggi, LSM, Tokoh Masyarakat, Tenaga Ahli,
dll
3. Dokumen RZWP-3-K kab/kota yang telah
menjadi Dokumen Final RZWP-3-K kab/kota,
oleh Ketua Pokja dilaporkan kepada
Bupati/Walikota, guna proses lebih lanjut.
4. Bupati/Walikota menyampaikan dokumen Final
RZWP-3-K kab/kota kepada Gubernur dan
Menteri, guna mendapatkan tangapan
dan/atau saran.
5. Menteri dan Gubernur memberikan tanggapan
dan/atau saran terhadap dokumen Final
RZWP-3-K kab/kota, dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari kerja terhitung sejak mulainya

70
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

diterimanya dokumen Final RZWP-3-K


kab/kota secara lengkap.
Menteri dalam memberikan tanggapan
dan/atau saran terkait substansi dibantu oleh
Tim Substansi
6. Tanggapan dan/atau saran perbaikan oleh
Menteri atau Gubernur, dipergunakan sebagai
bahan perbaikan dokumen Final RZWP-3-K
kab/kota, dan dalam hal tanggapan dan/atau
saran sebagaimana point 4 diatas tidak
terpenuhi, maka Bupati/Walikota dapat
memberlakukan dokumen RZWP-3-K kab/kota
secara definitif.
7. Dokumen Final RZWP-3-K kab/kota yang telah
dimintakan tanggapan dan/atau saran kepada
Menteri dan Gubernur, oleh Bupati/Walikota
disampaikan kepada DPRD kab/kota dalam
bentuk Rancangan Peraturan Daerah.
8. Rancangan peraturan Daerah tentang
Rencana Zonasi Wilayah pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Kab/Kota, disampaikan kepada
DPRD untuk dibahas bersama DPRD dengan
Bupati/Walikota.
9. Hasil pembahasan bersama Rancangan
Peraturan Daerah RZWP-3-K kab/kota,
ditetapkan dalam Peraturan Daerah kab/kota.

71
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

4.3.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk


memperoleh gambaran awal tentang isu,
permasalahan, potensi, pemanfaatan ruang, dan
pemanfaatan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-
pulau kecil di lokasi perencanaan yang digunakan
sebagai data awal dalam membuat peta dasar,
peta tematik dan peta rencana kerja.

Pengumpulan data dan informasi dari sumber


kedua yaitu lembaga atau institusi yang telah
melakukan proses pengumpulan data lapangan
dan mendokumentasikannya dalam bentuk laporan,
buku, diagram, peta, foto, dan media penyimpanan
lainnya disebut sebagai Pendekatan Survey Data
Sekunder.

Jenis data dasar yang digunakan untuk memulai


proses penyusunan rencana zonasi kab/kota antara
lain berupa peta-peta yang bersumber dari
beberapa instansi seperti yang diperlihatkan pada
Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dibawah ini.

72
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Tabel 4.2
Jenis Data Dasar RZWP-3-K Kab/Kota

73
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Tabel 4.3
Jenis Data Dasar RZWP-3-K Kab/Kota

74
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

4.3.3 Survey Lapangan

Survei lapangan dilaksanakan dalam rangka


pengumpulan data sekunder dan primer yang
belum tersedia dalam rangka penyusunan katalog
informasi sumberdaya (sumberdaya alam,
sumberdaya fisik/buatan, sumberdaya sosial dan
sumberdaya manusia). Survey lapang ini
dilaksanakan dalam rangka melakukan verifikasi
terhadap data sekunder yang sudah terkumpul
sebelumnya serta melakukan pengumpulan data
primer. Adapun jenis data yang akan dikumpulkan
meliputi:
(i) Jenis Data Sekunder
Data sekunder yang akan dikumpulkan dalam
survey lapang akan meliputi kebijakan,
kondisi fisik wilayah, kondisi sosial budaya,
kondisi ekonomi, kondisi pemanfaatan ruang
eksisting, kondisi ekologi serta rencana/studi
terkait lainnya.
a. Kebijakan meliputi RTRW kab/kota,
RPJM kab/kota, Renstra kab/kota dan
kebijakan lain yang terkait.
b. Kondisi fisik, menyangkut kondisi
geologi/tatanan tektonik (jalur gempa ,
jenis tanah dan jenis batuan), morfologi
pantai (bentuk permukaan pulau, evolusi
pantai , bentuk dan tipe pantai), hidro-
oceonografi (arus pasang surut,
bathimetri, kecepatan arus permukaan,
75
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Iklim dan cuaca), keterdapatan pulau


kecil (paparan benua, kelanjutan benua)
dan lokasi/posisi (pulau perbatasan,
pulau terluar, pulau di perairan
pedalaman)
b. Kondisi Sosial Budaya, menyangkut
sebaran dan jumlah penduduk, interaksi
penduduk, budaya & adat istiadat,
sejarah sosial dan issue permasalahan
sosial budaya
c. Kondisi Ekonomi, menyangkut PDRB,
PAD, sebaran potensi ekonomi, basis
ekonomi lokal, keterkaitan ekonomi dan
skala ekonomi (produksi dan
pemasaran).
d. Kondisi Pemanfaatan Ruang Eksisting,
menyangkut penggunaan ruang wilayah
pesisir dan laut masing-masing sektor
dan komoditi serta aspek
permasalahannya.
e. Kondisi Ekologi, menyangkut sebaran
biota (endemik, langka, hampir punah,
invansi), jenis dan sebaran ekosistim
(mangrove, terumbu karang, pantai
berbatu) dan kondisi sumberdaya alam
(pencemaran perairan, kerusakan
terumbu karang, kerusakan mangrove).
f. Rencana / studi terkait lainnya,
menyangkut daya dukung
pengembangan komoditi dan kawasan,

76
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

kriteria pemanfaatan wilayah pesisir dan


pulau-pulau kecil.

(ii) Jenis Data Primer


Pengumpulan data primer merupakan
kegiatan pengumpulan data yang dilakukan
secara sistematis melalui perekaman data
(observasi, pengambilan sampling,
penghitungan, pengukuran, wawancara,
kuesioner atau focus group discussion)
langsung dari sumber pertama
(fenomena/objek yang diamati). Adapun jenis
data primer yang akan dikumpulkan meliputi;
(dijelaskan cara pengambilan data untuk
setiap kelompok data).

Adapun pengklasifikasian jenis data dalam


kegiatan survey lapangan disajikan dalam tabel
4.4.

77
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Tabel 4.4
Klasifikasi Jenis Data

78
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

4.3.4 Identifikasi Potensi Wilayah


Berdasarkan survei lapangan pada tahap
sebelumnya, selanjutnya dilakukan identifikasi
potensi wilayah yang meliputi:
a. Identifikasi jenis dan jumlah sumberdaya;
b. Identifikasi pemanfataan sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
c. Identifikasi potensi perkembangan.

4.3.5 Penyusunan Dokumen Awal


Dokumen Awal Rencana Zonasi Kab/Kota
berisikan tentang : (i) Analisis Data : Analisis
Kebijakan, Kewilayahan, Sosial Ekonomi, Potensi
Sumberdaya, Pemanfaatan Sumberdaya,
Pemanfaatan Ruang, Kesesuaian Ruang, dan Daya
Dukung, (ii) Matriks Keterkaitan Antar Zona, dan
(iii) Draft Dokumen Awal Rencana Zonasi dan
Album Peta.
Adapun isi dokumen awal yang akan disusun
meliputi:
1. Analisis Data, terdiri atas :
a. Analisis Kebijakan
Analisis Kebijakan digunakan untuk melihat
kedudukan wilayah perencanaan terhadap
kebijakan rencana tata ruang
nasional/provinsi/kab/kota, dan
menyesuaikan perencanaan yang dibuat

79
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

dengan kebijakan pembangunan daerah,


dengan tujuan agar tidak terjadi tumpang
tindih kegiatan. Disamping itu, analisis yang
didasarkan pada kebijakan pembangunan
nasional, termasuk kebijakan geopolitik dan
pertahanan keamanan.

b. Analisis Kewilayahan
Analisis kewilayahan merupakan analisis
untuk melihat kecenderungan
perkembangan kawasan di wilayah
perencanaan berdasarkan potensi fisik
wilayah dan kondisi ekonomi, sosial-budaya
yang ada. Analisis kewilayahan akan dapat
mengeluarkan rekomendasi bagi skala
pengembangan kawasan yang diharapkan
dan arahnya.

c. Analisis Sosial Ekonomi


Analisis sosial ekonomi dilakukan untuk
melihat kondisi sosial ekonomi dan
strukturnya di wilayah perencanaan. Analisis
sosial ekonomi menyangkut sebaran dan
jumlah penduduk, interaksi penduduk,
budaya & adat istiadat, sejarah sosial dan
issue permasalahan sosial budaya, sebaran
potensi ekonomi, basis ekonomi lokal,
keterkaitan ekonomi dan skala ekonomi
(produksi dan pemasaran).

80
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

d. Analisis Daya Dukung


Analisis daya dukung wilayah pesisir
meliputi daya dukung fisik lingkungan
(geografi, geo-morfologi, hidrologi, eko-
biologis dan hidro-oseanografi) dan daya
dukung sosial, ekonomi, budaya dan politik.

e. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang


Analisis kesesuaian pemanfaatan ruang
merupakan analisis yang melihat pada
potensi wilayah pesisir berdasarkan kriteria-
kriteria teknis kegiatan pemanfaatan ruang
yang direncanakan. Analisis ini
menggunakan metode overlay peta untuk
masing-masing variabel fisik, sosial,
ekonomi dan budaya berdasarkan kriteria
kegiatan. Dari hasil analisis ini akan
dihasilkan kesesuaian lahan pemanfaatan
ruang dalam bentuk peta kesesuaian
pemanfaatan ruang, yang antara lain akan
meliputi kesesuaian pemanfaatan ruang
untuk kawasan lindung (konservasi),
kawasan pemanfaatan umum, zona alur dan
KSNT.

81
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

2. Matrik Keterkaitan Antar Zona


Matrik keterkaitan antar zona menguraikan
hubungan antar zona/sub zona dalam suatu
wilayah perencanan untuk melihat harmonisasi
antar zona/sub zona. Matrik ini berisi susunan
aktifitas/nilai untuk tujuan komersial, industrial,
lingkungan, tempat tinggal, dan tempat rekreasi
umum dan berfungsi untuk menjelaskan
susunan aktifitas yang dapat diterapkan di
dalam masing-masing peruntukan zona/sub-
zona. Contoh matriks kesesuaian
aktifitas/pemanfataan.

Gambar 4.3
Matriks Keterkaitan antar Kegiatan Pemanfaatan Pesisir

82
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

3. Draft Dokumen Awal Rencana Zonasi


Draft dokumen awal RZWP-3-K Kab/kota
terutama memuat jenis kawasan, zona dan
sub zona yang diusulkan untuk dijadikan
sokumen awal rencana zonasi. Adapun
pembagian masing-masing kawasan,
zona/sub zona dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Draft awal rencana zonasi disusun
berdasarkan proses pengambilan keputusan
atas alokasi ruang dan kondisi pemanfaatan
ruang yang ada. Untuk RZWP-3-K kab/kota
draft peta zonasi disusun dengan skala 1 :
100.000 untuk kab dan atau 1 : 50.000 untuk
kota. Draft peta rencana zonasi dibuat
dengan sistim referensi geografis grid UTM
(Universal Tranverse Mercantor) dan sistim
proyeksi WGS 84. Contoh Peta Rencana
Zonasi ini dapat dilihat pada lampiran 2.

83
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Tabel 4.5
Klasifikasi Kawasan menjadi Zona dan Sub Zona
ARAHAN PEMANFAATAN
KAWASAN
ZONA Sub zona
1. PEMANFAATAN Perikanan Budidaya 1. Rumput Laut
UMUM 2. Mutiara
3. Keramba Jaring Apung
4. Keramba Lainnya
5. Bagan
6. Pertambakan
7. Pembenihan (Hatchery)
Permukiman 1. Desa/Kampung Nelayan
2. Desa/Kampung Non Nelayan
3. Permukiman Diatas Air;
4. Perkotaan
Industri 1. Pengolahan Hasil Perikanan;
2. Industri Kapal Tradisional;
3. Bengkel/Docking
4. Pergudangan;
5. Industri Berbasis Non
Kelautan Perikanan;
Pariwisata 1. Hotel/ Resort/ Penginapan;
2. Pantai Wisata Umum;
3. Wisata Penyelaman;
4. Hotel/ Resort/ Penginapan;
5. Pantai Wisata Umum;
6. Wisata Penyelaman;
7. Wisata Budaya;
Pelabuhan 1. Perhubungan Laut Umum;
2. Perhubungan Laut Khusus
(mis : Pertambangan,
Pertamina, dll);
3. Perikanan Nusantara;
4. Perikanan Pantai;
5. Pelabuhan Tradisional
Pertanian 1. Pertanian Sawah;
2. Pertanian Non Sawah
Hutan 1. Hutan Produksi;
2. Hutan Non Produksi;
Pertambangan 1. Pertambangan Klas C;
2. Pertambangan Klas B;
3. Pertambangan Lepas Pantai;

84
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

ARAHAN PEMANFAATAN
KAWASAN
ZONA Sub zona
2. KONSERVASI Konservasi Perairan
Konservasi Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil

Konservasi Maritim
Sempadan Pantai
Mitigasi Bencana
Alam
3. ALUR Alur Pipa dan Kabel 1. Kabel Listrik;
2. Pipa Air Bersih;
3. Jaringan Kabel Komunikasi;
4. Pipa Gas
Alur Pelayaran 1. Pelayaran Internasional
2. Pelayaran Nasional
3. Pelayaran Regional
4. Pelayaran Lokal
5. Pelayaran Industri Tambang
6. Pelayaran Wisata
Alur Migrasi Biota 1. Migrasi Tuna
2. Migrasi Penyu
3. Migrasi Paus
4. KSNT Instalasi Militer
Perbatasan dan PPK
terluar
Situs Warisan Dunia
Habitat Biota Endemik

4.3.6 Konsultasi Publik


Konsultasi publik dilakukan untuk
mensosialisasikan hasil-hasil penyusunan rencana
zonasi sampai pada tahap Laporan Awal, dimana
sosialisasi ini dimaksudkan untuk menjaring
masukan dan perbaikan data maupun informasi
mengenai draft rencana zonasi yang telah disusun.
Dokumen awal RZWP-3-K kab/kota sebagaimana
dimaksud selanjutnya wajib dilakukan konsultasi
publik untuk mendapatkan masukan, tanggapan
atau saran perbaikan dari Pemerintah,

85
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

SKPD/instansi terkait, LSM dan/atau ORMAS guna


menghasilkan dokumen antara.

Pendekatan konsultasi publik pada tingkat kab/kota


ditekankan pada upaya untuk menginisiasi draft
peta rencana zonasi yang telah disusun kepada
masyarakat dan institusi pemerintahan daerah
kab/kota. Kegiatan pelibatan memerlukan metoda,
sarana atau media partisipasi yang tepat untuk
melakukan konsultasi dan menghimpun berbagai
pelaku pembangunan dalam suatu forum yang
bertujuan mulai dari memberikan informasi,
memperoleh masukan, berdiskusi, memecahkan
masalah bersama, bekerjasama, resolusi konflik,
negosiasi, mediasi, hingga mengambil keputusan
bersama. Terdapat beragam metoda yang dapat
digunakan, masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan serta akan tergantung pada bentuk dan
tingkat keterlibatan yang akan dilaksanakan.

4.3.7 Penyusunan Dokumen Antara


Dokumen antara merupakan revisi atas dokumen
awal yang telah dikonsultasikan kepada publik, oleh
sebab itu dokumen antara merupakan dokumen
awal yang telah diperbaiki berdasarkan masukan
dan informasi yang diperoleh dari berbagai
pemangku kepentingan di daerah atas wilayah
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil di wilayahnya.
Pada tahap penyusunan dokumen antara ini dapat
saja dilakukan pengumpulan data kembali dan
proses pengolahan data kembali jika memang
86
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

dibutuhkan untuk menginformasikan tematik atau


kondisi lapangan yang belum terangkum didalam
laporan awal.

4.3.8 Konsultasi Publik


Konsultasi publik pada tahap ini dilakukan dengan
maksud untuk memverifikasi atau memastikan
kembali bahwa data dan informasi tematis yang
menjadi masukan publik pada tahap konsultasi
sebelumnya telah dirangkum dengan baik dan
benar dalam draft rencana zonasi yang disusun,
sehingga draft rencana zonasi dapat disepakati
oleh semua pemangku kepentingan daerah.

Konsultasi publik yang dilakukan pada tahap ini


hampir tidak berbeda dengan pendekatan pada
konsultasi publik sebelumnya, hanya saja lingkup
publik yang dilibatkan dipersempit, terutama
pemangku kepentingan yang memberikan masukan
terhadap draft rencana zonasi. Namun demikian
konsultasi publik kedua ini masih membuka
kesempatan untuk memberikan masukan atas
perbaikan/penyempurnaan yang dilakukan.

4.3.9 Penyusunan Dokumen Final


Setelah draft rencana zonasi disepakati oleh semua
pihak maka disusunlah dokumen final (akhir) dari
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil yang merangkum keseluruhan rangkaian

87
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

proses, data dan informasi, analisis yang dilakukan


sejak awal serta rencana zonasi yang telah dibuat
dalam tiga buku, yakni :
a. Buku Data dan Analisa
b. Buku Rencana Zonasi
c. Album Peta
d. Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Kab/Kota

Dokumen final yang telah disusun dan disepakati


selanjutnya diajukan kepada institusi Pemerintah
Pusat (Kementerian Kelautan & Perikanan) dan
Provinsi, serta institusi pemerintah lainnya yang
memiliki kepentingan dengan sumberdaya di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Sistematika dokumen final rencana zonasi dapat
dilihat pada Lampiran 3.

4.3.10 Penetapan
Penetapan Rencana Zonasi WP3K kab/kota
dilakukan setelah memperoleh persetujuan
substansi dari provinsi dan pemerintah pusat.
Pengajuan dokumen final rencana zonasi tersebut
kepada lembaga/instansi pemerintah yang
berwenang baik tingkat lokal, kab/kota, provinsi
maupun nasional untuk direview, diarahkan, dan
selanjutnya mendapat persetujuan dan disahkan.
88
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam


penetapan rencana zonasi kab/kota pada tahap ini
adalah:
- Tersedianya Dokumen Final RZWP-3-K
kab/kota beserta peta-petanya
- Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil kab/kota
- Hasil persetujuan Raperda RZWP-3-K
kab/kota antara Pemerintah Daerah
kab/kota dengan DPRD
- Rekomendasi Gubernur terhadap Draft Final
RZWP-3-K
- Persetujuan Substansi dari Menteri Kelautan
dan Perikanan

Selanjutnya dalam proses penetapan rencana


zonasi kab/kota menjadi diperlukan langkah-
langkah sebagai berikut:
- Pengajuan Raperda tentang RZWP-3-K
kab/kota dari Bupati/Walikota kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, atau
sebaliknya.
- Pembahasan RZWP-3-K kab/kota oleh
DPRD bersama Pemerintah Daerah.
- Penyampaian Raperda tentang RZWP-3-K
kab/kota kepada Menteri Kelautan dan
Perikanan untuk permohonan persetujuan
substansi dengan disertai rekomendasi
Gubernur, sebelum raperda tersebut

89
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

disetujui bersama antara pemerintah daerah


Kab/Kota dengan DPRD setempat.
- Penyampaian Raperda tentang RZWP-3-K
kab/kota kepada Gubernur untuk dievaluasi
setelah disetujui bersama antara pemerintah
daerah Kab/Kota dengan DPRD setempat.
- Proses pengesahan Raperda RZWP-3-K
kab/kota oleh Sekretaris Daerah Kab/Kota

Hasil akhir dari proses penetapan rencana zonasi


kab/kota berupa Peraturan Daerah Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kab/Kota.

90
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

91
Penutup
92
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

Pengembangan perairan dan pulau-pulau kecil mutlak


diperlukan untuk mengeksplorasi potensi kekayaan laut
yang bernilai ekonomis dan ekologis tinggi. Tujuan dari
Rencana Zonasi WP3K diantaranya untuk memandu
pemanfaatan jangka panjang, pembangunan dan
pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir dan laut.
Zonasi juga merupakan alat dimana pemanfaatan dan
pengelola menetapkan arahan pemanfaatan untuk setiap
bagian dari wilayah pesisir dan laut. Pada pedoman ini
dijelaskan tahapan-tahapan dan proses penyusuanan
Rencana Zonasi melalui pengintegrasian program antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, kalangan
swasta dunia usaha, masyarakat serta para stakeholders
yang berkepentingan lainnya.

Pedoman ini merupakan guidelines umum bagi para


pembuat keputusan stakeholder terkait baik di kalangan
pemerintah pusat dan daerah dalam memberikan
gambaran tentang rencana zonasi beserta langkah-
langkah umum yang perlu dilakukan dalam penyusunan
rencana zonasi di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau
kecil.

93
Lampiran
94
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

LAMPIRAN 1 :

Contoh Kerangka Acuan Kerja (TOR) :

a. Latar Belakang, yang pada pokoknya berisi informasi


awal tentang :
- Kondisi geografis wilayah pesisir laut dan pulau-
pulau kecil
o Lokasi Geografis & sebaran pulau kecil;
o Pemangku kepentingan di wilayah pesisir
o Potensi sumberdaya termanfaatkan;
o Potensi sumberdaya yang belum
termanfaatkan
o Issue dan Masalah di wilayah perencanaan
- Landasan Kebijakan Pemerintah Pusat maupun
Daerah;
b. Tujuan;
Tujuan dalam Penyusunan Rencana Zonasi adalah :
“Menyusun dan menetapkan arah pemanfaatan
ruang pesisir kab/kota”
c. Sasaran;
Tersusunnya rencana zonasi wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil Kab/kota

97
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

d. Keluaran :
Merupakan penjabaran akan produk-produk yang
dihasilkan dalam proses penyusunan rencana
zonasi, misalnya :
- Peta – peta analisis
- Peta – Peta Pemanfaatan Ekisting;
- Peta – Peta Arahan Rencana Pemanfaatan
e. Lingkup Wilayah Perencanaan :
Mendeskripsikan batas-batas geografis dan
administratif wilayah perencanaan zonasi, konstelasi
regional, serta luasan wilayah perencanaan yang
bersangkutan
f. Metodologi :
Mendeskripsikan tahapan-tahapan perencanaan, tata
cara pengambilan data dan informasi, pendekatan
ilmiah dalam pengolahan data serta analisis data dan
informasi.
g. Anggaran Biaya :
Berisi informasi total biaya yang dianggarkan untuk
kegiatan penyusunan Rencana Zonasi
h. Rencana Kerja :
Berisi uraian tahapan kegiatan dalam rangka
penyusunan rencana zonasi beserta jangka waktu
kegiatan tersebut dilaksanakan.

98
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

LAMPIRAN 2

TABEL KESESUAIAN PEMANFAATAN PESISIR

A. Kesesuaian Pesisir untuk Mangrove

No Variabel Data Kriteria Kesesuaian


Baik Sedang Buruk
1 Kelerengan Pantai dan
Pasang
a. Surut
Frekuensi >15 5-15 <5
2 Rendaman
Tekstur Lumpur Lumpur Pasir Pasir
(hr/km)
3 pH Tanah 5,5 – 8,5 4,0-5,5 <4,0 atau
4 pH Air 5,0-7,5 3-5 atau 7,5- >8,0
<3,0 atau
5 Salinitas (o/oo) 5-25 8,0
26-40 >8,0
<5 atau >40
6 Bahan Organik (gr/kg) 1-5 0-1 atau 5-10 >10

B. Kesesuaian Pesisir untuk Terumbu Karang

No Variabel Data Kriteria Kesesuaian


Baik Sedang Buruk
1 Kedalaman (m) 4-15 <4 atau 15-50 >30
2 Kecepatan Arus 0,2-0,3 0,3-0,4 <0,2 atau
3 (m/det)
Salinitas 31-33 28-30 <28 >0,4
atau >30
4 Kecerahan 90-100 80-89 <80
5 Suhu 26-28 20-25 <20 atau >30

99
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

C. Kesesuasian Pesisir untuk Perikanan Tangkap

No Variabel Data Kriteria Kesesuaian


Baik Sedang Buruk
1 Tinggi Gelombang (m) 0-1 1-2 >=3
2 Kecepatan Arus 0,1-0,3 0,3-0,4 >0,4
3 (m/det) Hari Hujan
Jumlah 150-180 110-150 <110
4 (hari/thn)
Tutupan Terumbu 60-80 40-60 <40
5 Karang (%)
Tutupan Mangrove 60-80 40-60 <40
6 JArak dari pantai (km) 0-10 10-20 >20

D. Kesesuaian Pesisir untuk Perikanan Budidaya di Laut

No Variabel Data Kriteria Kesesuaian


Baik Sedang Buruk
1 Tinggi Gelombang (m) 0-1 1-2 >=3
2 Kecepatan Arus 0,1-0,3 0,3-0,4 >0,4
3 (m/det) Hari Hujan
Jumlah 150-180 110-150 <110
4 (hari/thn)
Tutupan Terumbu 60-80 40-60 <40
5 Karang (%)
Tutupan Mangrove 60-80 40-60 <40
6 JArak dari pantai (km) 0-10 10-20 >20

E. Kesesuaian Pesisir untuk Budidaya Ikan di Tambak

No Variabel Data Kriteria Kesesuaian


Baik Sedang Buruk
1 Tinggi Gelombang (m) 0-1 1-2 >=3
2 Kecepatan Arus 0,1-0,3 0,3-0,4 >0,4
3 (m/det)
Jumlah Hari Hujan 150-180 110-150 <110
4 (hari/thn)
Tutupan Terumbu 60-80 40-60 <40
5 Karang (%)
Tutupan Mangrove 60-80 40-60 <40
6 JArak dari pantai (km) 0-10 10-20 >20

100
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

F. Kesesuaian Pesisir untuk Pariwisata

No Variabel Data Kriteria Kesesuaian


Baik Seedang Buruk
1 Kelerengan Landai (0-8) Berbukit (8-15) Curam (>15)
2 Kondisi Lahan Pantai Pasir Putih Pasir Lumpur
3 Tinggi Gelombang rendah (<1) sedang (1-2) Besar (>3m)
4 Kecepatan Arus <0,1 0,1-1 >1
5 Kecerahan 90-100 80-89 <80
6 Keberadaan Padat dan Jarang dan tidak Rusak (40%)
keanekaragaman karang beragam beragam (40-75%)
7 Keberadaan objek yang (75%)
Ada dan Ada dan cukup khas Tidak ada
8 Keterbukaan
khas lahan >400
sangat khas 100 - 400 <100
9 Bahaya
pantai banjir Tidak ada 1-2 kali selama >2 kali selama
10 Perubahan Cuaca Jarang sedang
musim piknik Sering
musim piknik

101
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

G. Kesesuaian Pesisir untuk Pelabuhan

No Variabel Data Kriteria Kesesuaian


Baik Sedang Buruk
1 Kedalaman >10 5-10 <5
2 Tinggi Gelombang <1 1-2 >2
3 Abrasi/Akresi Tidak ada Kecil Besar

102
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

LAMPIRAN 3

Tabel Pernyataan Maksud Pengelolaan Zona/Sub Zona

RZWP-3-K Kab/Kota : Posisi


Geografis
……………………………………………………………
Lon Lat (Y)
(X)

KATEGORI KAWASAN PEMANFAATAN UMUM ……… ………….

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Zona Sub-Zona

Perikanan Budidaya Rumput Laut ……… ………….

KJA ……… ………….

Permukiman Desa/Kampung Nelayan ……… ………….

Permukiman Diatas Air ……… ………….

Nilai-Nilai Utama Zona / Sub Zona :

Budidaya Rumput Laut ……………………………………….. .........................

KJA ………………………………………………………………

Desa/Kampung Nelayan …………………………………………………………………

Permukiman Diatas Air …………………………………………………………………

Prioritas utama untuk : ………………………………………………


Pembangunan 5 tahun kedepan

Isu-isu perencanaan strategis 5 : ………………………………………………


tahun kedepan

Kebutuhan Pengendalian Ruang : …………………………………………

103
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

LAMPIRAN 4

SISTIMATIKA PENYAJIAN DOKUMEN BUKU RENCANA ZONASI WP3K KAB/KOTA

104
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

105
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

106
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

107
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

LAMPIRAN 5 :
Jenis – Jenis Peta
1. Peta Citra

108
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

2. Peta Batimetri

109
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

3. Peta Batas Wilayah Pengelolaan Laut Kab/Kota;

4. Peta Kecerahan

110
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

4. Peta Kecerahan;

111
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

5. Salinitas

6. Sebaran pH

112
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

6. Sebaran pH

113
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

7. Sebaran BOD

8. Sebaran DO

9. Peta Kecepatan Arus

114
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

8. Sebaran DO

115
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

9. Peta Kecepatan Arus

116
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

10. Peta Suhu Permukaan Laut

117
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

11. Peta Sebaran Nitrat

118
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

12. Peta Sebaran Nitrat

119
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

13. Peta Sebaran Fosfat

120
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

14. Peta Sebaran Sulfat

121
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

15. Peta Sebaran Tembaga

122
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

16. Peta Sebaran TSS

123
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

17. Peta Sebaran Klorofil

124
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

18. Peta Alur Pelayaran

125
KETENTUAN MENGENAI PENYUSUNAN RZWP-3-K KAB/KOTA

19. Peta Rencana Zonasi Kabupaten

126

Anda mungkin juga menyukai