i
1.1 LATAR BELAKANG
Pariwisata kini telah menjadi salah satu sektor yang didorong menjadi sektor unggulan penggerak
perekonomian di Indonesia. Pembangunan pariwisata memiliki karakeristik multi sektor, multi aktor, dan
multi aspek. Maka dari itu dalam pembangunan pariwisata perlu perencanaan yang terpadu dan saling
terintegarasi dari segala aspek. Sebagai salah satu bentuk tindak lanjut dari program percepatan proyek
strategis nasional pada sektor pariwisata pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyusun dokumen Rencana Induk Destinasi
Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP). Penyusunan dokumen ini dilakukan dengan
pendekatan terpadu dan menerapkan konsep empat pilar pembangunan pariwisata yang telah
dijabarkan dalam Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional. Selain itu juga dengan melakukan
pendekatan komprehensif untuk seluruh aspek dan sektor dengan melibatkkan semua stakeholders baik
di tingkat pusat (K/L), tingkat daerah maupun lintas pelaku ditingkat masyarakat, dan swasta. Diharapkan
dokumen ini dapat menjadi dokumen perencanaan pariwisata yang dapat mengatasi masalah dan
tantangan pengembangan pada masing-masing kawasan, baik dalam konteks pengembangan pariwisata
maupun dalam konteks pembangunan daerah yang lebih luas, untuk selanjutnya dapat mendukung
percepatan pembangunan infrastruktur di kawasan strategis pariwisata. Mengakomodir maksud
tersebut, pemerintah Indonesia memutuskan pelaksanaan pekerjaan ini juga sebagai bentuk sarana
koordinasi diantara para pemangku kepentingan dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang
selaras dengan perkembangan regional secara keseluruhan.
Provinsi Bangka Belitung menjadi salah satu kawasan yang akan disusun dokumen Rencana Induk
Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP). Sesuai yang tertuang pada
Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Tahun 2010 – 2025, Provinsi Bangka Belitung termasuk dalam Destinasi Pariwisata Nasional Palembang-
Babel dan sekitarnya, serta terdiri dari empat Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), yaitu
KPPN Pangkal Pinang-Sungai Liata dsk, KPPN Tanjung Kalayang-Belitung dsk, KPPN Belinyu dsk, dan KPPN
Punai-Belitung dsk. Selanjutnya melalui Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional (diubah melalui Peraturan Presiden No. 58 Tahun 2017), KSPN
Tanjung Kelayang Bangka Belitung sebagai kawasan yang menjadi prioritas percepatan pembangunan
infrastruktur transportasi, listrik, dan air bersih.
Melalui pendekatan terpadu dan komprehensif untuk seluruh aspek dan sektor dengan melibatkkan
semua stakeholders baik di tingkat pusat (K/L), tingkat daerah maupun lintas pelaku ditingkat masyarakat,
dan swasta. Integrated Tourism Master Plan (ITMP) digunakan sebagai platform bersama dalam
penyusunan sebuah perencanaan, pelaksanaan program dan pengendaliannya pembangunan pariwisata
yang melibatkan kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan antara pemangku
kepentingan.
BAB 1-1
1
1.2.2 Sasaran
Sasaran dari pekerjaan ini antara lain:
1.3 KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pekerjaan ini adalah:
1. Dokumen Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP)
Bangka Belitung.
• Arahan dan kebijakan pembangunan dan pengembangan spasial, ekonomi, bisnis, investasi,
sosial, budaya, lingkungan alam dan lingkungan buatan berbasis destinasi pariwisata, industri
pariwisata, kelembagaan pariwisata dan pemasaran pariwisata.
• Peta Pola Ruang Pariwisata skala Kepulauan Bangka Belitung, Peta Struktur Ruang Pariwisata
skala Kepulauan Bangka Belitung dan Peta Kawasan Wisata Unggulan/ Kawasan Inti Pariwisata/
Key Tourism Area. Skala peta disesuaikan.
• Delineasi RIDPN berbasis peraturan perundangan yang berlaku dan berbagai dokumen yang
berlaku seperti RTRWN, RTRWP, RTRWK/K, RZWP3KP, DPN, KPPN dan KSPN. Skala peta
disesuaikan.
BAB 1-2
2
• Destinasi/ Daerah Tujuan Pariwisata (DTP) sebagai basis penghitungan daya dukung dan daya
tampung indikasi jumlah wisatawan, pengelola dan karyawan pariwisata yang sesuai dengan
kemampuan setempat meliputi; 1. Atraksi/ Daya Tarik Wisata (DTW) – Budaya, Alam dan Buatan;
2. Amenitas – Ruang Terbuka Publik (RTH & RTNH), TIC, sarpras Kesehatan, sarpras Akomodasi,
sarpras Kulinari, sarpras Keamanan dan Bencana, sarpras Limbah Padat dan Cair serta Toilet
Publik; 3. Aksesibilitas – sarpras Transportasi Darat Laut dan Udara, Jalan Jembatan dan
Pedestrian, TIK/ TIC, Energi Listrik, sarpras Air Minum dan Air Bersih.
• Konektivitas dengan PKN, PKW, PKL dan Sister City (domestic dan international).
BAB 1-3
3
4. Draf Raperpres tentang Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master
Plan (ITMP) Bangka Belitung.
Lingkup kegiatan Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP)
ini didasarkan pada konsep empat pilar pembangunan pariwisata, yaitu pengembangan destinasi
pariwisata, pengembangan industri pariwisata, pemasaran pariwisata, dan sumber daya manusia-
kelembagaan pariwisata. Dimana empat pilar tersebut merupakan upaya perwujudan azas pembangunan
dengan memerhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan
manusia untuk berwisata. Pengembangan parwisata harus dilihat dalam satu kesatuan upaya dalam
mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Maka dari itu keempat pilar tersebut tak bisa dipisahkan
dalam perencanaan pengembangan pariwisata di Indonesia.
Selanjutnya dalam melakukan kegiatan ini, diharapkan menggunakan pendekatan yang menggabungkan
pengalaman internasional dan pengetahuan lokal, mencari sinergi yang luas dalam kerangka
pembangunan, yang menghubungkan pembangunan infrastruktur multi sektoral dengan perencanaan
tata ruang, dan penggabungan pembangunan berkelanjutan pariwisata dengan pelestarian alam
(termasuk keanekaragaman hayati), warisan budaya, wisata buatan dan aset-aset sosial. Mengingat
dampak kumulatif dan dampak dari fasilitas terkait, maka sebagai bagian dari penyusunan dokumen ini,
kajian lingkungan, sosial dan warisan budaya serta kendala-kendalanya memerlukan pendekatan yang
holistik dan sistematis.
Lingkup kegiatan yang dilakukan oleh penyedia jasa adalah sebagai berikut:
A. Analisis Kebijakan
1. Analisis Sistem Perwilayahan Pariwisata Kepulauan Bangka Belitung; KSPN Tj. Kelayang, KPPN
P.Pinang-S.Liat, Belinyu & Beltim; DPP Bangka Belitung Wilayah Utara & Selatan, Kawasan
Geopark Bangka Belitung.
2. Analisis Struktur Ruang: PKN P.Pinang, PKW Tj. Pandan & Manggar, KIT Tj. Berikat, KI Tj. Binga.
3. Analisis Neraca Lingkungan.
BAB 1-4
4
B. Analisis Pilar Pariwisata
1. Analisis Daya Tarik Wisata & Konektivitas antar Daya Tarik Wisata & antar kelompok Daya Tarik
Wisata.
2. Analisis Tingkat Aksesibilitas & Kebutuhan Pengembangan Transportasi.
3. Analisis Kebutuhan & Pengembangan Amenitas.
4. Analisis Kesesuaian Daya Tarik Wisata (Kesesuaian Lahan, RTRW, Kebencanaan, Tingkat
Aksesibilitas, Jumlah Pengunjung, Kelengkapan Sarana Prasarana, Kualitas lingkungan, Tingkat
Konflik).
5. Analisis Jenis, Kinerja & Kebutuhan Pengembangan Kelembagaan.
6. Analisis Kinerja & Strategi Pengembangan Industri Pariwisata (13 usaha pariwisata).
7. Analisis Kinerja & Strategi Pemasaran Pariwisata Bangka Belitung.
Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP) dimaksudkan untuk
mencegah dampak buruk yang dapat terjadi ketika hasil pengembangan pariwisata secara tidak
terintegrasi, bahwa pertumbuhan tersebut dalam ketentuan kedatangan pengunjung melebihi fasilitas
untuk mengelola beban bahwa pertumbuhan mungkin memaksakan pada sumber daya alam, budaya dan
masyarakat setempat. Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan
(ITMP) Bangka Belitung Ini akan menyusun rencana aksi yang akan mengidentifikasi program dan kegiatan
yang dibutuhkan untuk memperkuat kegiatan pariwisata di DPP Bangka Belitung dan akan memberikan
rekomendasi rinci untuk persiapan dan revisi rencana induk lokal dan provinsi spasial rencana dan
sektoral. Rencana aksi ini diformulasikan dengan mengidentifikasi output, target sasaran, indikasi
pendanaan, instansi penanggung jawab.
Selama penyusunan ITMP, pelibatan secara aktif para pemangku sangat penting dalam proses
perencanaan dan penyusunan, termasuk lembaga-lembaga di semua tingkat pemerintahan, Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), Badan Otorita seandainya sudah terbentuk, sektor swasta dan masyarakat lokal.
Penyedia jasa diharapkan selalu melakukan koordinasi dengan para pemangku kepentingan tersebut,
dengan aktif menyelenggarakan diskusi-diskusi yang menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang
menunjang kegiatan penyusunan ITMP ini.
BAB 1-5
5
Gambar 3.1 - Ruang Lingkup Wilayah
BAB 1-6
1.5 PELAPORAN
Pelaporan Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism
Master Plan (ITMP) Bangka Belitung terdiri dari:
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
3. Laporan Akhir
4. Laporan Bulanan
5. Buku Perencanaan
6. Buku Data dan Analisis
7. Album Peta Ukuran A3
8. Album Peta Ukuran A1
9. Executive Summary
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini berisikan latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup serta keluaran dari
kegiatan Penyusunan Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan
(ITMP) Bangka Belitung.
Bab 2 Metodologi
Pada bab ini berisikan tahapan dan tata cara pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan pada setiap
tahapannya serta teknik-teknik yang akan digunakan dalam pelaksanaan persiapan, pengumpulan data,
kajian dan analisis serta teknik perumusan rekomendasi pengembangan pariwisata.
Pada bab ini berisikan landasan hukum pelaksanaan pekerjaan dan tinjauan kebijakan pengembangan
pariwisata serta kebiajakan tata ruang wilayah pada lingkup nasional, provinsi, hingga kabupaten/kota.
Pada bab ini berisikan gambaran umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilihat dari empat pilar
pariwisata, yaitu Destinasi, Amenitas, Aksesibilitas dan Pemasaran.
Pada bab ini berisikan terkait dengan penjabaran tahapan pekerjaan secara mendetail disertai seluruh
detail proses pekerjaan, baik kegiatan penyusunan laporan maupun kegiatan berupa koordinasi bersama
stakeholders terkait.
BAB 1-7
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
2.1. PENDEKATAN ................................................................................................................................. 1
2.1.1. Pendekatan Empat Pilar Pembangunan Kepariwisataan Nasional.......................................... 1
2.1.2. Pendekatan Participative Planning .......................................................................................... 4
2.1.3. Pendekatan Community Based Tourism ................................................................................. 5
2.1.4. Pendekatan Global Sustainable Tourism Council (GSTC) ........................................................ 6
2.1.5. Pendekatan Pengembangan Ekonomi Pariwisata ................................................................... 7
2.2. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................................................ 10
2.3. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ................................................................................. 12
2.3.1. Pengumpulan Data ................................................................................................................ 12
2.3.2. Pengolahan Data.................................................................................................................... 22
2.3.2.1. Analisis Kebijakan ................................................................................................. 23
2.3.2.2. Analisis Daya Tarik Wisata dan Konektivitas antar Daya Tarik Wisata dan antar
kelompok Daya Tarik Wisata ................................................................................ 24
2.3.2.3. Analisis Tingkat Aksesibilitas dan Kebutuhan Pengembangan Transportasi........ 27
2.3.2.4. Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Amenitas .............................................. 30
2.3.2.5. Analisis Kesesuaian Daya Tarik Wisata (Kesesuaian Lahan, RTRW,
Kebencanaan, Tingkat Aksesibilitas, Jumlah Pengunjung, Kelengkapan Sarana
Prasarana, Kualitas lingkungan, Tingkat Konflik) .................................................. 30
2.3.2.6. Analisis Jenis, Kinerja dan Kebutuhan Pengembangan Kelembagaan ................. 38
2.3.2.7. Analisis Kinerja dan Strategi Pengembangan Industri Pariwisata ........................ 39
2.3.2.8. Analisis Kinerja dan Strategi Pemasaran Pariwisata Bangka Belitung .................. 39
2.3.2.9. Analisis Ekonomi ................................................................................................... 45
2.3.2.10. Analisis Kondisi dan Strategi Penguatan Sosial Budaya ....................................... 46
2.3.2.11. Analisis Keragaman Hayati dan Kebencanaan ...................................................... 48
2.3.2.12. Analisis Daya Dukung-Daya Tampung dan Target Kunjungan Wisatawan ........... 61
2.3.2.13. Analisis Kinerja dan Proyeksi Kebutuhan Infrastruktur Prioritas Pendukung
Kegiatan Kepariwisataan ...................................................................................... 64
2.3.2.14. Analisis TOWS ....................................................................................................... 65
i
GAMBAR
BAB 2-ii
TABEL
Tabel 2.3 – Kriteria dan Pembobotan SKL Morfologi Kawasan Perencanaan ....................................... 31
Tabel 2.4 – Kriteria dan Pembobotan SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Perencanaan .................. 31
Tabel 2.5 – Kriteria dan Pembobotan SKL Kestabilan Lereng Kawasan Perencanaan ........................... 32
Tabel 2.6 – Kriteria dan Pembobotan SKL Kemudahan Pondasi Kawasan Perencanaan ...................... 33
Tabel 2.7 – Kriteria dan Pembobotan SKL Ketersediaan Air Kawasan Perencanaan ............................ 33
Tabel 2.8 – Kriteria dan Pembobotan SKL Drainase Kawasan Perencanaan ........................................ 34
Tabel 2.9 – Kriteria dan Pembobotan SKL terhadap Erosi Kawasan Perencanaan ............................... 35
Tabel 2.10 – Kriteria dan Pembobotan SKL terhadap Buangan Limbah Kawasan Perencanaan ........... 36
Tabel 2.12 – Kriteria dan Pembobotan SKL Bencana Kawasan Perencanaan ........................................ 36
Tabel 2.15 – Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Kawasan Perencanaan ................................... 62
BAB 2-iii
2.1. PENDEKATAN
1. Industri Pariwisata
Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan
barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Industri pariwisata dikembangkan berdasarkan penelitian, yang bentuk dan arahnya dapat berbeda
antar satu daerah dengan daerah lainnya, tergantung karakteristik dan kebutuhan masing-masing.
Dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI), 13 jenis usaha pariwisata dapat dirinci sebagai berikut:
BAB 2-1
- Aktivitas Taman Bertema atau Taman Hiburan (93210)
- Wisata Agro (93231)
- Taman Rekreasi/Taman Wisata (93232)
- Kolam Pemancingan (93233)
- Daya Tarik Wisata Buatan/Binaan Manusia Lainnya (93239)
2. Usaha Kawasan Kawasan Pariwisata (66120)
Pariwisata
3. Usaha Jasa Transportasi - Angkutan Bus Pariwisata (49221)
Wisata - Angkutan Darat Wisata (49425)
- Angkutan Jalan Rel Wisata (49442)
- Angkutan Laut Dalam Negeri Untuk Wisata (50113)
- Angkutan Laut Luar Negeri Untuk Wisata (50123)
- Angkutan Sungai Dan Danau Untuk Wisata (50213)
- Angkutan Udara Untuk Wisata (51107)
4. Usaha Jasa Makanan - Restoran (56101)
dan Minuman - Warung Makan (56102)
- Kedai Makanan (56103)
- Penyediaan Makanan Keliling/Tempat Tidak Tetap (56104)
- Restoran Dan Penyediaan Makanan Keliling (56109)
- Jasa boga untuk suatu event tertentu (56210)
- Bar (56301)
- Kelab Malam Atau Diskotik Yang Utamanya Menyediakan
Minuman (56302)
- Rumah Minum/Kafe (56303)
- Kedai Minuman (56304)
- Rumah/Kedai Obat Tradisional (56305)
- Penyediaan Minuman Keliling/Tempat Tidak Tetap (56306)
5. Usaha Jasa Perjalanan - Aktivitas Agen Perjalanan Wisata (79111)
Wisata - Aktivitas Biro Perjalanan Wisata (79120)
- Jasa Reservasi Lainnya (79990)
6. Usaha Penyediaan - Hotel Bintang Lima (55111)
Akomodasi - Hotel Bintang Empat (55112)
- Hotel Bintang Tiga (55113)
- Hotel Bintang Dua (55114)
- Hotel Bintang Satu (55115)
- Hotel Melati (55120)
- Pondok Wisata (55130)
- Penginapan Remaja-Youth Hostel (55191)
- Bumi Perkemahan (55192)
- Persinggahan Karavan (55193)
- Vila (55194)
- Apartemen Hotel (55195)
- Penyediaan Akomodasi Jangka Pendek Lainnya (55199)
7. Usaha Penyelenggaraan - Aktivitas Operasional Fasilitas Seni (90006)
Kegiatan, Hiburan dan - Fasilitas Billiard (93111)
Rekreasi - Lapangan golf (93112)
- Gelanggang Bowling (93113)
- Gelanggang Renang (93114)
- Lapangan Sepak Bola (93115)
- Lapangan Tenis Lapangan (93116)
- Aktivitas Pusat Kebugaran/fitness Centre (93117)
BAB 2-2
- Sport Centre (93118)
- Aktivitas olah raga lainnya (93119)
- Aktivitas perburuan (93193)
- Taman Rekreasi/Taman Wisata (93232)
- Karaoke (93292)
- Usaha arena permainan (93293)
- Aktivitas hiburan dan rekreasi lainnya YTDL (93299)
8. Usaha Wisata Tirta - Arung Jeram (93241)
- Wisata Selam (93242)
- Dermaga Marina (93243)
- Wisata Tirta Lainnya (93249)
9. Usaha Jasa Pramuwisata - Jasa Pramuwisata (79921)
- Jasa Interpreter Wisata (79922)
10. Usaha SPA/ Wellness - Aktivitas Sante Par Aqua (96122)
- Aktivitas Panti Pijat (96121)
- Aktivitas Kebugaran Lainnya (96129)
11. Usaha Penyelenggaraan - Penyelenggara Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi,
MICE dan Pameran (82301)
- Event Organizer (82302)
12. Usaha Jasa Konsultan - Aktivitas Konsultasi Pariwisata (70201)
Pariwisata
13. Usaha Jasa Informasi - Jasa Informasi Pariwisata (79911)
Pariwisata - Jasa Informasi Wisata Alam (79912)
2. Destinasi Pariwisata
Destinasi pariwisata atau daerah tujuan pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam
satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum,
Fasilitas Pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kepariwisataan.
Destinasi didudukan dalam skala kabupaten/kota dan provinsi – dikaitkan dengan sistem
kepemerintahan.
3. Pemasaran Pariwisata
BAB 2-3
a. pemasaran pariwisata bersama, terpadu, dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan, serta
b. pemasaran yang bertanggung jawab dalam membangun citra Indonesia sebagai destinasi
pariwisata yang berdaya saing.
Pembangunan pemasaran pariwisata harus memperhatikan kondisi lingkungan makro dan mikro
destinasi, harus sesuai dengan segmentasi dan target pasar yang dituju, serta pemosisian destinasi
pariwisata terhadap destinasi kompetitornya.
4. Kelembagaan Kepariwisataan
Kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara
terorganisasi meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya
manusia, regulasi dan mekanisme operasional yang secara berkesinambungan guna menghasilkan
perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan.
BAB 2-4
2.1.3. Pendekatan Community Based Tourism
Model pengembangan pariwisata berbasis Community Based Tourism (CBT) masih menjadi konsep
fundamental yang diterapkan di semua destinasi wisata. Yang dimaksud dengan CBT adalah konsep
pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal di mana masyarakat
turut andil dalam proses perencanaan, pengelolaan, dan penyampaian pendapat (Goodwin dan Santili,
2009). Sementara Suansri (2003), menyebutkan bahwa Community Based Tourism (CBT) adalah
pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlajutan lingkungan, sosial, dan budaya. CBT juga
merupakan alat bagi pembangunan pariwisata berkelanjutan.
Melalui penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Community Based Tourism adalah
konsep pengembangan destinasi wisata berkelanjutan yang turut melibatkan masyarakat lokal dalam
melakukan perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, hingga penerima manfaat dari
pembangunan.
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan telah menjadi agenda global setiap negara. Oleh karena
itu, setiap dari kita yang akan dan terlibat dalam pengembangan destinasi wisata haruslah menerapkan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Secara sederhana, adapun konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan menekankan pada 3 (tiga)
prinsip. Di antaranya adalah sebagai berikut.
BAB 2-5
• Berwawasan lingkungan
Menekankan proses pembangunan yang tanggap dan memperhatikan upaya-upaya pelestarian
lingkungan, baik alam maupun budaya. Pembangunan pariwisata juga harus seminimal mungkin
menekan dampak negatif yang menurunkan kualitas lingkungan dan mengganggu keseimbangan
ekologi.
• Dapat diterima secara sosial
Menekankan bahwa proses pembangunan pariwisata harus dapat diterima secara sosial, di mana
upaya-upaya pembangunan yang dilakukan harus memperhatikan nilai-nilai/ norma-norma yang
ada di lingkungan masyarakat.
Socio-economic
Sustainability Environmental Sustainability
• Delivering Local • Conservation of Natural
Economic Benefits Heritage
• Social Wellbeing and • Resource Management
Impacts • Management of Waste and
Emissions
BAB 2-6
2.1.5. Pendekatan Pengembangan Ekonomi Pariwisata
Pariwisata adalah produk komposit yang melibatkan perpaduan antara berbagai macam barang dan jasa
yang disediakan oleh sektor yang berbeda-beda seperti transportasi, akomodasi, tour operator, travel
agent, atraksi wisata, dan lain-lain. Lebih jauh lagi, produk pariwisata disediakan untuk pasar yang
berbeda-beda dan dengan jenis transaksi yang berbeda. Untuk itu, pariwisata dapat dilihat dari industry-
based ataupun market-based (Wilson, 1998).
Ekonomi Pariwisata adalah kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata untuk memaksimalkan sumber
daya, berupa modal, manusia, dan alam dengan harapan memperoleh hasil produk pariwisata berupa
barang dan jasa yang maksimal. Sektor pariwisata memiliki peranan penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya dalam mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan
produktivitas suatu negara. Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Menurut IUOTO (International Union of Official Travel Organization), pariwisata dikembangkan
oleh setiap negara karena 8 (delapan) alasan utama berikut ini:
1. Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional maupun internasional.
2. Pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi, akomodasi, jasa-jasa
pelayanan lainnya.
3. Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi.
4. Pemerataan kesejahteraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi wisatawan pada sebuah
destinasi.
5. Penghasil devisa.
6. Pemicu perdagangan internasional.
7. Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga
yang khusus membentuk jiwa hospitality yang andal dan santun.
8. Pangsa pasar bagi produk lokal, sehingga aneka ragam produk terus berkembang, seiring dinamika
sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi.
BAB 2-7
Gambar 2.3 - Kontribusi Perjalanan dan Pariwisata
Kontribusi langsung dari Perjalanan dan Pariwisata terhadap PDB menggambarkan pengeluaran internal
dalam sektor Perjalanan dan Pariwisata (keseluruhan pengeluaran dalam pengeluaran tertentu oleh
pemerintah dalam jasa Perjalanan dan Pariwisata memiliki hubungan secara langsung dengan
pengunjung seperti jasa budaya (museum) atau rekreasional (taman nasional).
Kontribusi langsung dari Perjalanan dan Pariwisata terhadap PDB dikalkulasikan agar sesuai dengan
output yang dikeluarkan di Penghitungan Nasional, turis (National Accounting, tourists). Kontribusi
langsung terhadap PDB dengan metodologi ini dikalkulasikan dengan mengurangi total pengeluaran
internal dengan pembelian yang dilakukan di berbagai sektor pariwisata. Pendekatan pengukuran ini
konsisten dengan definisi dari PDB Pariwisata yang dispesifikasikan di 2008 Satelit Pariwisata.
Total kontribusi dari Perjalanan dan Pariwisata dalam perhitungan WTTC mencakup dampak yang lebih
luas yang terdiri dari kontribusi tidak langsung dan kontribusi yang terinduksi dalam perekonomian.
Kontribusi tidak langsung mencakup PDB dan pekerjaan yang didukung oleh:
BAB 2-8
1. Pengeluaran investasi Perjalanan dan Pariwisata – hal ini mencakup aktivitas saat ini dan masa
datang yang terdiri dari aktivitas investasi seperti pembelian armada pesawat terbang dan
konstruksi hotel baru;
2. Pengeluaran kolektif pemerintah, yang dikeluarkan untuk mendukung aktivitas Perjalanan dan
Pariwisata dalam berbagai hal yang berbeda sesuai dengan peruntukannya;
3. Pembelian barang dan jasa domestik oleh sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan
wisatawan—termasuk pembelian makanan dan jasa pembersih oleh hotel, pembelian bahan
bakar dan jasa katering oleh maskapai penerbangan dan pembelian jasa IT oleh agen perjalanan.
Sedangkan kontribusi terinduksi diukur dari PDB dan pekerjaan yang diciptakan oleh tenaga kerja yang
terlibat baik secara langsung ataupun tidak langsung dari industri Perjalanan dan Pariwisata.
Pengembangan Ekonomi Pariwisata (Tourism Economic Development- TED) adalah konsep yang
menekankan kepada pemberdayaan komunitas untuk lebih memahami nilai-nilai dan aset yang mereka
miliki, seperti kebudayaan, adat istiadat, ragam kuliner, gaya hidup (Ali Hasan, 2018). Dalam konteks
pembangunan pariwisata, komunitas secara mandiri memobilisasi aset dan nilai tersebut menjadi daya
tarik utama bagi pengalaman berwisata wisatawan. Melalui konsep TED, setiap individu dalam komunitas
diarahkan untuk menjadi bagian dalam rantai ekonomi pariwisata, untuk itu para individu diberi
pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan small business dengan ragam produk (barang dan
jasa) yang layak ditawarkan ke pasar.
Definisi pengembangan ekonomi pariwisata (tourism economic development, TED) yang paling lazin
digunakan adalah: TED = f (sumber daya alam, tenaga kerja, modal, investasi, kewirausahaan, trans-
portasi, komunikasi, teknologi, ukuran, pasar, situasi ekonomi internasional) (Dragulanescu, and Ivan,
2012). Dengan demikian bahwa pengembangan ekonomi pariwisata dilakukan dengan (1) menggunakan
potensi sumber daya manusia dan fisik setempat untuk menciptakan peluang baru dan merangsang
kegiatan ekonomi berbasis lokal, (2) melalui proses kolektif untuk menciptakan kondisi yang lebih baik
bagi pertumbuhan ekonomi pariwisata dan penciptaan lapangan kerja, (3) untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dengan membangun kekuatan masa depan ekonomi pariwisata, dan (4) mampu
beradaptasi dengan perubahan pasar yang semakin kompetitif TED sebagai konsep memperhitungkan
dan menempatkan keberlanjutan sosial - budaya, lingkungan dan politik komunitas (Kantar, and Svrznjak,
2017).
Pembangunan ekonomi pariwisata berfokus pada pengembangan kapasitas SDM dan kelembagaan,
budaya, lingkungan dan pengembagan lintas sektor ekonomi yang mendukung kegiatan pariwisata secara
berkelanjutan. TED merekomendasikan sebuah proses integrasi, kolaborasi, strategi dan alat (tool)
pemberdayaan komunitas dalam pembangunan ekonomi, pengembangan dan pemasaran sumber daya
lokal dan budaya komunitas (Prihatno dan Ali Hasan, 2016; Martin, Morales, and Sinclair, 2008).
Artinya mobilisasi pembangunan pariwisata itu diinisiasi oleh masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat
dan untuk masyarakat mulai dari proses perencanaan, pengkordinasian, pelaksanaan, pengendalian dan
evaluasi manfaat ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan dalam upaya menciptakan lapangan kerja dan
memberikan stimulus pada pertumbuhan ekonomi. Prinsip penerapannya adalah kerjasama stakeholders
akan menentukan keberlanjutan pengembangan ekonomi lokal. Dalam ekonomi yang makin terbuka,
ekonomi makin berorientasi pada pasar, peluang dari keterbukaan, persaingan pasar belum tentu dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan ekonominya lemah. Dalam keadaan ini harus dicegah
terjadinya proses kesenjangan yang makin melebar, karena kesempatan yang muncul dari ekonomi yang
BAB 2-9
terbuka hanya dapat dimanfaatkan oleh desa, sektor, dan ekonomi yang lebih maju dengan pemihakan
dan pemberdayaan masyarakat melalui diversifikasi ekonomi pariwisata (Bojnec, 2010).
BAB 2-10
Gambar 2.5 - Kerangka Pemikiran Penyusunan Dokumen Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP) Bangka Belitung
BAB 2-11
2.3. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
2.3.1. Pengumpulan Data
Penyusunan Dokumen Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan
(ITMP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membutuhkan data-data dan informasi yang bersifat
dokumen maupun instansional. Adapun data-data tersebut dibutuhkan untuk memperkuat profil dan
kinerja infrastruktur eksisting serta untuk melihat impilikasi terhadap pengembangan pariwisata di DPP
Bangka-Belitung berdasarkan berbagai kajian dan analisa terkait.
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian.
Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi dan
sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus dilakukan dengan cermat sesuai
prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif. Sebab kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode
pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak kredible, sehingga hasil
penelitiannya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Hasil penelitian demikian sangat berbahaya, lebih-lebih
jika dipakai sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan publik. Dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, data yang dibutuhkan adalah data sekunder dan primer, mulai dari skala pusat (nasional),
provinsi, kabupaten dan kota hingga tapak wisata. Sedangkan metode pengumpulan data dan informasi
yang diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data dari pihak ketiga atau institusi resmi dalam bentuk cetak atau digital.
Data sekunder didapatkan melalui:
a. Studi Literatur
Kegiatan ini dilakukan dengan cara pencarian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa
buku-buku, arsip, majalah, artikel, dan jurnal, atau dokumen-dokumen yang relevan terkait
dengan Penyusunan Dokumen Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism
Master Plan (ITMP) Bangka Belitung. Adapun salah satu studi literatur yang dilakukan adalah
studi literatur terhadap pariwisata sejenis dengan lokasi perencanaan.
b. Survei
Berupa survei instansional, yakni dengan mengumpulkan dokumen serta data-data yang telah
terlebih dahulu dikumpulkan oleh instansi-instansi terkait. Dokumen hasil kajian pada instansi
terkait berisi data-data yang dapat dijadikan sumber informasi untuk keperluan kegiatan ini.
Data-data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Dokumen Rencana Induk
Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP) Bangka Belitung ini dapat
dilihat pada tabel berikut.
BAB 2-12
Tabel 2.2 – Kebutuhan Data
• Dokumen Perda
Rencana Zonasi Wilayah
• Dokumen Matek
e Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil • Rencana Alokasi Ruang Laut
• Peta (.jpg)
(RZWP3K)
• Peta (.shp)
Kebijakan Pembangunan
2
Daerah
a RPJMD Provinsi Dokumen
b RPJMD Kabupaten dan Kota Dokumen
3 Data Statistik
Provinsi, Kabupaten/Kota • Dokumen
a
Dalam Angka 2020 • Data Tabel
• Dokumen
b Data Potensi Desa (Podes) Tahun 2018, 2019, 2020
• Data Tabel
• Dokumen
c Buku Statistik Pariwisata
• Data Tabel
BAB 2-13
4 Data Kepariwisataan
Data Pariwisata
• Jumlah wisatawan mancanegara • Dokumen
• Jumlah pengeluaran • Data Numerik /Tabular
c
• Pendapatan perkapita riil • Peta (.jpg)
• Kurs vatuta asing • Peta (.shp)
• Kebijakan pemerintah terkait promosi pariwisata
• Dokumen
Daya tarik wisata alam, buatan
d • Data Numerik /Tabular
dan budaya (Attraction)
• Dokumentasi Lapangan
• Dokumen
e Desa Wisata • Data Numerik /Tabular
• Dokumentasi Lapangan
• Jumlah dan asal wisatawan (nusantara
Statistik kunjungan • Dokumen
f dan mancanegara)
dan target kunjungan pariwista • Data Numerik /Tabular
• Target kunjungan
• Dokumen
Aktifitas destinasi, wisata
g • Data Numerik /Tabular
(Activity)
• Dokumentasi Lapangan
• Resort
• Hotel dan pengtnapen • Dokumen
Jumlah dan persebaran fasilitas
h • Homestay • Data Numerik /Tabular
wisata (Amenity):
• Rumah makan • Dokumentasi Lapangan
• Biro perjalanan wisata
BAB 2-14
5 Data Spasial Dasar
• Dokumen
b Kondisi Geomorfologi • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
c Kondisi Topografi • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
d Kondisi Kelerengan • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
e Kondisi Jenis Tanah • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
BAB 2-15
• Dokumen
g Hidrogeologi • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
h Cekungan Air Tanah • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
Peta Klimatologi (curah hujan,
i • Peta (.jpg)
angin, dan temperatur)
• Peta (.shp)
• Dokumen
j Peta Sistem Lahan • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
Potensi mineral, bahan galian
k • Peta (.jpg)
dan batubara
• Peta (.shp)
7 Kebencanaan
• Dokumen
• Tingkat kerawanan, resiko, bahaya
a Kerawanan bencana tsunami • Peta (.jpg)
• Upaya mitigasi
• Peta (.shp)
• Dokumen
Kerawanan bencana tanah • Tingkat kerawanan, resiko, bahaya
b • Peta (.jpg)
longsor • Upaya mitigasi
• Peta (.shp)
• Dokumen
• Tingkat kerawanan, resiko, bahaya
c Kerawanan bencana banjir • Peta (.jpg)
• Upaya mitigasi
• Peta (.shp)
• Dokumen
• Tingkat kerawanan, resiko, bahaya
d Kerawanan gempabumi • Peta (.jpg)
• Upaya mitigasi
• Peta (.shp)
• Dokumen
• Tingkat kerawanan, resiko, bahaya
e Kerawanan bencana gunungapi • Peta (.jpg)
• Upaya mitigasi
• Peta (.shp)
• Dokumen
• Tingkat kerawanan, resiko, bahaya
f Kerawanan bencana abrasi • Peta (.jpg)
• Upaya mitigasi
• Peta (.shp)
• Dokumen
Kerawanan bencana kebakaran • Tingkat kerawanan, resiko, bahaya
g • Peta (.jpg)
hutan dan lahan • Upaya mitigasi
• Peta (.shp)
• Dokumen
• Tingkat kerawanan, resiko, bahaya
h Kerawanan bencana pandemi • Peta (.jpg)
• Upaya mitigasi
• Peta (.shp)
BAB 2-16
8 Lingkungan Hidup
• Dokumen
a Dokumen AMDAL • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
KLHS (Kajian Lingkungan
b • Peta (.jpg)
Hidup Strategis)
• Peta (.shp)
• Dokumen
Peta dan Dokumen Analisis
d • Peta (.jpg)
Kesesuaian Lahan
• Peta (.shp)
• Dokumen
Peta dan Dokumen Analisis
e • Peta (.jpg)
Jasa Lingkungan / Ekosistem
• Peta (.shp)
• Dokumen
Peta dan Dokumen Analisis
f • Peta (.jpg)
Status Ketersediaan Air
• Peta (.shp)
• Dokumen
Peta dan Dokumen Analisis
g • Peta (.jpg)
Status Ketersediaan Pangan
• Peta (.shp)
• Dokumen
Peta dan Dokumen Analisis
h • Peta (.jpg)
Tingkat Polusi dan Pencemaran
• Peta (.shp)
• Dokumen
Kondisi pelestarian lingkungan
i • Peta (.jpg)
dan alam
• Peta (.shp)
• Dokumen
j Ekoregion Pesisir • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
k Ekoregion Pulau • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
l Peta Lahan Kritis • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
m Sistem Pengolahan Air Limbah • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
BAB 2-17
• Dokumen
Sistem Pengolahan
n • Peta (.jpg)
Persampahan
• Peta (.shp)
• Dokumen
o Buku Putih Sanitasi • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
Ketersedian Ruang Terbuka
p • Peta (.jpg)
Hijau
• Peta (.shp)
• Dokumen
q Buku IKPLHD/SLHD • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
9 Kependudukan
Jumlah dan Kepadatan • Dokumen
a
Penduduk • Data Tabel
• Migrasi • Dokumen
b Data Struktur Demografi
• Kelahiran dan Kematian • Data Tabel
• Dokumen
c Sumber Daya Manusia
• Data Tabel
• Mata Pencaharian • Dokumen
d Ketenagakerjaan
• Angkatan Kerja • Data Tabel
Indeks Pembangunan Manusia • Dokumen
e
(IPM) • Data Tabel
• Dokumen
f Kependidikan • Jumlah Sekolah, Lama Sekolah
• Data Tabel
10 Soslal Budaya
Dokumentasi, Hasil
a Kondisi masyarakat adat
Wawancara
Dokumentasi, Hasil
b Kondisi budaya lokal
Wawancara
Dokumentasi, Hasil
c Kondisi konflik sosial
Wawancara
Data Spesifik Terkait Kekhasan Dokumentasi, Hasil
d
Kawasan Wawancara
• Dokumen
e Lokasi-lokasi cagar budaya
• Data Tabel
BAB 2-18
Infrastruktur/ Prasarana dan
11
Sarana Umum
• Dokumen
Rencana pengembangan • Data Numerik /Tabular
a
jaringan jalan dan Jembatan • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
Rencana pengembangan • Data Numerik /Tabular
b
prasarana sumber daya air • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Sarpras air bersih
• Sarpras drainase • Dokumen
Rencana pengembangan
• Sarpras persampahan • Data Numerik /Tabular
c prasarana permukiman dan
• Sarpras sanitasi • Peta (.jpg)
perumahan
• Sarpras Telekomunikasi • Peta (.shp)
• Sarpras Energi
12 Transportasi
• Data angkutan
• Data lalu hntas
• Dokumen
• Data terminal
• Data Numerik /Tabular
a Dokumen Tatrawil • Data angkutan umum
• Peta (.jpg)
• Data penumpang dan kendaraan
• Peta (.shp)
• Data pelabuhan
• Data bandara
• Data angkutan
• Data lalu hntas
• Dokumen
• Data terminal
• Data Numerik /Tabular
b Dokumen Tatralok • Data angkutan umum
• Peta (.jpg)
• Data penumpang dan kendaraan
• Peta (.shp)
• Data pelabuhan
• Data bandara
• Pelabuhan utama
• Dokumen
Rencana Pengembangan • Pelabuhan pengumpul
• Data Numerik /Tabular
d Prasarana dan Sarana • Pelabuhan pengumpan
• Peta (.jpg)
Transportasi Laut • Pelabuhan khusus
• Peta (.shp)
• Alur pelayaran
• Dokumen
Rencana Pengembangan • Rencana pengembangan bandar udara
• Data Numerik /Tabular
e Prasarana dan Sarana • Rute penerbangan domestik dan
• Peta (.jpg)
Transportasi Udara internasional
• Peta (.shp)
BAB 2-19
Data Pertanahan, Perizinan,
13
dan Status Kawasan
• Dokumen Peraturan
Penetapan / Pengukuhan • Peta Kawasan Hutan • Data Numerik /Tabular
a
Kawasan Hutan / Status Hutan • SK KLHK Penetapan Kawasan Hutan • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen Peraturan
Peta LP2B / LCP2B / Lahan
• Data Numerik /Tabular
b baku Sawah / Lahan Sawah
• Peta (.jpg)
Dilindungi
• Peta (.shp)
• Dokumen
Peta Status / kepemilikan tanah • Data Numerik /Tabular
c
/ Hak atas tanah • Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
• Data Numerik /Tabular
d Peta Zona Nilai Tanah
• Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
• Dokumen
• Data Numerik /Tabular
e Izin Lokasi
• Peta (.jpg)
• Peta (.shp)
14 Arsitektur
Data tentang gaya arsitektur
• Narasi
a tradisional, langgam dan ragam
• Dokumentasi
hias, tipe bangunan
15 Ekonomi dan Investasi
• Dokumen
a PDRB
• Data Numerik /Tabular
• Dokumen
b Matriks IO/IRIO
• Data Numerik /Tabular
Masterplan (Rencana) • Dokumen
c
Pembangunan Ekonomi • Data Numerik /Tabular
Sumber Daya Eksisting dan • Dokumen
d
Unggulan • Data Numerik /Tabular
Jumlah produksi dan luas
• Dokumen
e usaha tiap sektor pada wilayah
• Data Numerik /Tabular
dan/atau kawasan
• Dokumen
f Sektor Basis
• Data Numerik /Tabular
• Dokumen
g Volume ekspor dan Impor
• Data Numerik /Tabular
• Dokumen
h Profil Investasi Wilayah
• Data Numerik /Tabular
BAB 2-20
2. Data Primer
Merupakan data yang didapat dari sumber data secara langsung. Pada umumnya data primer
diperoleh dari:
a. Diskusi/Wawancara
Diskusi dilaksanakan dalam bentuk pembahasan dan koordinasi dengan supervisi. Adapun
pembahasan yang dimaksud adalah pembahasan dalam rangka pelaporan, dalam rangka
penyusunan Draf/ Konsep Master Plan, dan dalam rangka collecting dan validasi data bersama
Kementerian dan Lembaga di Jakarta.
Sedangkan wawancara (in depth interview) terhadap semua stakeholders dilakukan dengan cara
FGD (Focus Group Discussion). Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode
pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya
adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan untuk
mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar
pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.
Dengan pedoman demikian interviewer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan
dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan
konteks aktual saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998).
b. Observasi Lapangan
Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk observasi lapangan terhadap kondisi lahan eksisting di DPP
Bangka-Belitung. Survei dilakukan berdasarkan lokasi dan kebutuhan informasi yang dibutuhkan
untuk melengkapi data-data sekunder dan data-data berbasis SIG yang sudah ada. Data yang
dihasilkan dapat berupa kuantitatif dan kualitatif. Disamping wawancara, penelitian ini juga
melakukan metode observasi. Menurut Nawawi dan Martini (1991) observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala dalam objek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat
memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga
dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting
yang dipelajari, aktivitas – aktivitas yang berlangsung, orang – orang yang terlibat dalam
aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang
diamati tersebut
c. Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung
(peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan
datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab atau
direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau
BAB 2-21
respon sesuai dengan presepsinya. Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab
responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan
dibuat dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan
maksud yang jelas.
Metode analisis dan pengolahan data yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah analisis
deskriptif, kuantitatif dan kualitatif serta komparatif dari data yang didapatkan mulai skala nasional
hingga skala tapak. Analisis melihat kepada Lingkungan Internal (ALI) berbasis Functional Business
Analysis (Marketing, Finance, Operation, Human Resources) serta Analisis Lingkungan Eksternal (ALE)
yang berbasis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Teknologi), analisis TOWS, Performance
Importance index, hingga penghitungan Economic Impact.
Metodologi analisis yang digunakan didasarkan pada strategic management model berikut ini:
BAB 2-22
Gambar 2.7 - Strategic Management Model
Sumber: Thomas L. Wheelen, J. David Hunger
Analisis dilakukan dalam 3 (tiga) kelompok besar, yaitu Analisis Kebijakan, Analisis Pilar Pariwisata serta
Analisis Sektor Strategis.
Analisis yang akan dilakukan pada aspek kebijakan adalah analisis menyeluruh terhadap kerangka
hukum yang berkaitan dengan pariwisata terpadu dan pengembangan tata ruang di daerah tujuan
pariwisata, termasuk didalamnya adalah:
1. Analisis Sistem Perwilayahan Pariwisata Kepulauan Bangka Belitung; KSPN Tanjung Kelayang,
KPPN Pulau Pinang – Sungai Liat, Belinyu & Belitung Timur; DPP Bangka Belitung Wilayah Utara
& Selatan, Kawasan Geopark Bangka Belitung.
2. Analisis Struktur Ruang: PKN Pulau Pinang, PKW Tanjung Pandan & Manggar, KIT Tanjung Berikat,
KI Tanjung Binga.
3. Analisis Neraca Lingkungan.
Di dalam KAK kegiatan ITMP ini dicantumkan mengenai hal-hal yang harus termuat dalam analisis
kebijakan antara lain adalah:
BAB 2-23
1. Analisis terhadap semua dokumen-dokumen kebijakan yaitu dokumen perencanaan
pembangunan baik secara nasional, maupun daerah yang terkait, dokumen rencana tata ruang
dan wilayah, dokumen rencana pembangunan kepariwisataan baik yang dikeluarkan pusat
maupun daerah, dokumen rencana sektoral kementerian/lembaga, dan peraturan – peraturan
perundangan lainnya yang terkait dengan perencanaan dan pengembangan di daerah tujuan
pariwisata tersebut.
2. Identifikasi terhadap instansi dan entitas yang bertanggung jawab atas pengembangan
pariwisata, identifikasi yang dilakukan juga mencakup kepada kedudukan dan batasan
kewenangan dari masing-masing instansi tersebut, dokumen dan kebijakan yang dikeluarkan
oleh instansi-instansi tersebut.
3. Identifikasi semua pemangku kepentingan dan mekanisme pengaturan Kerjasama di antara para
pemangku kepentingan untuk mengembangkan program pariwisata dari mulai pemerintah
pusat, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/ kota, BUMN, BUMD, sektor
swasta. Komunitas, lembaga masyarakat adat, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
identifikasi yang dilakukan juga mencakup mengenai jalur koordinasi, peran dan tanggung jawab
dari masing – masing pemangku kepentingan, kesenjangan dan kerjasama yang sudah dilakukan
selama ini, serta melakukan evaluasi dampak dari kerjasama para pemangku kepentingan
tersebut terhadap pengembangan pariwisata.
4. Analisis terhadap rencana dan perencanaan pengembangan tata ruang di daerah yang akan
dilakukan pengembangan pariwisata tersebut terkait dengan kedudukan dari lembaga pembuat
rencana, lembaga pelaksana kegiatan yang sudah direncanakan, lembaga yang terkait dengan
hasil dari perencanaan pengembangan tata ruang di wilayah tersebut.
5. Analisis terhadap rencana dan perencanaan pengembangan infrastruktur di daerah tersebut
terkait dengan kedudukan dari lembaga pembuat rencana, kedudukan dari lembaga yang
melakukan pengembangan infrastruktur, dokumen hukum yang dibuat oleh lembaga – lembaga
tersebut.
6. Analisis terhadap pengelolaan lingkungan hidup dalam kaitannya dengan kebijakan pengelolaan
lingkungan hidup, instansi dan lembaga yang terkait beserta kedudukan dan batasan
kewenangannya
7. Analisis terhadap kondisi sosial dan budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat di wilayah
pengembangan pariwisata tersebut ditinjau dari sudut pandang kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, kelembagaan yang mengatur dan organisasi -organisasi masyarakat yang
ada.
2.3.2.2. Analisis Daya Tarik Wisata dan Konektivitas antar Daya Tarik Wisata dan
antar kelompok Daya Tarik Wisata
Upaya mewujudkan Kepulauan Bangka Belitung sebagai destinasi wisata yang berkualitas, berdaya saing,
dan berkelanjutan diperlukan pemahaman terkait kondisi permintaan yang diinginkan oleh para
wisatawan yang berkunjung, dilihat dari daya tarik wisata yang dimiliki serta konektivitas menuju masing-
BAB 2-24
masing daya tarik wisata tersebut. Pemahaman akan kondisi permintaan ini menjadi landasan oleh
pengelola destinasi wisata dalam melakukan perencanaan pengembangan dan pengelolaan daya tarik
wisata.
Kajian penyusunan Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP)
terkait permintaan dan peluang dalam pengembangan daya Tarik wisata ini dapat dikategorikan sebagai
penelitian kualitatif-kuantitatif untuk mengetahui peta kondisi dan potensi daya tarik wisata di suatu
daerah tujuan pariwisata. Penelitian ini akan mengkaji tidak hanya aspek permintaan wisata yang
dimaksudkan untuk mengetahui wisatawan dengan segala kebutuhannya yang berkaitan dengan
keberadaan mereka selama melakukan kunjungan wisata ke Kepulauan Bangka Belitung. Dari aspek
peluang dalam pengembangan potensi dimaksudkan untuk menilai ketersediaan komponen potensi
wisata dalam suatu sistem kepariwisataan, yang berupa atraksi atau daya tarik wisata baik alam, budaya
maupun buatan serta konektivitas antar daya tarik wisata tersebut, sehingga dapat diketahui peta kondisi
dan potensi kepariwisataan di Kepulauan Bangka Belitung.
Kajian penyusunan Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP)
terkait analisis daya tarik wisata & konektivitas antar daya tarik wisata & antar kelompok daya tarik wisata
menggunakan beberapa pendekatan analisis yaitu a. Analisis Kualitatif Deskriptif, menganalisis kondisi
dan potensi wisata melalui pengertian, uraian maupun penjelasan-penjelasan, berdasarkan hasil temuan
(baik data primer maupun sekunder). Normatif, yaitu analisis terhadap suatu kondisi yang seharusnya
mengikuti aturan-aturan dan pedoman yang masih berlaku, berupa landasan hukum dan
aturan/ketentuan yang dibuat oleh instansi terkait. b. Analisis Kuantitatif, digunakan untuk mengukur
variabel-variabel permintaan dan potensi wisata dengan teknik skoring.
Secara mendetail metode analisis data yang digunakan yaitu sistem zonasi seperti halnya destination
zone, tetapi dilakukan atas dasar pola pergerakan wisatawan terhadap daya tarik. Zonasi ditentukan
berdasarkan wilayah asal wisatawan (i) dan destinasi yang dituju (j), dengan menghitung frekuensinya.
Asumsinya makin tinggi frekuensi, maka tinggi skor nilai atraksinya dan akan diketahui pada destinasi
mana wisatawan paling sering berada. Dalam penelitian ini analisis ini akan digunakan untuk menentukan
atraksi-atraksi mana yang sebenarnya menjadi potensial/dapat diunggulkan. Importance Performance
Analysis, digunakan untuk mengetahui apa sebenarnya penilaian wisatawan terhadap kinerja produk
pada daya tarik wisata, sekaligus mengetahui apa yang sebenarnya diharapkan untuk menghasilkan
produk atau jasa yang berkualitas.
Kajian eksploratif dilakukan berbasis kasus empiris yang bersifat spesifik, menuju suatu kesimpulan yang
bersifat umum. Untuk melihat faktor-faktor penawaran yang termasuk di dalamnya nilai penting
(importance) dan kondisi (performance) daya tarik digunakan analisis importance-performance. Tingkat
kepentingan (importance) atraksi, fasilitas dan kelengkapan layanan diberi bobot dengan menggunakan
skala Likert sebagai berikut:
BAB 2-25
Tingkat penampilan (performance) atraksi, fasilitas dan kelengkapan layanan diberi bobot sebagai
berikut:
Untuk selanjutnya dicari skor rata-rata tingkat kepentingan dan penampilan dari setiap item. Hasil
perhitungan nilai rata-rata tersebut dikatakan baik bila nilai rata-rata jawaban yang diperoleh berkisar
antara 3,5 sampai 4,5 dan dikatakan tidak baik bila nilai rata-rata diperoleh antara 1,5 sampai dengan 2,5.
Dengan menggunakan diagram kartesius, dapat menunjukkan atribut apa saja dari suatu produk yang
dianggap penting oleh wisatawan. Diagram ini terdiri dari suatu bangun yang dibagi atas 4 bagian dan
dibatasi oleh dua garis yang memotong tegak lurus pada titik-titik:
Dengan memasukkan semua elemen-elemen tingkat kepentingan dan penampilan ke dalam diagram
kartesius dapat dijelaskan peringkatnya serta mengidentifikasi tindakan apa yang diperlukan, dengan cara
berikut:
• Kuadran I : Concentrated here. Pada kuadran ini artinya faktor-faktor yang dianggap penting oleh
responden tidak diikuti oleh kualitas pengelolaan yang baik. Oleh karena itu pengelola harus
berkonsentrasi untuk meningkatkan kualitas performa.
• Kuadran II : Keep up good working. Kuadran ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor/
atribut yang dianggap penting oleh wisatawan. Menurut wisatawan, pengelola telah mengelola
atribut dengan baik, sehingga pengelola cukup mempertahankan kualitas yang ada.
• Kuadran III : Prioritas Rendah (Low priority). Pada kuadran ini faktor-faktor/atribut yang ada
dianggap memiliki kepentingan maupun performa yang kurang dari rata-rata sehingga dalam
BAB 2-26
rencana ke depan pihak pengelola tidak perlu memprioritaskan atribut yang masuk ke dalam
kategori ini.
• Kuadran IV : Possible Overkill. Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap oleh wisatawan
memiliki tingkat kepentingan rendah, namun memiliki performa yang cukup baik. Dalam hal ini
untuk rencana ke depan, pengelola tidak seharusnya mencurahkan perhatian yang terlalu besar
terhadap atribut-atribut yang masuk dalam kuadaran ini (dapat diabaikan).
Selanjutnya akan dilakukan analisis konektivitas antar daya Tarik wisata dan antar kelompok daya tarik
wisata sehingga diperoleh suatu pola perjalanan (travel pattern) seperti dibawah ini.
1. Langkah pertama yaitu melakukan identifikasi di lapangan terhadap pola pergerakan wisatawan
2. Mengaitkan pengamatan dengan karakteristik wisatawan guna mendukung hasil pengamatan
oleh peneliti.
3. Melakukan analisis pola pergerakan wisatawan antar spot wisata serta daya tarik wisatawan
berkunjung guna mengetahui kecenderungan wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pola pergerakan wisatawan.
4. Menarik kesimpulan karakeristik pola pergerakan wisatawan.
Aksesibiltas merupakan salah satu bagian dari analisis interaksi kegiatan dengan sistem jaringan
transportasi yang bertujuan untuk memahami cara kerja sistem tersebut dan mengunakan hubungan
analisis antara komponen sistem untuk meramalkan dampak lalu lintas beberapa tata guna lahan atau
kebijakan transportasi yang berbeda. Aksesibiltas sering dikaitkan dengan jarak, waktu tempuh dan biaya
perjalanan. Aksesibiltas merupakan suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi
tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui
sistem jaringan transportasi (Black, 1987). Mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain,
untuk itu diperlukan kinerja yang kuantiatif (terukur) yang dapat menyatakan aksesibiltas atau
BAB 2-27
kemudahan tersebut. Aksesibiltas bagi penguna kendaraan umum penumpang dapat berupa kemudahan
untuk mencapai rute kendaraan umum dengan berjalan kaki baik dari awal maupun akhir perjalanan,
kemudahan untuk mendapatkan kendaraan umum penumpang dan kemudahan perjalanan ke daerah
tujuan dengan mengunakan fasiltas kendaraan umum (Isfandiar, dk., 2001).
Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tataguna lahan secara geografis
dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran
kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tataguna lahan berinteraksi satu sama lain dan
mudah atau susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem jaringan transportasi. (Black, 1981). Ada yang
menyatakan bahwa aksesibilitas dinyatakan dengan jarak, jika suatu tempat berdekatan dengan tempat
lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya, jika kedua tempat sangat
berjauhan, aksesibilitas antara keduanya rendah. Jadi, tataguna lahan yang berbeda pasti memiliki
aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tataguna lahan tersebut tersebar dalam ruang secara
tidak merata (heterogen). Akan tetapi peruntukan lahan tertentu seperti bandara, lokasinya tidak bias
sembarangan dan biasanya terletak jauh di luar kota (karena ada batasan dari segi keamanan,
pengembangan wilayah, dan lain-lain). Dikatakan aksesibilitas ke bandara tersebut pasti akan selalu
rendah karena letaknya jauh di luar kota. Namun meskipun letaknya jauh, aksesibilitas ke bandara dapat
di tingkatkan dengan menyediakan sistem transportasi yang dapat dilalui dengan kecepatan tinggi
sehingga waktu tempuhnya menjadi pendek. Oleh sebab itu penggunaan jarak sebagai ukuran
aksesibilitas mulai diragukan orang dan mulai dirasakan bahwa penggunaan waktu tempuh merupakan
kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan jarak dalam menyatakan aksesibilitas. Dapat disimpulkan
bahwa suatu tempat yang berjarak jauh belum tentu dapat dikatakan mempunyai aksesibilitas rendah
atau suatu tempat yang berjarak dekat mempunyai aksesibilitas tinggi karena terdapat factor lain dalam
menentukan aksesibilitas yaitu waktu tempuh
Umumnya analisis tingkat aksesibilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keterhubungan satu pusat
pertumbuhan atau pelayanan dengan yang lainnya, demikian sebaliknya. Untuk itu diperlukan data-data
tentang kinerja jaringan jaringan dan ukuran aktivitas zona-zona. Namun untuk mengukur tingkat
aksesibilitas kawasan wisata pada wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dihitung dari titik
berangkat (asal) pengunjung menuju klaster daerah tujuan pariwisata (tujuan). Titik asal pengunjung di
Pulau Bangka ditetapkan dari Kota Pangkal Pinang dan di Pulau Belitung titik asal adalah Tanjung Pandan.
Variabel yang dinilai pada analisis tingkat aksesibilitas adalah:
1. Ketersediaan jalan menuju lokasi daerah tujuan pariwisata
2. Kondisi jalan menuju lokasi daerah tujuan pariwisata
3. Jarak tempuh menuju lokasi daerah tujuan pariwisata
4. Waktu tempuh menuju lokasi daerah tujuan pariwisata
5. Ketersediaan kendaraan umum menuju lokasi daerah tujuan pariwisata
6. Jenis kendaraan yang dapat digunakan menuju daerah tujuan pariwisata
Keenam variabel diatas diberikan bobot dan masing-masing variabel dinilai dari hasil data lapangan yang
kemudian diberikan skor serta ranking. Keluaran dari analisis ini akan dapat diketahui tingkat aksesibilitas
klaster daerah tujuan pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tingkat aksesibilitas dapat
diklasfiksikan menjadi tingkat aksesibilitas sangat tinggi sampai sangat rendah.
Proses kajian dan penyusunan rencana sistem jaringan transportasi dalam sistem jaringan transportasi
kawasan akan dilakukan melalui tiga pendekatan perencanaan, yaitu :
Pendekatan yang mengacu pada prinsip keterpaduan ruang (integrasi wilayah). Pendekatan ini
memandang transportasi wilayah sebagai penunjang perkembangan pembangunan dan kegiatan
BAB 2-28
perekonomian kawasan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan keberlanjutan
pembangunan.
Pendekatan yang mengacu pada prinsip keseimbangan antara sisi sediaan (supply) dan sisi
permintaan (demand).
3. Pendekatan Partisipatif
Model ini digunakan untuk mengetahui besarnya bangkitan pergerakan yang diakibatkan oleh suatu
aktivitas. Dalam hal ini kegiatan pariwisata
Q(t,m,p) = Aoj = Σ (Aij.Xij)
i=1
dengan:
Q = besaran lalu lintas yang dibangkitkan p = perjalanan
t = waktu X = variabel penentu
m = macam kendaraan A = koefisien regresi
Dalam pengukuran bangkitan lalu lintas terdapat beberapa variabel penentu, yaitu: maksud perjalanan,
pendapatan wisatawan, pemilikan kendaraan, guna lahan di tempat asal, jarak ke lokasi, lama perjalanan,
moda yang digunakan dan guna lahan di tempat tujuan.
VCR diperlukan untuk menilai tingkat kapasitas ruas jalan yang dinyatakan dengan kendaraan dalam
satuan penumpang per jam. Kapasitas ruas jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat
bergerak dalam periode waktu tertentu. Jika arus lalu lintas mendekati nilai 1 atau mendekati kapasitas,
berarti kemacetan mulai terjadi. Model yang digunakan untuk menilai tingkat VCR adalah:
1 – (1 – a) Q / C
TQ = T 0
1–Q/A
Dimana:
TQ = waktu tempuh pada saat arus
T0 = waktu tempuh pada saat arus = 0
Q = arus lalu lintas
C = kapasitas
BAB 2-29
2.3.2.4. Analisis Kebutuhan dan Pengembangan Amenitas
Analisis rencana tata ruang dilakukan untuk mendeskripsikan arahan pengembangan kawasan wisata
yang tercantum dalam peraturan rencana tata ruangnya, serta kemampuan tumbuh dan berkembangnya
wilayah sesuai yang direncanakan dalam dokumen rencana tata ruangnya, yang dihubungkan terhadap
kedudukan terhadap wilayah pendukungnya, meliputi:
Analisis daya dukung dan daya tampung dibedakan menjadi daya dukung secara makro yang keluarannya
berupa klasifikasi intensitas pemanfaatan ruang, sedangkan daya dukung secara mikro bersifat lebih
teknis dengan keluaran jumlah daya tampung pengunjung untuk suatu tapak kawasan wisata. Sementara
itu analisis kesesuaian lahan keluarannya berupa tingkat kesesuaian yang dikaitkan dengan penggunaan
lahan eksisting. Analisis daya dukung, daya tampung dan analisis kesesuaian lahan secara makro
merupakan satu kesatuan metodologi analisis yaitu Analisis Kemampuan Lahan. Sedangkan analisis daya
dukung dan daya tampung pada tataran mikro menggunakan Analisis Physical Carrying Capacity, Real
Carrying Capacity dan Effective Carrying Capacity.
Analisis Satuan Kemampuan lahan (SKL) merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat
kemampuan pengembangan suatu wilayah. Dalam analisis kemampuan lahan diperlukan berbagai data
fisik dasar dan lingkungan sebagai data masukan dalam penentuan satuan kemampuan lahan di
antaranya data topografi dan morfologi, jenis tanah, curah hujan, rawan bencana alam, penggunaan
lahan dan lainnya.
Analisis Penentuan Kemampuan Lahan ini mengacu pada standar dan kriteria dari Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan,
Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Berdasarkan Peraturan tersebut
penentuan kemampuan lahan dilakukan melalui dua tahapan yaitu penentuan Satuan Kemampuan Lahan
(SKL) dan penentuan kelas kemampuan lahan dengan metode superimpose.
BAB 2-30
Dalam analisis kemampuan lahan terdapat delapan Satuan Kemampuan Lahan (SKL) yang harus terlebih
dahulu dianalisis sebelum menentukan kelas kemampuan pengembangan lahan, yaitu SKL Morfologi, SKL
Kemudahan dikerjakan, SKL Kestabilan Lereng, SKL Kestabilan Fondasi, SKL Drainase, SKL Ketersediaan
Air, SKL Erosi, SKL Buangan Limbah dan SKL Rawan Bencana Alam.
Analisis SKL Morfologi ini dilakukan untuk menentukan kemampuan lahan yang dilihat dari morfologi
wilayah. Berdasarkan Permen PU No. 27 Tahun 2007 parameter masukan yang digunakan dalam SKL
morfologi ini yaitu morfologi dan kemiringan lereng.
Hasil dari analisis SKL Morfologi ini akan menunjukkan kelas kemampuan lahan rendah, kurang, sedang,
cukup dan tinggi. Kelas kemampuan lahan tersebut menunjukkan tingkatan dimana kemampuan lahan
rendah menunjukkan bahwa kawasan tersebut sulit dikembangkan atau tidak layak dikembangkan
berdasarkan morfologi kawasannya. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai kawasan
lindung atau budidaya yang tak berkaitan dengan manusia. Sedangkan kemampuan lahan tinggi
menunjukkan bahwa kawasan tersebut morfologinya dataran yang mudah dikembangkan sebagai
kawasan budidaya.
Analisis SKL Kemudahan dikerjakan ini dilakukan untuk menentukan mengetahui tingkat kemudahan
lahan untuk dibangun atau dikembangkan.
Berdasarkan Permen PU No. 27 Tahun 2007 dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta
topografi, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan eksisting.
Hasil dari analisis SKL Kemudahan dikerjakan ini akan menunjukkan kelas kemampuan lahan sangat
rendah, rendah, sedang, dan tinggi. Kelas kemampuan lahan tersebut menunjukkan tingkatan dimana
kemampuan lahan sangat rendah menunjukkan bahwa kawasan tersebut sulit dikembangkan atau tidak
layak dikembangkan. Sedangkan kemampuan lahan tinggi menunjukkan bahwa kawasan tersebut
merupakan kawasan yang mudah dikembangkan.
Tabel 2.4 – Kriteria dan Pembobotan SKL Kemudahan Dikerjakan Kawasan Perencanaan
SKL Kemudahan
Ketinggian (mdpl) Jenis Tanah Penggunaan Lahan Kelas
Dikerjakan
Kemudahan dikerjakan
>1.500 ………………. Hutan 1
sangat rendah
BAB 2-31
SKL Kemudahan
Ketinggian (mdpl) Jenis Tanah Penggunaan Lahan Kelas
Dikerjakan
………………. Pertanian, Perkebunan, Kemudahan dikerjakan
1.250-1.500 2
Pertanian tanah kering semusim rendah
………………. Kemudahan dikerjakan
1.000-1.250 Semak belukar, Padang Rumput 3
sedang
………………. Kemudahan dikerjakan
750-1.000 Tegalan, Tanah kosong 4
cukup
………………. Kemudahan dikerjakan
0-750 Permukiman 5
tinggi
Sumber: Permen PU No. 27 Tahun 2007
Analisis SKL kestabilan lereng ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di wilayah
pengembangan dalam menerima beban akibat dari adanya sebuah pembangunan. Berdasarkan Permen
PU No. 27 Tahun 2007 dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta topografi, peta morfologi,
peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta curah hujan, peta bencana alam dan
peta penggunaan lahan. Parameter utama dalam penentuan analisis kegiatan ini adalah peta kemiringan
lereng, peta topografi, peta morfologi dan rawan bencana gerakan tanah serta penggunaan lahan. Hasil
dari analisis SKL kestabilan lereng ini akan menunjukan kelas kestabilan lereng rendah, kurang, sedang,
cukup dan tinggi.
Kelas kemampuan lahan tersebut menunjukan tingkatan dimana kestabilan lereng rendah menunjukan
bahwa kawasan tersebut tidak mampu menerima beban pembangunan. Sedangkan kestabilan lereng
tinggi menunjukan bahwa kawasan tersebut mampu menerima beban dari sebuah pembangunan yang
dilakukan.
Tabel 2.5 – Kriteria dan Pembobotan SKL Kestabilan Lereng Kawasan Perencanaan
Ketinggian Kemiringan Gerakan SKL
Morfologi Penggunaan Lahan Kelas
(mdpl) Lereng (%) Tanah Lereng
>1.500 > 45 % Pegunungan Zona 3 (Tinggi) Semak belukar, hutan Rendah 1
1.250-1.500 25 – 45 % Perbukitan Pertanian, Kurang 2
Zona 2 Perkebunan, Pertanian
1.000-1.250 15 – 25 % Perbukitan Landai (Menengah) tanah kering semusim, Sedang 3
Padang Rumput
Dataran Berombak,
Zona 1
750-1.000 8 – 15 % Dataran Tegalan, Tanah Cukup 4
(Rendah)
Bergelombang kosong, Permukiman
0-750 0–8% Dataran Tidak Rawan Tinggi 5
Sumber: Permen PU No. 27 Tahun 2007
Analisis SKL kestabilan fondasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk
mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan serta jenis-jenis fondasi yang sesuai untuk
masing-masing tingkatan.
Berdasarkan Permen PU No. 27 Tahun 2007 dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta SKL
BAB 2-32
kestabilan lereng dan peta jenis tanah. Hasil dari analisis SKL kestabilan fondasi ini akan menunjukkan
kelas kestabilan fondasi lahan rendah, kurang, dan cukup.
Kelas kestabilan fondasi tersebut menunjukkan tingkatan dimana kestabilan fondasi rendah berarti
kawasan tersebut tidak stabil untuk bangunan. Sedangkan kestabilan fondasi tinggi berarti kawasan
tersebut akan stabil untuk fondasi bangunan apapun atau untuk segala jenis fondasi.
Tabel 2.6 – Kriteria dan Pembobotan SKL Kemudahan Pondasi Kawasan Perencanaan
Resiko
Ketinggian Kemiringan SKL Kestabilan
Morfologi Gerakan Jenis Tanah Kelas
(mdpl) Lereng Pondasi
Tanah
Daya dukung dan
Zona 3
>1.500 > 45 % Pegunungan Regosol kestabilan pondasi 1
(Tinggi)
Rendah
Daya dukung dan
Podsol,
1.250-1.500 25 – 45 % Perbukitan kestabilan pondasi 2
Andosol
Kurang
Zona 2
(Menengah) Mediteran,
Daya dukung dan
Brown
1.000-1.250 15 – 25 % Perbukitan Landai kestabilan pondasi 3
Forest,
Sedang
Planosol
Dataran Berombak, Daya dukung dan
Zona 1
750-1.000 8 – 15 % Dataran Latosol kestabilan pondasi 4
(Rendah)
Bergelombang cukup
Daya dukung dan
Alluvial,
0-750 0–8% Dataran Tidak Rawan kestabilan pondasi 5
Glei Humus
Tinggi
Sumber: Permen PU No. 27 Tahun 2007
Analisis SKL Ketersediaan Air ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan kemampuan
penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna pengembangan kawasan. Berdasarkan Permen PU
No. 27 Tahun 2007 dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta morfologi, peta kemiringan
lereng, peta curah hujan, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan eksisting. Namun terdapat
parameter tambahan untuk melakukan analisis ini yaitu rawan bencana kekeringan.
Hasil dari analisis SKL ketersediaan air ini akan menunjukkan kelas ketersediaan air sangat rendah,
rendah, sedang, dan tinggi. Kelas ketersediaan air tersebut menunjukkan tingkatan dimana ketersediaan
air rendah berarti kawasan tersebut memiliki ketersediaan air tanah dalam dan dangkalnya tidak banyak.
Sedangkan ketersediaan air tinggi berarti kawasan tersebut memiliki ketersediaan air tanah dalam dan
dangkalnya banyak.
SKL ketersediaan air ini tidak menunjukkan ketersediaan air yang pasti karena SKL ini hanya sebagai
parameter untuk melihat lahan yang dapat mempunyai kemungkinan besar untuk di serapi oleh air.
Tabel 2.7 – Kriteria dan Pembobotan SKL Ketersediaan Air Kawasan Perencanaan
BAB 2-33
Curah SKL
Ketinggian Resiko Jenis Penggunaan
Morfologi Hujan Ketersediaan Kelas
(mdpl) Kekeringan Tanah Lahan
(mm/bln) Air
Zona 3 Semak belukar, Sangat
Pegunungan >1.500 < 300 Regosol 1
(Tinggi) hutan Rendah
1.250- Podsol, Pertanian,
Perbukitan 300-400 Rendah 2
1.500 Andosol Perkebunan,
Pertanian
Zona 2 Mediteran,
tanah kering
Perbukitan 1.000- (Menengah) Brown
400-500 semusim, Sedang 3
Landai 1.250 Forest,
Padang
Planosol
Rumput
Dataran
Berombak,
750-1.000 500-600 Latosol Cukup 4
Dataran Tegalan, Tanah
Zona 1
Bergelombang kosong,
(Rendah)
Alluvial, Permukiman
Dataran 0-750 >600 Glei Tinggi 5
Humus
Sumber: Permen PU No. 27 Tahun 2007
Analisis SKL Drainase ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam mengalirkan
air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal maupun meluas dapat
dihindari.
Mengacu pada Permen PU No. 27 Tahun 2007 dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa
peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta topografi, peta jenis tanah, peta curah hujan, dan
penggunaan lahan eksisting.
Hasil dari analisis SKL drainase ini akan menunjukkan kelas drainase kurang, cukup dan tinggi. Kelas
kemampuan drainase tersebut menunjukkan tingkatan dimana kemampuan drainase rendah berarti
kawasan tersebut tidak dapat mengalirkan air dengan baik dan mudah tergenang. Sedangkan
kemampuan drainase tinggi berarti kawasan tersebut dapat mengalirkan air dengan baik dan
genangan air yang ada hanya sedikit.
Tabel 2.8 – Kriteria dan Pembobotan SKL Drainase Kawasan Perencanaan
Ketinggian Kemiringan CH Penggunaan SKL
Morfologi Jenis Tanah Kelas
(mdpl) Lereng (mm/bln) Lahan Drainase
>1.500 Dataran 0-8 % < 300 Regosol Hutan Rendah 1
Pertanian,
Dataran
Perkebunan,
1.250- Berombak,
8-15 % 300-400 Podsol, Andosol Pertanian Kurang 2
1.500 Dataran
tanah kering
Bergelombang
semusim
Semak
Mediteran,
1.000- Perbukitan belukar,
15-25 % 400-500 Brown Forest, Sedang 3
1.250 Landai Padang
Planosol
Rumput
Tegalan,
750-1.000 Perbukitan 25-45 % 500-600 Latosol Tanah Cukup 4
kosong
BAB 2-34
Ketinggian Kemiringan CH Penggunaan SKL
Morfologi Jenis Tanah Kelas
(mdpl) Lereng (mm/bln) Lahan Drainase
Alluvial,Glei
0-750 Pegunungan >45 % >600 Permukiman Tinggi 5
Humus
Sumber: Permen PU No. 27 Tahun 2007
Analisis SKL Erosi ini dilakukan untuk mengetahui daerah-daerah yang mengalami keterkikisan
tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta antisipasi dampaknya
pada daerah yang lebih hilir.
Berdasarkan Permen PU No. 27 Tahun 2007 dalam analisis ini membutuhkan masukan berupa peta
morfologi, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta hidrogeologi, peta tekstur tanah, peta curah
hujan dan peta penggunaan lahan eksisting. Namun yang menjadi parameter utama masukannya
adalah kemiringan lereng, morfologi, curah hujan, penggunaan lahan dan peta jenis tanah yang di
dalamnya termuat karakteristik setiap tanah yang ada.
Hasil dari analisis SKL erosi ini akan menunjukkan kelas erosi tinggi, cukup tinggi, sedang, rendah,
dan tidak ada erosi Kelas kemampuan erosi tersebut menunjukkan tingkatan dimana kelas erosi
tinggi berarti kawasan tersebut memiliki kemungkinan pengelupasan atau pengikisan tanah yang
besar. Sedangkan kelas tidak ada erosi berarti kawasan tersebut memiliki kemungkinan
pengelupasan atau pengikisan tanah yang kecil bahkan tidak ada.
Tabel 2.9 – Kriteria dan Pembobotan SKL terhadap Erosi Kawasan Perencanaan
Curah
Kemiringan Penggunaan
Hujan Morfologi Jenis Tanah SKL Erosi Kelas
Lereng Lahan
(mm/bln)
Semak belukar,
< 300 > 45 % Pegunungan Regosol Erosi Tinggi 1
hutan
Pertanian, Erosi Cukup
300-400 25 – 45 % Perbukitan Podsol, Andosol 2
Perkebunan, Tinggi
Pertanian tanah
Perbukitan Mediteran, Brown Erosi
400-500 15 – 25 % kering semusim, 3
Landai Forest, Planosol Sedang
Padang Rumput
Dataran
Berombak, Erosi Sangat
500-600 8 – 15 % Latosol Tegalan, Tanah 4
Dataran rendah
kosong,
Bergelombang
Permukiman
Alluvial, Glei Tidak ada
>600 0–8% Dataran 5
Humus erosi
Sumber: Permen PU No. 27 Tahun 2007
Analisis SKL terhadap Buangan Limbah untuk mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk
ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik limbah padat maupun
limbah cair. Berdasarkan Permen PU No. 27 Tahun 2007 dalam analisis ini membutuhkan masukan
berupa peta morfologi, peta kemiringan lereng, topografi, peta geologi, geologi permukaan,
hidrologi, klimatologi dan penggunaan lahan eksisting. Namun yang menjadi parameter utama
masukannya adalah kemiringan lereng, morfologi, topografi, penggunaan lahan. Hasil dari analisis
SKL buangan limbah ini akan menunjukkan kelas kemampuan kurang, sedang, dan cukup.
BAB 2-35
Tabel 2.10 – Kriteria dan Pembobotan SKL terhadap Buangan Limbah Kawasan Perencanaan
Kemiringan Ketinggian
Morfologi Penggunaan Lahan SKL Buangan Limbah Kelas
Lereng (mdpl)
Kemampuan lahan untuk
> 45 % Pegunungan >1.500 Semak belukar, hutan 1
buangan limbah rendah
Pertanian, Kemampuan lahan untuk
25 – 45 % Perbukitan 1.250-1.500 2
Perkebunan, Pertanian buangan limbah kurang
tanah kering semusim, Kemampuan lahan untuk
15 – 25 % Perbukitan Landai 1.000-1.250 Padang Rumput 3
buangan limbah sedang
Dataran Berombak, Kemampuan lahan untuk
8 – 15 % 750-1.000 4
Dataran Bergelombang Tegalan, Tanah buangan limbah cukup
kosong, Permukiman Kemampuan lahan untuk
0–8% Dataran 0-750 5
buangan limbah tinggi
Dengan memperhatikan parameter diatas, maka diperoleh hasil analisis kemampuan lahan SKL buangan
limbah dengan metode superimpose sebagai berikut:
Analisis SKL terhadap bencana alam ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam
menerima bencana alam untuk menghindari atau mengurangi kerugian dari korban akibat bencana
tersebut. Hasil dari analisis SKL terhadap bencana alam ini akan menunjukkan kelas potensi kawasan
dengan risiko kerentanan bencana alam timggi, menengah, dan rencdah. Kelas potensi rawan bencana
tersebut menunjukkan tingkatan dimana potensi rendah berarti kawasan tersebut aman untuk
dikembangkan menjadi kawasan budi daya dan permukiman.
BAB 2-36
Resiko
Resiko Resiko Bencan SKL
Kemiringa Ketinggia Resiko Resiko Penggunaan Kela
Morfologi Gerakan Gempa a Bencana
n Lereng n (mdpl) Kekeringan Banjir Lahan s
Tanah Bumi Gunung Alam
Api
tanah
Potensi
kering
Perbukitan 1.000- Bencana
15 – 25 % semusim, 3
Landai 1.250 Menenga
Padang
h
Rumput
Dataran
Berombak, Potensi
750- Zona 1 Zona 1
8 – 15 % Dataran KRB I Tegalan, Bencana 4
1.000 (Rendah) (Rendah)
Bergelomban Tanah Rendah
Zona 1 Zona 1
g kosong,
(Rendah) (Rendah)
Permukima Potensi
Tidak Tidak Tidak n Bencana
0–8% Dataran 0-750 5
Rawan Rawan Rawan Sangat
Rendah
Analisis Kemampuan Pengembangan perlu dilakukan memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan
yang dapat dikembangkan. Pembuatan peta nilai kemampuan pengembangan lahan ini menggunakan
metode superimpose pada semua peta SKL yang telah dibuat dan melakukan penjumlahan nilai setiap
SKL yang kemudian dikalikan dengan bobot setiap SKL. Bobot setiap SKL tersebut menunjukkan tingkat
pengaruh bagi kemampuan pengembangan lahan. Berikut adalah pembobotan pada masing-masing SKL.
Klasifikasi dari kemampuan pengembangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.14 – Klasifikasi Kemampuan Pengembangan
KELAS
TOTAL KEMAMPUAN LUAS
KEMAMPUAN KLASIFIKASI %
NILAI PENGEMBANGAN (HA)
LAHAN
Kemampuan
32 – 70 Kelas E Kawasan Lindung ….. …..
Pengembangan Rendah
Kemampuan
71 – 93 Kelas D Kawasan Penyangga ….. …..
Pengembangan Kurang
Kawasan Budidaya, pertanian,
Kemampuan
94 – 116 Kelas C perkebunan, dengan lahan ….. …..
Pengembangan Sedang
terbangun terbatas
Kawasan Budidaya
Kemampuan
117 – 139 Kelas B Permukiman Kepadatan ….. …..
Pengembangan Cukup
Rendah, dll
BAB 2-37
KELAS
TOTAL KEMAMPUAN LUAS
KEMAMPUAN KLASIFIKASI %
NILAI PENGEMBANGAN (HA)
LAHAN
Kemampuan Kawasan Permukiman dan
140 – 160 Kelas A ….. …..
Pengembangan Tinggi kegiatan lainnya
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Nasional (RIPPARNAS) disebutkan mengenai pembangunan kelembagaan pariwisata nasional yang
meliputi 3 aspek yaitu:
Mengingat kepada ketentuan tersebut maka analisis terkait kelembagaan juga akan difokuskan terhadap:
1. Bagaimana mengenai kedudukan, mekanisme kinerja, strategi pencapaian program, dan bentuk
kemitraan yang ada di organisasi-organisasi kepariwisataan yang ada di wilayah daerah
pengembangan pariwisata ini.
2. Arah strategi pengembangan dan peningkatan kapasitas dan kapabiltas SDM Pariwisata, efektitas
dan hasil dari kegiatan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di daerah
pengembangan pariwisata.
3. Ketersediaan lembaga yang bergerak di bidang penelitian dan pengembangan pariwisata,
aktivitas dari lembaga tersebut dan hasil yang dihasilkan dari kegiatan dan pengembangan
pariwisata yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tersebut.
4. Identifikasi dan mengkaji peluang dan kendala yang dihadapi dalam tata kelola kelembagaan dan
regulasi dalam pengelolaan pariwisata di daerah tujuan pariwisata tersebut.
5. Mengkaji model kelembagaan dalam pengelolaan pariwisata yang saat ini terdapat di daerah
tujuan pariwisata, dari mulai bentuk, kedudukan, aktivitas, peranan dan fungsi serta
efektifitasnya, serta mengkaji bentuk model ideal yang sesuai dengan daerah tujuan pariwisata.
Dalam analisis terkait kelembagaan, Hukum, Regulasi dan Kerangka Kebijakan akan menggunakan
metoda analisis SCP (Structure, Conduct, Performance) diadaptasi dari Erlinda Muslim dkk. (2008);
Schraven (2008), dan Hariis, B (1979). Yang terdiri dari:
1. Structure, Mengacu pada pola hubungan fungsional antara satu fenomena dengan fenomena lain
dalam satu satuan kegiatan. Pengungkapan struktur dalam kelembagaan didasarkan kepada
faktor – faktor sebagai berikut:
a. Motivasi munculnya kelembagaan: apa yang mendorong munculnya kelembagaan
b. Landasan legalisasi eksistensi kelembagaan
c. Penetapan posisi personal dalam struktur organisasi kelembagaan, pergantian pengurus,
siklus kepengurusan dan lain – lain.
BAB 2-38
2. Conduct, menunjukan perilaku personal dalam menjalankan organisasi kelembagaan. Hal ini
ditunjukan oleh berbagai pilihan kegiatan yang diaplikasikan dalam kelembagaan.
3. Performance, menunjukan wujud kegiatan yang sudah dikerjakan kelembagaan dan melibatkan
partisipasi kelompok dan kualitas hasil, tampilan performance menunjukkan identifikasi kegiatan,
actor (pelaku), waktu penyelesaian, capaian output yang sudah dihasilkan dalam periode waktu
tertentu, manfaat yang diperoleh dan prediksi dampaknya. Analisis keefektifan kelembagaan
dilakukan dengan membandingkan implementasi kegiatan dengan perencanaan yang dibuat,
secara kuantitatif efektifitas dinyatakan dalam presentasi yang mencerminkan rasio output
terhadap input.
Dalam melakukan kajian awal investasi dan industri pariwisata, kriteria-kriteria investasi dihitung
berdasarkan komponen-komponen data seperti biaya/ cost, yaitu semua pengorbanan yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai suatu tujuan yang diukur dengan nilai uang.
Dalam kajian ini, benefit didapatkan dari hasil penyelenggaran aktivitas pariwisata di Kepulauan Bangka
Belitung, baik manfaat dari kegiatan langsung maupun tidak langsung di 13 usaha jasa pariwisata seperti
tercantum dalam Tabel 2.1.
Dalam aspek pemasaran, analisis akan dilakukan dengan melihat kondisi eksisting pasar dan pasar
potential berbasis STP (Segmenting, Targeting, Positioning) serta bauran pemasaran.
Pada dasarnya STP atau Segmenting Targeting Positioning adalah salah satu model pemasaran yang
penerapannya melibatkan tiga tahapan yaitu melakukan segmentasi pasar, menargetkan segmen yang
diyakini paling menguntungkan dan memposisikan produk yang dijual dengan cara yang paling bernilai.
Fokus utama dalam model pemasaran STP ini adalah pada pendekatan pasar, bukan produk. Model ini
berfokus pada pemilihan segmen yang paling bernilai bagi bisnis pada saat merancang strategi pemasaran
produk agar penyampaian pesan lebih relevan di setiap segmen pasar tersebut.
BAB 2-39
STP sendiri merupakan pendekatan atau model yang populer diterapkan banyak perusahaan dalam
merancang strategi pemasaran. Beberapa kelebihan dari model Segmenting Targeting Positioning
adalah:
a. Mengarahkan dan memberi fokus pada strategi pemasaran seperti dalam penerapan targeted
advertising, pengembangan produk baru atau diferensiasi merek dengan mengalokasikan
sumber daya untuk segmentasi target.
b. Mengidentifikasi peluang pertumbuhan pasar dengan melihat pelanggan baru dan penggunaan
produk.
c. Mencocokan sumber daya perusahaan yang efektif dan efisien untuk menargetkan segmen
pasar yang menjanjikan return on marketing investment yang lebih besar.
d. Meningkatkan posisi perusahaan menjadi lebih kompetitif.
Tahapan segmenting atau segmentation dilakukan dengan membagi pelanggan menjadi sekelompok
orang dengan karakteristik dan kebutuhan yang sama. Langkah ini dilakukan agar dapat
menyesuaikan pendekatan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing kelompok dengan cara yang
lebih efektif dibanding hanya menggunakan satu pendekatan untuk semua pelanggan. Pendekatan
yang bisa dilakukan untuk melakukan segmentasi pasar adalah:
• Demografis. Mendasarkan pada atribut pribadi audiens seperti usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan atau status perkawinan.
• Geografis. Mendasarkan segmentasi pelanggan berdasar negara, wilayah, kota atau lingkungan
tertentu.
• Psikografis. Segmentasi yang didasarkan pada kepribadian, nilai-nilai, atau gaya hidup tertentu.
Pada karakteristik setiap konsumen, seperti motivasi, kepribadian, persepsi, interest, minat dan
sikap.
• Perilaku. Mendasarkan segmen pasar dengan mengelompokkan orang berdasarkan cara mereka
menggunakan produk, loyalitas akan produk atau manfaat yang mereka cari.
Segmentasi pasar dimulai dari mengidentifikasi mass market (pemasaran massal) (Thomson, 2000).
Mass market ini terlalu beragam dan sulit untuk menetapkan target market dengan program
pemasaran tunggal, dengan demikian pasar tersebut perlu disegmen menjadi kelompok-kelompok
yang homogen.
Di dalam mass marketing program pemasaran dilakukan secara massal seperti distribusi massal,
promosi massal dan lainnya atau dengan kata lain satu produk untuk semua. Akan tetapi mass
marketing tidak selalu sukses dalam melayani pasarnya karena satu program pemasaran tidak bisa
melayani pasar yang heterogen sehingga perlu dilakukan segmentasi, niche marketing (relung pasar)
dan pasar individu (Kotler, 2003).
Segmentasi pasar terdiri dari usaha untuk mengidentifikasi sebuah kelompok menjadi sebuah
kelompok yang memiliki kesamaan. Segmentasi merupakan cara tengah antara mass marketing
dengan individu. Dalam segmentasi pasar orang yang berada dalam satu segmen diasumsikan benar-
BAB 2-40
benar memiliki persamaan, padahal tidak ada dua orang yang benar-benar memiliki persamaan
dalam suatu hal (Kotler, 2003).
Dengan demikian segmentasi pasar memiliki beberapa keuntungan dibandingkan mass market
antara lain industri dapat menciptakan produk dan layanan yang cocok atau sesuai dengan target
market. Industri juga akan lebih mudah dalam menetapkan saluran distribusi dan dalam menetapkan
komunikasi pemasaran. Pada niche marketing lebih fokus terhadap ceruk-ceruk pasar yang belum
dilayani dengan baik. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi segmen yang sudah ada menjadi sub
segmen yang lebih kecil. Dengan adanya niche market industri dapat memahami konsumen dengan
baik. Ciri menarik dari niche market adalah konsumen pada niche market mempunyai kebutuhan
yang kuat, konsumen ini mau membayar dengan harga yang premium kepada perusahaan yang
dapat memuaskan mereka dengan baik. Niche market memiliki pertumbuhan yang potensial dan
profitable sehingga industri dapat melayani segmen ini.
Sementara itu pada pasar individu merupakan bagian terakhir dalam segmen, setiap individu
memiliki keunikan masing-masing. Pasar individu dikenal juga dengan customize marketing atau one
to one marketing dimana konsumen dilayani secara individu. Industri dapat melayani pasar individu
secara customize sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen seperti yang mereka harapkan.
Tahapan kedua dalam model Segmenting Targeting Positioning adalah menentukan segmen mana
yang akan menjadi target pemasaran.
Untuk melakukan langkah ini harus mengevaluasi potensi dan daya tarik dari segi komersial pada
masing-masing segmen yang telah dikelompokkan tadi. Dengan begitu bisa dilihat kesesuaian antara
sumber daya yang dimiliki dengan target segmen yang dinilai paling potensial membawa keuntungan
bagi brand, perusahaan ataupun industri.
Untuk mengevaluasi dan memilih target, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, seperti:
• Ukuran. Seberapa besar segmentasi pasar tersebut dan potensinya untuk bertumbuh di masa
depan.
• Profitabilitas. Segmen mana yang memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan lebih tinggi
bagi produk atau layanan. Bagaimana dengan Lifetime Value Customer di segmen tersebut.
• Aksesibilitas. Seberapa mudah atau sulit untuk mencapai segmen target market tersebut
dengan pesan pemasaran yang akan dilakukan.
• Fokus pada manfaat. Masing-masing segmen membutuhkan manfaat yang berbeda.
• Perbedaan. Harus ada perbedaan terukur antar segmen.
Terdapat empat strategi yang bisa dipilih dalam melakukan targeting diantaranya undifferentiated
targeting strategy, differentiated targeting strategy, concentrated targeting strategy, dan custom
targeting strategy.
• Undifferentiated targeting strategy, strategi ini ditujukan untuk pasar besar dengan kebutuhan
yang serupa. Maka dari itu, didalamnya hanya akan ada satu jenis pemasaran yang diterapkan
untuk melayani semua jenis pasar. Industri hanya mendapat peluang untuk mengoptimalkan
produksi, distribusi dan periklanan massa untuk mendapatkan citra terbaik dari konsumen
secara mayoritas.
BAB 2-41
• Differentiated targeting strategy, industri memiliki berbagai produk dengan masing-masing ciri
yang berbeda. Setiap konsumen tentu saja menginginkan variasi produk yang beragam,
sehingga harus berupaya menawarkan beberapa jenis produk sesuai permintaan pasar.
• Concentrated targeting strategy, hanya berfokus menawarkan jenis produk tertentu dalam satu
segmen yang dinilai paling berpeluang pasar.
• Custom targeting strategy, ditujukan pada pendekatan konsumen yang bersifat individual.
Tahapan positioning dapat diartikan menentukan bagaimana produk atau brand direpresentasikan
dalam benak pelanggan potensial. Tujuannya tentu agar produk atau brand dilihat lebih unggul dari
kompetitor. Itu sebabnya pada langkah terakhir dalam model STP marketing ini harus mengetahui
bagaimana caranya agar dapat memposisikan produk untuk target segmen pasar yang paling
menarik dan memiliki potensi keuntungan yang lebih besar tadi.
• Menawarkan solusi. Mengulas kembali kebutuhan dan potensi masalah atau hambatan dari
masing-masing segmentasi target pasar. Dengan mengetahui hambatan atau potensi masalah
yang dihadapi bisa dirancang pesan yang tepat tentang bagaimana produk atau layanan dapat
menyelesaikan masalah pasar secara lebih efektif.
• Identifikasi Unique Selling Proposition (USP). Memberikan jawaban yang tepat dari pertanyaan
mengapa pasar harus membeli produk atau layanan yang ditawarkan.
• Mengembangkan kampanye pemasaran yang spesifik pada segmentasi target pasar.
Untuk strategi komunikasi pemasaran, pendekatan yang akan digunakan akan mengikuti portofolio
strategi yang sudah dikembangkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yaitu DOT
(Destination, Origin, and Time), BAS (Branding, Advertising, and Selling) dan POS (Paid Media, Own
Media, and Social Media).
BAB 2-42
Gambar 2.10 - Analisis Pemasaran Berbabsis Empat Pilar Pariwisata
BAB 2-43
Gambar 2.11 - Analisis Strategi Pemasaran
Di aspek pemasaran, analisis juga akan dilakukan terhadap bauran pemasaran. Dalam industri
pariwisata, yang merupakan industri jasa, bauran pemasaran digunakan sebagai upaya untuk
memuaskan konsumen dengan lebih menitik beratkan pada kualitas daerah tujuan pariwisata yang dapat
diukur dengan tujuh variabel (7P) yaitu product, price, promotion, place, people, physical evidence, dan
process (Kotler dan Keller 2007).
BAB 2-44
Analisis Sektor Strategis
Dalam analisis sektor strategis maka aspek yang dianalisis untuk dokumen Rencana Induk Destinasi
Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP) adalah sebagai berikut:
Analisis ekonomi termasuk didalamnya adalah proyeksi pertumbuhan dan skenario pembangunan
menggunakan analisis investing dengan teknik capital budgeting. Teknik dalam perhtungan capital
budgeting merupakan teknik yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu investasi dilaksanakan.
Menurut Syamsuddin (2011:438-463), adapun teknik yang digunakan dalam perhitungan capital
budgeting adalah sebagai berikut:
Dalam Menghitung average rate of return secara sistematis dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
B. PAYBACK PERIOD
Perhitungan Payback Period untuk suatu proyek yang mempunyai pola cash inflow yang sama dari tahun
ke tahun dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
C. NT PRESENT VALUE
Net Present Value adalah teknik yang mempertimbangkan nilai waktu/uang yang paling banyak
digunakan. Perhitungan net present value dilakukan sebagai berikut:
BAB 2-45
D. BENEFIT COST RATIO
Benefit Cost Ratio atau disebut juga dengan istilah profitability index. Dalam pendekatan ini hampir sama
dengan teknik NPV, hanya saja B/C Ratio mengukur present value untuk setiap rupiah yang diinvestasikan.
Perhitungan B/C Ratio dilakukan sebagai berikut:
Internal Rate of Return adalah tingkat discount yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol, karena
present value cash inflow pada tingkat discount tersebut akan sama dengan initial investment.
Perhitungan IRR harus dilakukan dengan cara “trial and error” (coba-coba) sampai pada akhirnya
diperoleh tingkat discount yang akan menyebabkan NPV sama dengan nol. Dalam menghitung IRR
digunakan cara interpolasi untuk mengetahui IRR yang sebenarnya dengan rumus sebagai berikut:
Secara umum, analisis akan dilakukan pada kondisi sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat
hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dapat tercapai. Pemberdayaan mengandung arti
proses menuju berdaya. Pengertian “proses” menunjukkan pada serangkaian langkah-langkah yang
dilakukan secara bertahap untuk mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya menjadi
berdaya. Senada dengan pengertian ini, Prijono dan Pranarka (1996) menyatakan bahwa: pemberdayaan
mengandung dua arti, yakni: to give power or authority dan to give ability to or enable. Pengertian
pertama mengandung arti memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas
kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Pengertian kedua adalah memberikan kemampuan atau
keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam pembangunan secara partisipatif kiranya sangat
sesuai dan dapat dipakai untuk mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan dalam masyarakat
beserta lingkungan strategisnya.
Tim penyusun menggunakan metode yang bersifat bottom-up adalah rapid rural appraisal (RRA), dan
participatory rural appraisal (PRA). Metode RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif sistem,
(b) triangulasi dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan analisis secara berulang-ulang
(iterative). Sebagai suatu teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik yang terdiri dari:
a. Review/telaahan data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan lapang secara ringkas.
b. Observasi/pengamatan lapang secara langsung.
c. Wawancara dengan informan kunci dan lokakarya.
d. Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik.
e. Studi kasus, sejarah lokal, dan biografi.
BAB 2-46
f. Kecenderungan-kecenderungan.
g. Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat
h. Pembuatan laporan lapang secara cepat.
Sedangkan PRA merupakan penyempurnaan dari RRA. PRA dilakukan dengan lebih banyak melibatkan
“orang dalam” yang terdiri dari semua stakeholderss dengan difasilitasi oleh orang-luar yang lebih
berfungsi sebagai narasumber atau fasilitator dibanding sebagai instruktur atau guru yang menggurui.
PRA adalah suatu metode pendekatan untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan,
dan oleh masyarakat desa. Atau dengan kata lain dapat disebut sebagai kelompok metode pendekatan
yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis
pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, membuat rencana dan bertindak (Chambers,
1996).
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa PRA merupakan metode pemecahan masalah perdesaan yang
lebih menekankan pada usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat lokal dalam
melakukan penelitian secara mandiri, mencari alternatif penyelesaian masalah dan penerapannya. PRA
memungkinkan orang-orang desa mengungkapkan dan menganalisis situasi mereka sendiri, dan secara
optimal merencanakan tekad itu di desanya sendiri. Dalam pada itu, RRA merupakan metode pemecahan
masalah perdesaan yang dirancang untuk memungkinkan pihak luar secara cepat dan efisien dapat
mengumpulkan data dan informasi tentang persoalan ekosistem setempat melalui kombinasi beberapa
cara. Jika ditempatkan dalam konteks perencanaan dan pelaksanaan program-program kemasyarakatan,
kini telah terjadi pergeseran paradigmatik dari metode RRA ke PRA yang meliputi:
1. RRA yang berupa pendekatan “dari atas ke bawah” (top down) ke PRA yang berupa pendekatan
“dari bawah ke atas” (bottom up).
2. RRA yang berupa kebijakan “standarisasi terpusat” (centrally standardized) ke PRA yang berupa
kebijakan “penganekaragaman setempat” (locally diversified).
3. RRA yang cenderung sudah menyiapkan “cetak biru” (blue print) ke PRA yang memberi peluang
masyarakat lokal untuk mengikuti “proses belajar” (learning process).
4. RRA yang pola risetnya dari “survei dengan kuesioner” (survey) ke “analisis & pemahaman secara
partisipatif” (participatory analysis & appraisal).
5. RRA yang pola pikirnya dari “orang luar” (outsider/ethic: kerangka mental, kategori & pandangan
orang luar) ke PRA yang “berbasis komunitas” (community based/emic): kerangka mental dari
dalam, yang dimiliki masyarakat sendiri), dalam hal ini konsultan/tenaga ahli (expertise) hanya
menjadi fasilitator, yang melimpahkan wewenang kepada masyarakat (handling over the stick)
dari tertutup ke terbuka.
BAB 2-47
d. Rincian tentang stakeholderss dan peran yang diharapkan dari para pihak, serta jumlah dan
sumber-sumber pembiayaan yang dapat diharapkan untuk melaksanakan program/ kegiatan yang
akan diusulkan/ direkomendasikan
PRA merupakan cara yang baik agar pembangunan juga mampu menangkap suara warga pinggiran
(termasuk di dalamnya masyarakat miskin, masyarakat adat, kelompok perempuan, pemuda, anak dan
difabel), sehingga pembangunan tidak lagi bersifat elitis.
Analisis keanekaragaman hayati merupakan suatu cara mempelajari susunan atau komposisi jenis dan
bentuk atau struktur ekosistem suatu lingkungan hidup. Untuk kepentingan deskripsi analisis
keanekaragaman hayati diperlukan tiga macam parameter kuantitatif, yaitu densitas, frekuensi, dan
dominansi. Parameter dominansi ini dapat diketahui dari penarikan parameter kekayaan, keragaman,
dan kemerataan.
Analisis keanekaragaman hayati pada akhirnya akan mencoba membuat ekosistem yang ideal dan stabil.
Kestabilan ekosistem ditandai dengan adanya kekayaan spesies, keragaman spesies, dan kemerataan
spesies dalam ekosistem. Kestabilan ekosistem akan memberikan manfaat jasa lingkungan yang sangat
berharga bagi manusia.
Indeks keanekaragaman spesies merupakan indeks yang menyatakan struktur komunitas dan kestabilan
ekosistem. Semakin baik indeks keragaman spesies maka suatu ekosistem semakin stabil. Indeks
keragaman ini biasa menggunakan indeks Shannnon, indeks Margalef, dan indeks Simpson (Indriyanto
2012). Indeks Shannon-Wiener merupakan indeks yang sesuai untuk menghitung tingkat keragaman
spesies (Suratissa dan Rathnayake 2016).
Indeks kekayaan komunitas tumbuhan ditentukan oleh indeks Margalef, indeks ini menunjukan
perbandingan banyaknya satu spesies terhadap jumlah seluruh spesies. Adapula indeks kemerataan yang
disebut juga indeks Pielou. Indeks kemerataan ini merupakan tingkat kesamaan jumlah spesies satu
dengan spesies yang lainnya (Naidu dan Kumar 2016).
Nilai indeks keanekaragaman dihitung menggunakan persamaan ShannonWiener dalam Ludwing dan
Reynolds (1988); Magurran (1988), yaitu sebagai berikut:
Keterangan :
H’ = Nilai Indeks Shannon-Wiener
Pi = ni / N
ni = Jumlah Individu Jenis ke-i
N = Total Jumlah Individu
S = Total Jumlah Jenis
Ln = Logaritma Natural
BAB 2-48
Nilai H’ < 1,5 dikategorikan rendah, nilai H’ 1,5 hingga 3,5 dikategorikan sedang dan nilai H’ > 3,5
dikategorikan tinggi (Magurran, 1988).
Nilai indeks kekayaan dihitung menggunakan persamaan Margalef (1958) dalam Ludwing dan Reynolds
(1988); Magurran (1988), sebagai berikut :
Keterangan :
R = Nilai Indeks Kekayaan
S = Total Jumlah Jenis
N = Total Jumlah Individu
Ln = Logaritma Natural
Nilai R > 4 dikategorikan baik, R antara 2,4 hingga 4 dikategorikan moderat dan nilai R < 2,5 maka
dikategorikan rendah.
Nilai indeks kemerataan dapat dihitung menggunakan persamaan Alatalo (1981) dalam Ludwing dan
Reynolds (1988); Magurran (1988), sebagai berikut :
Keterangan :
R = Nilai Indeks Kemerataan
H’ = Indeks Keragaman Shannon-Wiener
S = Total Jumlah Jenis
Ln = Logaritma Natural
Bila nilai E mendekati nol (0) maka jenis penyusun tidak banyak ragamnya, ada dominasi dari jenis
tertentu dan menunjukkan adanya tekanan pada ekosistem. Bila nilai E mendekati 1 (satu) maka jumlah
individu yang dimiliki antar jenis tidak jauh berbeda, tidak ada dominasi dan tidak ada tekanan pada
ekosistem (Ludwing dan Reynolds, 1988).
B. ANALISIS KEBENCANAAN
Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. (UU No. 24 tahun 2007). Analisis kebencanaan merupakan upaya
untuk menganalisis bahaya, kerentanan dan risiko bencana yang sangat dibutuhkan dalam proses
perencanaan pembangunan suatu wilayah. Berdasarkan peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012.
Dalam hal kebencanaan dibutuhkan mitigasi bencana, yaitu serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai
BAB 2-49
tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban
ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta. Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, hal
yang harus lakukan ialah melakukan kajian resiko bencana. Dalam menghitung resiko bencana perlu
diketahui Bahaya (hazard), Kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity) suatu wilayah yang
berdasarkan pada karakteristik kondisi fisik dan wilayahnya.
Bahaya (hazard) adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk menyebabkan terjadinya
kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana
maupun tidak. Bahaya dianggap sebuah bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban dan
kerugian.
Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah bahaya (baik bahaya alam
maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana (disaster) atau tidak. Rangkaian
kondisi, umumnya dapat berupa kondisi fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan
masyarakat dalam melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-tanggap terhadap dampak
bahaya.
Jenis-jenis kerentanan:
Kapasitas (capacity) adalah kemampuan untuk memberikan tanggapan terhadap situasi tertentu dengan
sumber daya yang tersedia (fisik, manusia, keuangan dan lainnya). Kapasitas ini bisa merupakan kearifan
lokal masyarakat yang diceritakan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Resiko bencana (Risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan
kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. , akibat kombinasi dari
bahaya, kerentanan, dan kapasitas dari daerah yang bersangkutan.
Menghitung Resiko bencana di suatu wilayah berdasarkan pada penilaian bahaya, kerentanan dan
kapasitas di wilayah tersebut. Menghitung resiko bencana menggunakan persamaan sebagai berikut :
Dalam siklus manajemen bencana terdapat beberapa fase penting yang harus dilakukan (Wattegama,
2007): (1) Mitigasi (Mitigation): setiap kegiatan yang mengurangi baik kemungkinan bahaya yang terjadi
atau bahaya yang berubah menjadi bencana. (2)Pengurangan risiko (Risk Reduction): langkah-langkah
antisipatif dan tindakan yang berusaha untuk menghindari risiko di masa depan sebagai hasil bencana.
(3)Pencegahan (Prevention): menghindari bencana. (4)Kesiapsiagaan (Preparedness): rencana atau
persiapan yang dibuat untuk menyelamatkan nyawa atau harta, dan membantu respon dan
BAB 2-50
penyelamatan operasi layanan. Fase ini meliputi pelaksanaan/operasi, peringatan dini sistem dan
pembangunan kapasitas sehingga penduduk akan bereaksi dengan tepat ketika awal peringatan
dikeluarkan. (5)Respon (Response): termasuk tindakan yang diambil untuk menyelamatkan nyawa dan
mencegah kerusakan properti, dan melestarikan lingkungan selama keadaan darurat atau bencana. Fase
respon adalah pelaksanaan rencana aksi. (6) Pemulihan (Recovery): mencakup tindakan-tindakan yang
membantu masyarakat untuk kembali ke keadaan normal setelah bencana.
C. ANALISIS SPASIAL
Metode analisis spasial adalah sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam pengolahan data Sistem
Informasi Geografis (SIG). Hasil analisis data spasial sangat bergantung pada lokasi objek yang
bersangkutan (yang sedang dianalisis). Analisis spasial juga dapat diartikan sebagai teknik-teknik yang
digunakan untuk meneliti dan mengeksplorasi data dari perspektif keruangan. Semua teknik atau
pendekatan perhitungan matematis yang terkait dengan data keruangan (spasial) dilakukan dengan
fungsi analisis spasial tersebut.
Pada pelaksanaannya analisis spasial dapat dilakukan dengan jenis-jenis tertentu. Semua jenis tersebut
memiliki fungsi dan penggunaan yang berbeda. Jenis-jenis analisis spasial diantaranya adalah query
basisdata, pengukuran, fungsi kedekatan, overlay, model permukaan digital, klasifikasi, dan pengubahan
unsur-unsur spasial.
Salah satu teknik analisis spasial yang sering digunakan adalah analisis overlay. Overlay adalah bagian
penting dari analisis spasial. Overlay dapat menggabungkan beberapa unsur spasial menjadi unsur spasial
yang baru. Dengan kata lain, overlay dapat didefinisikan sebagai operasi spasial yang menggabungkan
layer geografik yang berbeda untuk mendapatkan informasi baru. Overlay dapat dilakukan pada data
vektor maupun raster.
Analisis spasial berkembang seiring dengan perkembangan geografi kuantitatif dan ilmu wilayah (regional
science) pada awal 1960an. Perkembangannya diawali dengan digunakannya prosedur-prosedur dan
teknik-teknik kuantitatif (terutama statistik) untuk menganalisa pola-pola sebaran titik, garis, dan area
pada peta atau data yang disertai koordinat ruang dua atau tiga dimensi. Pada perkembangannya,
penekanan dilakukan pada indigenous features dari ruang geografis pada proses- proses pilihan spasial
(spatialchoices) dan implikasinya secara spatio-temporal.
Analisis spasial tidak hanya mencakup statistika spasial. Terdapat dua kajian studi yang bisa dibedakan:
1. Analisis statistik data spasial: kajian-kajian untuk menemukan metode-metode dan kerangka
analisis guna memodelkan efek spasial dan proses spasial;
2. Permodelan spasial: permodelan deterministic atau stokastik untuk memodelkan kebijakan
lingkungan, lokasi-lokasi, interaksi spasial, pilihan spasial dan ekonomi regional.
Analisis spasial menekankan pada eksistensi ruang (space) yang berfungsi untuk mengakomodasikan
kegiatan manusia atau objek di permukaan bumi. Pendekatan dalam analisis spasial dalam kegiatan ini
antara lain:
1. Pendekatan Topik, yaitu pendekatan yang menitikberatkan pada topik utama dari suatu gejala
dan masalah.
2. Pendekatan Aktivitas Manusia, yaitu pendekatan yang fokus utamanya adalah aktivitas manusia
(human activities). Pendekatan ini dapat digunakan untuk mengkaji fenomena mata pencarian
BAB 2-51
penduduk di pada suatu wilayah, serta apakah fenomena itu terjadi di dataran rendah,
pegunungan, atau daerah pantai. Berdasarkan persebaran tersebut dapat pula diungkapkan
interelasinya dengan keadaan kesuburan tanah, hidrografi, atau iklim.
3. Pendekatan Region, yaitu pendekatan yang fokus utamanya adalah region atau wilayah tempat
suatu gejala dan masalah geografi tersebut terjadi.
Analsis spasial dalam Penyusunan Dokumen Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated
Tourism Master Plan (ITMP) Bangka Belitung dilakukan untuk menyusun peta dasar, peta tematik, peta
potensi dan masalah spasial, peta rencana, dan peta analisis lainnya. Berikut adalah daftar peta yang
menjadi output analisis dari kegiatan ini.
• Peta Baseline
1. Administrasi
2. Peta Topografi
3. Peta Morfologi
4. Peta Jenis Tanah
5. Peta Hidrologi
6. Peta Penggunaan Lahan (tutupan lahan)
7. Peta Citra (time series, untuk KTA & kawasan cepat tumbuh & kepemilikan)
8. Peta Sistem Transportasi (jaringan jalan, kondisi jalan, ketersediaan kendaraan umum, bandara,
terminal, pelabuhan)
9. Peta Sistem Jaringan Prasarana Wilayah (jaringan listrik, telekomunikasi, air minum,
persampahan, air limbah, jalur evakuasi, dll)
10. Peta sebaran sarana wilayah (fasilitas pendidikan, kesehataan, perdagangan & jasa)
11. Peta Sebaran, Jumlah dan Kepadatan Penduduk
12. Peta Sebaran DTW (Pariwisata)
13. Peta Sosial (kawasan adat, penduduk asli, konflik sosial, dll.)
14. Peta kesehatan lingkungan
15. Peta kebencanaan (longsor, banjir, kebakaran hutan, dll)
• Peta Potensi dan Masalah Spasial
BAB 2-52
• Peta Rencana (kebijakan penataan ruang)
1. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah (Sistem Pusat Perkotaan & Sistem Prasarana Wilayah)
2. Peta Rencana Pola Ruang Wilayah (Peruntukan kawasan tematik)
3. Peta Rencana sektoral (Ripparprov, Pertambangan, Neraca Lingkungan, dll)
• Peta Analisis
1. Analisis daya dukung dan kesesuaian lahan; Metodologi yang digunakan adalah Analisis
Kemampuan Lahan berdasarkan penampalan (superimpose) peta Satuan Kesesuaian Lahan
tematik yang akan menghasilkan: arahan tata ruang pariwisata, rasio tutupan, ketinggian
bangunan, pemanfaatan air baku, perkiraan daya tampung lahan, persyaratan dan pembatasan
pengembangan, evaluasi pemanfaatan lahan eksiting dengan peta kesesuaian lahan hasil
analisis.
2. Analisis daya tampung kawasan wisata (skala mikro) dengan menggunakan metodologi carrying
capacity (PPC, RCC & ECC).
3. Analisis tingkat aksesibilitas dengan menganalisa sistem jaringan jalan, konidisi jalan, waktu
tempuh dan ketersediaan angkutan kendaraan umum.
4. Analisis tingkat kesenjangan (disparitas) prasarana dan sarana antar wilayah dan
ketersediaannya (gap); untuk mengetahui tingkat kesenjangan ketersediaan sarpras antar
wilayah (klaster daya tarik wisata) akan digunakan metodologi skalogram. Untuk mengetahui
gap ketersediaan sarpras penujjang pariwisata digunakan Standar Kelayakan sebuah daya tarik
wisata (Lothar A. Kreck).
5. Analisis klasterisasi daya tarik wisata untuk menentukan klasifikasi KTA dan prioritasi
pembangunan pariwisata.
Pemetaan menggunakan drone sudah mulai berkembang dewasa ini. Jasa pemetaan drone telah banyak
menjadi solusi di berbagai bidang dikombinasikan dengan teknologi GIS, seperti dibidang perkebunan,
pertanian, dan pertambangan. penerapan teknologi drone dirasa mampu menjawab tantangan untuk
mendapatkan gambaran obyek terbaru yang akan dipetakan dibanding dengan pembelian citra resolusi
tinggi yang belum tentu merupakan kondisi terbaru saat dipetakan. biaya pemotretan dan pemetaan
menggunakan drone yang sangat terjangkau menjadikan opsi pemotretan menggunakan drone sangat
digemari oleh praktisi dibidang pemetaan terutama untuk pemetaan skala detail.
Pemetaan menggunakan drone dilaksanakan dengan metode auto pilot, teknologi auto pilot dan
perencanaan jalur penerbangan menjadikan hasil pemetaan akan memiliki akurasi yang tinggi. banyak
software untuk melakukan konfigurasi jalur terbang dan auto pilot, sama halnya seperti jenis drone itu
sendiri, software untuk perencanaan jalur terbang juga tersedia banyak macamnya baik yang gratis
maupun berbayar. Teknologi drone yang digunakan penyedia jasa adalah DJI Phantom 4 Pro.
BAB 2-53
• Pemetaan topografi atau DSM
• Pemodelan 3D obyek
Penginderaan Jauh (Remote Sensing) adalah ilmu untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah,
atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak
langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesand and Kiefer, 1979).
Sedang menurut Lindgren, Penginderaan jauh ialah berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan
dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang
dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.
Penginderaan jauh merupakan aktivitas penyadapan informasi tentang obyek atau gejala di permukaan
bumi (atau permukaan bumi) tanpa melalui kontak langsung. Karena tanpa kontak langsung, diperlukan
media supaya obyek atau gejala tersebut dapat diamati dan ‘didekati’ oleh si penafsir. Media ini berupa
citra (image atau gambar).
Citra adalah gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang dibuahkan
dengan cara optik, elektro-optik, optik mekanik, atau elektronik. Pada umumnya ia digunakan bila radiasi
elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan dari suatu obyek tidak langsung direkam pada film.
Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat obyek yang tampak pada
citra, berikut deskripsinya. Interpretasi citra dan fotogrametri berhubungan erat, meskipun keduanya
tidak sama. Bedanya, fotogrametri berkepentingan dengan geometri obyek, sedangkan interpretasi citra
berurusan dengan manfaat, penggunaan, asal-usul, ataupun identitas obyek yang bersangkutan (Glossary
of the Mapping Science, 1994).
Lillesand dan Kiefer (1994) dan juga Sutanto (1986) menyebutkan 8 unsur interpretasi yang di gunakan
secara konvergen untuk dapat mengenali suatu obyek yang ada pada citra, kedelapan unsur tersebut
ialah warna/rona, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, situs dan asosiasi. Diantara ke delapan unsur
tersebut, warna/rona merupakan hal yang paling dominan dan langsung mempengaruhi pengguna citra
dalam memulai interpretasi. Sebenarnya seluruh unsur interpretasi ini dapat di kelompokkan ke dalam 3
jenjang dalam piramida unsur-unsur interpretasi. Pada jenjang paling bawah terdapat unsur-unsur
elementer yang dengan mudah dapat dikenali pada citra, yaitu warna/rona, bentuk, dan bayangan. Pada
jenjang berikutnya terletak ukuran, tekstur dan pola, yang membutuhkan pemahaman lebih mendalam
tentang konfigurasi obyek dalam ruang. Pada jenjang paling atas terdapat situs dan asosiasi, yang
merupakan unsur-unsur pengenal utama dan seringkali menjadi faktor kunci dalam interpretasi, namun
sekaligus paling sulit untuk dideskripsikan.
Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat obyek yang tampak pada
citra, berikut deskripsinya. Interpretasi citra dapat dilakukan secara manual atau visual, dan dapat pula
secara digital. Interpretasi citra secara visual sering di sebut dengan interpretasi fotografik, sekalipun citra
yang di gunakan bukan citra foto, melainkan citra non foto yang telah tercetak (hard copy). Sebutan
interpretasi fotografik sering di berikan pada Interpretasi visual citra non foto, karena banyak produk
tercetak citra non foto di masa lalu (bahkan sampai sekarang) di wujudkan dalam bentuk film ataupun
citra tercetak di atas kertas foto, dengan proses reproduksi fotografik. Hal ini dapat dilakukan karena
proses pencetakan oleh komputer pengolahan citra non foto dilakukan dengan printer khusus yang
BAB 2-54
disebut film writer, dan hasil cetakanya menyerupai slide (diapositif) berukuran besar (lebih kurang
hingga ukuran karto). Istilah Interpretasi fotografik juga diberikan pada berbagai kegiatan interpretasi
visual citra-citra non foto, karena prinsip-prinsip interpretasi yang digunakan tidak jauh berbeda dari
prinsip-prinsip interpretasi foto udara.
Untuk mendapatkan data-data yang lengkap pada suatu daerah yang luas, maka pada zaman teknologi
yang telah berkembang pesat ini, hal itu dapat dilakukan dengan menyajikan gambar daerah tersebut
dalam bentuk foto yang diambil dari atas permukaan bumi (foto udara). Adapun besar kecilnya foto udara
tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan yaitu dengan mengatur ketinggian pesawat saat
pemotretan.
Selain itu, menurut Ester 1975 dan Suharto 1979 Interpretasi citra adalah tindakan mengkaji foto dan
atau citra dengan maksud untuk mengenali objek dan geja la serta menilai arti pentingnya objek dan
gejala tersebut. Jadi di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek
melalui tahapan kegiatan, yaitu Deteksi, Identifikasi, dan Analisis.
Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai
kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup, dan sebagainya. Pada dasarnya kegiatan
interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian
atas fungsi objek.
1. Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu objek, berarti
penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala
di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera (sensor). Untuk mendeteksi benda dan
gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak dilakukan secara langsung atas benda, melainkan
dengan mengkaji hasil rekaman dari foto udara atau satelit.
Ada 3 (tiga) ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan ciri yang terekam oleh
sensor yaitu sebagai berikut:
a. Spektoral
Ciri spektoral ialah ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan
benda yang dinyatakan dengan rona dan warna.
b. Spatial
Ciri spatial ialah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola,
tekstur, situs, dan asosiasi.
c. Temporal
Ciri temporal ialah ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman.
2. Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara menginterpretasi dan
menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke arah teorisasi dan akhirnya
dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini, interpretasi dilakukan oleh
seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan
penafsir citra.
BAB 2-55
Menurut Prof. Dr. Sutanto, pada dasarnya interpretasi citra terdiri dari dua kegiatan utama, yaitu
perekaman data dari citra dan penggunaan data tersebut untuk tujuan tertentu.
Perekaman data dari citra berupa pengenalan objek dan unsur yang tergambar pada citra serta
penyajiannya ke dalam bentuk tabel, grafik atau peta tematik. Urutan kegiatan dimulai dari menguraikan
atau memisahkan objek yang rona atau warnanya berbeda dan selanjutnya ditarik garis batas/delineasi
bagi objek yang rona dan warnanya sama. Kemudian setiap objek yang diperlukan dikenali berdasarkan
karakteristik spasial dan atau unsur temporalnya.
Objek yang telah dikenali jenisnya, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan tujuan interpretasinya dan
digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara. Kemudian pekerjaan medan (lapangan) dilakukan
untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya. Setelah pekerjaan medan dilakukan, dilaksanakanlah
interpretasi akhir dan pengkajian atas pola atau susunan keruangan (objek) dapat dipergunakan sesuai
tujuannya. Untuk penelitian murni, kajiannya diarahkan pada penyusunan teori, sementara analisisnya
digunakan untuk penginderaan jauh, sedangkan untuk penelitian terapan, data yang diperoleh dari citra
digunakan untuk analisis dalam bidang tertentu seperti geografi, oceanografi, lingkungan hidup, dan
sebagainya.
Dalam menginterpretasi citra, pengenalan objek merupakan bagian yang sangat penting, karena tanpa
pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis.
Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya pada citra.
Karakteristik yang tergambar pada citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi
citra.
SIG adalah suatu sistem berbasis komputer yang dirancang khusus, yang mempunyai kemampuan untuk
mengelola data: pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, analisis, pemodelan dan penyajian data
spasial (keruangan) dan data non-spasial/atribut (tabular/tekstual), yang mengacu pada lokasi di
permukaan bumi (data bergeoreferensi) [jusmady dan Taylor, 1996]. Pada dasarnya SIG adalah suatu
sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling terkait untuk mencapai satu tujuan,
berdasarkan data geografis yang bergeoreferensi. Kedua jenis data, baik spasial maupun non spasial
disimpan dalam sebuah basis data (database).
Jenis Data
Secara umum, dalam SIG ada dua jenis data yang diolah, yaitu data spasial dan data atribut. Model data
spasial memerlukan metoda-metoda tertentu untuk efektifitas dan efisiensi dalam pengolahannya. Ada
dua model data yang umum digunakan dalam data spasial, yaitu model data raster dan model data
vektor.
Model data raster menggambarkan ruang dua dimensi dalam bentuk matriks yang terdiri atas grid sel
(pixel) segi empat yang teratur dalam baris dan kolom. Tiap pixel menggambarkan bagian-bagian
permukaan bumi, dimana jenis dan nilai cirinya berbentuk segi empat yang diberi label dan direkam.
Resolusi data raster ditentukan oleh ukuran pixel-nya.
Model data vektor adalah suatu harga ruang dua dimensi yang diwakili oleh suatu harga kontinu dan teliti
yang merupakan tampilan dari suatu posisi feature geografi. Dalam model data vektor, daerah pada data
BAB 2-56
diasumsikan sebagai ruang koordinat kontinu dimana posisi-posisi obyek dapat ditentukan sesuai dengan
kenampakan aslinya.
Gambar 2.14 - Perbandingan Model Data Raster, Vektor, dengan Penampakan Real
Komponen SIG
1. Perangkat Keras (Hardware): pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras
mulai dari PC dekstop, workstation, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak
orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki
ruang penyimpanan (harddisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori yang besar (RAM).
Walaupun demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap karakteristik fisik
perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC-pun dapat diatasi. Adapun perangkat
keras yang sering digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter
dan scanner (pemindai).
2. Perangkat Lunak (Software); SIG juga merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara
modular dimana basis data memegang peranan kunci. Setiap susbsistem diimplementasikan
dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak
mengherankan jika ada perangkat lunak SIG yang terdiri dari ratusan modul program (.exe) yang
masing-masing dapat dieksekusikan sendiri.
3. Data & infromasi geografi; SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang
diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara mengimportnya dari perangkat-perangkat
lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara mendijitasi data spasialnya dari peta
dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dengan menggunakan keyboard.
4. Manajemen dan Metoda: suatu proyek SIG akan berhasil jika dimanage dengan baik dan
dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan dengan
menggunakan metoda yang tepat.
BAB 2-57
5. Komponen manusia (brainware) ini tidak kalah pentingnya dibanding dengan kedua komponen
yang lain. Brainware ini merupakan pengelola Sistim Informasi Geografis, dan bertindak sebagai
pembuat desain, pelaksana dan pengawas (supervisor) dalam menyelesaikan problem yang harus
diselesaikan melalui Sistim Informasi Geografis. Ini berarti, brainware ini harus mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
berhubungan dengan analisa spatial, pembuatan model dan memahami penggunan fungsi-fungsi
analisa Sistim Informasi Geografis.
Sumber Data
Sumber data dalam SIG bisa berasal dari pengamatan langsung (teristris), pengindraan jauh, maupun data
dari penelitian terdahulu berupa peta, tabel, maupun data statistik. Berikut ini penjelasan masing-masing
sumber data:
1. Survei lapangan/Survey Terestris: pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (litologi,
fosil, struktur, dll.), pengumpulan data non-fisik (data sosial, politik, ekonomi dan budaya).
2. Sensus: dengan pendekatan kuesioner, wawancara dan pengamatan; pengumpulan data secara
nasional dan periodik (sensus jumlah penduduk, sensus kepemilikan tanah).
3. Statistik: merupakan metode pengumpulan data periodik/ per interval waktu pada stasiun
pengamatan dan analisis data geografi tersebut, contoh: data curah hujan.
4. Tracking: merupakan cara pengumpulan data dalam periode tertentu untuk tujuan pemantauan
atau pengamatan perubahan, contoh: kebakaran hutan, gunung meletus, debit air sungai.
5. Penginderaan jarak jauh (indraja), foto udara: merupakan ilmu dan seni untuk mendapatkan
informasi suatu obyek, wilayah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dari sensor
pengamat tanpa harus kontak langsung dengan obyek, wilayah atau fenomena yang diamati
(Lillesand & Kiefer, 1994).
BAB 2-58
Gambar 2.16 - Sumber Data SIG
SIG merupakan perangkat pengelolaan basis data (DBMS = Data Base Management System) dimana
interaksi dengan pemakai dilakukan dengan suatu sistem antar muka dan sistem query dan basis data
dibangun untuk aplikasi multiuser. Kelebihan sistem ini yaitu, dapat mengelola data spasial dan data non-
spasial sekaligus. Dari keterangan tersebut dapat kita simpulkan definisi basis data SIG, yaitu posisi dan
hubungan topologi, data spasial dan non- spasial, yang merupakan gambaran obyek dan fenomena
geografis obyek, dikaitkan dengan koordinat bumi. Dalam membuat basis data SIG syarat yang harus
dipenuhi adalah kompilasi data dengan volum kecil dengan klasifikasi data yang baik; penyajian yang
akurat; mudah dan cepat dalam pencarian kembali (data retrieval) dan penggabungan (proses komposit).
BAB 2-59
G. ANALISIS DATA SPASIAL
Dalam menyusun sistem informasi geografis diperlukan beberapa tahapan untuk dapat menghasilkan
suatu hasil yang dituju. Dalam menyusun sistem informasi geografis, setidaknya melewati 5 tahapan yang
terdiri atas tahap memasukkan data (Data Entry), tahap pengelolaan data (Data Storage), tahap
manipulasi dan analisis data (Data Manipulation & Analysis), tahapan keluaran data dan informasi, dan
tahap produksi (production) dan penggunaan data.
Tahap pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sistem informasi geografis adalah tahap
memasukkan data. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa data merupakan kumpulan dari
informasi- informasi yang diperlukan. Maka dari itulah sifat data adalah sangat penting. Data
perlu dimasukkan agar terekam dalam sistem sehingga dapat diolah dan menghasilkan suatu
output yang dapat digunakan.
Data yang dimasukkan dalam tahapan ini terdiri atas akuisisi data dan proses awal. Data awal
yang dibutuhkan disebut dengan database. Database merupakan data yang dikumpulkan selama
survei dimasukkan dalam komputer atau peta- peta yang telah ada dilarik secara optik dan
dimasukkan dalam komputer. Database ini bisa digunakan lebih lanjut, dan dapat diperoleh dari
penelitian lapangan, kantor pemerintahan, peta, serta data citra penginderaan jauh. Sementara
bentuk datanya sendiri telah kita bahas dalam komponen data diatas, yakni data spasial dan data
atribut. Dalam tahap memasukkan data terdapat proses yang harus dilakukan antara lain sebagai
berikut:
1. Digitalisasi
2. Editing
3. Pembangunan topologi
4. Transformasi proyeksi
5. Konversi format data
6. Pemberian atribut
Dalam melakukan proses input data, tentu sifat yang diperlukan adalah kehati- hatian dan juga
kejelian supaya tidak ada yang keliru. Kekeliruan dalam proses ini kelak akan menjadi hal yang
sangat rumit dan bahkan bisa berakibat fatal karena tahap ini merupakan proses atau tahap
paling awal dimana langkah- langkah selanjutnya akan sangat bergantung terhadap hasil dari
tahap ini.
Tahapan yang kedua adalah tahapan pengelolaan data. Tahapan pengelolaan data ini dilakukan
ketika data sudah berhasil dimasukkan. Tahapan kedua ini merupakan pengelolaan tahapan
dasar. Dalam tahapan yang kedua ini, kita akan menjumpai proses pengarsipan data dan juga
proses pemodelan.
Tahapan yang ketiga adalah tahapan manipulasi data dan juga analisis data. Melalui proses
pemasukkan data, peta- peta dasar tersebut diubah menjadi data digital. Setelah dilakukan
BAB 2-60
proses editing, peta siap digunakan untuk proses analisa. Sebagai salah satu contoh analisis yang
bisa dilakukan oleh sistem informasi geografis adalah buffer dan overlay/tumpang susun.
Tahapan selanjutnya adalah tahapan penyusunan data dan informasi. Tahap penyusunan data
dan informasi merupakan tahapan yang masuk ke dalam dua tahapan terakhir dalam tahapan
sistem informasi geografis. Tahapan pengeluaran data berarti termasuk ke dalam output proses
tersebut. Data yang telah diolah kemudian dikeluarkan, kemudian ditampilkan atau disajikan.
Suatu skala peta sering ditentukan berdasarkan kebutuhan pengguna peta dan juga media cetak
peta. Proses penentuan skala ini bisa dilakukan dengan mengunakan software tertentu. Dalam
tahapan ini terdapat beberapa proses yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut:
• Transformasi skala
• Generalisasi
• Tampilan perspektif.
Data yang telah melalui proses analisa oleh sistem informasi geografis akan memberikan
informasi pada pengguna data sehingga dapat dipakai untuk berbagai kepentingan seperti
pengambilan keputusan. Bentuk output atau keluaran dari sistem informasi geografis ini dapat
berbentuk peta cetakan atau hard copy, rekaman atau soft copy dan juga tayangan atau display.
Daya dukung lahan merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tata ruang
wilayah, agar mampu mendukung aktivitas pemanfaatan lahan secara berkelanjutan. Perbedaan daya
dukung dan daya tampung adalah daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk mendukung
perikehidupan sedangkan daya tampung merupakan kemampuan lingkungan hidup untuk menampung
penduduk di dalamnya. Oleh karena itu diperlukan analisis mengenai daya dukung dan daya tampung
lahan untuk mengetahui ketersediaan lahan efektif untuk mendukung lahan bermasalah yang ada. Daya
dukung dan daya tampung lahan diukur berdasarkan perhitungan kelas satuan kemampuan lahan yang
sudah dihasilkan sebelumnya.
Daya tampung lahan dihitung dengan asumsi bahwa 1 rumah terdiri dari 4 orang anggota keluarga
BAB 2-61
membutuhkan luas lahan seluas 150 m2. Sehingga jumlah penduduk yang dapat ditampung adalah luas
lahan yang dapat dikembangkan dibagi dengan 150m2 dikali dengan 4 orang.
Berikut adalah tabel contoh hasil perhitungan daya dukung dan daya tampung suatu kawasan
perencanaan.
Tabel 2.15 – Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Kawasan Perencanaan
Lahan yang
Kelas Rasio Daya
Kemampuan Daya Dukung dapat
Kemampuan Luas (Ha) Tutupan Tampung
Pengembangan Lahan dikembangkan
Lahan Lahan (Jiwa)
(Ha)
Tidak mampu
dikembangkan Kawasan
Kelas E ….. ….. ….. …..
untuk Lindung
perkotaan
Kemampuan
kurang untuk Kawasan
Kelas D ….. ….. ….. …..
pengembangan Penyangga
perkotaan
Kawasan
Budidaya,
Kemampuan
pertanian,
sedang untuk
Kelas C perkebunan, ….. ….. ….. …..
pengembangan
dengan lahan
perkotaan
terbangun
terbatas
Kawasan
Kemampuan
Budidaya
cukup untuk
Kelas B Permukiman ….. ….. ….. …..
pengembangan
Kepadatan
perkotaan
Rendah, dll
Kemampuan Kawasan
tinggi untuk Permukiman
Kelas A ….. ….. ….. …..
pengembangan dan kegiatan
perkotaan lainnya
TOTAL
Pengembangan wisata di zona pemanfaatan wisata cenderung lebih mengutamakan mutu atraksi wisata
serta pelayanan agar dapat meningkatkan minat dan kepuasan sehingga dapat meningkatkan jumlah
kunjungan ke area wisata. Namun sebaliknya upaya perlindungan dan pelestarian area wisata dari aspek
biofisik lingkungan masih seringkali diabaikan, salah satunya adalah daya dukung lingkungan. Masalah
daya dukung dalam ekowisata adalah sangat penting karena berkaitan erat dengan kerusakan lingkungan
(Fandeli & Muhammad, 2009). Selain itu, keadaan lingkungan perlu diperhatikan karena dengan
terganggunya mutu lingkungan satu obyek wisata maka daya tariknya pun akan terganggu atau berkurang
(Fandeli & Suyanto,1999). Sehingga apabila dalam pengembangan suatu obyek wisata tidak melalui
perencanaan dengan baik maka jumlah pengunjung yang datang ke areal obyek wisata ini dapat
melampui daya dukung lingkungannya. Menurut Douglass (1978), area wisata tertentu mempunyai
kemampuan tertentu dalam menampung wisatawan (Luchman, 2004). Daya dukung lingkungan obyek
wisata alam merupakan kemampuan suatu daerah untuk menerima wisatawan yang dinyatakan dalam
jumlah wisatawan per satuan luas per satuan waktu (Soemarwoto, 2004). Menurut Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata (2009), aspek dari daya dukung di kawasan ekowisata yang perlu
dipertimbangkan adalah jumlah turis/tahun; lamanya kunjungan turis; berapa sering lokasi yang “rentan”
secara ekologis dapat dikunjungi, dll.
BAB 2-62
Daya dukung lingkungan dapat menentukan kualitas kepuasan dan kenyamanan pengunjung dalam
menikmati aktivitas wisata di area wisata yang dikunjungi. Hal ini dikarenakan daya dukung lingkungan
obyek wisata berkaitan erat dengan jumlah wisatawan yang datang mengunjungi obyek wisata tersebut.
Apabila daya dukung lingkungan obyek wisata terlampaui maka dapat mengurangi kenyamanan dan
kepuasan wisatawan karena banyaknya wisatawan. Penilaian daya dukung lingkungan wisata yang
mempertimbangkan aspek biofisik lingkungan sangatlah penting dilakukan untuk mengetahui ambang
batas maksimum jumlah pengunjung yang berada di areal tersebut pada satu waktu bersamaan sebagai
“rambu-rambu” bagi pengelola dalam merencanakan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
Peningkatan kunjungan wisatawan akan semakin memberikan dampak terhadap lingkungan karena
semakin banyaknya tekanan fisik terhadap daya dukungnya. Selain itu dampak pariwisata terhadap
lingkungan juga dapat disebabkan karena adanya penggunaan alat transportasi, pembangunan fasilitas
wisata, tekanan terhadap sumber daya alam, perusakan habitat liar serta polusi dan pencemaran limbah
lainnya (Richardson & Fluker, 2004 dalam Pitana & Diarta, 2009). Dampak-dampak tersebut apabila
diperhatikan karena adanya pengaruh aktivitas oleh manusia sebagai pengunjung obyek wisata. Menurut
Luchman (2004), daya dukung dapat menurun atau rusak salah satunya karena faktor internal yaitu
disebabkan oleh manusia.
Kerangka penilaian daya dukung lingkungan wisata pada area dilindungi mengacu pada rumus
perhitungan daya dukung wisata yang dikembangkan oleh Cifuentes (1992). Kerangka ini mencoba untuk
menetapkan jumlah kunjungan maksimum suatu area dimana didasarkan pada kondisi fisik, biologi dan
kondisi-kondisi manajemen pada area, mempertimbangkan tiga tingkatan utama: daya-dukung fisik
(Physical Carrying Capacity/PCC), daya-dukung riil (Real Carrying Capacity/RCC) dan daya-dukung efektif
(Effevtive Carrying Capacity/ECC) (Zacarias et al, 2011). Penerapan metoda ini memperhatikan beberapa
elemen penting antara lain aliran wisatawan (tourist flows), ukuran area, jumlah maksimum ruang yang
tersedia untuk masing-masing wisatawan bergerak bebas dan waktu kunjungan (Zacarias et al, 2011).
Rumus yang digunakan dalam perhitungan daya dukung lingkungan wisata berdasarkan metode
Cifuentes (1992) hasil modifikasi dengan penelitian Douglass (1975) oleh Fandeli & Muhammad (2009)
yaitu sebagai berikut:
(Rumus (2)): dimana PCC adalah daya dukung fisik (Physical Carrying Capacity) yaitu batas maksimum dari
kunjungan yang dapat dilakukan dalam satu hari; A adalah luas area yang digunakan untuk wisata; B
adalah luas area yang dibutuhkan oleh seorang wisatawan untuk berwisata dengan tetap memperoleh
kepuasan (kegiatan piknik nilai B adalah 65 m²); Rf adalah faktor rotasi. Sedangkan daya dukung riil dalam
Zacarias et al (2011) mengacu rumus Cifuentes (1992) adalah sebagai berikut:
(Rumus (3)): RCC adalah daya dukung riil (Real Carrying Capacity) yaitu jumlah maksimum pengunjung
yang dapat mengunjungi situs area wisata tertentu berdasarkan faktor koreksi menurut karakter biofisik
setempat; PCC adalah daya dukung fisik (Physical Carrying Capacity); Cf......Cfn adalah faktor-faktor
koreksi dari parameter biofisik lingkungan suatu area wisata. Untuk menghitung faktor koreksi Cfn
menggunakan rumus sebagai berikut (Zacarias et al, 2011):
(Rumus (4)): Cfn adalah faktor koreksi ke-n terkait dengan data komponen ke-n; Mn adalah kondisi nyata
pada variabel fn terhitung; Mt adalah batas maksimum pada variabel fn tersebut. Adapun faktor koreksi
dari aspek biofisik lingkungan pada area wisata yang diidentifikasi sebagai faktor pembatas terhadap
BAB 2-63
aktivitas wisata khususnya terhadap kunjungan wisatawan ke area wisata serta kepuasan dan
kenyamanan wisatawan bergerak dengan leluasa.
Daya dukung efektif adalah suatu hasil kombinasi daya dukung riil dengan kapasitas manajemen area
wisata, seperti diuraikan oleh rumus berikut:
(Rumus (5)): ECC adalah daya dukung efektif (Effective Carrying Capacity); PCC adalah daya dukung fisik
(Physical Carrying Capacity); MC adalah kapasitas manajemen area. Parameter terakhir ini didekati
melalui kapasitas petugas pengelola pada area wisata, dengan menggunakan rumus (Siswantoro, 2012):
(Rumus (6)): Rn adalah jumlah petugas pengelola yang ada; Rt adalah jumlah petugas pengelola yang
dibutuhkan
Dalam menganalisis kinerja penyediaan sarana prasarana pendukung pariwisata dilakukan analisis
proyeksi, guna mendapat hasil kebutuhan fasilitas dalam satu daerah tujuan pariwisata 5 tahun ke depan,
teknik yang digunakan adalah analisis proyeksi geometrik.
Pn = Po [1 + r] n
Di mana:
Pn = wisatawan pada tahun n
Po = wisatawan pada tahun awal
1 = angka konstanta
r = angka pertumbuhan wisatawan (dalam persen)
n = jumlah rentang tahun dari awal hingga tahun n
Selain analisis proyeksi analisis tata bangunan dan lingkungan juga dilakukan untuk mengetahui kondisi
lingkungan binaan menyangkut elemen Rencana Umum yang mengacu pada Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
yang terdiri atas:
1. Struktur peruntukan lahan
2. Intensitas pemanfaatan lahan
3. Tata Bangunan
4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
5. Sistem Ruang Terbuka Hijau dan Tata Hijau
6. Tata Kualitas Lingkungan
7. Sistem Sarana dan Prasarana Lingkungan
Menggunakan metode eksploratif deskriptif, analisis didahului dengan pengumpulan data baik melalui
survey primer dan sekunder. Survey sekunder dilaksanakan untuk mengumpulkan seluruh data tata ruang
baik RTRW, RDTR, dan RTBL. Data lain yang diperlukan adalah peraturan-peraturan menyangkut
Peraturan Zonasi (PZ), Teknik Pengaturan Zona (TPZ), penetapan bangunan, situs cagar budaya baik
BAB 2-64
dalam skala nasional, provinsi dan Kabupaten/Kota. Survey Primer dilakukan dengan metode
pengamatan langsung di lapangan dan melakukan wawancara mendalam dengan informan terkait untuk
mengetagui kondisi terbaru di lapangan.
Analisis terhadap data akan dilakukan dengan metode SWOT untuk melakukan penilain terhadap kondisi
eksisting, untuk kemudian disintesa melalui TOWS untuk memetakan strategi pencapaian kondisi ideal
bagi keperluan pariwisata dengan melakukan skoring menggunakan teori dan parameter Placenaking
(PPS, 2016) dan Teori Attractive City ( de Botton, 2015) untuk mencapai tujuan memberikan lingkungan
binaan yang nyaman sesuai kebutuhan wisatawan, serta vista kawasan yang menarik sebagai bagian dari
daya tarik wisata.
Analisis lingkungan internal dengan mengukur Strength, Weakness, Opportunities serta Threat yang
dirangkum dalam matrix SWOT dan dikembangkan menjadi TOWS dalam sub bagian berikut.
H. ANALISIS TOWS
TWOS menggambarkan bagaimana menyelaraskan peluang-peluang yang dihadapi oleh industri dengan
kekuatan dan kelemahannya, sehingga menghasilkan empat rangkaian alternative strategi. TOWS
merupakan analisis yang mampu memberikan kemudahan dalam:
1. Memberikan gambaran tentang permasalahan yang perlu diindikasikan untuk keperluan tertentu.
2. Memberikan skenario keadaan sekarang dan masa yang akan datang, penjelasan tiap-tiap potensi
dilakukan dengan analisis deskriptif (strengths, weakness, opportunities, dan threats).
BAB 2-65
Pada kegiatan ini, analisis TOWS ditempuh dengan tujuan untuk mengetahui
kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threat) yang dimiliki
oleh DTW maupun fungsi daerah berdasarkan karakteristik dan kondisi eksistingnya sehingga dapat
diperoleh rangkaian konsep dan strategi yang menjadi alternatif pemecahan masalah. Adapun contoh
matriks tersebut dapat dilihat pada di bawah ini.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengerjaan analisis TOWS pada kegiatan ini adalah
sebagai berikut:
Metode ini mengarah pada brainstorming untuk menciptakan alternatif-alternatif strategi. Inti dari TOWS
adalah perumusan strategi gabungan dari komponen IFAS dengan komponen EFAS sehingga
menghasilkan empat macam strategi kombinasi. Keempat macam strategi kombinasi tersebut adalah:
BAB 2-66
Strategi ini mengkombinasikan komponan Weakness dan Threat yang dimiliki DPP, Bangka Belitung
sehingga dihasilkan strategi untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki sekaligus menghindari
ancaman yang ada.
Pemetaan ini bertujuan untuk merumuskan alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan dari hasil
penyelarasan peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi industri dengan kekuatan
dan kelemahan internalnya. Alternatif strategi tersebut apakah growth/expansion strategy,
delay/stability strategy, retrenchment strategy, sehingga pada akhirnya dapat diberikan rekomendasi
saluran dan strategi promosi produk wisata minat khusus yang terintegrasi serta tepat guna sesuai
dengan alternatif strategi yang ada sesuai dengan profil pasar yang telah dihasilkan.
Analisis IFAS dan EFAS merupakan metode SWOT lanjutan yang berisikan bobot atau penilaian dari
masing-masing faktor pembangun (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) pariwisata daerah
sehingga akan diperoleh gambaran tentang strategi yang tepat terhadap pengembangan pariwisata.
Berikut ini sistem penilaian SWOT wisata yang digambarkan dalam sebagai berikut:
a. Kolom 1 disusun 5-10 faktor-faktor kekuatan dan kelemahan jenis objek wisata yang akan
dikembangkan.
b. Masing-masing faktor dalam kolom 2 diberi faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai
dengan 0,0 (tidak penting). (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor
total 1,00).
c. Rating dihitung untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4
(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap
objek wisata yang bersangkutan.
BAB 2-67
d. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai
mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-
rata objek wisata atau dengan pesaing utama. Variabel yang bersifat negatif, jika
kelemahan objek wisata besar sekali dibandingkan dengan rata-rata objek wisata lainnya,
nilainya adalah 4, sedangkan jika kelemahan objek wisata yang akan dikembangkan
dibawah rata-rata objek wisata yang lain, nilainya adalah 1. Bobot dikalikan dengan rating
untuk memperoleh faktor pembobotan. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-
masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1
(poor).
e. Kolom 5 digunakan untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor
tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
f. Skor pembobotan dijumlahkan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi objek
wisata yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana objek wisata tertentu
bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan objek wisata yang akan dikembangkan dengan objek wisata lainnya
dalam kelompok objek wisata yang sama.
Skor pembobotan dijumlahkan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi objek wisata yang
bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana objek wisata tertentu bereaksi terhadap faktor-
faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan objek wisata yang
akan dikembangkan dengan objek wisata lainnya dalam kelompok objek wisata yang sama.
BAB 2-68
Gambar 2.22- Metodologi Kerja Analisis Pariwisata
BAB 2-69
Gambar 2.23- Metodologi Kerja Analisis Kebijakan
BAB 2-70
Gambar 2.24- Metodologi Kerja Analisis Aksesibilitas dan Transportasi
BAB 2-71
Gambar 2.25- Metodologi Kerja Analisis Amenitas
BAB 2-72
Gambar 2.26- Metodologi Kerja Analisis Lingkungan Alam dan Kebencanaan
BAB 2-73
Gambar 2.27- Metodologi Kerja Analisis Sarana Prasarana Air Bersih dan Sanitasi
BAB 2-74
Gambar 2.28- Metodologi Kerja Analisis Sosial Budaya
BAB 2-75
Gambar 2.29- Metodologi Kerja Analisis Ekonomi
BAB 2-76
Gambar 2.30- Metodologi Kerja Analisis Pemetaan
BAB 2-77
Gambar 2.31- Metodologi Kerja Analisis Pemasaran
BAB 2-78
Gambar 2.32- Metodologi Kerja Analisis Pemasaran
BAB 2-79
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA
i
GAMBAR
Gambar 3.5 - Peta Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana Pola Ruang Nasional
(VII-051) 10
Gambar 3.6 - Peta Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana Pola Ruang Nasional
(VII-052) 11
Gambar 3.7 - Peta Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana Pola Ruang Nasional
(VII-065) 11
Gambar 3.8 - Peta Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana Pola Ruang Nasional
(VII-066) 12
Gambar 3.9 – Peta Sebaran 50 (Lima Puluh) Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) 15
Gambar 3.14 - Peta Struktur Ruang Rencana Tata Ruang Laut di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung (IV-040) 20
Gambar 3.15 - Peta Struktur Ruang Rencana Tata Ruang Laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (IV-
041) 20
Gambar 3.17 - Peta Pola Ruang Rencana Tata Ruang Laut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (VIII-40)
22
Gambar 3.18 - Peta Pola Ruang Rencana Tata Ruang Laut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (VIII-41)
22
Gambar 3.20 - Rencana Alokasi Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecamatanil 28
Gambar 3.21 - Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 32
Gambar 3.22 - Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Kep. Bangka Belitung 37
BAB 3-ii
Gambar 3.24 - Peta Perwilayahan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 41
Gambar 3.29 - KSPP Pangkalpinang - Mendo Barat - Bangka Tengah dan Sekitarnya 51
TABEL
Tabel 3.1 –Proyek 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Danau Toba, Borobudur Dskt, Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Manado-Likupang, Wakatobi, Raja Ampat, Bromo-Tengger-Semeru, Bangka Belitung, dan
Morotai 5
Tabel 3.2 – Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Bangka – Belitung dalam Sistem Perkotaan Nasional 8
BAB 3-iii
Tabel 3.4 – KPPN dan DPN di Provinsi Bangka Belitung 15
Tabel 3.6 – Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lainnya yang Berkaitan dengan Kegiatan Wisata 39
Tabel 3.7 – Kebijakan dan Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung 41
Tabel 3.8 – Arahan Pembangunan dan Pengembangan KSPP Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung 47
Tabel 3.9 – Arahan Pembangunan dan Pengembangan KSPP Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung 53
Tabel 3.10 – Kebijakan dan Strategi Pembangunan Industri Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung 53
Tabel 3.11 – Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pemasaran Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung 55
Tabel 3.12 – Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kelembagaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung 56
BAB 3-iv
3.1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA
Dalam pembangunan pariwisata, para stakeholder memiliki peranan penting dalam merancanakan dan
mengimplementasikan perencanaan pariwisata yang berkelanjutan dan secara konsisten mengacu pada
dokumen perencanaan yang ada. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah tentu perlu memberi
perhatian serta memastikan bahwa pembangunan pariwisata tersebut berjalan sesuai dengan
ketentuan yang ada, serta dapat memberikan keuntungan dengan tetap menekan biaya sosial, ekonomi,
dan dampak lingkungan. Terkait pelaku bisnis, pemerintah tentu juga perlu mengatur apa yang boleh
dan tidak boleh mereka lakukan melalui kebijakan dan regulasi, seperti dengan menetapkan peraturan
tata ruang, ketentuan perizinan, akreditasi, serta lisensi.
Peran pemerintah terhadap pengembangan pariwisata dapat dilakukan dengan menetapkan dan
menerapkan instrumen kebijakan yang dapat mengontrol dan memberikan insentif yang mendukung
pengembangan pariwisata berkelanjutan. Instrumen kebijakan tersebut dapat berupa aturan
pemanfaatan lahan, peraturan yang membatasi akses wisatawan terhadap daerah-daerah yang
dilindungi, penghematan sumber alam yang langka, pengurangan polusi, dan pemberian insentif
terhadap pembangunan infrastruktur. Instrumen kebijakan tentu harus didasarkan kepada kajian yang
utuh dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, tidak didasarkan pada kajian yang parsial dan tidak
menyeluruh.
Peran policy maker adalah sangat penting dalam menentukan kebijakan pariwisata yang akan diambil
untuk mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan. Untuk itu perlu adanya pemahaman bagi policy
maker tentang konsep perencanaan pariwisata yang baik, serta peninjauan terhadap kebijakan-
kebijakan terkait pembangunan dan pengembangan pariwisata yang telah tersedia. Berdasarkan hal
tersebut, penyusunan ITMP Bangka Belitung perlu melihat dan mempertimbangkan kebijakan dan
perundang-undangan terkait pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang ada dan masih
berlaku.
BAB 3-1
3.2. RENCANA PEMBANGUNAN
3.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2007)
Visi nasional pembangunan jangka panjang adalah terciptanya manusia yang sehat, cerdas, produktif, dan
berakhlak mulia dan masyarakat yang makin sejahtera dalam pembangunan yang berkelanjutan didorong
oleh perekonomian yang makin maju, mandiri, dan merata di seluruh wilayah didukung oleh penyediaan
infrastruktur yang memadai serta makin kokohnya kesatuan dan persatuan bangsa yang dijiwai oleh
karakter yang tangguh dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diselenggarakan dengan
demokrasi (yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila) sebagai pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta menjunjung tegaknya supremasi hukum.
Dalam hal Pembangunan Ekonomi yang memiliki misi “Terwujudnya perekonomian yang maju, mandiri,
dan mampu secara nyata memperluas peningkatan kesejahteraan masyarakat berlandaskan pada
prinsip-prinsip ekonomi yang menjunjung persaingan sehat dan keadilan, serta berperan aktif dalam
perekonomian global dan regional dengan bertumpu pada kemampuan serta potensi bangsa”, salah satu
arah pembangunan jangka panjangnya adalah “Daya saing global perekonomian perlu terus
dikembangkan dan ditingkatkan dengan bertumpu pada peningkatan produktivitas dan inovasi yang
dikelola secara berkelanjutan melalui kontinuitas perbaikan kemampuan sumberdaya manusia,
penciptaan penguasaan dan penerapan teknologi, serta dukungan stabilitas ekonomi dan penyediaan
infrastruktur fisik dan ekonomi yang seluruhnya diarahkan bagi terwujudnya keunggulan kompetitif
berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris yang disesuaikan dengan
kompetensi dan unggulan di setiap daerah, baik pada sektor pertanian dalam arti luas, pertambangan,
pariwisata, maupun pada sektor industri dan jasa.”
Adapun dalam tantangan dalam bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, salah satu poinnya
adalah “Kemajuan dapat diperoleh dengan memanfaatkan (a) sumber daya alam daratan (seperti
hutan, tambang, dan lahan untuk budidaya yang cakupannya dibatasi oleh wilayah kedaulatan negara)
dan (b) sumber daya kelautan, yang tersebar di wilayah laut teritorial, zona ekonomi ekslusif sampai
dengan 200 mil laut dan hak pengelolaan di wilayah laut lepas yang jaraknya dapat lebih dari 200 mil
laut. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya kelautan untuk perhubungan laut, perikanan,
pariwisata, pertambangan, industri maritim, bangunan laut, dan jasa kelautan menjadi tantangan yang
perlu dipersiapkan agar dapat menjadi tumpuan masa depan bangsa. Sumbangan sumber daya
kelautan terhadap perekonomian nasional yang cukup besar merupakan urutan kedua setelah jasa-
jasa. Bahkan, terdapat kecamatanenderungan daya saing industri pada saat ini telah bergeser ke arah
industri berbasis kelautan. Pembangunan kelautan pada masa mendatang memerlukan dukungan
politik dan pemihakan yang nyata dari seluruh pemangku kepentingan, yang tentunya menjadi
tantangan seluruh komponen bangsa.”
Kemampuan bangsa untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran
bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan
globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa,
pembangunan nasional dalam jangka panjang diarahkan untuk (a) mengedepankan pembangunan
sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; (b) memperkuat perekonomian domestik berbasis
keunggulan di setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem
BAB 3-2
produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri; (c) meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan
penciptaan pengetahuan; dan (d) membangun infrastruktur yang maju; serta (e) melakukan reformasi di
bidang hukum dan aparatur negara.
Dalam hal Memperkuat Perekonomian Domestik dengan Orientasi dan Berdaya Saing Global, tertulis
bahwa kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan
citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan
kerja. Pengembangan kepariwisataan memanfaatkan keragaman pesona keindahan alam dan potensi
nasional sebagai wilayah wisata bahari terluas di dunia secara arif dan berkelanjutan, serta mendorong
kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya bangsa.
Dalam hal Sarana dan Prasarana yang Memadai dan Maju, pembangunan dan penyediaan air minum dan
sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai
upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui
pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor
sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.
Sesuai arahan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah
mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan
pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024 telah mengarusutamakan Sustainable Development
Goals (SDGs). Target-target dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) beserta indikatornya
telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam 7 agenda pembangunan Indonesia ke depan.
Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024 adalah “Terwujudnya Indonesia Maju
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” dengan misi:
BAB 3-3
9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, terdapat proyek prioritas
strategis terkait pariwisata yaitu proyek 10 Destinasi Pariwisata Prioritas: Danau Toba, Borobudur Dskt,
Lombok-Mandalika, Labuan Bajo, Manado-Likupang, Wakatobi, Raja Ampat, Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan Morotai. Manfaat dari proyek tersebut adalah (1) Meningkatnya devisa sektor
pariwisata menjadi 30 miliar USD (2024) dan (2) Meningkatnya jumlah wisatawan nusantara 350-400 juta
perjalanan dan wisatawan mancanegara 22,3 juta kunjungan (2024).
Dalam lima tahun mendatang, peningkatan nilai tambah pariwisata difokuskan pada peningkatan lama
tinggal dan pengeluaran wisatawan sebagai hasil dari perbaikan aksesibilitas, atraksi dan amenitas. Jenis
pariwisata yang akan ditingkatkan diversifikasi mencakup: (1) wisata alam (ekowisata, wisata bahari,
wisata petualangan); (2) wisata budaya (heritage tourism, wisata sejarah, wisata kuliner, wisata kota yang
difokuskan pada Cultural Heritage Regeneration, dan wisata desa); (3) wisata buatan (meeting-incentive-
conventionexhibition/MICE, yacht and cruise, wisata kebugaran/wellness tourism, wisata
kesehatan/medical tourism, dan wisata olah raga). Pengembangan ketiga jenis pariwisata tersebut juga
membuka kesempatan bagi wisatawan untuk terlibat dalam kegiatan pengembangan pengetahuan,
pendidikan dan kesukarelawanan yang terintegrasi dengan kegiatan wisata.
Pengembangan amenitas dan atraksi wisata juga melibatkan industri dan partisipasi masyarakat.
Pelaksanaannya mencakup kerja sama pembiayaan, perbaikan pengelolaan destinasi, penerapan standar
layanan, penguatan rantai pasok industri pariwisata, penataan kota sebagai service hub pariwisata,
penataan kawasan perdesaan untuk mendukung pariwisata, serta pengembangan desa wisata.
BAB 3-4
Tabel 3.1 – Proyek 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Danau Toba, Borobudur Dskt, Lombok-Mandalika, Labuan Bajo, Manado-Likupang,
Wakatobi, Raja Ampat, Bromo-Tengger-Semeru, Bangka Belitung, dan Morotai
Latar Pariwisata Indonesia masih bertumpu pada Bali (41 persen). Pengembangan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas membuka peluang pengembangan destinasi yang memberikan manfaat ekonomi bagi
Belakang masyarakat lokal sekelas Bali. Pemerintah mendorong penyiapan 5 destinasi super prioritas dan 5 destinasi pariwisata prioritaslainnya
INDIKASI TARGET
INDIKASI
PENDANAAN
2020 2021 2022 2023 2024 Total
• Perpres ITMP untuk
• Perpres ITMP untuk Labuan Bajo, Manado-
Borobudur dskt, Likupang, BTS,
Danau Toba dskt, dan • Perpres ITMP untuk • Percepatan
Wakatobi, Morotai, • Percepatan
Lombok (100%) Raja Ampat (100%) infrastruktur,
Bangka Belitung (100%) infrastruktur,
• Penyusunan ITMP • Percepatan pemberdayaan
• Penyusunan ITMP Pemberdayaan
untuk Labuan Bajo, infrastruktur, masyarakat dan
untuk Raja Ampat masyarakat dan
Indikasi Manado- Likupang, pemberdayaan investasi di BTS
• Percepatan investasi di BTS dan
Target dan Bromo-Tengger- masyarakat dan dan Wakatobi Rp 161 T
infrastruktur, Wakatobi (100%)
Pendanaan Semeru (BTS), investasi di BTS dan (80%) (APBN,
pemberdayaan • Percepatan 10 Kawasan Prioritas
Wakatobi, Bangka Wakatobi (40%) • Percepatan KPBU,
masyarakat dan infrastruktur, Selesai 100%
Belitung dan Morotai • Percepatan infrastruktur, BUMN,
investasi di Labuan Pemberdayaan
• Percepatan infrastruktur, pemberdayaan Swasta)
bajo, dan Manado- masyarakat dan
infrastruktur, pemberdayaan masyarakat dan
Likupang (100%) investasi di Morotai,
pemberdayaan masyarakat dan investasi di
• Percepatan Bangka Belitung, dan
masyarakat dan investasi di Morotai, Morotai, Bangka
infrastruktur, Raja Ampat (100%)
investasi di Bangka Belitung, dan Belitung, dan Raja
pemberdayaan
DanauToba, Raja Ampat (20%) Ampat (60%)
masyarakat dan
Borobudur dskt, investasi di BTS dan
Lombok (100%) Wakatobi (20%)
Kemenparekraf, KemenPUPR, Kemenhub, KemenLHK, KemenKP, KemendesPDTT, KemenKUKM, KemenESDM, Kemenaker, BKPM, BNPB, Kemendagri, Kemenkes, Kemendikbud, Kemenko Kemaritiman
Pelaksana dan Investasi, Kemenko Perekonomian, Kemenkeu, KemenATR/BPN, Kementan, KemenBUMN, Kemendag, Bappenas, Pemda, Badan Pengelola Otorita Kawasan Pariwisata, BUMN, Dunia Usaha dan
Mitra Pembangunan
1. Perintisan Destinasi Pariwisata (Kemenparekraf, KemenATR/BPN, BKPM) 4. Pembanguan Desa Wisata dan Fasilitasi BUMDes (Kemenparekraf, KemendesPDTT, Kemendikbud, Kemenaker, KemenKUKM)
Highlight
2. Penanganan Jalan Mendukung 10 DPP (KemenPUPR, Pemda) 5. Pembangunan Amenitas Kawasan Pariwisata (KemenPUPR, KemenESDM, Kemenkes, BNPB, Pemda)
Proyek 3. Pembangunan Pelabuhan dan Bandara (Kemenhub, BUMN) 6. Pembangunan dalam Wilayah dan Kawasan (Kemenparekraf, Kementan, KemenKP, KemenLHK, BUMN, Badan Otorita, Kemendag)
BAB 3-5
3.2.3. Rencana Kerja Pemerintah 2021
Rencana Kerja Pemerintah 202 1 disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan bagi pemerintah
pusat dan pemerintah daerah yang berbasis sinkronisasi perencanaan dan penganggaran. Bagi
pemerintah pusat, RKP tahun 2021 digunakan sebagai pedoman bagi K/L pada saat menjabarkan PN ke
dalam Rencana Kerja (Renjal KIL 2O2l dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) KIL 2021, yang selanjutnya
dituangkan dalam Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RUU APBN) 2021.
Sedangkan bagi pemerintah daerah, RKP tahun 2O2l diganakan sebagai pedoman dalam menyusun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2027, yang kemudian dituangkan dalam Rancangan
Peraturan Daerah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (Raperda APBD) 2021.
Dalam PN (Prioritas Nasional) Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas
dan Berkeadilan telah disusun tujuh MP (Major Project) sebagai langkah konkret pencapaian sasaran
yang dirinci hingga target, lokasi, dan instansi pelaksana. Salah satu dari tujuh MP tersebut adalah Major
Project 10 Destinasi Pariwisata Prioritas: Danau Toba, Borobudur Dskt, Lombok-Mandalika, Labuan
Bajo, Manado-Likupang, Wakatobi, Raja Ampat, Bromo-Tengger-Semeru, Bangka Belitung, dan
Morotai.
BAB 3-6
Major Project 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) dilaksanakan untuk meningkatkan kesiapan
destinasi pariwisata dari sisi aksesibilitas, amenitas, dan atraksi di: Danau Toba, Borobudur dskt,
Lombok-Mandalika, Labuan Bajo, Manado-Likupang, Wakatobi, Raja Ampat, Bromo-Tengger-Semeru,
Bangka Belitung, dan Morotai.
Pelaksanaannya mencakup enam kelompok kegiatan, yaitu (1) perintisan destinasi pariwisata, (2)
penanganan jalan untuk mendukung 10 DPP, (3) pengembangan pelabuhan dan bandara, (41
pembangunan desa wisata dan fasilitasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), (5) pembangunan amenitas
kawasan pariwisata, dan (6) pembangunan dalam wilayah dan kawasan. Selain itu, MP ini diharapkan
dapat menjadi katalis bagi pengembangan dan pertumbuhan sektor pariwisata setelah adanya dampak
pandemi COVID-l9. Pelaksanaannya didukung integrasi program dan kegiatan, serta pendanaan dari K/L,
Pemerintah Daerah (pemda), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, organisasi kemasyarakatan,
dan mitra pembangunan internasional.
Adapun dalam PN Membangun Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan,
terdapat Program Prioritas berupa Perbaikan Aksesibilitas, Atraksi dan Amenitas Destinasi Pariwisata
Prioritas Bangka Belitung/KEK Tanjung Kelayang dengan sasaran Terlaksananya Perbaikan Aksesibilitas,
Atraksi dan Amenitas Destinasi Pariwisata Prioritas Bangka Belitung/KEK Tanjung Kelayang
Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya
meliputi:
1. Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk pemanfaatan sumber
daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara
sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
BAB 3-7
2. Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis
dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah
sekitarnya;
3. Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan,
sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
4. Menetapkan, memanfaatkan, mengembangkan, dan mempertahankan kawasan pertanian pangan
berkelanjutan untuk mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;
5. Mengembangkan pulau-pulau kecamatanil sebagai sentra ekonomi wilayah yang berbasis kelautan
dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan;
6. Mengelola kekayaan sumber daya kelautan di wilayah perairan, wilayah yurisdiksi, laut lepas, dan
wilayah dasar laut internasional untuk kedaulatan ekonomi nasional; dan
7. Mengembangkan pemanfaatan ruang udara nasional sebagai aset pembangunan dengan tetap
menjaga fungsi pertahanan dan keamanan serta keselamatan penerbangan.
Pusat perkotaan disusun secara berhierarki menurut fungsi dan besarannya sehingga pengembangan
sistem perkotaan nasional yang meliputi penetapan fungsi kota dan hubungan hierarkisnya berdasarkan
penilaian kondisi sekarang dan antisipasi perkembangan di masa yang akan datang sehingga terwujud
pelayanan prasarana dan sarana yang efektif dan efisien, yang persebarannya disesuaikan dengan jenis
dan tingkat kebutuhan yang ada.
Pengembangan pusat perkotaan nasional dilakukan secara selaras, saling memperkuat, dan serasi dalam
ruang wilayah nasional sehingga membentuk satu sistem yang menunjang pertumbuhan dan
penyebaran berbagai usaha dan/atau kegiatan dalam ruang wilayah nasional.
Dalam sistem perkotaan nasional, hierarki pusat perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala internasional, nasional, atau beberapa Provinsi;
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala Provinsi atau beberapa Kabupaten/kota
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
Kabupaten/kota atau beberapa Kecamatan;
4. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk
mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.
Tabel 3.2 – Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) Bangka – Belitung dalam Sistem Perkotaan Nasional
BAB 3-8
No. Provinsi PKN
2 Pelabuhan • Pelabuhan Pengumpul Tanjung Pandan, Belinyu, Muntok, Sadai, dan
Oangkal Balam
• Pelabuhan Angkutan Penyeberangan Sadai, Tanjung Ru, Muntok,
Manggar, Pulau Lepar, Mendanau, Sungai Selan, Pulau Besar, Tanjung
Pura, Gersik, Tanjung Nyato, Teluk Gembira, Seliu, Belinyu, Tanjung
Pandan
BAB 3-9
Gambar 3.4 - Keterangan Peta Rencana Pola Ruang Nasional
Sumber : Lampiran VII dari PP Nomor 13 Tahun 2017
Gambar 3.5 - Peta Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana Pola Ruang
Nasional (VII-051)
Sumber : Lampiran VII dari PP Nomor 13 Tahun 2017
BAB 3-10
Gambar 3.6 - Peta Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana Pola Ruang
Nasional (VII-052)
Sumber : Lampiran VII dari PP Nomor 13 Tahun 2017
Gambar 3.7 - Peta Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana Pola Ruang
Nasional (VII-065)
Sumber : Lampiran VII dari PP Nomor 13 Tahun 2017
BAB 3-11
Gambar 3.8 - Peta Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Rencana Pola Ruang
Nasional (VII-066)
Sumber : Lampiran VII dari PP Nomor 13 Tahun 2017
a. Industri pariwisata;
BAB 3-12
b. Destinasi pariwisata;
c. Pemasaran; dan
d. Kelembagaan Kepariwisataan.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendorong penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal
asing di bidang kepariwisataan sesuai dengan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional,
Provinsi, dan Kabupaten/kota. Pemerintah bersama lembaga yang terkait dengan kepariwisataan
menyelenggarakan penelitian dan pengembangan kepariwisataan untuk mendukung pembangunan
kepariwisataan.
a. Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik pariwisata;
b. Potensi pasar;
c. Lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan bangsa dan keutuhan wilayah;
d. Perlindungan terhadap lokasi tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup;
e. Lokasi strategis yang mempunyai peran dalam usaha pelestarian dan pemanfaatan aset budaya;
f. Kesiapan dan dukungan masyarakat; dan
g. Kekhususan dari wilayah.
Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya persatuan dan
kesatuan bangsa, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama
masyarakat setempat. Kawasan strategis pariwisata terdiri atas kawasan strategis pariwisata nasional,
kawasan strategis pariwisata Provinsi, dan kawasan strategis pariwisata Kabupaten/kota.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan dan melindungi usaha mikro, kecamatanil,
menengah, dan koperasi dalam bidang usaha pariwisata dengan cara membuat kebijakan pencadangan
usaha pariwisata untuk usaha mikro, kecamatanil, menengah, dan koperasi; dan memfasilitasi kemitraan
usaha mikro, kecamatanil, menengah, dan koperasi dengan usaha skala besar.
Untuk mendukung pengembangan dunia usaha pariwisata yang kompetitif, dibentuk satu wadah yang
dinamakan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia. Keanggotaan Gabungan Industri Pariwisata
Indonesia terdiri atas:
a. Pengusaha pariwisata;
b. Asosiasi usaha pariwisata;
c. Asosiasi profesi; dan
BAB 3-13
d. Asosiasi lain yang terkait langsung dengan pariwisata.
Gabungan Industri Pariwisata Indonesia berfungsi sebagai mitra kerja Pemerintah dan Pemerintah
Daerah serta wadah komunikasi dan konsultasi para anggotanya dalam penyelenggaraan dan
pembangunan kepariwisataan. Gabungan Industri Pariwisata Indonesia bersifat mandiri dan dalam
melakukan kegiatannya bersifat nirlaba.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan pelatihan sumber daya manusia pariwisata
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga kerja di bidang kepariwisataan
memiliki standar kompetensi. Produk, pelayanan, dan pengelolaan usaha pariwisata memiliki standar
usaha. Pengusaha pariwisata dapat mempekerjakan tenaga kerja ahli warga negara asing sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pendanaan pariwisata menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah,
pengusaha, dan masyarakat. Pengelolaan dana kepariwisataan dilakukan berdasarkan prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Pemerintah Daerah mengalokasikan sebagian dari
pendapatan yang diperoleh dari penyelenggaraan pariwisata untuk kepentingan pelestarian alam dan
budaya. Pendanaan oleh pengusaha dan/atau masyarakat dalam pembangunan pariwisata di pulau
kecamatanil diberikan insentif yang diatur dengan Peraturan Presiden. Pemerintah dan Pemerintah
Daerah memberikan peluang pendanaan bagi usaha mikro dan kecamatanil di bidang kepariwisataan.
“Terwujudnya Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing,
berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat.”
Untuk mewujudkan visi tersebut, terdapat 4 (empat) misi pembangunan kepariwisataan nasional, yang
meliputi pengembangan:
1. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan,
meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat;
2. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;
3. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggung
jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan
4. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia,
regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong
terwujudnya Pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan.
Arah pembangunan kepariwisataan nasional menjadi dasar arah kebijakan, strategi, dan indikasi
program pembangunan kepariwisataan nasional dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun
2025 yang meliputi:
BAB 3-14
e. Pemberdayaan Masyarakat melalui Kepariwisataan; dan
f. Pengembangan investasi di bidang pariwisata.
2. Pembangunan pemasaran pariwisata nasional;
3. Pembangunan industri pariwisata nasional; dan
4. Pembangunan kelembagaan kepariwisataan nasional.
Perwilayahan pembangunan DPN terdiri dari: 50 (lima puluh) DPN yang tersebar di 33 Provinsi dan 88
(delapan puluh delapan) KSPN yang tersebar di 50 DPN.
Gambar 3.9 – Peta Sebaran 50 (Lima Puluh) Destinasi Pariwisata Nasional (DPN)
Sumber : PP Nomor 50 Tahun 2011
BAB 3-15
Gambar 3.10 – Peta DPN Palembang - Bangka Belitung dan Sekitarnya
Sumber : PP Nomor 50 Tahun 2011
a. Peningkatan akses pelayanan pusat pertumbuhan Kelautan yang efisien dan berdaya saing; dan
b. Penetapan dan peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana dan
sarana Laut yang berupa tatanan kepelabuhanan secara terpadu dan merata.
Kebijakan pengembangan Pola Ruang Laut Wilayah Perairan meliputi kebijakan pengembangan:
BAB 3-17
b. Kawasan Konservasi, dengan kebijakan:
• Pelindungan, pelestarian, pemeliharaan, dan pemanfaatan fungsi lingkungan Laut;
• Pelindungan dan pengendalian pemanfaatan BMKT;
• Pelindungan adat dan budaya maritim; dan
• Pencegahan dampak negatif kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan Laut.
c. Alur Laut, dengan kebijakan:
• Pengembangan Alur Laut yang berupa Alur Pelayaran dan alur pipa/Kabupatenel bawah Laut;
dan
• Pelindungan Alur Laut yang berupa alur migrasi biota Laut.
d. KSNT, dengan kebijakan:
• Mendorong pengembangan KSNT untuk mendukung fungsi pertahanan dan keamanan;
• Mendorong pengembangan KSNT untuk mendukung fungsi pelestarian lingkungan; dan
• Mempertahankan, melindungi, dan memanfaatkan situs warisan dunia.
Rencana Pola Ruang Laut Wilayah Perairan merupakan alokasi ruang Laut di Wilayah Perairan ke dalam
fungsi utama beserta arahan pemanfaatannya, yang meliputi:
a. Kawasan Pemanfaatan Umum, yang ditetapkan dengan tujuan untuk mengalokasikan ruang Laut
yang dipergunakan bagi kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya. Kawasan Pemanfaatan Umum
dialokasikan paling sedikit untuk zona Perikanan, zona pariwisata, zona industri Kelautan, zona
Pertambangan, zona pengelolaan energi, zona pertahanan dan keamanan, dan zona transportasi.
b. Kawasan Konservasi, yang dengan tujuan untuk melindungi kelestarian ekosistem Laut, pesisir, dan
pulau Kecamatanil dan adat dan budaya maritim. Pemerintah Pusat menetapkan Kawasan
Konservasi yang terdiri atas Kawasan Konservasi pesisir dan pulau-pulau kecamatanil, Kawasan
Konservasi maritim. Kawasan Konservasi perairan, dan Kawasan Konservasi lainnya yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perulndang-undangan.
c. Alur Laut, yang ditetapkan dengan tujuan untuk mengalokasikan ruang Laut yang diperuntukkan
sebagai Alur Pelayaran, Alur pipa/Kabupatenel bawah Laut, dan Alur migrasi biota Laut.
d. KSNT (Kawasan Strategis Nasional Tertentu), yang ditetapkan dengan tujuan untuk
mengalokasikan ruang Laut yang terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan
BAB 3-18
hidup, dan/atau situs warisan dunia. KSNT yang terkait dengan kedaulatan negara ditetapkan
dengan kriteria kawasan yang merupakan PPKT.
Rencana Tata Ruang Laut dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Zonasi Kawasan Laut dan Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecamatanil.
Terkait dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, berikut adalah penetapan/posisi Kepulauan
Bangka Belitung dalam Lampiran PP Nomor 32 Tahun 2019:
a. Berdasarkan Lampiran I PP Nomor 32 Tahun 2019, Sentra Kegiatan Perikanan Tangkap dan/atau
Perikanan Budidaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berlokasi di Bangka Tengah, Bangka,
Bangka Selatan, Belitung, dan Belitung Timur.
b. Berdasarkan Lampiran II PP Nomor 32 Tahun 2019, Sentra Industri Bioteknologi Kelautan di
Provinsi Bangka Belitung berlokasi di Belitung Timur dan Sentra Industri Maritim di Kepulauan
Bangka Belitung berlokasi di Bangka.
c. Berdasarkan Lampiran III PP Nomor 32 Tahun 2019, Pelabuhan Perikanan Nusantara di Kepulauan
Bangka Belitung berlokasi di Tanjung Pandan-Belitung dan Sungailiat-Bangka.
d. Berdasarkan Lampiran IV PP Nomor 32 Tahun 2019, Peta Rencana Struktur Ruang Laut adalah
sebagai berikut:
BAB 3-19
Gambar 3.14 - Peta Struktur Ruang Rencana Tata Ruang Laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(IV-040)
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019
Gambar 3.15 - Peta Struktur Ruang Rencana Tata Ruang Laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(IV-041)
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019
e. Berdasarkan Lampiran V PP Nomor 32 Tahun 2019, Kawasan Konservasi Laut di Kepulauan Bangka
Belitung adalah Kawasan Konservasi Perairan Gugusan Pulau-Pulau Momparang dan Perairan
Sekitarnya. Sedangkan untuk Pencadangan Kawasan Konservasi di Kepulauan Bangka Belitung,
terdapat kawasan konservasi sebagai berikut:
• Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Barat
• Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung
• Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Selatan
BAB 3-20
• Kawasan Konservasi Perairan Laut Daerah Kabupaten Bangka Tengah
f. Berdasarkan Lampiran VI PP Nomor 32 Tahun 2019, Lokasi BMKT (Barang Muatan Kapal
Tenggelam) terkait Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut:
• Di Perairan Laut Jawa:
- Perairan Sekitar Kabupaten Bangka Selatan, dengan jumlah 25 BMKT.
- Perairan Sekitar Kabupaten Belitung, dengan jumlah 31 BMKT.
- Perairan Sekitar Kabupaten Belitung Timur, dengan Jumlah 10 BMKT.
• Di Perairan Laut Natuna dan Natuna Utara:
- Perairan Sekitar Kabupaten Bangka, dengan jumlah 4 BMKT.
- Perairan Sekitar Kabupaten Bangka Barat, dengan jumlah 19 BMKT.
- Perairan Sekitar Kabupaten Bangka Selatan, dengan jumlah 9 BMKT.
- Perairan Sekitar Kabupaten Bangka Tengah, dengan jumlah 19 BMKT.
- Perairan Sekitar Kabupaten Belitung, dengan jumlah 4 BMKT.
- Perairan Sekitar Kabupaten Bekitung Timur, dengan jumlah 7 BMKT.
g. Berdasarkan Lampiran VIII PP Nomor 32 Tahun 2019, Peta Pola Ruang Rencana Tata Ruang Laut
adalah sebagai berikut:
BAB 3-21
Gambar 3.17 - Peta Pola Ruang Rencana Tata Ruang Laut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (VIII-
40)
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019
Gambar 3.18 - Peta Pola Ruang Rencana Tata Ruang Laut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (VIII-
41)
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2019
BAB 3-22
• Program Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan berupa Pembangkitan Tenaga Listrik di
Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah,
Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Belitung, dan Kabupaten Belitung Timur.
• Interkoneksi Antar Pulau, yang meliputi Interkoneksi Kabupatenel Laut/Overhead Sumatera –
Pulau Bangka – Pulau Belitung, Interkoneksi Kabupatenel Laut/Overhead Sadai (Bangka
Selatan) – Pulau Lepar, Interkoneksi Kabupatenel Laut/Overhead Muntok (Bangka Barat) – Tj.
Api-Api, dan Interkoneksi Kabupatenel Laut/Overhead Pulau Pongok – Pulau Celagen.
i. Berdasarkan Lampiran XI PP Nomor 32 Tahun 2019, Kawasan Antar Wilayah di Laut Natuna dan
Natuna Utara mencakup Sumatera Selatan – Jambi – Kepulauan Bangka Belitung – Riau – Kepulauan
Riau – Kalimantan Barat.
Terdapat 2 (dua) Proyek Strategis Nasional di Provinsi Kep. Bangka Belitung berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 56 Tahun 2018, yaitu:
1) Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Belitung, dan
2) Percepatan infrastruktur transportasi, listrik, dan air bersih untuk 10 (sepuluh) Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN) Prioritas yang salah satunya adalah Tanjung Kelayang di Provinsi Bangka
Belitung, ke-10 KSPN tersebut yaitu:
a. Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara,
b. Kep. Seribu dan Kota Tua Jakarta diProvinsi DKI Jakarta,
c. Tandjung Lesung di Provinsi Banten,
d. Bromo Tengger Semeru Provinsi Jawa, Timur,
e. Mandalika di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
f. Labuan Bajo di Provinsi, Nusa Tenggara Timur,
g. Morotai di Provinsi Maluku Utara,
h. Borobudur di Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah,
i. Wakatobi di Provinsi Sulawesi Tenggara,
j. Tanjung Kelayang di Provinsi Bangka Belitung.
3.5.3. Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Kelayang (PP Nomor 6 Tahun 2016)
KEK Tanjung Kelayang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016 dan berlokasi di
Pulau Belitung KEK yang ditetapkan sebagai KEK Pariwisata ini memiliki keunggulan geostrategis yaitu
terletak antara Indonesia dan negara ASEAN yang merupakan target captive market. KEK yang
ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia pada 14 Maret 2019 ini termasuk ke dalam 10 destinasi
pariwisata prioritas memiliki objek wisata bahari dengan pantai berpasir putih dan panorama yang
eksotis Pantai yang dihiasi batuan granit raksasa merupakan ciri khas dari pantai di kawasan ini Kawasan
ini berdekatan dengan pulau pulau kecamatanil disekitarnya yang juga memiliki pesonanya tersendiri.
BAB 3-23
Gambar 3.19 - Peta KEK Tanjung Kelayang
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016
Dengan total luas wilayah sebesar 324,4 Ha, KEK Tanjung Kelayang memiliki konsep pengembangan
pariwisata "Socially and Environmentally Responsible Development and Cultural Preservation” Dengan
konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan KEK ini diproyeksikan
dapat menarik investasi sebesar Rp 10,3 T dan proyeksi tenaga kerja sebanyak 5.000 orang pada tahun
2036.
a. Perlindungan ekologi, yakni rehabilitasi, revitalisasi, dan meningkatkan kualitas lingkungan untuk
menjamin pengelolaan dan pemanfaatan potensi sumberdaya Wilayah Pesisir dan laut secara
berkelanjutan;
b. Pembangunan ekonomi, yakni mendorong pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir dan laut
secara optimal, berkelanjutan dan berkeadilan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
kawasan;
c. Pembangunan sosial budaya, yakni membuat suatu panduan bagi semua pemangku kepentingan
untuk ikut berperan serta dalam pemanfaatan sumberdaya Wilayah Pesisir dan laut untuk
meningkatkan kesejahteraan; dan
BAB 3-24
d. Penataan kelembagaan, yakni tersusunnya rencana pengelolaan dan pemanfaatan potensi
sumberdaya Wilayah Pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan.
Rencana alokasi ruang meliputi Kawasan Pemanfaatan Umum (KPU), Kawasan Konservasi (KK), dan Alur
Laut (AL).
Kawasan Pemanfaatan Umum ditetapkan dengan tujuan untuk mengalokasikan ruang laut yang
dipergunakan bagi kepentingan ekonomi, sosial dan budaya. Alokasi ruang Kawasan Pemanfaatan
Umum terdiri atas;
a. Sub zona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau kecamatanil, yang selanjutnya disebut KPU-
W-P3K;
b. Sub zona wisata alam bawah laut, yang selanjutnya disebut KPU-W-ABL; dan
c. Sub zona wisata olahraga air, yang selanjutnya disebut KPU-W-OR.
a. Kabupaten Bangka: Perairan Pulau Cebia (001), Perairan Pantai Pesaren (002), Perairan Pulau
Mengkudu (003), Perairan Pulau Dua Timur (Toti) (004), Perairan Pulau Pebirik (005), Perairan Pulau
Putri dan Pulau Nanas (006), Perairan Pantai Leper, Tanjung Putat, Pulau Mengkubung dan
Hatchery (007), Perairan Pulau Mentigi, Pantai Penyusuk, Pulau Bakung, Pulau Putri, Pulau Batu
Tangka, Pantai Romodong dan Sekitarnya (008), Perairan Pulau Meranti (009), Perairan Pulau Dua
Barat (Pulau Dokan) (010), Perairan Pulau Danto dan Padi (011), Perairan Pulau Medang, Hantu,
Batutrumbu, Kecamatanil, Mundo, Batukopiah, dan Mondong (012), Perairan Pulau Kayuanak,
Pulau Keleang, Pulau Keleang Timur (013), Perairan Pulau Unut (014), Perairan Sungailiat dan
Sekitarnya (015), Perairan Pantai, Matras, Rambak, Teluk Uber, Tanjung Pesona, Jati Pesona, Tikus,
Tikus Mas, Matras, Rebo, Tanjung Ratu, Pulau Batu Bedaun, dan Sekitarnya (016), Perairan Pantai
Tongachi dan Sekitarnya (017) dan Perairan Pantai Parai, Turun Aban, Batu Bedaun, Batavia, Parai
Tenggiri, dan Sekitarnya (018);
b. Kabupaten Bangka Barat: Perairan Pantai Bembang (019), Perairan Pulau Batu Nunggal, Jebus,
Pulau Tenung, Pulau Penaga, dan Sekitarnya (020), Perairan Pantai Batu Rakit (021), Perairan Batu
Ampar (022), Perairan Pulau Batubangali, Bangau, Batupayung, Batukeruntong, Batukerak, Mentigi,
Timah, Batualoy, Batutenam, Melala, Pantai Teluk Limau, Pala, Siangau dan Sekitarnya (023),
Perairan Pulau Kelapa (024), Perairan Pantai Air Mas dan Perairan Pantai Rambat (025), Perairan
Teluk Kampa dan Perairan Pantai Tungau (026), Perairan Teluk Kampa (027) dan Perairan Tanjung
Resang, Tanjung Nyiur dan Sekitarnya (028);
c. Kabupaten Bangka Selatan: Perairan Pantai Tanjung Labun (029), Perairan Selatan Pulau Lepar
(030), Perairan Pulau Muarabayan (031), Perairan Pulau Besar, Pantai Pulau Besar, Pantai Batu
Betumpang dan Sekitarnya (032), Perairan Desa Gudang (033), Perairan Pantai Batu Bedaun, Pulau
Serapung, Pulau Batubedaun, dan Pantai Taman Sebagin (034), Perairan Pulau Karangtembaga
(035), Perairan Wisata Mangrove Sungai Kepoh (036), Perairan Pantai Tanjung Kelayang, Payak Ubi
dan Sekitarnya (037), Perairan Pulau Karang Namak Jaoh, Pinggir, Toboali, Pantai Gunung Namak
dan Sekitarnya (038), Perairan Pantai Batu Belimbing, Batu Kapur, Batu Perahu, Batu Kodok, Batu
Ampar, Tanjung Labun, dan Pulau Mempunai (039), Perairan Tanjung Timur, Tukak Sadai dan
BAB 3-25
Sekitarnya (040), Perairan Tanjung Kerasak (041), Laut Tanjung Krasak (042), Perairan Pantai Pasir
Putih (043);
d. Kabupaten Bangka Tengah: Perairan Pulau Bebuar (044), Perairan Pulau Gusung Asam (045),
Perairan Pulau Ketugar (046), Perairan Pantai Penyak, Kebang Kemilau dan Sekitarnya (047),
Perairan Pantai Kulur Ilir dan Sekitarnya (048), Perairan Pantai Pulau Ketawai (049), Perairan Pulau
Tukung Kelasa (050), Perairan Pulau Kelasa dan Sekitarnya (051), Perairan Pulau Semujur,
Gusunggurak dan Panjang (052) dan Perairan Pulau Tikus, Perairan Gadung, dan Perairan Pelepas
(053);
e. Kabupaten Belitung: Perairan Pulau Mentikus (054), Perairan Tanjung Ular (055), Perairan Pulau Ru,
Anak Ru Sikok, Anak Ru Duak, Anak Ru Tige, Kerenggan, Menduluk, dan Sekitarnya (056), Perairan
Pulau Gusong Bugis, Merak, Tanjung Tikar, Kirip, Bayan, Gusong Bugis, Tanjung Pandan, Juru
Seberang, dan Sekitarnya (057), Perairan Pulau Gusungare (058), Perairan Pulau Baguk, Pluntang
Besar, Pluntang Kecamatanil, dan Sekitarnya (059), Perairan Pulau Mentarak, Gusong Gudus,
Betangan dan Kelebong (060), Perairan Pantai Punai, Perairan Pulau Kerdendang, Pulau Kampak,
dan Sekitarnya (061), Perairan Pulau Seliuk dan Sekitarnya (062), Perairan Pulau Baturusak, Genting
Kecamatanil, Tanjung Batulubang, Tanjung Genting dan Sekitarnya (063), Perairan Pulau Perut,
Gusong Seribu dan Seribu (064), Perairan Tanjung Ru, Pegantungan, Bantan, Muara Sungai Brang,
Pulau Rengit, Pulau Anak, Lassar, Air Ulim Besar, Air Ulim Kecamatanil, Air Gantung, Dermaga Ulim,
dan Sekitarnya (065), Perairan Air Dudat, Teluk Brang, Tanjung Merang, Teluk Membalong,
Ujunggeresik, Air Mensuci, Padangkandis, Air Naga, Tanjung Tembelan, Tanjung Aik Lancang, Teluk
Gembira, Air Belian, Pulau Seliuk, Pantai Teluk Gembira dan Sekitarnya (066), Perairan Pulau
Sepindang (067), Perairan Pulau Sekutai, Tamber, Sebongkok, Ketuang, Tambor, Timur Mendanau
dan Sekitarnya (068), Perairan Pulau Tukongkikmoi, Malangpenyu dan Sekitarnya (069), Perairan
Pulau Bekukor (070), Perairan Pulau Malangarak (071), Perairan Pulau Mempali (072), Perairan
Pulau Malang Kitaer (073), Perairan Pulau Ceparcepur, Batuneksauya, Tebirik, Tebirik Kecamatanik
dan Sekitarnya (074), Perairan Pulau Batu Kecamatanipai, Batu Pendaunan, Perairan Pulau Siantu,
Perairan Tanjung Tinggi dan Perairan Tanjung Sengkali (075), Perairan Pulau Kepayang, Pulau Aji,
Pulau Damayan, Pulau Tukong Kerak, Pulau Kerak, Tanjung Jebut, Tanjung Kelayang, Tanjung Kubu,
Pulau Kelayang, Tukongkelayang, Tanjung Kelayang Utara, Tanjung Pendam, Teluk Kelayang dan
Sekitarnya (076), Perairan Pulau Malang Besar (077), Perairan Pulau Limausering dan Bira (078),
Perairan Pantai Tanjung Pendam (079), Perairan Pulau Kelumuak dan Sekitarnya (080) dan Perairan
Pulau Kalimambang dan Anak Kalimambang (081);
f. Kabupaten Belitung Timur: Perairan Desa Mengkubang dan Desa Sukamandi (082), Perairan Pulau
Karang Tambang (083), Perairan Pulau Batun, Putih dan Sekitarnya (084), Perairan Pulau Sukun
(085), Perairan Pulau Panjang, Nepi dan Sekitarnya (086), Perairan Pulau Pakuk, Kenak, Lindung
Laut, Lindung Darat, Aik Darat dan Sekitarnya (087), Perairan Pulau Sekepar (088), Perairan Pulau
Melidang (089), Perairan Utara Desa Cendil (090), Perairan Pulau Tenga dan Tanggak Batu (091),
Pulau Karanggusongjong (092), Pulau Mirang (093), Perairan Pantai Keramat, Oliver, Serdang, dan
Sekitarnya (094), Perairan Pantai Nyiur Melambai dan Sekitarnya (095), Pulau Obi dan
Buronggantong (096), Perairan Pulau Keluang (097), Perairan Pulau Ketapang Barat Laut (098),
Perairan Pulau Berukik Laut dan Pulau Berukik Tengah (099); dan
g. Kota Pangkalpinang: Perairan Pantai Pasir Padi, Batu Belubang, Semujur, Pulau Batu Belubang, Batu
Buntal, Pantai Kedompel, Pantai Tanah Merah, Pantai Baskara Bhakti, Tanjung Udang dan
Sekitarnya (100).
BAB 3-26
Perairan Pulau Tinggi (009), Perairan Pulau Pergam (010), Perairan Pulau Pulau Seniur (011),
Perairan Pulau Kelapan (012) dan Mangrove Tukak (013);
d. Kabupaten Bangka Tengah: Perairan Pulau Gusung Asam (014) dan Perairan Pulau Ketawai dan
Pulau Gusung Asam (015);
e. Kabupaten Belitung: Perairan Pulau Mentikus (016), Perairan Pulau Kerenggan (017), Perairan Pulau
Kampak (018), Perairan Pulau Batupenyuk (019), Perairan Pulau Pluntang Kecamatanil (020),
Perairan Teluk Balok, Pulau Kampak dan Sekitarnya (021), Perairan Membalong (022), Perairan
Membalong (023), Perairan Membalong (024), Perairan Membalong (025), Perairan Pulau
Pegadoran (026), Perairan Pulau Malangpenyu (027), Perairan Pulau Damayan (028), Perairan Pulau
Ceparcepur, dan Sekitarnya (029), Perairan Pulau Pepaya dan Pantai Tanjung Tinggi (030), Perairan
Pulau Batukecamatanipai (031), Perairan Pelepak Pute (032), Perairan Pulau Malangkitaer (033),
Perairan Pulau Burung (034), Perairan Pulau Siantu (035), Perairan Pulau Malang Arak, Bekukor,
dan Sekitarnya (036), Perairan Sijuk (037), Perairan Pulau Tukong Laut, Darat dan Lengkuas (038),
Perairan Pulau Batu Berlayar, Batugerude, Tukongkikmoi dan Sekitarnya (039), Perairan Sijuk (040),
Perairan Pulau Lutong (041), Perairan Pulau Mempali, Batuaji, dan Sekitarnya (042), Perairan Pulau
Pemulutan Kecamatanik, Pulau Batu Bedil, Pulau Bedil, Pulau Baturiung, Pulau Umang Kecamatanil,
dan Sekitarnya (043), Perairan Pulau Kalimambang (044), Perairan Pulau Gusong Bugis (045),
Perairan Tanjung Pandan (046) dan Perairan Pulau Ulatbulu (047); dan
f. Kabupaten Belitung Timur: Perairan Damar (048), Perairan Pantai Kuale Tambak (049), Perairan
Pulau Batu Burok (050), Perairan Pulau Karang Mandi dan Desa Burong Mandi (051), Perairan Pulau
Pekandis (052), Perairan Pantai Burung Mandi dan Pulau Tang (053), Perairan Desa Burong Mandi,
Mempaya dan Air Kelik (054), Perairan Pulau Batun, Putih, Dendang dan Sekitarnya (055), Perairan
Teluk Balok, Pulau Gusongtere, Karanglesong, Karangmelanau, Bayan dan Sekitarnya (056),
Perairan Pulau Gusong Bende Tige (057), Perairan Pulau Selanduk (058), Perairan Gantung (059),
Perairan Gantung (060), Perairan Pulau Air Masin Kecamatanil, Airmasin, Gusongpangau, Pangau,
Karangberhala, Matai, Belukut, Menterus, Long, Pengapit Gede, Kecamatanik, Karanglampu dan
Sekitarnya (061), Perairan Pulau Aer, Sentuang, Meriam, Gusongpulauaer, Rotan, Karangtigepulo
dan Sekitarnya (062), Perairan Pulau Selanduk, Batupaka, Batupute, Ayam Besar, Serukat, Panjang,
Nepi, dan Sekitarnya (063), Perairan Pantai Tanjung Sebatang dan Kelapa Kampit (064), Perairan
Pulau Keran dan Sekitarnya (065), Perairan Pulau Saung, Pantai Sangaran, Kelapa Kampit dan
Sekitarnya (066), Perairan Pulau Baturiung, Pulau Batupulas, Pulau Batusuaklumpur, Kelapa Kampit
(067), Perairan Pulau Ketapang Utara (068), Perairan Pulau Batutigetukuk, Pulau Gusong Putra,
Pantai Batu Buyong, Gusong Batu Itam, Pulau Batuacok, Pulau Batu Itam, Simpang Pesak dan Pantai
Batu Lalang (069) dan Perairan Pulau Babi, Pulau Keluang, Pulau Batu Malang, Tanjung
Piatu,Perairan Ipil, Batutinde, Pulau Baungampar, Pulau Suakaris Duak, Pulau Punai, Pulau
Batugang, Pulau Batuatut, dan Pulau Suakaris (070).
a. Kabupaten Bangka Tengah: Perairan Pulau Semujur (001), Perairan Pulau Nangka (002); dan
b. Kabupaten Belitung: Perairan Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi (003).
BAB 3-27
• Pembuangan sampah dan limbah; dan
• Kegiatan lain yang dapat merusak daya tarik pariwisata sesuai dengan peraturan perundang-
undangan tentang kepariwisataan.
c. Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat di zona pariwisata terdiri atas:
• Penelitian dan pendidikan;
• Monitoring dan evaluasi;
• Kegiatan penunjang di zona pariwisata yang bersifat menetap;
• Pemanfaatan Air Laut;
• Kegiatan penunjang pertahanan dan keamanan negara;
• Pembangunan TUKS/terminal khusus; dan
• Pembangunan fasilitas umum
d. Prasarana minimum yang dipersyaratkan terkait dengan pemanfaatan ruang pada zona pariwisata
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yakni:
• Menjamin pantai sebagai ruang terbuka publik; dan
• Tersedianya fasilitas dan infrastruktur pendukung kegiatan wisata, rumah ibadah, tempat
parkir, dermaga/tambat kapal/perahu, tanda batas zona, bangunan pengaman pantai dan
fasilitas umum lainnya.
e. Ketentuan khusus di zona pariwisata terdiri atas:
• Pengendalian kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan di daratan maupun perairan;
• Melakukan mitigasi bencana di WP-3-K; dan
• Tersedia tim keamanan dan penyelamatan wisatawan.
Gambar 3.20 - Rencana Alokasi Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecamatanil
Sumber : Perda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 3 Tahun 2020
BAB 3-28
3.6.1.2. Rencana Tata Ruang Wilauah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2014-2034 (Perda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2014)
Tujuan penataan ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah ”mewujudkan tata ruang Provinsi
kepulauan bangka belitung yang terpadu, berimbang dan berkeadilan berbasis agro-bahari untuk
menunjang pariwisata serta pengendalian wilayah pertambangan untuk menjamin pembangunan yang
berkelanjutan”.
Strategi dalam rangka pengembangan kegiatan wisata yang berbasis budaya lokal, pusaka dan bahari
serta ramah lingkungan, ialah:
I. Sistem Perkotaan
Rencana sistem perkotaan di Provinsi Kepulauan BangKabupatenelitung terdiri atas:
a. PKNp : Kota Pangkalpinang
b. PKW : Mentok, Tanjungpan dan Manggar
c. PKWp : Toboali dan Koba
d. PKL : Kelapa, Parittiga, Belinyu, Sungailiat, Sungai Selan, Sijuk, Membalong, Badau,
Kelapa Kampit, Gantung, Puding Besar, Pangkalanbaru, Payung dan Selat
Nasik.
Jaringan prasarana lalu lintas salah satunya berupa pengembangan terminal penumpang tipe B
dan tipe C. Terminal Penumpang Tipe B dikembangkan di 5 lokasi yaitu PKNp (Pangkalpinang),
PKW (Mentok, Tanjung Pandan, dan Manggar), dan PKL (Sungailiat). Kemudian untuk
pengembangan terminal tipe C dikembangkan di 12 lokasi yaitu PKWp (Toboali dan Koba), dan
PKL (Kelapa, Parittiga, Sungai Selan, Belinyu, Payung, Sijuk, Membalong, Kelapa Kampit, Gantung,
dan Badau).
Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan berupa peningkatan dan pengembangan
jaringan transportasi penyeberangan yang meliputi:
BAB 3-29
Pengembangan sistem transportasi laut dilakukan melalui pengembangan dan/atau
pembangunan pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul, dan pelabuhan pengumpan sebagai
berikut:
a. Lintas penyeberangan antar pulau yaitu Pelabuhan Tanjung Pandan – Pelabuhan Laut
Pontianak (Kalimantan Barat),
b. Lintas penyeberangan sabuk tengah yang menghubungkan pelabuhan:
1) Tanjung Api-api (Sumatera Selatan) – Tanjung Kalian (Bangka Barat),
2) Sadai (Bangka Selatan) – Tanjung Ru (Kabupaten Belitung), dan
3) Pelabuhan Manggar (Belitung Timur) – Ketapang (Kalimantan Barat).
c. Lintas koneksitas yaitu:
1) Sadai (Kabupaten Bangka Selatan) – Pulau Pongok,
2) Pulau Pongok – Mendanau (Kabupaten Belitung),
3) Pangkal Balam (Pangkalpinang) – Tanjung Pandan (Kabupaten Belitung), dan
4) Mendanau – Tanjung Ru (Kabupaten Belitung).
a. Bandar Udara Dipati Amir dengan hirarki sebagai bandar udara pengumpul skala tersier, dan
b. Bandar Udara H. AS Hanandjoeddin dengan hirarki sebagai bandar udara pengumpul skala
tersier.
BAB 3-30
b. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) koneksitas pembangkit listrik/gardu PLTD Mentok,
PLTU Listrindo, Gardu Induk Sungailiat, PLTD Merawang, PLTD Koba, PLTD Toboali di Pulau
Bangka, dan
c. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) koneksitas pembangkit listrik/gardu PLTD Pilang
dengan PLTU Belitung Energi dan PLTD Pilang dengan PLTD Manggar.
Pengembangan jaringan energi listrik dilakukan melalui pembangunan pembangkit listrik, gardu
induk dan jaringan listrik, sebagai berikut:
Sistem jaringan sungai berupa Wilayah Sungai Strategis Nasional yaitu WS Bangka dan Wilayah
Sungai Lintas Kabupaten/Kota yaitu WS Belitung. Sistem jaringan irigasi meliputi daerah irigasi
sebagai berikut:
BAB 3-31
Sistem prasarana lingkungan meliputi:
a. Tempat pemrosesan akhir sampah (TPA regional) yang dikembangkan di Kabupaten Bangka,
Kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Belitung. Sistem pemrosesan sampah pada TPA
dilakukan dengan teknik sanitary landfill.
b. Tempat pengolahan dan/atau pengelolaan limbah industri bahan beracun berbahaya dan
non bahan beracun berbahaya yang dikembangkan melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) di kawasan permukiman padat dan/atau baru, kawasan pariwisata, serta kawasan
industri.
c. sistem drainase
d. sistem pengelolaan air minum (SPAM)
e. sarana dan prasarana lingkungan yang sifatnya menunjang kehidupan masyarakat.
Gambar 3.21 - Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilauah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034
Rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rincian tentang kawasan
lindung dan kawasan budidaya di Provinsi Kepuluan Bangka Belitung dapat diliat pada tabel berikut.
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
Kawasan Lindung
1 Kawasan hutan lindung 28.589 Kabupaten Bangka Barat
15.736 Kabupaten Bangka
32.226 Kabupaten Bangka Tengah
28.234 Kabupaten Bangka Selatan
BAB 3-32
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
39.306 Kabupaten Belitung
45.874 Kabupaten Belitung Timur
2 Kawasan yang memberikan - Seluruh Kabupaten/kota
perlindungan kawasan bawahannya
3 Kawasan perlindungan setempat
a. Sempadan pantai - Seluruh wilayah Provinsi
b. Sempadan sungai - Seluruh aliran sungai yang ada di Provinsi
c. Sekitar danau/waduk berupa -
kolam bekas pertambangan
d. Kawasan sempadan mata air - Seluruh wilayah Provinsi
e. Kawasan terbuka hijau kota - Kawasan perkotaan dan bukan perkotaan
4 Kawasan suaka alam, pelestarian alam, situs dan kawasan cagar budaya
a. Kawasan hutan - • Gunung Lalang dan Gunung Tajam di Kabupaten.
Belitung
• Gunung Menumbing dan Jering Menduyung di
Kabupaten. Bangka Barat
• Gunung Maras di Kabupaten. Bangka
• Gunung Mangkol di Kabupaten. Bangka
• Tengah, dan Gunung Permisan di Kabupaten.
Bangka Selatan
b. Kawasan suaka alam laut dan - Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) di
perairan lainnya Kabupaten. Bangka Tengah yang meliputi:
• Pulau Panjang,
• Pulau Ketawai,
• Pulau Bebuar,
• Pulau Gusung Asam, dan
• Pulau Semujur.
c. Kawasan pantai berhutan - seluruh Kabupaten/Kota
bakau
d. Taman wisata alam laut - Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berupa:
• Taman Alam Laut Perairan Belitung,
• Perairan Belitung Timur, dan
• Perairan Bangka Selatan
e. Situs dan kawasan cagar budaya - Seluruh Kabupaten/Kota
5 Kawasan rawan bencana alam
a. Kawasan rawan banjir - • Kabupaten Bangka Barat : Kecamatan. Mentok,
Kecamatan. Parittiga, Kecamatan. Kelapa, dan
Kecamatan. Jebus.
• Kabupaten Bangka Tengah : Kecamatan. Lubuk
Besar, Kecamatan. Koba, Kecamatan. Namang,
Kecamatan. Sungai Selan, dan Kecamatan.
Pangkalan Baru.
• Kabupaten Bangka Selatan : Kecamatan. Toboali,
dan Kecamatan. Pulau Besar
• Kota Pangkalpinang.
• Kabupaten Belitung Timur : Sungai Manggar di
Kecamatan. Manggar, Sungai Mayang di
Kecamatan. Kelapa Kampit, Kecamatan.
Jembatan Gantung.
• Kabupaten Belitung : Kecamatan. Tanjung
Pandan.
• Kabupaten Bangka : Kecamatan. Sungailiat,
Kecamatan. Puding Besar, dan Kecamatan.
Mendo Barat.
BAB 3-33
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
b. Kawasan rawan abrasi/erosi - • Kabupaten. Bangka Barat : Kecamatan.
Parittiga, Kecamatan. Tempilang.
• Kabupaten. Bangka Tengah : Kecamatan. Koba,
Kecamatan. Lubuk Besar, Kecamatan. Pangkalan
Baru.
• Kabupaten. Belitung : Kecamatan. Membalong,
Kecamatan. Badau, Kecamatan. Tanjung
Pandan, Kecamatan. Selat Nasik dan Kecamatan.
Sijuk.
• Kabupaten. Belitung Timur:
• Kecamatan. Manggar, Kecamatan. Gantung,
Kecamatan. Simpang Pesak, Kecamatan.
Dendang dan Kecamatan. Damar.
• Kota Pangkalpinang : Pantai Pasir Padi
• Kabupaten. Bangka Selatan : Kecamatan. Lepar
Pongok, Kecamatan. Tukak Sadai, Kecamatan.
Simpang Rimba Permis, dan Kecamatan. Toboali.
• Kabupaten. Bangka:
Kecamatan. Sungailiat, dan Kecamatan. Belinyu.
c. Kawasan rawan bencana - Kecamatan. Simpang Teritip, Kabupaten Bangka
longsor Barat.
Kawasan Budidaya
1 Kawasan peruntukan hutan 77.841 Kabupaten Bangka Barat
produksi 65.884 Kabupaten Bangka
84.990 Kabupaten Bangka Tengah
106.154 Kabupaten Bangka Selatan
40.377 Kabupaten Belitung
57.638 Kabupaten Belitung Timur
2 Kawasan peruntukan pertanian
a. Kawasan peruntukan pertanian 355.453 • Kabupaten. Bangka Barat seluas 36.330 Ha
tanaman pangan • Kabupaten. Bangka seluas 72.433 Ha
• Kabupaten. Bangka Tengah seluas 11.044 Ha
• Kabupaten. Bangka Selatan seluas 171.350 Ha
• Kabupaten. Belitung seluas 25.763 Ha
• Kabupaten. Belitung Timur seluas 38.473 Ha
b. Kawasan peruntukan pertanian 221.512 • Kabupaten. Bangka Barat seluas 53.116 Ha
hortikultura • Kabupaten. Bangka seluas 33.245 Ha
• Kabupaten. Bangka Tengah seluas 23.171 Ha
• Kabupaten. Bangka Selatan seluas 52.958 Ha
• Kabupaten. Belitung seluas 40.252 Ha
• Kabupaten. Belitung Timur seluas 18.000 Ha
c. Kawasan peruntukan 316.383 Perkebunan Besar meliputi :
perkebunan • Kabupaten. Bangka Barat seluas 30.808 Ha
• Kabupaten. Bangka seluas 16.590 Ha
• Kabupaten. Bangka Tengah seluas 4.908 Ha
• Kabupaten. Bangka Selatan seluas 4.329 Ha
• Kabupaten. Belitung Timur seluas 35.047 Ha
• Kabupaten. Belitung seluas 33.188 Ha
Perkebunan Rakyat meliputi :
• Kabupaten. Bangka Barat seluas 40.120 Ha
• Kabupaten. Bangka seluas 45.660 Ha
• Kabupaten. Bangka Tengah seluas 34.687 Ha
• Kabupaten. Bangka Selatan seluas 30.326 Ha
• Kabupaten. Belitung Timur seluas 22.264 Ha
BAB 3-34
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Kabupaten. Belitung seluas 18.456 Ha
d. Kawasan peruntukan 10.102 • Kabupaten. Bangka Barat seluas 791 Ha
peternakan • Kabupaten. Bangka seluas 318 Ha
• Kabupaten. Bangka Tengah seluas 7.720 Ha
• Kabupaten. Bangka Selatan seluas 566 Ha
• Kabupaten. Belitung seluas 467 Ha
• Kabupaten. Belitung Timur seluas 160 Ha
• Kota Pangkalpinang seluas 80 Ha
3 Kawasan peruntukan perikanan Seluruh wilayah Provinsi
a. Perikanan tangkap - • Perairan selat Bangka,
• Perairan utara Pulau Bangka dan Zona Ekonomi
Eklslusif (ZEE) Laut Cina Selatan,
• Perairan timur Pulau Bangka dan ZEE Laut Cina
Selatan,
• Perairan selat Gelasa dan selatan Pulau
Bangka,
• Perairan utara Pulau Belitung dan
ZEE Laut Cina Selatan, dan
• Perairan timur Pulau Belitung
b. Perikanan budidaya: - Seluruh wilayah Kabupaten/Kota.
• Budidaya laut
• Budidaya tambak
• Budidaya air tawar
4 Kawasan peruntukan 400.000 •Kabupaten. Bangka Barat seluas 62.700 Ha
pertambangan •Kabupaten. Bangka seluas 79.900 Ha
•Kabupaten. Bangka Tengah seluas 55.800 Ha
•Kabupaten. Bangka Selatan seluas 125.700 Ha
•Kabupaten. Belitung seluas 29.900 Ha
•Kabupaten. Belitung seluas 46.000 Ha
5 Kawasan peruntukan industri - •Kawasan peruntukan industri dan pelabuhan
terpadu Mentok di Kabupaten. Bangka Barat
• Kawasan peruntukan industri dan pelabuhan
terpadu Jelitik dan Teluk Kelabat di Kabupaten.
Bangka dan Kabupaten. Bangka Barat
• Kawasan peruntukan industri Lubuk Besar di
Kabupaten. Bangka Tengah
• Kawasan peruntukan industri Ketapang di
Pangkalpinang
• Kawasan peruntukan industri Sadai di
Kabupaten. Bangka Selatan
• Kawasan peruntukan industri Besar Badau dan
Membalong di Kabupaten. Belitung
• Kawasan peruntukan industri Air Kelik di
Kabupaten. Belitung Timur
6 Kawasan peruntukan pariwisata atau destinasi pariwisata
a. Wisata alam - • Seluruh wilayah pesisir Pulau Bangka, Pulau
Belitung dan pulau-pulau kecamatanil
• Kawasan pariwisata bahari yang berupa
kawasan pantai dan lautnya yang
dimanfaatkan untuk pariwisata alam yang ada
di Kabupaten/Kota, serta kawasan pariwisata
pulau-pulau kecamatanil yang ada di
Kabupaten. Bangka, Kabupaten. Bangka Barat,
Kabupaten. Bangka Tengah, Kabupaten.
BAB 3-35
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
Bangka Selatan, Kabupaten. Belitung, dan
Kabupaten. Belitung Timur
• Kawasan pariwisata alam berupa kawasan
wisata hutan
• Kawasan wisata alam berupa pemandian
sumber air panas alam yang dimanfaatkan
untuk pariwisata di Kabupaten. Bangka,
Kabupaten. Bangka Barat, Kabupaten. Bangka
Tengah, dan Kabupaten. Bangka Selatan
• Taman wisata laut
• Kawasan Strategis Pariwisata Tanjung Kelayang
• Kawasan pariwisata alam unggulan lainnya di
Kabupaten/Kota
b. Wisata budaya - • Kawasan Kota Tua Mentok di Kabupaten.
Bangka Barat
• Kawasan Situs Kota Kapur di Kabupaten. Bangka
• Kawasan yang di dalamnya terdapat cagar
budaya dan atau yang memiliki ciri-ciri cagar
budaya di Kabupaten/Kota
• Kawasan wisata budaya yang memiliki daya
tarik wisata budaya tangible maupun
intangible yang ada di Kabupaten/Kota
• Kawasan budaya Laskar Pelangi di Kabupaten.
Belitung Timur
• Kawasan wisata budaya dan wisata kreatif
lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah
Provinsi di Kabupaten/Kota.
c. Wisata buatan yang meliputi: - Kabupaten/Kota
• kawasan agro wisata,
• fasilitas rekreasi dan taman
bertema dan
• resort serta fasilitas
olahraga
7 Kawasan peruntukan permukiman 59.188 dikembangkan diseluruh wilayah Provinsi
8 Kawasan peruntukan lainnya : - • Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten.
• kawasan pertahanan keamanan Belitung
• Timur dan Kecamatan Badau, Kabupaten.
Belitung
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilauah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034
BAB 3-36
Gambar 3.22 - Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilauah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034
Pengembangan sektor pariwisata menjadi salah satu fokus pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang dibuktikan dengan perencanaan beberapa kawasan andalan. Berikut adalah rencana
pengembangan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis berupa kawasan andalan yang
ditetapkan secara nasional meliputi:
Kawasan strategis povinsi terdiri dari kawasan strategis ekonomi, kawasan strategis sosial dan
budaya, dan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
BAB 3-37
Gambar 3.23 - Peta Kawasan Strategis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilauah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034
Kawasan strategis sosial dan budaya berupa kawasan Universitas Bangka Belitung (UBB) dan Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) di Kabupaten Bangka, kawasan Kota Tua Mentok di Kabupaten
Bangka Barat, dan Museum Nasional Maritim di Kabupaten Belitung
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup berupa Cagar
Alam Gunung Lalang di Kabupaten Belitung, Gunung Menumbing di Kabupaten Bangka Barat, Hutan
BAB 3-38
Konservasi Gunung Maras di Kabupaten Bangka, Gunung Mangkol di Kabupaten Bangka Tengah,
Gunung Permisan di Kabupaten Bangka Selatan, Jering Menduyung di Kabupaten Bangka Barat,
Kawasan Situs Kota Kapur di Kabupaten Bangka, Kawasan Kepulauan Buku Limau di Kabupaten
Belitung Timur, Taman Kehati di Kabupaten Belitung, dan Karantina Hewan di Pulau Nadu di
Kabupaten Belitung.
Arahan peraturan zonasi kawasan taman wisata dan taman wisata laut ditetapkan sebagai berikut:
a. Tidak diperkenankan dilakukan budidaya yang merusak dan/atau menurunkan fungsi kawasan
taman wisata dan taman wisata laut,
b. Dalam kawasan taman wisata laut dilarang dilakukan reklamasi dan pembangunan perumahan
skala besar yang mempengaruhi fungsi kawasan dan merubah bentang alam,
c. Dalam kawasan taman wisata laut dilarang dilakukan eksploitasi terumbu karang dan biota lain
kecamatanuali untuk kepentingan penelitian dan pendidikan, dan
d. Dalam kawasan taman wisata dan taman wisata laut masih diperbolehkan dilakukan
pembangunan prasarana wilayah bawah laut sesuai ketentuan yang berlaku.
Kemudian, untuk arahan peraturan zonasi kawasan pariwisata ditetapkan sebagai berikut:
a. Pada kawasan pariwisata alam, tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata alam,
b. Dalam kawasan pariwisata diperkenankan adanya sarana dan prasarana yang mendukung
kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku,
c. Pada kawasan pariwisata diperkenankan dilakukan penelitian dan pendidikan, dan
d. Pengembangan pariwisata hrus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan serta studi kelayakan lingkungan.
Adapun beberapa arahan peruaturan zonasi kawasan-kawaan lainnya yang berkaitan dengan
pemanfaatan ruang atau kegiatan pariwisata terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 3.6 – Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lainnya yang Berkaitan dengan Kegiatan Wisata
BAB 3-39
No. Kawasan Arahan Peraturan Zonasi
3. Kawasan sekitar danau Dalam kawasan sempadan waduk/kolong diperkenankan dilakukan
atau kolong kegiatan penunjang pariwisata alam sesuai ketentuan yang berlaku
4. Kawasan suaka alam Dalam kawasan suaka alam masih diperkenankan dilakukan kegiatan
penelitian, wisata alam, dan kegiatan berburu yang tidak
mengakibatkan penurunan fungsi kawasan
5. Kawasan pantai berhutan Diperbolehkan dilakukan kegiatan penelitian dan wisata alam
bakau sepanjang tidak merusak kawasan pantai berhutan bakau dan
habitat satwa liar yang ada
6. Kawasan pertambangan Kegiatan usaha pertambangan dilarang dilakukan pada kawasan
pertanian pangan berkelanjutan, pariwisata dan hutan konservasi
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilauah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034
“Kepulauan Bangka Belitung Sebagai Destinasi Pariwisata Bahari dan Budaya Berdaya Saing
Global yang Terpadu dan Bertanggung Jawab untuk Pembangunan Masyarakat dan Lingkungan
Berkelanjutan”
Untuk mewujudkan visi tersebut, terdapat 4 (empat) misi pembangunan kepariwisataan Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, yang meliputi:
a. Membangun destinasi pariwisata yang memadukan potensi sumber daya bahari dan budaya khas
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan;
b. Membangun industri pariwisata yang bertanggung jawab, beridentitas lokal, dan berstandar
internasional;
c. Membangun pemasaran pariwisata terpadu dan bertanggung jawab untuk membentuk citra
sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya berdaya saing global; dan
d. Membangun kelembagaan kepariwisataan dalam mewujudkan keterpaduan pembangunan dan
percepatan perwujudan sebagai destinasi pariwisata berdaya saing global.
BAB 3-40
Gambar 3.24 - Peta Perwilayahan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber : Rencana Induk Perencanaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016-2025
Kebijakan dan strategi pembangunan destinasi pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
terangkum dalam tabel berikut:
BAB 3-41
Kebijakan Strategi
kualitas ekosistem alam, serta membentuk citra sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya khas,
pemulihankerusakan lingkungan. meningkatkan daya saing produk pariwisata secara internasional,
menciptakan keterpaduan pembangunan dan penyebaran
perkembangan pariwisata yang lebih luas.
e) Memadukan pembangunan perwilayahan DPP, KPPP, dan KSPP
Kepulauan Bangka Belitung dengan DPN Palembang-Bangka Belitung,
KSPN Tanjung Kelayang dan sekitarnya, KPPN Belinyu dan sekitarnya,
KPPN Pangkalpinang-Sungailiat dan sekitarnya, serta KPPN Punai-
Belitung dan sekitarnya.
f) Mengembangkan sistem mitigasi dan adaptasi terhadap bencana,
kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dan sektor lain di
KSPP dan KPPP, serta dampak lingkungan akibat pariwisata di seluruh
wilayah DPP.
2. Pembangunan daya tarik wisata a) Menetapkan dan mengembangkan daya tarik wisata Provinsi berbasis
alam dan budaya berbasis pesisir, pesisir, pantai, pulau-pulau kecamatanil, formasi geologis batuan granit,
pantai, pulau-pulau kecamatanil, perkebunan lada, adat-istiadat khas Daerah Provinsi.
formasi geologis batuan granit, b) Mengembangkan keterpaduan pembangunan dengan daya tarik wisata
perkebunan lada, adat-istiadat nasional dan daya tarik wisata Kabupaten/kota yang terletak di sekitar
khas diarahkan untuk daya tarik wisata Daerah Provinsi.
meningkatkan kualitas daya tarik c) Mengembangkan interpretasi sesuai tema daya tarik dan jalur wisata
wisata, mendorong pertumbuhan tematik DPP di Daerah Provinsi.
daya tarik wisata lainnya, serta d) Merencanakan dan menerapkan pengelolaan pengunjung pada daya
membangun keterkaitan antara tarik wisata primer dan sekunder pada KSPP dan KPPP di Daerah
daya tarik wisata Provinsi. Provinsi.
e) Merencanakan dan menerapkan informasi terpadu antara daya tarik
wisata yang memiliki keterkaitan tema.
f) Mengembangkan program geowisata pada daya tarik wisata alam
berbasis pesisir, pantai, pulau-pulau kecamatanil, dan formasi geologis
batuan granit.
g) Mengembangkan program wisata minat khusus bahari (selam,
snorkeling, memancing di tengah laut) pada daya tarik wisata berbasis
pantai dan pulau-pulau kecamatanil.
h) Mengembangkan program wisata edukatif dan kreatif pada daya tarik
wisata budaya berbasis pesisir, agrowisata lada dan lainnya, sejarah,
dan adat-istiadat khas Daerah Provinsi.
3. Pembangunan keterpaduan sistem a) Meningkatkan kualitas dan pelayanan jaringan jalan menuju daya tarik
jaringan transportasi udara, laut, wisata Provinsi.
dan darat untuk meningkatkan b) Membangun jaringan transportasi sungai untuk mendukung pariwisata.
aksesibilitas kepariwisataan antar c) Meningkatkan kualitas dan kapasitas pelayanan angkutan umum yang
Kabupaten/kota di kepulauan menghubungkan KSPP dan KPPP, serta pusat pelayanan primer dan
bangka belitung, antara Kepulauan sekunder pariwisata Daerah Provinsi.
Bangka Belitung dengan Jakarta, d) Mengembangkan transportasi wisata untuk mendukung jalur wisata
Bali, Batam, Medan, Balikpapan, tematik di DPP.
Palembang, sebagai pintu gerbang
e) Mengembangkan transportasi terpadu yang menghubungkan
utama indonesia, serta dengan
bandara/pelabuhan dengan pusat pelayanan primer dan sekunder
daerah sumber pasar wisatawan
pariwisata di Daerah Provinsi.
nusantara maupun mancanegara.
f) Mengembangkan rute dan frekuensi penerbangan langsung dari
Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Bali, Batam, Medan, Palembang, dan
Balikpapan.
g) Mengembangkan rute dan frekuensi penerbangan dari Malaysia dan
Singapura, dan negara sumber pasar wisatawan mancanegara lainnya.
BAB 3-42
Kebijakan Strategi
h) Mengembangkan rute dan frekuensi pelayaran dari Jakarta, Batam, dan
daerah sumber pasar wisatawan nusantara lainnya.
i) Menetapkan standar kenyamanan, keselamatan, dan keamanan bagi
moda transportasi darat , sungai , dan laut di Daerah Provinsi.
4. Pembangunan prasarana umum a) Meningkatkan kesadaran kolektif para pemangku kepentingan
dan fasilitas umum berstandar terhadap standar nasional dan internasional bagi penyediaan dan
nasional dan internasional pengelolaan prasarana umum dan fasilitas umum di daya tarik wisata
terutama pada daya tarik wisata Provinsi, destinasi pariwisata Provinsi, kawasan pengembangan
Provinsi, destinasi pariwisata pariwisata Provinsi, dan kawasan strategis pariwisata Provinsi.
Provinsi, kawasan pengembangan b) Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan energi listrik dan air
pariwisata Provinsi, dan kawasan bersih untuk pariwisata yang berdaya saing global.
strategis pariwisata Provinsi c) Mengembangkan kemitraan dengan pihak swasta, pengelola daya tarik
menuju destinasi pariwisata wisata, dan masyarakat dalam pembangunan prasarana umum dan
berdaya saing global. fasilitas umum berstandar nasional dan internasional di daya tarik
wisata Provinsi, destinasi pariwisata Provinsi, kawasan pengembangan
pariwisata Provinsi, dan kawasan strategis pariwisata Provinsi.
5. Pembangunan fasilitas pariwisata a) Meningkatkan kesadaran kolektif para pemangku kepentingan
berstandar nasional dan terhadap standar nasional dan internasional bagi penyediaan dan
internasional yang berciri khas pengelolaan fasilitas pariwisata.
lokal Kabupaten/kota, menjunjung b) Menetapkan dan mengembangkan standar bangunan berciri khas lokal
norma sosial dan budaya, nilai-nilai dan pelayanan berkarakter budaya dan nilai-nilai agama yang berlaku di
agama, mempertimbangkan daya masyarakat di Daerah Provinsi.
dukung lingkungan, serta c) Membangun fasilitas akomodasi, fasilitas makan dan minum, fasilitas
berorientasi pada pemenuhan perjalanan wisata, dan fasilitas informasi yang berstandar internasional
kebutuhan berwisata masyarakat dan ramah lingkungan di Kota Pangkalpinang dan Tanjungpandan
dan wisatawan. sebagai pusat pelayanan primer.
d) Mempercepat peningkatan pembangunan fasilitas akomodasi berkelas
bintang di Kota Pangkalpinang dan Tanjungpandan sebagai pusat
pelayanan primer pariwisata Daerah Provinsi.
e) Mempercepat peningkatan pembangunan fasilitas akomodasi berkelas
nonbintang dan pondok wisata (homestay) berstandar nasional dan
internasional di Kota Muntok, Sungailiat, Toboali, dan Pulau
Mendanau sebagai pusat pelayanan sekunder pariwisata Daerah
Provinsi.
f) Mengendalikan pembangunan fasilitas pariwisata di daerah sempadan
pantai dan sempadan lainnya dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan.
g) Mengembangkan pondok wisata (homestay) di KSPP dan KPPP di
Daerah Provinsi.
6. Pengembangan masyarakat agar a) Meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat terhadap pembangunan
dapat menjadi pelaku utama destinasi pariwisata berdaya saing global dan berkelanjutan.
dalam pembangunan b) Meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan berstandar
kepariwisataan yang berdaya saing nasional dan internasional di daya tarik wisata Provinsi.
global dan berkelanjutan. c) Meningkatkan peran Kelompok Sadar Wisata untuk mendukung
pengelolaan KSPP dan KPPP yang berdaya saing global.
d) Menguatkan peran masyarakat dalam pengembangan tata kelola
destinasi pariwisata berkelanjutan di KSPN Tanjung Kelayang dan
sekitarnya.
7. Pengembangan investasi a) Mengembangkan mekanisme keterpaduan investasi pariwisata,
pariwisata terpadu dan perdagangan, dan bidang lainnya di Daerah Provinsi.
BAB 3-43
Kebijakan Strategi
bertanggung jawab untuk b) Menetapkan dan mengembangkan regulasi investasi yang berorientasi
membangun iklim usaha yang sehat pada pengembangan masyarakat, perlindungan lingkungan, pelestarian
dan berdaya saing, sekaligus budaya, dan percepatan pembangunan daerah.
memberikan manfaat luas bagi c) Mengembangkan mekanisme pengendalian investasi pariwisata
pengembangan masyarakat, berbasiskan penelitian untuk membangun iklim usaha yang sehat dan
perlindungan lingkungan alam, berdaya saing, serta berwawasan lingkungan dan budaya.
pelestarian budaya, dan
pembangunan wilayah Provinsi.
Sumber : Rencana Induk Perencanaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016-2025
Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP) adalah destinasi pariwisata yang berskala Provinsi. DPP sendiri
terdiri dari dua kawasan yaitu: 1) Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP), dan 2) Kawasan
Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP).
a. DPP Wilayah Utara Kepulauan Bangka Belitung dengan pusat DPP Kota Pangkalpinang, terdiri dari:
a. DPP Wilayah Selatan Kepulauan Bangka Belitung dengan pusat DPP Kota Tanjung pandan , terdiri
dari :
BAB 3-44
Gambar 3.25 - DPP Wilayah Utara Kepulauan Bangka Belitung
Sumber : Rencana Induk Perencanaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016-2025
BAB 3-45
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata Daerah Provinsi yang mempunyai pengaruh
penting dalam 1 (satu) atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, dan daya dukung lingkungan hidup.
Setiap lokasi KSPP Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tersebut memiliki arahan pembangunan
dan pengembangan yang dapat dilihat pada tabel berikut:
BAB 3-46
Tabel 3.8 – Arahan Pembangunan dan Pengembangan KSPP Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
KSPP Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Arahan Kawasan Pariwisata
Kawasan Pariwisata Kawasan Pariwisata Kawasan Pariwisata
Pengembangan Pangkalpinang - Mendo Barat -
Muntok Belinyu -Sungailiat Pulau Belitong
Bangka Tengah
Tema Primer Pariwisata warisan Pariwisata budaya pesisir Bangka Pariwisata sejarah Bangka Lansekap geowisata
budaya Belitung dan Budaya Bangka
Tema Sekunder Wisata kuliner Geowisata Agrowisata pesisir Rekreasi pantai
Sasaran Integrasi potensi Meningkatkan nilai tambah kegiatan Memperkuat identitas sebagai Pengembangan geowisata sebagai upaya
Pengembangan pariwisata sejarah pariwisata untuk mengendalikan kawasan pariwisata berbasis diversifikasi produk pariwisata,
dan warisan budaya kegiatan pertambangan pada sejarah pertimahan dan penguatan identitas sebagai daerah
dengan budaya kawasan pariwisata penghasil lada, sekaligus timah, dan peningkatan daya saing
masyarakat menerapkan standar nasional pariwisata Kepulauan Bangka Belitung
dan internasional dalam
pengelolaan pariwisata
kawasan
Daya Tarik Wisata • Kota Tua Muntok, • Kawasan Teluk Kelabat, • Civic Center, • Kota Tanjungpandan,
Primer • Mesjid Jami • Pantai Matras, • Museum Timah, • Pantai Bukit Berahu,
Mentok, • Pantai Rebo, • Pantai Pasir Padi, • Desa Tanjung Binga,
• Klenteng China • Desa Wisata Air Anyir, • Pantai Tanjung Bunga, • Pantai Tanjung Tinggi,
Kong Pu Miau, • Pantai Parai Tenggiri, • Pusat Kreatif Tenun Cual, • Pantai Tanjung Kelayang,
• Rumah Mayor • Pantai Tanjung Pesona, • Kampung Melayu Indah, • Pulau Lengkuas,
Cina, • Pantai Air Anyer, • Kerkhof, • Pulau Kepayang,
• Pantai Tanjung • Pantai Penyusuk, • Hutan Kota Tuatunu, • Pulau Burung,
Kelian, • Pulau Putri dan Pulau Lampu, • Situs Kota Kapur, • Pulau Batu Belayar,
• Mercusuar Tanjung • Pantai Romodong, • Batu Belubang, • Pulau Kelayang,
Kelian, • Pantai Tanjung Putat, • Pantai Gebang Kemilau • Pantai Penyabong,
• Pesanggrahan • Kampung Gedong, Arung Dalam, • Pantai Teluk Gembira,
Menumbing, • Puri Tri Agung • Pulau Ketawai, • Pulau Seliu,
• Pesanggrahan • Bunker Jepang di Bandara • Batu Mentas,
Muntok, Depati Amir • Sungai Samak,
• Perang Ketupat di • Pulau Mentikus,
Desa Tempilang, • Pulau Gusong Are,
• Pulau Ulat Bulu,
BAB 3-48
Gambar 3.27 - KSPP Muntok dan Sekitarnya
Sumber : Rencana Induk Perencanaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016-2025
BAB 3-49
Gambar 3.28 - KSPP Belinyu-Sungailiat dan Sekitarnya
Sumber : Rencana Induk Perencanaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016-2025
BAB 3-50
Gambar 3.29 - KSPP Pangkalpinang - Mendo Barat - Bangka Tengah dan Sekitarnya
Sumber : Rencana Induk Perencanaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016-2025
BAB 3-51
Gambar 3.30 - KSPP Pulau Belitong dan Sekitarnya
Sumber : Rencana Induk Perencanaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016-2025
BAB 3-52
Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP) adalah kawasan pariwisata dengan komponen
kepariwisataannya, serta memiliki karakter produk dan tema pengembangan pariwisata alam, budaya,
dan buatan.
Kedua lokasi KPPP Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tersebut memiliki arahan pembangunan
dan pengembangan yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.9 – Arahan Pembangunan dan Pengembangan KSPP Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
KPPP Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Arahan Pengembangan Kawasan Gugusan Pulau
Kawasan Pariwisata Toboali
di Selat Gaspar
Tema Primer Pariwisata bahari Pariwisata pulau-pulau kecamatanil
Tema Sekunder Pariwisata alam dan sejarah Ekowisata taman bawah laut
Sasaran Pengembangan Mendorong pertumbuhan pariwisata Pengembangan pariwisata pulau-
di wilayah selatan Kepulauan Bangka pulau kecamatanil untuk
Belitung dengan memadukan potensi meningkatkan keterpaduan produk
pariwisata bahari, agrowisata, dan pariwisata bahari Bangka Selatan
sejarah dan Belitung
Daya Tarik Wisata Primer • Pantai Tanjung Kerasak, • Pulau Lepar,
• Pantai Batu Perahu, • Pulau Liat,
• Pelabuhan Sadai. • Pulau Salma (Pulau Salah Nama),
• Pulau Mendanau,
• Pelabuhan Sadai,
• Pulau Tinggi.
Daya Tarik Wisata Sekunder • Benteng Toboali, • Formasi batu granit di perairan
• Klenteng Dewi Shen Mu Miau, Pulau Mendanau,
• Agrowisata Desa Nyelanding, • Terumbu karang dan mangrove di
• Agrowisata Nanas Bikang, wilayah Pulau Mendanau,
• Air Panas Nyelanding, • Terumbu karang dan mangrove di
• Perkebunan Lada, wilayah Pulau Pongok,
• Perkebunan Salak. • Terumbu karang dan mangrove di
wilayah Pulau Lepar.
Sumber : Rencana Induk Perencanaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016-2025
Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan
barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
Kebijakan dan strategi pembangunan industri pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terangkum
dalam tabel berikut:
Tabel 3.10 – Kebijakan dan Strategi Pembangunan Industri Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
Kebijakan Strategi
1. Pengembangan industri pariwisata a) Meningkatkan kesadaran usaha pariwisata yang berstandar
unggulan Provinsi yang berdaya nasional dan internasional terhadap bangunan berciri khas
BAB 3-54
Tabel 3.11 – Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pemasaran Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
Kebijakan Strategi
1. Pembangunan sistem dan lembaga a) Memadukan program pemasaran pariwisata terpadu di
pemasaran terpadu antara Pemerintah KSPP dan KPPP.
Kabupaten/Kota di wilayah Daerah b) Membangun jejaring nasional dan internasional melalui
Provinsi, antara Pemerintah dengan kemitraan berjangka panjang dalam pemasaran
pelaku usaha, serta antara sektor pariwisata Daerah Provinsi.
pariwisata dan investasi daerah untuk c) Mengoptimalkan peran dan fungsi Badan Promosi
membangun citra sebagai destinasi Pariwisata Daerah sebagai lembaga kemitraan
pariwisata bahari dan budaya berdaya pemasaran terpadu.
saing global. d) Mengembangkan mekanisme komunikasi dan koordinasi
pemasaran pariwisata Pemerintah Kabupaten/Kota di
wilayah Daerah Provinsi, antara Pemerintah dengan
pelaku usaha.
e) Mengembangkan perencanaan pemasaran terpadu
sektor pariwisata dan investasi daerah untuk
membangun citra sebagai destinasi pariwisata bahari
dan budaya berdaya saing global.
2. Pembangunan keterpaduan produk dan a) Mengembangkan citra dan peta jalan pembangunan
pemasaran pariwisata dengan pemasaran citra pariwisata Kepulauan Bangka Belitung sesuai
pariwisata Indonesia untuk memperkuat dengan produk pariwisata yang menjadi identitas
citra destinasi pariwisata Daerah Provinsi di Kepulauan Bangka Belitung.
tingkat nasional dan internasional. b) Mengembangkan teknik dan media promosi pariwisata
terpadu dengan pariwisata nasional.
3. Pengembangan pasar wisatawan yang a) Menetapkan target jumlah wisatawan berdasarkan
berkualitas didasarkan pada penelitian kecamatanenderungan pertumbuhan kunjungan
pasar yang berkesinambungan untuk wisatawatan Kepulauan Bangka Belitung, angka target
meningkatkan peran dan posisi Daerah nasional, dan kondisi kepariwisatan yang diharapkan di
Provinsi dalam kepariwisataan nasional. masa yang akan datang.
b) Menetapkan pasar wisatawan asal Jakarta dan Pulau
Jawa, Sumatera bagian selatan, serta pelajar/mahasiswa
di Kepulauan Bangka Belitung dan Sumatera Selatan
sebagai pasar utama untuk wisatawan nusantara
Kepulauan Bangka Belitung, serta komunitas fotografi,
geowisata, budaya sebagai pasar sekunder wisatawan
nusantara Kepulauan Bangka Belitung.
c) Menetapkan penduduk dan wisatawan di Singapura,
Malaysia, serta penduduk Tiongkok sebagai pasar utama
wisatawan mancanegara, serta penduduk Australia,
Jerman, Belanda, dan negara Eropa lainnya sebagai
pasar sekunder pariwisata Kepulauan Bangka Belitung.
d) Mengembangkan penelitian pasar wisatawan yang
berkesinambungan untuk mengetahui segmen pasar
potensial, persepsi, kebutuhan, dan preferensinya
terhadap pariwisata Kepulauan Bangka Belitung.
BAB 3-55
Kebijakan Strategi
4. Pengembangan sistem pemasaran a) Mengembangkan sistem pendataan berbasis teknologi
pariwisata berbasis teknologi informasi informasi untuk pengembangan informasi dan
untuk menyediakan akses informasi dan pemasaran pariwisata.
komunikasi yang seluas-luasnya bagi b) Mengembangkan sistem promosi dan pelayanan
wisatawan, meningkatkan kualitas dan pariwisata berbasis teknologi informasi.
efektivitas promosi pariwisata, serta c) Mengembangkan sistem aplikasi untuk evaluasi
mengembangkan mekanisme evaluasi pemasaran pariwisata Daerah Provinsi.
pemasaran pariwisata Daerah Provinsi.
Sumber : Rencana Induk Perencanaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016-2025
Kelembagaan kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang dikembangkan secara
terorganisasi, meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia,
regulasi dan mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke
arah pencapaian tujuan di bidang Kepariwisataan.
Kebijakan dan strategi pembangunan kelembagaan pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 3.12 – Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kelembagaan Pariwisata Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
Kebijakan Strategi
1. Peningkatan koordinasi dan integrasi a) Mengembangkan mekanisme koordinasi dan sinkronisasi
pembangunan kepariwisataan program dan kegiatan tahunan Pemerintah Kabupaten/Kota
Kabupaten/kota di Daerah Provinsi dalam mendukung pembangunan Kepulauan Bangka
untuk mewujudkan satu kesatuan Belitung sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya
destinasi pariwisata bahari dan budaya berdaya saing global.
berdaya saing global. b) Mengembangkan mekanisme dukungan Pemerintah
Provinsi terhadap program/kegiatan lintas sektor dan
Kabupaten/kota dalam rangka sinergitas pembangunan
kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung.
c) Mengembangkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
program/kegiatan terpadu Kabupaten/kota di Daerah
Provinsi.
2. Peningkatan kapasitas dan kinerja a) Mengembangkan program prioritas bersama Pemerintah
kelembagaan kepariwisataan di Provinsi dengan industri pariwisata Kepulauan Bangka
lingkungan pemerintahan dan industri Belitung.
pariwisata Daerah Provinsi agar dapat b) Mengembangkan struktur kelembagaan pemerintahan
mendorong pertumbuhan pariwisata Daerah Provinsi untuk mendukung perencanaan,
dan mempercepat terwujudnya pengelolaan, dan pengawasan destinasi pariwisata berdaya
destinasi pariwisata berdaya saing saing global.
global. c) Meningkatkan peran asosiasi industri pariwisata dan
asosiasi pelaku pariwisata dalam pelaksanaan
program/kegiatan Pemerintah Dearah Provinsi di bidang
kepariwisataan.
d) Mengembangkan sistem perencanaan, pengelolaan, dan
pengawasan pelaksanaan pembangunan kepariwisataan
terpadu yang ditetapkan dengan peraturan perundangan.
BAB 3-56
Kebijakan Strategi
3. Pembangunan sistem pengembangan a) Mengembangkan sistem sertifikasi bagi SDM pariwisata dan
sumber daya manusia pariwisata masyarakat luas yang terlibat dalam pembangunan
berkompetensi internasional yang kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung.
berkesinambungan. b) Mengembangkan sistem pendidikan kepariwisataan
berbasis kompetensi internasional.
c) Mengembangkan mekanisme insentif bagi SDM pariwisata
berkompetensi internasional.
4. Pembangunan sistem tata kelola a) Meningkatkan kesadaran kolektif seluruh pemangku
pariwisata terpadu (pemerintah, kepentingan terhadap tata kelola pariwisata terpadu di
swasta, masyarakat, akademisi, dan KSPP dan KPPP Kepulauan Bangka Belitung.
media) yang handal untuk b) Menetapkan dan menerapkan sistem pengelolaan
memberikan perlindungan terhadap pariwisata terpadu pada pengelolaan komponen-komponen
lingkungan alam, sosial, dan budaya kepariwisataan untuk memberikan perlindungan terhadap
serta pembangunan masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya serta pembangunan
sekaligus mengendalikan masyarakat, sekaligus mengendalikan pembangunan
pembangunan kepariwisataan. kepariwisataan.
c) Membentuk dan mengembangkan organisasi tata kelola
destinasi pariwisata terpadu di KSPP dan KPPP Daerah
Provinsi.
d) Mengembangkan pemantauan dan evaluasi terhadap
pelaksanaan tata kelola pariwisata terpadu Kepulauan
Bangka Belitung.
Sumber : Rencana Induk Perencanaan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016-2025
Tujuan penataan ruang Kabupaten Bangka adalah “mewujudkan Kabupaten Bangka sebagai pusat
perdagangan dan industri yang diiringi oleh keterpaduan pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara dalam
harmonisasi antara lingkungan alam dan buatan secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat”.
BAB 3-57
a. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ), berupa terminal penumpang tipe B di
Kecamatan. Pemali, terminal tipe C di Kecamatan. Belinyu, dan unit pengujian kendaraan
bermotor di Sungailiat;
b. Jaringan angkutan sungai, danau dan penyebrangan (ASDP) yang akan dikembangkan di
Belinyu, Merawang dan Sungailiat; dan
c. Jaringan transportasi perkotaan yang akan dikembangkan di Sungailiat, Belinyu, dan Puding
Besar.
Sistem jaringan transportasi laut, salah satunya adalah tatanan kepelabuhan yang terdiri dari:
Rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rincian tentang kawasan
lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten Bangka dapat diliat pada tabel berikut.
BAB 3-58
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
Kawasan Lindung
1 Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
a. Kawasan hutan lindung 16.898 -
b. Kawasan resapan air - Seluruh Kecamatan
2 Kawasan perlindungan setempat
a. Sempadan pantai 963 • Kecamatan. • Kecamatan. Merawang
Sungailiat • Kecamatan. Mendo
• Kecamatan. Belinyu Barat
• Kecamatan. • Kecamatan. Puding
Bakam Besar
b. Sempadan sungai 1.063 • Kecamatan. • Kecamatan. Bakam
Sungailiat • Kecamatan. Merawang
• Kecamatan. • Kecamatan. Mendo
Pemali Barat
• Kecamatan. Belinyu • Kecamatan. Puding
• Kecamatan. Riau Besar
Silip
c. Sempadan danau/kolong 136 Kecamatan Sungailiat, Pemali, Belinyu, dan Merawang
d. Ruang terbuka hijau - Seluruh Kecamatan
3 Kawasan hutan konservasi, kawasan pantai berhutan bakau, dan kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan
a. Kawasan hutan konservasi 15.620 -
b. Kawasan hutan suaka alam - -
c. Kawasan pelestarian alam - -
d. Kawasan pantai 600 • Kecamatan. • Kecamatan. Puding
Sungailiat Besar
• Kecamatan. Riau • Kecamatan. Mendo
Silip Barat
• Kecamatan. Belinyu • Kecamatan. Merawang
• Kecamatan. Bakam
e. Kawasan cagar budaya dan ilmu 130 Kecamatan Mendo Barat
pengetahuan
4 Kawasan lindung geologi (kawasan - -
rawan bencana alam geologi)
5 Kawasan lindung lainnya
a. Kawasan perlindungan plasma - • Kecamatan. • Kecamatan. Puding
nutfah Sungailiat Besar
• Kecamatan. Riau • Kecamatan. Mendo
Silip Barat
• Kecamatan. Belinyu • Kecamatan. Merawang
b. Kawasan terumbu karang - • Kecamatan. • Kecamatan. Puding
Sungailiat Besar
• Kecamatan. Riau • Kecamatan. Mendo
Silip Barat
• Kecamatan. Belinyu • Kecamatan. Merawang
Kawasan Budidaya
1 Kawasan peruntukan hutan produksi 68.563 -
2 Kawasan peruntukan pertanian
a. Pertanian lahan basah 10.347 • Kecamatan. Riau • Kecamatan. Puding
Silip Besar
• Kecamatan. Bakam • Kecamatan. Mendo
• Kecamatan. Barat
Merawang
BAB 3-59
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
b. Pertanian lahan kering 4.874 • Kecamatan. • Kecamatan. Puding
Sungailiat Besar
• Kecamatan. Riau • Kecamatan. Mendo
Silip Barat
• Kecamatan. Belinyu • Kecamatan. Pemali
• Kecamatan. Bakam • Kecamatan. Merawang
c. Peternakan 700 • Kecamatan. Riau • Kecamatan. Puding
Silip Besar
• Kecamatan. Belinyu
• Kecamatan. Mendo
• Kecamatan. Bakam Barat
• Kecamatan. Pemali
• Kecamatan. Merawang
3 Kawasan peruntukan perkebunan 56.297 • Kecamatan. Bakam
• Kecamatan. Puding
• Kecamatan. Belinyu
Besar
• Kecamatan. Pemali
• Kecamatan. Mendo
• Kecamatan. Riau Barat
Silip • Kecamatan. Merawang
4 Kawasan peruntukan perkebunan 42.365 • Kecamatan. Bakam
• Kecamatan. Puding
rakyat • Kecamatan. Belinyu
Besar
• Kecamatan. Pemali
• Kecamatan. Mendo
• Kecamatan. Riau Barat
Silip • Kecamatan. Merawang
• Kecamatan. Sungailiat
5 Kawasan peruntukan perikanan 616 • Kecamatan. Bakam • Kecamatan. Puding
• Kecamatan. Belinyu Besar
• Kecamatan. Pemali • Kecamatan. Mendo
• Kecamatan. Riau Barat
Silip • Kecamatan. Merawang
• Kecamatan. Sungailiat
6 Kawasan peruntukan pertambangan 28.441 Seluruh wilayah daratan Kabupaten
7 Kawasan peruntukan industri 983 • Kecamatan. Sungailiat
• Kecamatan. Belinyu
• Kecamatan.Merawang
8 Kawasan peruntukan pariwisata 348 • Kecamatan. Sungailiat
• Kecamatan. Pemali
• Kecamatan. Belinyu
• Kecamatan. Merawang
• Kecamatan. Mendo Barat
9 Kawasan permukiman
a. Permukiman perkotaan 9.680 Kawasan sepanjang pantai utara dan timur di:
• Kecamatan. Belinyu • Kecamatan. Mendo
• Kecamatan. Pemali Barat
• Kecamatan. Merawang
• Kecamatan. Sungailiat
b. Permukiman perdesaan 19.907 Di lingkungan perdesaan diseluruh wilayah
Kecamatan
10 Kawasan peruntukan hutan rakyat 13.895 • Kecamatan. Bakam • Kecamatan. Puding
• Kecamatan. Belinyu Besar
• Kecamatan. Pemali • Kecamatan. Mendo
• Kecamatan. Riau Barat
Silip • Kecamatan. Merawang
• Kecamatan. Sungailiat
11 Kawasan peruntukan lainnya 681
a. Perdagangan dan jasa - -
BAB 3-60
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
b. Pemakaman - • Kecamatan. • Kecamatan. Mendo
Merawang Barat
• Kecamatan. • Kecamatan. Pemali
Sungailiat
c. Pertahanan dan keamanan - Kecamatan Sungailiat
Sumber : Rencana Tata Ruang Kabupaten Bangka
Kawasan strategis Kabupaten Bangka terdiri dari kawasan strategis ekonomi, kawasan strategis sosial
dan budaya, dan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
yaitu:
BAB 3-61
Gambar 3.33 - Peta Kawasan Strategis Kabupaten Bangka
Sumber : Rencana Tata Ruang Kabupaten Bangka
Tujuan penataan ruang Kabupaten Bangka Barat adalah “mewujudkan Kabupaten Bangka Barat sebagai
daerah yang berbasis pertambangan, industri, pariwisata, pertanian, kelautan dan perikanan dengan azas
keseimbangan lingkungan”.
a. Memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan lindung menjadi
kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya;
b. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi kawasan yang produktif, efisien, dan mampu bersaing
dengan wilayah tetangga;
c. Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan pada sektor pertanian, kelautan dan perikanan,
pariwisata, pertambangan, dan industri untuk mendorong pengembangan perekonomian wilayah;
d. Meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan usaha-usaha intensifikasi dan
diversifikasi tanaman;
e. Mengembangkan pusat dan/atau kawasan strategis dengan kegiatan dan fungsi ekonomi yang
memanfaatkan posisi atau letak strategis wilayah/kawasan dalam lingkup ekonomi wilayah yang
lebih luas, khususnya pada sektor pertanian, kelautan dan perikanan, pertambangan, pariwisata, dan
industri; dan
f. Meningkatkan dan mengembangkan prasarana penunjang kegiatan ekonomi pada kawasan strategis
tersebut.
BAB 3-62
A. RENCANA STRUKTUR RUANG
Sistem jaringan transportasi darat salah satunya adalah prasarana lalu lintas angkutan jalan (LLAJ)
yang berupa pembangunan dan pengembangan terminal tipe B di Kecamatan. Muntok,
Kecamatan. Kelapa, Kecamatan. Tempilang, dan Kecamatan. Parittiga, serta pembangunan dan
pengembangan terminal tipe C di setiap ibukota Kecamatan. Jaringan angkutan penyebrangan
berupa:
Sedangkan untuk rencana alur pelayaran dari pelabuhan- pelabuhan tersebut meliputi:
Rencana pembangunan sistem jaringan transportasi udara di Kabupaten Bangka Barat ialah
rencana pengembangan bandara khusus.
BAB 3-63
Gambar 3.34 - Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bangka Barat
Sumber : Rencana Tata Ruang Kabupaten Bangka Barat
Rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rincian tentang kawasan
lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten. Bangka Barat dapat diliat pada tabel berikut.
BAB 3-64
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• KSA/KPA Gunung Maras di Kecamatan. Kelapa;
• Pulau-pulau kecamatanil yang tersebar di setiap
Kecamatan
• Pulau Nanas
5 Kawasan pantai berhutan mangrove 22.640 • Kecamatan. Muntok • Kecamatan. Tempilang
• Kecamatan. • Kecamatan. Jebus
Simpangteritip • Kecamatan. Parittiga
• Kecamatan. Kelapa
6 Kawasan cagar budaya dan ilmu - • Bangunan ”ex-pusat pemerintahan keresidenan” dahulu;
pengetahuan • Bangunan ”Banka Tinwinning Bedriff”;
• Rumah Mayor Chung A Thiam;
• Rumah Kapten Cina;
• Mesjid Jami’ Muntok;
• Kelenteng Kung Fuk Miaw;
• Petak Lima Belas;
• Pesanggrahan Muntok/Wisma Ranggam;
• Kompleks ”Benteng Kuta Seribu”;
• Kompleks ”ex Makam Belanda (Kerkhoff)”;
• Mercu Suar Tanjung Kalian, Kecamatan. Muntok;
• Surau Kampung Tanjung di Kel. Tanjung;
• Monumen ”Perang Dunia II (Monumen Vivian
Bullwinkel)”, di Tanjung Kalian;
• Pesanggrahan Menumbing (Giri Sasana Menumbing), di
Kecamatan. Muntok;
• Benteng Kota di Desa Benteng Kota, Kecamatan.
Tempilang;
• Makam ”H. Khatamarrasyid”, di Desa Bakit Kecamatan.
Parittiga;
• Masjid Baitul Ma’ruf Pelangas di Kecamatan.
Simpangteritip;
• Kampung Ulu Kecamatan. Muntok;
• Kampung Tanjung Kecamatan. Muntok;
• Kampung Teluk Rubiah Kecamatan. Muntok;
• Batu Balai di Kecamatan. Muntok;
• Pelabuhan Muntok, Kecamatan. Muntok;
• Rumah Kapitan, Kecamatan. Muntok;
• Kantor Pos, Kecamatan. Muntok;
• Tangsi di Kecamatan. Muntok;
• Kuburan Tanggaseribu di Kecamatan. Muntok;
• Jembatan Inggris, Kecamatan. Muntok;
• SD Negeri 1, Kecamatan. Muntok;
• Gedung Kuning, Kecamatan. Muntok;
• Gereja GPIB, Kecamatan. Muntok;
• Gereja Santa Maria, Kecamatan. Muntok;
• Lembaga Pemasyarakatan, Kecamatan. Muntok;
• Bina Jaya, Kecamatan. Muntok;
• Rumah Macan, Kecamatan. Muntok;
• Gedung Syahbandar Lama, Kecamatan. Muntok;
• Lapangan Terbang Muntok, Kecamatan. Muntok;
• Kuburan Tua Portugis di Laut Jungku Kecamatan. Muntok;
• Smelter Puput, Kecamatan. Muntok;
• Air terjun/Kolam Renang Puput, Kecamatan. Muntok;
• Penampung Air Airburung, Kecamatan. Muntok;
• Sumur Tua Sukal, Kecamatan. Muntok;
• Kuburan Kebun Nanas, Kecamatan.Muntok;
• Gua Jepang Sekitar Jalan Menara, Kecamatan. Muntok;
• Menjelang Lama, Kecamatan. Muntok;
• Tanjung Punai, Kecamatan, Muntok;
BAB 3-65
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Rumah Sakit Jiwa, Kecamatan. Muntok;
• Bioskop Samudra, Kecamatan. Muntok; dan
• Bioskop Merdeka, Kecamatan. Muntok
7 Kawasan rawan bencana alam
a. Kawasan rawan banjir/genangan - • Kel. Tanjung, Kecamatan. Muntok meliputi Kampung
Tanjung, Kampung Ulu, dan Kampung Teluk Rubiah;
• Kel. Sungai Daeng Kampung Culong;
• Kecamatan Parittiga; dan
• Desa Belo Laut.
8 Kawasan lindung geologi (rawan abrasi - • Kelurahan Tanjung, Kecamatan. Muntok;
pantai) • Desa Belolaut, Kecamatan. Muntok;
• Desa Teluklimau, Kecamatan. Parittiga;
• Desa Bakit Kecamatan. Parittiga;
• Desa Tanjungniur, Kecamatan. Tempilang;
• Desa Airlintang, Kecamatan. Tempilang;
• Desa Simpanggong, Kecamatan. Simpangteritip.
• Desa Kelabat, Kecamatan. Parittiga;
• Desa Bentengkota, Kecamatan. Tempilang;
• Desa Rambat, Kecamatan. Simpangteritip;
• Desa Airnyatoh, Kecamatan. Simpangteritip;
• Desa Cupat, Kecamatan. Parittiga;
• Desa Airgantang, Kecamatan. Parittiga;
• Desa Airputih, Kecamatan. Muntok;
Kawasan Budidaya
1 Kawasan peruntukan hutan produksi 77.742 • Kecamatan. Muntok • Kecamatan. Tempilang
• Kecamatan. • Kecamatan. Jebus
Simpangteritip • Kecamatan. Parittiga
• Kecamatan. Kelapa
2 Kawasan peruntukan hutan rakyat 2.050 • Kecamatan. Muntok • Kecamatan. Tempilang
• Kecamatan. • Kecamatan. Jebus
Simpangteritip • Kecamatan. Parittiga
• Kecamatan. Kelapa
3 Kawasan peruntukan pertanian
a. Pertanian tanaman pangan 15.812 Seluruh Kecamatan
b. Pertanian hortikultura 1.598 Seluruh Kecamatan
c. Pertanian perkebunan
• Perkebunan besar 41.860 • Kecamatan. Muntok • Kecamatan. Tempilang
• Kecamatan. • Kecamatan. Jebus
Simpangteritip
• Kecamatan. Kelapa
• Perkebunan rakyat 79.785 • Kecamatan. Muntok • Kecamatan. Tempilang
• Kecamatan. • Kecamatan. Jebus
Simpangteritip • Kecamatan. Parittiga
• Kecamatan. Kelapa
d. Pertanian peternakan 72 • Kecamatan. Kelapa
• Kecamatan. Muntok
• Kecamatan. Jebus
4 Kawasan peruntukan perikanan
a. Perikanan tangkap - Seluruh Kecamatan
b. Perikanan budidaya 11.899 Seluruh Kecamatan
c. Pengolahan hasil perikanan - • Kecamatan. Muntok
• Kecamatan. Tempilang
• Kecamatan. Simpangteritip
5 Kawasan peruntukan pertambangan - Seluruh wilayah Kabupaten
6 Kawasan peruntukan industri
a. Kawasan industri dan pelabuhan 1.275 Tanjung Ular
terpadu (KIPT)
BAB 3-66
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
b. Kawasan industri 139 sekitar Tanjung Kalian
7 Kawasan peruntukan pariwisata
a. Pariwisata alam - Satuan Kawasan Wisata (SKW) I di Kecamatan. Muntok dan
Kecamatan. Simpangteritip:
• Pantai Tanjung Kalian, • Pantai Mentibak,
• Tanjung Ular, • Pantai Airnyatoh,
• Pantai Angel, • Pantai Air Mas Rambat,
• Pantai Muntok Asin, • Pantai Menggris,
• Pantai Batu Rakit,
• Pantai Sadardaya (Tungau) dan Pantai Karang Aji,
• Bukit Menumbing dan Batu Balai
BAB 3-67
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
d. Kolong retensi 113 Kaki Bukit Menumbing, Kecamatan. Muntok
e. Kawasan transmigrasi 855 • Kecamatan. Jebus,
• Kecamatan. Simpangteritip, dan
• Kecamatan. Kelapa
f. Kawasan lindung dan budidaya 119.107 Tersebar di beberapa perairan laut di wilayah Kabupaten
ekosistem laut
g. Zona penyangga sungai (buffer) 880 di luar kawasan hutan yang tersebar di seluruh Kecamatan
h. Kawasan kaki jembatan Tanjung Ru 13 Kecamatan Parittiga
i. Penataan reklamasi water front city - Kecamatan Muntok
Sumber : Rencana Tata Ruang Kabupaten Bangka Barat
Kawasan strategis di Kabupaten Bangka Barat terdiri dari kawasan strategis yang ditetapkan oleh
Provinsi dan oleh Kabupaten sendiri. Kawasan strategis yang ditetapkan oleh Provinsi terdiri dari
kawasan strategis ekonomi, sosial budaya, dan fungsi dan daya dukung.
a. Kawasan strategis ekonomi, yaitu kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu (KIPT) Tanjung Ular
di Kecamatan Muntok,
b. Kawasan strategis sosial dan budaya, yaitu kawasan konservasi budaya ”Muntok Lama” di
Kecamatan Muntok, dan
c. Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, yaitu kawasan suaka alam
(KSA)/kawasan pelestarian alam (KPA) Bukit Menumbing dan Jering Menduyung.
BAB 3-68
Kawasan strategis Kabupaten terdiri atas:
Tujuan penataan ruang Kabupaten Bangka Tengah adalah ”Mewujudkan penataan ruang Negeri
Selawang Segantang yang berkelanjutan dan sejahtera dengan potensi serta komoditas unggulan yang
berorientasi ekonomi masyarakat sekaligus mendukung pelestarian lingkungan”.
Salah satu strategi dalam rangka pengoptimalan pemanfaatan ruang untuk kegiatan-kegiatan produksi
dan permukiman yang disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan serta keserasian
antar sektor, adalah mengembangkan kawasan budidaya hutan melalui pengelolaan hutan tanaman
industri, hutan produksi tetap, agroforestry atau hutan wisata pada kawasan hutan secara berkelanjutan.
BAB 3-69
A. RENCANA STRUKTUR RUANG
I. Sistem Perkotaan
Sistem jaringan transportasi darat salah satunya adalah jaringan prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ) yang berupa pengembangan terminal tipe C di Koba.
BAB 3-70
B. RENCANA POLA RUANG
Rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rincian tentang kawasan
lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten Bangka Selatan dapat diliat pada tabel berikut.
BAB 3-71
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Kecamatan. • Kecamatan. Namang
Simpangkatis,
• Kecamatan.
Sungaiselan
4 Kawasan peruntukan perikanan
a. Perikanan tangkap - perairan Selat Bangka, Selat Gaspar, Laut Jawa dan
Laut China Selatan
b. Perikanan budidaya
• Budidaya perikanan laut 10.000 • Perairan Pulau Panjang - Pulau Semujur,
• Perairan Pulau Ketawai - Pulau Bebuar,
• Perairan Tanjung Beriga, dan
• Perairan Pulau Nangka
• Budidaya perikanan air 10.000 • Kecamatan. • Kecamatan. Koba
payau Pangkalanbaru, • Kecamatan. Lubuk
• Kecamatan. Besar
Sungaiselan
• Budidaya perikanan air 700 -
tawar
c. Budidaya rumput laut 5.000 Perairan timur Kurau, Tanjung Langka, Tanjung
Berikat, Batu Beriga, P. Panjang dan P. Semujur
d. Prasarana pegelolaan dan • Kawasan perkotaan Sungaiselan
pemasaran hasil perikanan • Desa Batu Belubang, Kecamatan. Pangkalanbaru
5 Kawasan peruntukan industri
a. Kawasan industri tertentu - Seluruh Kecamatan
b. Kawasan industri sedang 293 • Desa Tanjung Gunung-Desa Kayu Besi
• Desa Tanjung Pura
c. Kawasan industri besar 7.019 Kecamatan Lubuk Besar
6 Kawasan peruntukan pertambangan
a. Kawasan peruntukan 24.181 Seluruh Kecamatan
pertambangan
b. Usulan penetapan Wilayah - -
Pertambangan
7 Kawasan peruntukan pariwisata
a. Wisata tirta - • Pulau Semujur - Pulau Gusung Asam - Pulau
Ketawai - Pulau Bebuar - Pulau Gelasa dan
• di Pulau Nangka - Pulau Pelepas - Pulau Tikus
b. Wisata eksplorasi hutan - • Kawasan Hutan Alam di Pulau Panjang,
• Kawasan hutan bukit pading, bukit Mangkol dan
Hutan Pelawan di Desa Namang
c. Wisata pantai - Pantai Penyak, Pantai Koba, Pantai Tanjung Berikat,
Pantai Baskara Bhakti, Pantai Kulur Ilir dan Pantai
Batu Belubang
d. Wisata alam - • Desa Keretak,
• Desa Celuak, dan
• Desa Mesu.
e. Wisata budaya - Seluruh wilayah Kabupaten
8 Kawasan peruntukan permukiman
a. Permukiman perkotaan - • kawasan perkotaan di Kecamatan. Pangkalbaru;
• kawasan perkotaan di Kecamatan. Koba; dan
• kawasan perkotaan di setiap ibukota Kecamatan.
b. Permukiman perdesaan - Tersebar di wilayah Kabupaten
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tengah
BAB 3-72
Gambar 3.38 - Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangka Tengah
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tengah
Kawasan strategis di Kabupaten Bangka Tengah terdiri dari kawasan strategis yang ditetapkan oleh
Provinsi dan oleh Kabupaten sendiri. Kawasan strategis yang ditetapkan oleh Provinsi terdiri dari
kawasan strategis ekonomi dan kawasan strategis sosial budaya.
a. Kawasan agropolitan di :
• Kecamatan. Pangkalanbaru, meliputi Desa pedindang dan mangkol;
• Kecamatan. Sungaiselan, meliputi Kelurahan Sungaiselan dan Desa Lampur;
• Kecamatan. Lubuk Besar, meliputi Desa Perlang, Kulur Ilir dan Kulur;
• Kecamatan. Namang, meliputi Desa Namang, Jelutung, dan Belilik;
• Kecamatan. Simpangkatis meliputi Desa Terak, Teru dan Pasir Garam;
• Kecamatan. Koba;
b. Kawasan Tanjung Berikat Kecamatan Lubuk Besar; dan
c. Kawasan perkotaan Pangkalanbaru sebagai PKL Promosi.
BAB 3-73
Gambar 3.39 - Peta Kawasan Strategis Kabupaten Bangka Tengah
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Tengah
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan pariwisata di Kabupaten Bangka Tengah sebagai
berikut:
BAB 3-74
Diperkenankan dilakukan penelitian dan pendidikan.
•
c. Pengembangan pariwisata harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan serta studi AMDAL.
Adapun beberapa ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan-kawasan lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan pariwisata terangkum dalam tabel berikut:
Berdasarkan Perda Kabupaten Bangka Selatan Nomor 6 Tahun 2014, tujuan penataan ruang Kabupaten
Bangka Selatan adalah “mewujudkan tata ruang Kabupaten yang berimbang dan berwawasan lingkungan
didukung kegiatan ekonomi wilayah berbasis agro, bahari, dan wisata”.
Strategi dalam rangka pengembangan sumber daya bahari berbasis perikanan, kelautan, dan pariwisata,
ialah:
Selain itu, terdapat pula strategi untuk pengembangan kawasan pesisir, pulau-pulau kecamatanil, dan
wilayah laut sebagai pusat kegiatan wisata bahari, yaitu:
a. Meningkatkan pembangunan pusat-pusat kegiatan wisata di perdesaan dalam bentuk desa wisata
dan kawasan wisata terpadu yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang memadai;
b. Mengembangkan kawasan-kawasan pesisir sebagai pusat kegiatan wisata alam pantai dengan
dukungan prasarana dan sarana yang memadai dan ramah lingkungan;
c. Memanfaatkan gugusan pulau-pulau kecamatanil sebagai pusat atraksi wisata pelestarian alam,
petualangan, dan pendidikan yang didukung dengan upaya perlindungan dan pelestarian terhadap
keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya;
d. Mengembangkan pusat selam (dive center) yang didukung dengan jalur;
e. Mengembangkan kawasan-kawasan pelestarian ekosistem terumbu karang dan sumber daya alam
hayati lainnya di wilayah laut sebagai daya tarik wisata;
BAB 3-75
f. Membangun dan mengembangkan akses transportasi laut yang menghubungkan pusat-pusat
kegiatan wisata di gugusan pulau-pulau kecamatanil dengan kawasan-kawasan wisata lainnya dalam
satu kesatuan sistem wilayah; dan
g. Membangun dan mengembangkan kawasan-kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat-pusat
pelayanan perdagangan dan jasa.
Sistem jaringan transportasi darat salah satunya adalah jaringan prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ) yang berupa terminal barang di Sadai, serta terminal penumpang tipe C
yang berlokasi di:
a. Kecamatan. Lepar Pongok : Pelabuhan Rakyat Penutuk, Pelabuhan Rakyat Tj. Labu,
Pelabuhan Rakyat Tj. Sangkar, Pelabuhan Rakyat Tj. Gading,
Pelabuhan Rakyat Pulau Panjang, Pelabuhan Rakyat Pulau
Tinggi
b. Kecamatan. Kep. Pongok : Pelabuhan Rakyat Pongok, Pelabuhan Rakyat Celagen
c. Kecamatan. Toboali : Pelabuhan Rakyat Kepoh, Pelabuhan Rakyat Gusung,
Pelabuhan Rakyat Kubu
d. Kecamatan. Simpang Rimba : Pelabuhan Rakyat Batu Betumpang, Pelabuhan Rakyat
Permis, Pelabuhan Rakyat Sebagin, Pelabuhan Rakyat Bangka Kota
e. Kecamatan. Tukak Sadai : Pelabuhan Rakyat Desa Tukak, Pelabuhan Rakyat
Pengarem
Sedangkan untuk rencana alur pelayaran dari pelabuhan- pelabuhan tersebut meliputi:
BAB 3-76
• Sadai –Pangkal Balam; dan
• Sadai – Jakarta.
b. Lintas koneksitas yaitu:
• Sadai– Pongok (P. Pongok), via Tj. Labu/ Tj. Sangkar ke Belitung;
• Toboali – Selapan (Oki – Sumsel); koneksitas ke Sumatera;
• Pongok (P. Pongok) – Mendanau (Kabupaten Belitung) koneksitas via Belitung dan
Belitung Timur;
• Pulau Besar Selapan (Oki Sumsel); koneksitas ke Sumatera;
• Sadai – Jakarta, koneksitas Belitung; dan
• Bangka Kota – Selapan (Oki – Sumsel).
Rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rincian tentang kawasan
lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten Bangka Selatan dapat diliat pada tabel berikut.
BAB 3-77
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Kecamatan. Kepulauan Pongokdengan
b. Sempadan sungai - • sungai Bantel, • sungai Kurau,
• sungai Bangka Kota, • sungai Nyirih,
• sungai Ulim, • Sungai Balar,dan
• sungai Kepoh
c. Sekitar kolong - Seluruh Kecamatan
4 Kawasan rawan bencana alam
a. Kawasan rawan gelombang - kawasan pesisir Kecamatan. Toboali, Kecamatan. Lepar
pasang Pongok, Kecamatan. Kepulauan Pongok,dan
Kecamatan. Tukak Sadai.
b. Kawasan rawan banjir - • Kecamatan Toboali
• Kecamatan Pulau Besar
5 Kawasan lindung lainnya
a. Kawasan terumbu karang - • Pulau Lepar; • Pulau Bedaun;
• Pulau Pongok; • Pulau Senuak
• Pulau Kelapan; Kecamatanil;
• Pulau Ibul; • Pulau Senuak Besar;
• Pulau Burung; • Pulau Sarang Layar;
• Pulau Anak Air; • Pulau Karang;
• Pulau Panjang; • Pulau Dapur
• Pulau Pergam; Kecamatanil;
• Pulau Puyung; • Pulau Dapur;
• Pulau Sangkar Ikan • Pulau Sekijang;
Besar; • Pulau Lisum;
• Pulau Sangkar Ikan • Pulau Mempunai;
Kecamatanil; • Pulau Batu Bedaun;
• Pulau Muara duo;
• Pulau Pentianak.
b. Taman keanekaragaman hayati - Seluruh Kecamatan
Kawasan Budidaya
1 Kawasan peruntukan hutan 106.154 • Kecamatan. Toboali, • Kecamatan. Tukak
produksi • Kecamatan. Airgegas, Sadai,
• Kecamatan. Pulau • Kecamatan. Payung,
Besar, dan
• Kecamatan. Simpang
Rimba
2 Kawasan peruntukan hutan rakyat 23.505 Seluruh Kecamatan
3 Kawasan peruntukan pertanian
a. Tanaman pangan 15.869 Seluruh Kecamatan
b. Hortikultura 11.979 Seluruh Kecamatan
c. Perkebunan 136.634 Seluruh wilayah Kabupaten
d. Sentra peternakan 15.000 Seluruh Kecamatan
4 Kawasan peruntukan perikanan
a. Perikanan tangkap - • Kecamatan. Toboali, • Kecamatan. Lepar
• Kecamatan. Simpang Pongok,
Rimba • Kecamatan. Pulau
• Kecamatan. Airgegas, Besar,
• Kecamatan. Tukak
Sadai,
• Kecamatan. Kep.
Pongok
b. Perikanan budidaya : - Seluruh Kecamatan
c. Pengolahan hasil perikanan - Seluruh Kecamatan
BAB 3-78
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
5 Kawasan peruntukan
pertambangan
a. Wilayah pertambangan mineral 16.900 • Kecamatan. Toboali, • Kecamatan. Pulau
logam, mineral non logam, dan • Kecamatan. Payung, Besar,
batuan • Kecamatan. Airgegas, • Kecamatan. Tukak
• Kecamatan. Simpang Sadai,
Rimba • Kecamatan. Lepar
Pongok,
• Kecamatan. Kep.
Pongok
b. Wilayah pertambangan rakyat 2.410 Wilayah Kabupaten. Bangka Selatan
6 Kawasan peruntukan industri
a. Kawasan industri 3.086 Kawasan Industri Sadai
b. Industri rumah tangga - Seluruh Kecamatan
7 Kawasan peruntukan pariwisata
a. Wisata budaya - • Ritual Buang Jung di Desa Kumbung & Tj. Sangkar,
Kecamatan. LeparPongok,
• Ritual Hikok Helawang di Desa Nyelanding
Kecamatan. Airgegas,
• Bedengung dan Irat Kecamatan. Payung,
• Ritual Kawin Masal di Desa Serdang Kecamatan.
Toboali,
• Ritual Rebut di Kecamatan. Toboali, dan
• Ritual Rebo Kassan di Kecamatan. Simpang Rimba
b. Wisata alam/tirta • Air Panas Nyelanding dan Air Terjun Bukit Pading
di Kecamatan. Airgegas,
• Air Panas Permis dan Bukit Nenek di Kecamatan.
Lepar Pongok
c. Wisata bahari - • Kecamatan. Toboali : Pantai Gunung Namak,
Pantai Kubu, Pantai Batu Perahu, Pantai Tanjung
Labun, dan Pantai Batu Ampar,
• Kecamatan. Simpang Rimba : Pantai Batu Bedaun
dan Pantai Sebagin
• Kecamatan. Kep. Pongok : Pantai Batu Tambun,
Terumbu Karang Pulau Celagen, Pulau Salma dan
pulau-pulau sekitarnya, dan Pantai Celagen
• Kecamatan. Lepar Pongok : Pantai Tanjung Tiris,
Pulau Tinggi dan pulau-pulau sekitarnya, dan
Pantai Kumbung
• Kecamatan. Tukak Sadai : Pantai Tanjung Kemirai
dan Pantai Tanjung Kerasak
• Kecamatan. Pulau Besar : Pantai Batu Betumpang
d. Wisata sejarah - • Kecamatan. Toboali : Benteng Toboali, Gedung
Nasional Suhaili Toha, Wisma Samudra Toboali dan
Kelenteng Dewi Sin Mu
• Kecamatan. Airgegas : Benda sejarah Pergam
• Kecamatan. Payung : Makam Krio Panting
• Kecamatan. Pulau Besar : Mercusuar Willem II
• Kecamatan. Simpang Rimba : Makam Karang
Panjang, Makam jati sari, Makam Ratu Bagus
• Kecamatan. Lepar Pongok : Benteng Penutuk
e. Wisata agro/perkebunan - • Desa Serdang, Kecamatan. Toboali : Perkebunan
Nanas Desa Bikang dan Perkebunan Jeruk
BAB 3-79
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Desa Panca Tunggal, Kecamatan. Pulau Besar :
Perkebunan Salak
• Desa Delas, Kecamatan. Airgegas : Perkebunan
Lada
8 Kawasan peruntukan permukiman
a. Permukiman perkotaan 3.287 • kawasan perkotaan Toboali di Kecamatan.
Toboali;
• kawasan perkotaan Payung di Kecamatan. Payung;
dan
• kawasan perkotaan Airgegas di Kecamatan.
Airgegas.
b. Permukiman perdesaan - Seluruh Kecamatan
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan
Kawasan strategis di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari kawasan strategis yang ditetapkan oleh
Provinsi dan oleh Kabupaten sendiri. Kawasan strategis yang ditetapkan oleh Kabupaten terdiri dari
kawasan strategis ekonomi, kawasan strategis sosial budaya, dan kawasan strategis fungsi dan daya
dukung.
a. Kawasan minapolitan Lepar Pongok dan Tukak Sadai yang merupakan kawasan strategis dari
sudut kepentingan ekonomi;
b. Kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Batu Betumpang yang merupakan kawasan strategis dari
sudut kepentingan ekonomi;
c. Kawasan industri terpadu pelabuhan Tukak Sadai yang merupakan kawasan strategis dari sudut
kepentingan ekonomi.
Berdasarkan Perda Kabupaten Belitung Nomor 3 Tahun 2014, tujuan penataan ruang Kabupaten Belitung
adalah “mewujudkan Kabupaten Belitung yang serasi dan lestari dengan memperhatikan pertumbuhan
ekonomi yang berdaya saing berbasis sektor unggulan kelautan dan perikanan, perhubungan, dan
pariwisata serta sektor penunjang lainnya”.
Salah satu strategi untuk pemerataan tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah ke seluruh wilayah
Kabupaten, ialah mengembangkan sektor-sektor primer perdesaan, yang meliputi pariwisata, pertanian,
perkebunan, kehutanan, pertambangan, perikanan, serta produksi pesisir dan kelautan lainnya, melalui
upaya peningkatan produktifitas tanpa mengabaikan aspek kelestarian lingkungan.
BAB 3-80
Rencana sistem pusat pelayanan di Kabupaten Belitung terdiri atas:
Sistem jaringan transportasi darat salah satunya adalah jaringan prasarana Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ) yang berupa terminal penumpang tipe B di Kecamatan. Tanjungpandan,
dan terminal penumpang tipe C di Kecamatan. Sijuk, Kecamatan. Badau dan Kecamatan.
Membalong. Selain itu juga terdapat terminal barang yang berlokasi di Kawasan Industri Suge,
Pelabuhan Tanjung Ru’, Pelabuhan Tanjung Batu, dan Kawasan Bandar Udara HAS Hanadjoeddin.
Jaringan angkutan sungai, danau dan penyebrangan (ASDP) berlokasi di Pelabuhan Tanjung Ru
dengan rencana pengembangannya di seluruh Kecamatan di Kabupaten Belitung.
a. Pengembangan pelabuhan utama yaitu Pelabuhan Tanjung Batu seluas 633 Ha;
b. Pengembangan pelabuhan pengumpul yaitu Pelabuhan Tanjungpandan dan Pelabuhan
Tanjung Ru’;
c. Pengembangan pelabuhan pengumpan yaitu pelabuhan laut lokal di Teluk Gembira,
pelabuhan laut lokal di Selat Nasik dan pelabuhan laut lokal di Pulau Seliu;
d. Pengembangan terminal khusus kapal layar (yacht) di Tanjung Kelayang dan Tanjungpandan
dan terminal khusus karantina hewan di Pulau Naduk; serta
e. Pengembangan alur pelayaran, yang meliputi:
• Alur pelayaran Tanjung Ru’;
• Alur pelayaran Tanjungpandan; dan
• Alur pelayaran Tanjung Batu.
Untuk rencana pembangunan sistem jaringan transportasi udara di Kabupaten Belitung berupa
pengembangan bandar udara umum yaitu Bandar Udara HAS Hanadjoeddin seluas 1.110 Ha,
serta penataan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).
BAB 3-81
Gambar 3.41 - Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Belitung
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung
Rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rincian tentang kawasan
lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten Belitung dapat diliat pada tabel berikut.
BAB 3-82
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Rumah Tipe Kolonial II
• Museum PemKabupaten. Belitung
• Wisma Pantai
• Bekas Kapel Regina Pacis
• Eks Societeit
• Rumah Kapiten Pang Tjong-Toen
• Kelenteng Hok Tek Che
• Kian Sien
• SMPN 1 Tanjungpandan (Eks Holland Indisch
School)
• Kantor Dinas P dan K Kabupaten. Belitung
• Gedung PWRI (Eks Tuindienst)
• Eks. Kantor Asisten Residen (Dinas P dan K)
• Kantor Kodim 0414 Garuda Dempo
• Galangan Kapal (Dockyard)
• Wisma Dian (Benteng Kuehn)
• Gedung Nasional
• Eks. Districthoofd (Rumah Dinas Kapolres
Belitung)
• Kherkhof (Pemakaman Belanda)
• Situs Makam KA. Rahat
• Situs Bukit Luday
• Mercusuar Pulau Sumedang
• Situs Lempak Tuk Layang
• Museum Badau
• Makam Datuk Mayang Geresik
• Situs Kota Tanah Cerucuk (Cakraningrat X)
• Makam Tuk Kundo
• Struktur Gerbang Bentek Kenupuk
• Situs Gunung Tajam (Makam Syech Abubakar
Abdullah)
• Situs Mentikus
• Masjid Al Ikhlas
• Kelenteng Hok Tek Che
• Mercusuar Pulau Lengkuas
• Situs Padang Kelarin
• Situs Padang Pendam
• Kelenteng Piet Tie Miauw
• Mercusuar Tanjung Lancur.
5 Kawasan rawan bencana alam
a. Kawasan rawan banjir - • Kel. Parit, • Desa Badau,
• Kel. Kampung Damai, • Desa Membalong, dan
• Desa Air Raya, • Desa Sijuk.
b. Kawasan rawan angin putting - • Desa Padang Kandis, • Desa Perawas,
beliung • Desa Aik Kalak, • Desa Aik Pelempang
• Desa Pelepak Putih, Jaya,
• Desa Kacang Butor, • Desa Juru Seberang,
• Desa Pegantungan.
c. Kawasan rawan banjir rob - • sekitar muara sungai Desa Cerucuk,
• sepanjang pantai Air Saga,
• Desa Juru Seberang, • Desa Mentigi,
• Desa Sungai Samak, • Desa Selat Nasik,
• Desa Pegantungan, • Desa Suak Gual,
• Desa Dudat, • Pulau Gersik,
BAB 3-83
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Desa Padang Kandis, • Pulau Kalambau
• Desa Tanjung Rusa, • Pulau Kuil, dan
• Pulau Sumedang.
d. Kawasan rawan abrasi/erosi - • sepanjang pantai Air Saga, Juru Seberang,
• Sungai Samak, • Tanjungtinggi,
• Pegantungan, • Pulau Gersik,
• Dudat, • Pulau Sumedang,
• Padang Kandis, • Pulau Buntar,
• Mentigi, • Suak Gual dan
• Tanjung Rusa, • Pulau Kuil.
• Kecamataniput,
e. Kawasan rawan badai laut - • perairan utara pulau Belitung,
tropis • pemukiman pulau-pulau dan
• kawasan pesisir pantai yang mangrove dan karang
rusak.
f. Kawasan rawan petir - • Desa Tanjung Rusa, • Batu Itam,
• laut sekitar Desa • Tanjung Binga,
Pegantungan, • Kecamataniput dan
Sijuk.
g. Kawasan rawan kebakaran - Kecamatan Tanjungpandandan Desa Suak Gual
(daerah gambut).
6 Kawasan lindung geologi - -
7 Kawasan lindung lainnya
a. Kawasan perlindungan - • pohon Kruing di Air Batu Buding,
plasma nutfah • pohon Blangeran (Shorea belangeran) di
hutan produksi Batu Itam Air Gelarak, dan
• pohon Bulin di Petaling
b. Kawasan habitat satwa - • satwa Tupai selat nasik di Selat Nasik,
• satwa Pelile’an (Tarsius Bancanus Saltator) di
Kecamatan Badau
Kawasan Budidaya
1 Kawasan peruntukan hutan 41.530 Seluruh Kecamatan
produksi
2 Kawasan peruntukan pertanian
a. Budidaya tanaman pangan 3.000 • Kecamatan. • Kecamatan. Badau,
Tanjungpandan, • Kecamatan. Sijuk, dan
• Kecamatan. Selat Nasik, • Kecamatan.
Membalong.
b. Budidaya hortikultura 2.000 • Kecamatan. • Kecamatan. Selat
Tanjungpandan, Nasik,
• Kecamatan. Sijuk, • Kecamatan. Badau,
dan
• Kecamatan.
Membalong.
c. Budidaya tanaman pangan 3.000 • Kecamatan. • Kecamatan. Selat
holtikultura Tanjungpandan, Nasik,
• Kecamatan. Sijuk, • Kecamatan. Badau,
dan
• Kecamatan.
Membalong.
d. Perkebunan besar swasta 35.000 • Kecamatan. Badau, • Kecamatan.
• Kecamatan. Sijuk, dan Membalong.
e. Perkebunan rakyat 31.090 • Kecamatan. • Kecamatan. Selat
Tanjungpandan, Nasik,
BAB 3-84
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Kecamatan. Badau, • Kecamatan. Sijuk, dan
• Kecamatan.
Membalong.
f. Budidaya peternakan skala - • Kecamatan. Badau, • Kecamatan. Sijuk, dan
sedang • Kecamatan. • Kecamatan. Selat
Membalong. Nasik.
g. Rumah pemotongan hewan 5 Desa Juru Seberang
terpadu
3 Kawasan peruntukan perikanan
a. Perikanan tangkap - Seluruh Kecamatan
b. Perikanan budidaya : 429,48 • Budidaya perikanan air payau seluas 249,78 Ha di
seluruh Kecamatan
• Budidaya perikanan air tawar seluas 179,7 Ha di
seluruh Kecamatan
c. Pengolahan hasil perikanan - • Kecamatan. • Kecamatan. Selat
Tanjungpandan, Nasik,
• Kecamatan. Badau, • Kecamatan. Sijuk, dan
• Kecamatan.
Membalong.
d. Minapolitan - Didukung oleh adannya:
• Zona inti di Kecamatan. Tanjungpandan
• Zona pengembangan di Kecamatan. Selat Nasik,
Kecamatan. Membalong, Kecamatan. Sijuk, dan
Kecamatan. Badau
4 Kawasan peruntukan 40.464 • Kecamatan. • Kecamatan. Selat
pertambangan Tanjungpandan, Nasik,
• Kecamatan. Badau, • Kecamatan. Sijuk, dan
• Kecamatan.
Membalong.
5 Kawasan peruntukan industri
a. Kawasan industri 1.414 • Desa Sungai Samak,
• Desa Pegantungan Kecamatan Badau, dan
• Desa Bantan Kecamatan Membalong
b. Area industri berbasis Seluruh Kecamatan
produksi
c. Pengembangan industri Seluruh Kecamatan
kecamatanil dan meneng
d. Pengembangan industri Seluruh Kecamatan
rumah tangga
6 Kawasan peruntukan pariwisata
a. Pariwisata alam - Pariwisata Pantai :
• Tanjung Kelayang, • Tanjung Rusa,
• Tanjung Binga, • Mentigi,
• Secupak, • Cawat,
• Mabai, • Cepun,
• Tanjung Tinggi, • Tanjung Kiras,
• Pendaunan Indah, • Teluk Gembira,
• Penyaeran, • Penyabong,
• Batu Rakit, • Batu Lubang,
• Marina, • Awan Mendung,
• Bebilai, • Pulau Bayan,
• Siantu, • Pegantungan,
• Batu Bukit, • Pasir Panjang,
• Sengkelik, • Tanah Tinggi, dan
BAB 3-85
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Batu Bedil, • Gilang
• Tanjung Genting,
Pariwisata Pulau:
• Kera, • Gugusan • Genting,
• Burung, Pulau di • Pelema Besar,
• Pasir, Desa Juru • Pelema
• Kelayang, Seberang, Kecamatanil,
• Lengkuas, • Mentikus, • Tupai,
• Aji, • Seliu, • Seribu,
• Siantu, • Gersik, • Kapak,
• Buluh/ • Kalimamban • Betangan,
Mempalik, g, • Liak Besar,
• Kemulutan • Sekupuk, • Liak
Besar, • Sekudang, Kecamatanil,
• Kemulutan • Kampak, • Belatuk,
Kecamatanil, • Katan, • Sebongkok,
• Kambing, • Kepayang, • Sepindang,
• Rengit, • Batu Layar, • Sekutai,
• Naduk, • Gusong Are, • Piling,
• Batu Dinding, • Bayan, • Punai dan
• Kalamoa, • Emperut, • pulau-pulau
• Lima, lainnya;
Pariwisata Sungai :
• Sungai Petaling, • Sungai Brang, dan
• Sungai Cerucuk, • Sungai Padang.
Pariwisata lainnya :
• Bukit Batu Baginde,
• Bukit Batu Telaga Bulan,
• Goa Nek Santen,
• Bukit Paramont,
• Air Terjun Gurok Beraye,
• Hutan Kemasyarakatan Desa Juru Seberang,
• Hutan Kemasyarakatan Munsang,
• Hutan Produksi Konversi Tanjung Siantu,
• Goa di Juru Seberang,
• Pemandian Alam Jerry,
• Pemandian Tirta Marundang Indah,
• Pemandian Suci Indah,
• Batu Siang,
• Air Terjun Gunung Kubing,
• Air Lembung Dalam dan Air Terjun,
• Batu Mentas Sanctuary,
• Danau Kaolin Kolong Murai,
• Taman Hiburan Kolong Keramik,
• Desa Wisata Tanjung Tinggi,
• Kampong Oranye,
• Rindu Kampung,
• Mercusuar Tanjung Lancur
b. Wisata budaya - Kecamatan Membalong :
• Situs Ai’ Labu (makam KA Rahat/Depati
Tjakraningrat VIII),
BAB 3-86
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Situs Luday dan Membalong (makam
Raja Belantu dan keturunan),
• Situs Lempak Tuk Layang,
• Mercusuar Pulau Sumedang
Kecamatan Badau :
• Situs Kota Tanah Cerucuk (makam KA
Hatam/Depati Tjakraningrat VII dan makam KA
Muhammad Saleh/Depati Tjakraningrat IX),
• Kawasan Situs Gunung Lilangan (makam Raja
Badau/Datuk Mayang Geresik) dan Museum
Badau,
• Situs Gunung Tajam (makam Syech Abu Bakar
Abdullah) dan
• Situs Parit Gunong (makam Tuk Kundo)
Kecamatan Sijuk :
• Desa Balitung,
• Situs Mentikus Air Selumar,
• Mesjid Tua Sijuk (Al Ikhlas),
• Kelenteng Sijuk,
• Mercusuar Pulau Lengkuas,
• Situs Padang Kelaring Sungai Padang
Kecamatan Tanjungpandan :
• Museum PemKabupaten Belitung,
• Rumah Adat Belitung,
• Kawasan Kota Tua Tanjungpandan meliputi : Eks.
NV GMB Jam Gede, Rumah tipe kolonial I dan
tipe kolonial II, Benteng Penutuk Perawas,
Rumah Kapiten Phang Tjong-toen, Kian Sien,
Kelenteng Hok Tek Che, Eks. Societeit Toapekong
Ho A Joen, Rumah Tuan Kuase, Hotel Pantai
(Mess KJUB Pertim), Eks. Europeesche Kliniek,
Museum Tanjungpandan, eks Gereja Regina
Pacis, Gedung Nasional, Eks Tuindienst, Eks
Landraad, Eks Holland Indisch-School (SMPN 1
Tanjungpandan), Eks. Kantor Asisten Residen
(Kantor KODIM), Eks. Districthoofd (Rumah Dinas
Kapolres Belitung), Situs Benteng Kuehn, Situs
Dockyard, Kerkhof Tanjungpandan (pekuburan
Belanda), Mesjid Al Mabrur, Eks Kantor Asisten
Residence, Gedung Nasional Padang Miring.
c. Wisata buatan - Seluruh Kecamatan
d. Agrowisata - • Kebun durian Dusun Aik Gede,
• Kebun Buah Badau,
• Taman Kehati Aik Selumar,
• Taman Kehati Desa Lassar
7 Kawasan peruntukan permukiman
a. Permukiman perkotaan 9.170 Kawasan perkotaan Tanjungpandan yang
merupakan Central Bussines District
BAB 3-87
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
b. Permukiman perdesaan 20.020 • Kecamatan Sijuk,
• Kecamatan Badau,
• Kecamatan Membalong dan
• Kecamatan Selat Nasik
8 Kawasan peruntukan lainnya - • Kawasan latihan tempur Air Weapon Range
yang meliputi: (AWR) TNI AU di Desa Buding, Kecamatan. Badau
• kawasan pertahanan seluas 298 Ha
keamanan • Kawasan Radar TNI AU di Desa Sungai Padang
Kecamatan
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung
Kawasan strategis di Kabupaten Belitung terdiri dari kawasan strategis yang ditetapkan oleh Provinsi
dan oleh Kabupaten sendiri. Kawasan strategis yang ditetapkan oleh Kabupaten terdiri dari kawasan
strategis ekonomi, kawasan strategis sosial budaya, dan kawasan strategis fungsi dan daya dukung.
BAB 3-88
• Kawasan Kota Tua Tanjungpandan meliputi Eks. NV GMB Jam Gede, Rumah Tipe Kolonial I
dan Rumah Tipe Kolonial II, Rumah Kapiten Phang Tjong-toen, Kian Sien, Kelenteng Hok Tek
Che, Eks. Societeit Toapekong Ho A Jun, Rumah Tuan Kuase (Wisma Bougenville), Hotel
Pantai (Mess KJUB Pertim), Eks. Europeesche Kliniek (RSUD Kabupaten. Belitung), Museum
Tanjungpandan, Gereja Regina Pacis, Gedung Nasional, Eks. Tuindienst (Sekretariat PWRI),
Eks Landraad (UPTD TK/SD Tanjungpandan), Eks. Holland Indisch-School (SMPN 1
Tanjungpandan), Eks. Kantor Asisten Residen (Kantor KODIM), Eks. Districthoofd (Rumah
Dinas Kapolres Belitung), Situs Benteng Kuehn;
• Kawasan bersejarah lainnya yaitu Museum Badau, Mesjid Tua Sijuk (Al Ikhlas), Kelenteng
Sijuk, Situs Mentikus Air Selumar, Mercusuar Pulau Lengkuas, Mercusuar Pulau Mendanau
(Tanjung Lacur), Mercusuar Pulau Sumedang;
• Kawasan Museum Nasional Maritim di Kecamatan Sijuk; dan
• Kawasan pendidikan terpadu di Kecamatan Sijuk.
c. Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seluas 1.116 Ha, yaitu:
• Kawasan hutan konservasi Gunung Lalang;
• Kawasan konservasi perairan di Kecamatan Selat Nasik, Kecamatan Sijuk dan Kecamatan
Membalong;
• Kawasan hutan mangrove di Kecamatan Selat Nasik, Kecamatan Tanjungpandan,
Kecamatan Membalong, dan Kecamatan Sijuk;
• Kawasan keanekaragaman hayati di Kecamatan Sijuk dan Kecamatan Membalong;
• Kawasan rawan bencana alam; dan
• Kawasan perlindungan sumber air baku.
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan pariwisata di Kabupaten Belitung sebagai berikut:
a. Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan yang dapat
menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata alam;
b. Pada kawasan pariwisata:
• Diperkenankan adanya sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata dan
sistem prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• Diperkenankan dilakukan penelitian dan pendidikan; dan
c. Pengembangan pariwisata harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan serta studi kelayakan lingkungan.
Adapun beberapa ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan-kawasan lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan pariwisata terangkum dalam tabel berikut:
BAB 3-89
Tabel 3.19 – Ketentuan Umum PZ Kabupaten Belitung
No Kawasan Ketentuan Umum PZ
1. Kawasan hutan lindung Pemanfaatan ruang untuk wisata alam dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan tanpa merubah bentang alam.
2. Kawasan sempadan pantai Diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya pesisir, ekowisata,
dan perikanan tradisional dan kegiatan budidaya lainnya sesuai
peruntukan kawasan dan peraturan perundang-undangan.
3. Kawasan danau ataukolong Diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang pariwisata alam
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Kawasan suaka alam Diperkenankan dilakukan kegiatan penelitian, wisata alam, dan
kegiatan berburu yang tidak mengakibatkan penurunan fungsi
kawasan.
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung
Tujuan penataan ruang Kabupaten Belitung Timur adalah “mewujudkan Kabupaten Belitung Timur yang
makmur dan mandiri sebagai Kabupaten kepulauan dan bahari yang menjadi salah satu destinasi wisata
dunia di Indonesia dengan kekuatan dan daya saing yang tangguh berbasis pengelolaan sumber daya
alam yang berwawasan lingkungan”.
Strategi dalam rangka pengembangan kawasan pesisir, pulau-pulau kecamatanil, dan wilayah laut sebagai
pusat kegiatan wisata bahari di bagian barat Indonesia, ialah:
a. mengembangkan kawasan-kawasan pesisir sebagai pusat kegiatan wisata alam pantai dengan
dukungan prasarana dan sarana yang memadai dan ramah lingkungan;
b. memanfaatkan gugusan pulau-pulau kecamatanil sebagai pusat atraksi wisata pelestarian alam,
petualangan, dan pendidikan yang didukung dengan upaya perlindungan dan pelestarian terhadap
keaneragaman hayati yang terdapat di dalamnya;
c. mengembangkan pusat selam (dive center) yang didukung dengan jalur penyelaman (diving track)
yang aman dan atraktif dalam kawasan/gugusan pulaupulau kecamatanil sebagai produk unggulan
untuk kegiatan wisata alam bawah air di wilayah laut;
d. mengembangkan kawasan-kawasan pelestarian ekosistem terumbu karang dan sumber daya alam
hayati lainnya di wilayah laut sebagai daya tarik wisata; dan
e. membangun dan mengembangkan akses transportasi laut yang menghubungkan pusat-pusat
kegiatan wisata di gugusan pulau-pulau kecamatanil dengan kawasankawasan wisata lainnya dalam
satu kesatuan sistem wilayah.
Selain itu, terdapat pula strategi untuk mengembangkan kawasan-kawasan perdesaan sebagai sentra
penghasil komoditas unggulan yang berbasis potensi pariwisata, agropolitan, dan potensi bahari dalam
suatu sistem kawasan perdesaan yang terpadu, yaitu:
a. meningkatkan pembangunan pusat-pusat kegiatan wisata di perdesaan dalam bentuk desa wisata
dan kawasan wisata terpadu yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung yang memadai;
b. memanfaatkan dan mengembangkan potensi branding “Negeri Sejuta Pelangi” untuk kegiatan
wisata sastra dan pendidikan di kawasan perdesaan, khususnya dalam Kecamatan Gantung;
c. mendorong pertumbuhan kawasan-kawasan perdesaan yang produktif dan memiliki potensi
komoditas pertanian unggulan sebagai kawasan agropolitan;
d. mengembangkan usaha budi daya kelautan dan perikanan yang berorientasi ekspor di
kawasankawasan perdesaan yang memiliki sumber daya alam potensial;
BAB 3-90
e. menciptakan dan mengembangkan fungsi-fungsi perekonomian kreatif dan kompetitif di perdesaan
yang mampu membangkitkan aglomerasi antar kawasan perdesaan dalam suatu sistem ekonomi
wilayah; dan
f. meningkatkan aksesibilitas antar kawasan perdesaan dan aksesibilitas antara kawasan perdesaan
dan kawasan perkotaan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan meminimalkan disparitas
pertumbuhan wilayah.
Sistem jaringan transportasi darat salah satunya adalah prasarana lalu lintas angkutan jalan (LLAJ)
yang berupa terminal tipe B di Kecamatan Manggar, dan terminal tipe C terdapat di Kecamatan.
Damar, Kecamatan. Kelapa Kampit, Kecamatan. Gantung, Kecamatan. Simpang Renggiang,
Kecamatan. Simpang Pesak, dan Kecamatan. Dendang.
Jaringan angkutan sungai, danau dan penyebrangan (ASDP) berupa pelabuhan ASDP Manggar di
Kecamatan. Manggar. Kemudian untuk alur pelayaran sungai, danau dan penyebrangan (ASDP)
ialah dari Pelabuhan ASDP Manggar (Belitung Timur) ke wilayah-wilayah luar Kabupaten Belitung
Timur.
Rencana pembangunan sistem jaringan transportasi udara di Kabupaten Belitung Timur ialah
rencana pembangunan bandar udara baru di wilayah Kabupaten Belitung Timur.
Untuk sistem jaringan transportasi laut, terdapat dua pelabuhan yaitu pelabuhan Manggar dan
Pelabuhan Dendang sebagai pelabuhan pengumpul. Sedangkan untuk alur pelayaran dari kedua
pelabuhan tersebut meliputi:
a. alur pelayaran Pelabuhan Laut Manggar (Kabupaten. Belitung Timur) ke wilayah di luar
Kabupaten. Belitung Timur;
b. alur pelayaran Pelabuhan Laut Teluk Asam ke wilayah di luar Kabupaten. Belitung Timur;
c. alur pelayaran Pelabuhan Laut Dendang ke wilayah di luar Kabupaten. Belitung Timur;
d. alur pelayaran Terminal khusus di Kawasan Industri Air Kelik (KIAK)-pulau luar; dan
e. alur Pelayaran antar pulau-pulau kecamatanil di Kabupaten. Belitung Timur.
BAB 3-91
Gambar 3.42 - Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Belitung Timur
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Timur
Rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rincian tentang kawasan
lindung dan kawasan budidaya di Kabupaten Belitung Timur dapat diliat pada tabel berikut.
BAB 3-92
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• HL Pantai Teluk Pring/Bukit Nayo di Desa
Mempaya, Mengkubang, Burung Mandi, Mayang
dan Air Kelik
• HL Burung Mandi di Desa Sukamandi, Desa Baru,
dan Mekarjaya.
2 Kawasan yang memberikan - Seluruh Kecamatan
perlindungan kawasan bawahannya
(kawasan resapan air)
3 Kawasan perlindungan setempat
a. Sempadan pantai - Seluruh Kecamatan kecamatanuali Kecamatan.
Simpang Renggiang
b. Sempadan sungai - Seluruh Kecamatan
c. Sempadan waduk/kolong - • Kolong Parit Kemang (Desa Mentawak)
• Kolong Rakit (Desa Mentawak)
• Kolong Kajemun (Desa Sukamandi)
• Kolong Kajemun I (Desa Sukamandi)
• Kolong Kero (Desa Padang)
• Kolong Damar (Desa Mengkubang)
• Kolong Meranti (Desa Selinsing)
• Kolong Air Itam (Desa Batu Penyu)
• Kolong Teberong (Desa Simpang Pesak)
• Kolong Alub (Desa Simpang Pesak)
d. Sempadan pantai berhutan Seluruh Kecamatan kecamatanuali Kecamatan.
bakau Simpang Renggiang
e. Sempadan mata air - Seluruh Kecamatan
f. Ruang terbuka hijau kawasan - Luasan 30% dari luas kawasan perkotaan, yang
perkotaan tersebar di:
• Perkotaan Manggar
• Perkotaan Kelapa Kampit
• Perkotaan Gantung
• Perkotaan Dendang
4 Kawasan cagar budaya dan ilmu Seluruh Kecamatan
pengetahuan
5 Kawasan rawan bencana alam
a. Kawasan rawan gelombang - Pantai selatan dan timur Kabupaten Belitung Timur
pasang
b. Kawasan rawan abrasi - Seluruh pantai Kabupaten Belitung
Timur
c. Kawasan rawan banjir - • Desa Baru
• Desa Kurnia Jaya
• Desa MekarJaya
• Desa Buding
• Desa Mayang
• Desa Lenggang
Kawasan Budidaya
1 Kawasan peruntukan hutan 57.539 • HP Sungai Pala di Desa Nyuruk, Jangkang, dan
produksi Balok
• HP Gunung Duren di Desa Nyuruk, Jangkang, Balok,
Dendang, Simpang Pesak, Lilangan, Limbongan,
Jangkar Asam, Lintang, Renggiang, dan Simpang
Tiga
• HP Senunsur Sembulu di Desa Tanjung
Kelumpang, Tanjung Batu Itam, Dukong, Simpang
BAB 3-93
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
Pesak, Lilangan, Limbongan, Jangkar Asam, Batu
Penyu, dan Gantung;
• HP Buding Barat di Desa Cendil dan Buding
• HP Buding Timur di Desa Mentawak, Senyubuk,
Pembaharuan, dan Mayang
2 Kawasan peruntukan hutan rakyat - Seluruh Kecamatan
3 Kawasan peruntukan pertanian
Budidaya tanaman pangan 3.042 Seluruh Kecamatan
b. Budidaya hortikultura 50.999 Seluruh Kecamatan
c. Budidaya perkebunan 44.442 Seluruh Kecamatan
d. Budidaya peternakan - Seluruh Kecamatan
4 Kawasan peruntukan perikanan Seluruh wilayah Provinsi
a. Perikanan tangkap - • Kecamatan Manggar,
• Kecamatan Gantung,
• Kecamatan Dendang,
• Kecamatan Simpang Pesak,
• Kecamatan Damar, dan
• Kecamatan Kelapa Kampit.
b. Perikanan budidaya : - • Budidaya air tawar berlokasi di Seluruh
Kecamatan
• Budidaya air payau berlokasi di Kecamatan
Manggar, Gantung, Dendang, Simpang Pesak,
Damar, dan Kelapa Kampit
• Budidaya laut berlokasi di perairan Kecamatan
Manggar, Gantung, Dendang, Simpang Pesak,
Damar, dan Kelapa Kampit
c. pengolahan dan pemasaran - Didukung oleh adannya:
hasil perikanan • Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Manggar,
Pengembangan kawasan industri perikanan dan
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Manggar di
Kecamatan. Manggar
• PPI Desa Gantung, Kecamatan. Gantung,
• PPI Desa Dendang, Kecamatan. Dendang,
• PPI Pering Desa Mayang, Kecamatan. Kelapa
Kampit, dan
• PPI Batu Itam Desa Batu Itam, Kecamatan. Simpang
Pesak.
5 Kawasan pertambangan 33.707 Seluruh wilayah Kabupaten
6 Kawasan permukiman 14.802
a. Permukiman perkotaan - • Kecamatan.Manggar: Desa Baru, Lalang, Lalang
Jaya, Kurnia Jaya, Padang, dan Mekar Jaya
• Kecamatan. Damar: Desa Sukamandi
• Kecamatan.Kelapa Kampit: Desa Pembaharuan,
Mentawak, Senyubuk, dan Mayang
• Kecamatan. Gantung: Desa Selinsing, Gantung dan
Lenggang
• Kecamatan. Dendang : Desa Dendang
b. Permukiman perdesaan - Desa Buku Limau, Desa Kelubi, Desa Bentaian Jaya,
Desa Buding, Desa Cendil, Desa Jangkar Asam, Desa
Limbongan, Desa Batu Penyu, Desa Lilangan, Desa
Jangkang, Desa Balok, Desa Nyuruk, Desa
Mengkubang, Desa Air Kelik, Desa Burung Mandi,
Desa Mempaya, Desa Renggiang, Desa Simpang Tiga,
Desa Lintang, Desa Air Madu, Desa Simpang Pesak,
BAB 3-94
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
Desa Dukong, Desa Tanjung Kelumpang, dan Desa
Tanjung Batu Itam.
7 Kawasan peruntukan pariwisata
a. Pariwisata alam - Kecamatan Manggar :
• Pantai Nyiur • Pulau Buku Limau,
Melambai, • Pulau Siadong,
• Kulong Minyak, • Pulau Penanas,
• Pantai Keramat, • Minawisata Pulau
• Pantai Olivier, Nangka,
• Pantai Serdang, • Manggrove Sungai
• Kawasan Marina Manggar, dan
Bandoeng River, • Pemancingan
• Bukit Samak/ Gubok Kolong Kero
Berangsai,
• Pulau Memperak,
Kecamatan Gantung :
• Bendungan Pice, • Danau Merante,
• Pantai Tanjung • Gunung Lumut,
Mudong, • Gunung Duren,
• Danau Nujau, • Pulau Ayam,
• Kepulauan Air • Pulau Melidang,
masin, • Pulau Sekepar
Kecamatan Dendang :
• Air Terjun Marsila dan
• Pemandian Sukma Alam
Kecamatan Damar :
• Pantai Burung • Danau Mempaya,
Mandi, • Pantai Malang
• Pantai Bukit Batu, Lepau, dan
• Pantai Kuale • Benteng Gunong
Tambak, Burung Mandi
BAB 3-95
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Pantai Gunong
b. Wisata budaya - Kecamatan Manggar : Warung Kopi Manggar
Kecamatan Gantung :
• Gusong Cine, • Batik d`simpor,
• Vihara Kwan Im, • Musium Kata,
• Makam K.A. Loeso, • Kawasan Wisata
• Kawasan Wisata Budaya Desa
Sastra Sejuta Selinsin
Pelangi,
Kecamatan Dendang :
• Kawasan Sejarah Teluk Balok,
• Situs Balok Lama,
• Galeri dan Kampong Seni Desa Nyuruk,
• Situs Balok Baru
BAB 3-96
Gambar 3.43 - Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Belitung Timur
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Timur
Kawasan strategis di Kabupaten Belitung Timur terdiri dari kawasan strategis yang ditetapkan oleh
Provinsi dan oleh Kabupaten sendiri. Kawasan strategis yang ditetapkan oleh Provinsi terdiri dari
kawasan strategis ekonomi dan kawasan strategis sosial budaya. Sedangkan kawasan strategis yang
ditetapkan oleh Provinsi terdiri dari kawasan strategis ekonomi, kawasan strategis sosial budaya, dan
kawasan strategis fungsi dan daya dukung.
BAB 3-97
Kawasan Pengembangan Energi PLTU Kecamatan Damar, dan
•
Kawasan Marina Bandoeng River,
•
Kawasan Wisata Pantai Punai, dan
•
Kawasan Minapolitan.
•
b. Kawasan sosial budaya, yaitu:
• Kawasan Desa Wisata Sejuta Pelangi di Desa Lenggang Kecamatan Gantung, dan
• Kawasan Pelestarian Budaya Gunung Samak dan Gusong Cine.
c. Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seluas 1.116 Ha, yaitu :
• Kawasan Gunung Kematang Panjang (Kecamatan. Kelapa Kampit dan Kecamatan. Damar),
• Kawasan Gunung Malang Lepau (Kecamatan Damar), dan
• Kawasan Gunung Mangkro dan Gunung Badau (Kecamatan Dendang).
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan pariwisata di Kabupaten Belitung Timur sebagai
berikut:
Adapun beberapa ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan-kawasan lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan pariwisata terangkum dalam tabel berikut:
BAB 3-98
No Kawasan Ketentuan Umum PZ
• kegiatan terkait • ruang terbuka hijau,
• perikanan budidaya dan • kegiatan ritual
perikanan tangkap, keagamaan
2. Kawasan sempadan waduk/kolong Diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang pariwisata alam
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Kawasan sekitar mata air Tidak diperbolehkan pendirian bangunan kecamatanuali
bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air
dan/atau pemanfaatan air dan kegiatan penunjang pariwisata
alam sesuai ketentuan yang berlaku
4. Kawasan cagar budaya dan ilmu Diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang pariwisata alam
pengetahuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
5. Kawasan pertanian • Dalam kawasan pertanian masih diperkenankan dilakukan
kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan
pendidikan
• Dalam kawasan peternakan masih diperkenankandilakukan
kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian dan
pendidikan
6. Kawasan perikanan • Dalam kawasan perikanan masih diperkenankan dilakukan
kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian, dan
pendidikan
• Pada kawasan perikanan yang juga dibebani fungsi wisata,
pengembangan perikanannya tidak boleh merusak atau
mematikan fungsi pariwisata
7. Kawasan pertambangan Kawasan paska tambang wajib dilakukan rehabilitasi
(reklamasi dan/atau revitalisasi) sehingga dapat digunakan
kembali untuk kegiatan lain, seperti pertanian, kehutanan, dan
pariwisata
8. Kawasan strategis sosial budaya Diperbolehkan penambahan bangunan penunjang
kepentingan pariwisata
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belitung Timur
Tujuan penataan ruang wilayah kota adalah mewujudkan Kota Pangkalpinang sebagai kota perdagangan,
jasa dan pariwisata skala regional, serta kota industri skala internasional dengan konsep water front city
yang berwawasan lingkungan.
Strategi peningkatan fungsi kota sebagai pusat perdagangan dan jasa serta pariwisata yang berskala
regional meliputi:
a. mengembangkan kegiatan ekonomi yang berdaya saing dan seimbang dengan negara lain;
b. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa yang berorientasi pasar regional;
c. meningkatkan dan memantapkan kualitas pusat-pusat pariwisata dan sejarah budaya Melayu; dan
d. menyediakan sarana dan prasarana yang seimbang dan dapat menunjang kegiatan ekonomi.
BAB 3-99
a. Pusat Pelayanan Kota (PPK) terdapat di:
1) Kelurahan Pasar Padi (Kecamatan Girimaya);
2) Kelurahan Masjid Jamik dan Kelurahan Bintang (Kecamatan Rangkui); dan
3) Kelurahan Rawa Bangun dan Kelurahan Gedung Nasional (Kecamatan Tamansari),
Fungsi utama sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala kota dan regional.
Rencana sistem jaringan transportasi laut salah satunya berupa pengembangan prasarana dan sarana
angkutan umum yaitu pembangunan terminal tipe B (Terminal Kampak) yang berlokasi di Kel. Tua
Tunu Indah (Kecamatan. Gerunggang).
a. Pelabuhan Pangkalbalam yang berfungsi sebagai pelabuhan pengumpul di Kel. Ketapang dan
Kel. Lontong Pancur (Kecamatan. Pangkalbalam), dengan rencana rute pelayanan berikut:
• Pangkalpinang–Jakarta;
• Pangkalpinang–Tanjung Pandan;
• Pangkalpinang–Batam;
• Pangkalpinang–Pontianak; dan
• Pangkalpinang–luar negeri.
b. Rencana pembangunan terminal pelabuhan di Kel. Temberan (Kecamatan. Bukit Intan) dan di
kawasan reklamasi Pasir Padi Water Front City.
Kemudian, rencana sistem jaringan transportasi udara berupa pengaturan terhadap Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Bandara Depati Amir. Kecamatan Bukit Intan merupakan
satu-satunya wilayah Kecamatan yang termasuk ke dalam KKOP.
BAB 3-100
Rencana pembangkit tenaga listrik terdiri atas:
Selain itu juga terdapat rencana jaringan transmisi tenaga listrik berupa gardu induk di Kecamatan
Gabek. Kemudian untuk rencana jaringan distribusi tenaga listrik adalah distribusi Rayon
Pangkalpinang.
a. DAS Baturusa yang melintasi Kel. Selindung (Kecamatan. Gabek), Kel. Lontong Pancur, dan
Ketapang (Kecamatan. Pangkalbalam), dan Kel. Temberan (Kecamatan. Bukit Intan);
b. Sub-DAS Rangkui yang melintasi Kel. Kejaksaan, Rawa Bangun, Gedung Nasional, dan Opas Indah
(Kecamatan. Tamansari), Kel. Pintu Air, Masjid Jamik (Kecamatan. Rangkui), Kel. Pasar Padi
(Kecamatan. Girimaya), Kel. Pasir Putih, Air Mawar, Temberan (Kecamatan. Bukit Intan), Kel.
Ampui, Rejosari, Ketapang (Kecamatan. Pangkalbalam);
c. Sub-DAS Selindung yang melintasi Kel. Tua Tunu Indah (Kecamatan. Gerunggang), Kel. Jerambah
Gantung, Selindung (Kecamatan. Gabek);
d. Sub-DAS Pedindang yang melintasi Kel. Parit Lalang, Bintang (Kecamatan. Rangkui), Kel.
Sriwijaya, Batu Intan, Pasar Padi, Semabung Baru (Kecamatan. Girimaya), Kel. Pasir Putih
(Kecamatan. Bukit Intan);
e. Kolam Retensi Kacang Pedang yang berlokasi di Kel. Keramat, Pintu Air (Kecamatan. Rangkui),
Kel. Kacang Pedang (Kecamatan. Gerunggang), Kel. Kejaksaan (Kecamatan. Tamansari); dan
f. Kolong Pedindang yang berlokasi di Kecamatan. Rangkui (Kel. Parit Lalang).
BAB 3-101
a. Kolam Retensi Kacang Pedang di Kel. Keramat dan Kel. Pintu Air (Kecamatan. Rangkui), Kel.
Kacang Pedang (Kecamatan. Gerunggang), Kel. Kejaksaan (Kecamatan. Tamansari);
b. Kolong Teluk Bayur di Kelurahan Air Mawar dan Kel. Pasir Putih (Kecamatan. Bukit Intan);
c. Kolong Bintang di Kel. Bintang (Kecamatan. Rangkui);
d. Kolong Kepuh di Kel. Bacang (Kecamatan. Bukit Intan);
e. Kolong Akit di Kel. Semabung Baru (Kecamatan. Girimaya) dan Kel. Semabung Lama (Kecamatan.
Bukit Intan);
f. Kolong Gudang Padi di Kel. Pasar Padi (Kecamatan. Girimaya);
g. Kolam Retensi TK III di Kel. Bacang (Kecamatan. Bukit Intan);
h. Kolam Retensi Linggarjati Hulu di Kel. Kejaksaan (Kecamatan. Tamansari); dan
i. Kolam Retensi Air Mawar di Kel. Air Mawar (Kecamatan. Bukit Intan).
V. Infrastruktur Perkotaan
Kemudian untuk rencana pengembangan jaringan sistem perpipaan untuk seluruh kota
dikembangkan dengan sistem klaster berdasarkan instalasi pengolahan air bersih dan reservoar
terdekat.
Rencana sistem pengolahan air limbah dibagike dalam 4 kategori pengolahan air limbah, yaitu:
a. Limbah B3, akan dikembangkan di Kawasan Peruntukan Industri Ketapang Kecamatan Bukit
Intan dan Rumah Sakit Umum Kecamatan Girimaya.
b. Limbah industri dan kegiatan komersial, akan dikembangkan di Kawasan Peruntukan Industri
Ketapang dan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Baturusa Kecamatan Bukit Intan serta kawasan
perdagangan dan jasa.
c. Limbah rumah tangga individual, berlaku pada kawasan perumahan dan permukiman swadaya
yang selanjutnya diangkut dan diolah pada Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kelurahan
Bacang Kecamatan Bukit Intan.
d. Limbah rumah tangga komunal, berlaku pada kawasan perumahan dan permukiman formal.
Rencana sistem jaringan drainase terdiri atas penataan dan pengembangan jaringan drainase primer,
sekunder dan tersier, yaitu:
BAB 3-102
• Sungai Pedindang, Sungai Rangkui dan Sungai Selindung;
• Saluran Lembawai melewati Kel. Air Selemba (Kecamatan. Gabek) – Kel. Gabek Satu
(Kecamatan. Gabek) – Kel. Gabek Dua (Kecamatan. Gabek) – Kel. Rejosari (Kecamatan.
Pangkalbalam) – Kel. Opas Indah (Kecamatan. Tamansari) menuju Sub DAS Rangkui;
• Saluran Rejosari melewati Kel. Air Selemba (Kecamatan. Gabek) – Kel. Rejosari (Kecamatan.
Pangkalbalam) menuju Saluran Lembawai;
• Saluran Linggarjati melewati Kel. Taman Bunga (Kecamatan. Gerunggang) – Kel. Batin Tikal
(Kecamatan. Tamansari)–Kel. Opas Indah (Kecamatan. Tamansari) menuju Sub DAS Rangkui;
• Saluran Parit Lalang melewati Kel. Parit Lalang (Kecamatan. Rangkui) – Kel. Bintang
(Kecamatan. Rangkui) – Kel. Pasar Padi (Kecamatan. Girimaya) menuju Sub DAS Rangkui;
• Saluran Semabung melewati Kel. Semabung Baru (Kecamatan. Girimaya) – Kel. Semabung
Lama (Kecamatan. Bukit Intan) – Kel. Pasar Padi (Kecamatan. Girimaya) menuju Sub DAS
Rangkui; dan
• Saluran Selang yang menghubungkan Sungai Selindung Kel. Tua Tunu Indah (Kecamatan.
Gerunggang) menuju Kolam Retensi Kacang Pedang Kel. Kacang Pedang (Kecamatan.
Gerunggang).
b. Jaringan drainase sekunder yang menghubungkan sungai-sungai kecamatanil dengan sungai
besar di seluruh Kota Pangkalpinang dan di sepanjang jalan kolektor primer 1 dan kolektor
primer 2, serta sistem drainase sekunder sesuai dengan rencana pengembangan sistem jaringan
jalan kolektor primer 1 dan kolektor primer 2; dan
c. Saluran tersier untuk drainase yang merupakan pembuangan air limbah rumah tangga.
a. Jalan KH. Abdurrahman Siddik menuju Jalan KH. Abdul Hamid ke komplek Masjid Jamik;
b. Jalan Ahmad Rasidi Hamzah menuju Jalan Basuki Rahmat ke komplek perkantoran pemerintah
kota;
c. Jalan RE. Martadinata menuju Jalan Raden Abdullah menuju Jalan Jenderal Sudirman ke komplek
rumah dinas walikota;
d. Jalan Batin Tikal menuju Jalan Ahmad Yani menuju Jalan Merdeka ke komplek rumah dinas
walikota; dan
e. Jalan Denpasar dan Jalan Nipah menuju Jalan Teluk Bayur ke lapangan bola Pasir Putih.
BAB 3-103
Gambar 3.44 - Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pangkalpinang
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalpinang
Rencana pola ruang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rincian tentang kawasan
lindung dan kawasan budidaya di Kota Pangkalpinang dapat diliat pada tabel berikut.
BAB 3-104
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Taman lingkungan - • Skala RW
• Skala kelurahan
• Skala Kecamatan
c. Tempat pemakaman umum 1,77 Kecamatan Bukit Intan
(TPU) 17,42 Kecamatan Girimaya
1,80 Kecamatan Rangkui
0,91 Kecamatan Pangkalbalam
3,52 Kecamatan Gabek
8,30 Kecamatan Gerunggang
d. Lapangan olahraga 4 Stadion Depati Amir di Kecamatan. Gabek, dan Setiap
kecamatan.
e. Jalur hijau jalan, sungai, pantai, - • Sepanjang jalan kolektor primer 1, kolektor primer
SUTT, KKOP 2, kolektor sekunder dan lokal
• Sepanjang sempadan sungai
• Sepanjang sempadan pantai
• Sepanjang jalur SUTT PT. Timah dan PT. PLN
• Sekitar Bandara Depati Amir.
f. Sabuk hijau kawasan - Kawasan Peruntukan Industri Ketapang di Kecamatan
peruntukan industri Bukit Intan
B. Ruang Cagar Budaya
4 Ruang cagar budaya -
a. Kawasan cagar budaya - Kampung Melayu di Kel.Tua Tunu Indah, Kecamatan.
Gerunggang
b. Benda cagar budaya - • Masjid Jamik • Kerkhof
• Rumah Residen • SMPN 1
• Wisma Timah I • Kantor Pos
• Museum Timah • Perigi Pekasem
• Menara Air Minum • Pemakaman Sentosa
• Gereja GPIB Maranatha
• Rumah Sakit Bakti Timah
• Gereja Katedral Santo Yoseph
• Tamansari (Wilhelmina Park)
• Kelenteng Kwan Tie Miaw
• Masjid Al Mukarrom
• Kuburan Akek Bandang
C. Kawasan Rawan Banjir
5 Kawasan rawan banjir - • Kawasan Gedung Nasional
• Kawasan Kampung Bintang
• Kawasan Kampung Trem Seberang
• Kawasan Jalan Batin Tikal
• Kawasan Pasir Putih
Kawasan Budidaya
1 Kawasan perumahan dan permukiman
a. kawasan perumahan dan 1.300 • Kecamatan Tamansari
permukiman kepadatan tinggi • Kecamatan Rangkui
• sebagian Kecamatan Gerunggang
• sebagian Kecamatan Gabek
• sebagian Kecamatan Pangkalbalam
b. kawasan perumahan dan 2.550 • sebagian Kecamatan. Gabek
permukiman kepadatan sedang • sebagian Kecamatan. Gerunggang
• sebagian Kecamatan. Bukit Intan
• sebagian Kecamatan. Girimaya
• sebagian Kecamatan. Pangkalbalam
BAB 3-105
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
c. kawasan perumahan dan 1.800 • sebagian Kecamatan Gerunggang
permukiman kepadatan rendah • sebagian Kecamatan Gabek
• sebagian Kecamatan Bukit Intan
2 Kawasan perdagangan dan jasa
a. Kawasan perdagangan dan jasa - • Kawasan pusat kota
skala regional • Koridor jalan kolektor primer 1
• Pasar modern di Kel. Semabung Lama, Kecamatan.
Bukit Intan
• Kawasan Teluk Bayur CBD (Central Business District)
di Kel. Pasir Putih, Kecamatan. Bukit Intan
• Kawasan Air Mawar CBD (Central Business District)
di Kel. Air Mawar, Kecamatan. Bukit Intan
b. Kawasan perdagangan dan jasa - • Kawasan Pasar Inpres di Kel. Batin Tikal,
skala kota Kecamatan. Tamansari dan Kel. Bukit Sari,
Kecamatan. Gerunggang
• Koridor jalan kolektor primer 2, Jalan Batin Tikal
dan Jalan Kampung Melayu
c. Kawasan perdagangan dan jasa - • Pasar Rumput di Kel. Ketapang, Kecamatan.
skala Kecamatan Pangkalbalam
• Pasar Parit Lalang di Kel. Parit Lalang, Kecamatan.
Rangkui
• Pengembangan pasar di Kecamatan. Bukit Intan,
Kecamatan. Gerunggang, Kecamatan. Gabek, dan
Kecamatan. Girimaya.
3 Kawasan perkantoran pemerintah
a. Kawasan perkantoran - Kel. Air Itam dan Kel. Sinar Bulan di Kecamatan Bukit
pemerintah Provinsi Intan
b. Kawasan perkantoran - Kel. Sriwijaya dan Kel. Batu Intan di Kecamatan
pemerintah kota Girimaya
4 Kawasan peruntukan industri
a. Kawasan industri - Kawasan Peruntukan Industri Ketapang di Kecamatan.
Bukit Intan
b. Industri non kawasan - Diarahkan di Kawasan Peruntukan Industri Ketapang
5 Kawasan pergudangan - Kawasan Pergudangan Selindung, Kecamatan Gabek
6 Kawasan pelabuhan
a. Pelabuhan Pangkalbalam - • Kecamatan Pangkalbalam : Kel. Ketapang dan Kel.
Lontong Pancur
• Kecamatan Gabek : Kel. Selindung
b. Rencana pembangunan - • Kel. Temberan, Kecamatan. Bukit Intan
terminal pelabuhan • Kawasan reklamasi Pasir Padi Water Front City
c. Pelabuhan Perikanan Pantai - Kel. Temberan, Kecamatan. Bukit Intan
(PPP) Baturusa
7 Kawasan pariwisata
a. Kawasan pariwisata alam - • Pantai Pasir Padi dan Tanjung Bunga di
Kecamatan. Bukit Intan
• Hutan kota di Kecamatan. Gerunggang.
b. Pariwisata budaya - Di ruang cagar budaya
c. Pariwisata buatan - • ATM (Alun-Alun Taman Merdeka) di Kecamatan.
Tamansari
• BBG (Bangka Botanical Garden) di Kecamatan.
Bukit Intan
• Wisata Kuliner Pasar Mambo di Kecamatan.
Rangkui
• Stadion Aquatic di Kecamatan. Gerunggang
BAB 3-106
Luas
No Kawasan Lokasi
(Ha)
• Wisata air Kolam Retensi Kacang Pedang di
Kecamatan. Gerunggang, Kecamatan. Tamansari
dan Kecamatan. Rangkui
• Waterpark di Kecamatan. Tamansari
• Wisata Kolong Teluk Bayur, Kolong Kepuh, Kolong
Akit
• Lapangan golf Girimaya di Kecamatan. Girimaya
8 Kawasan ruang terbuka non hijau - • Seluruh kolong yang ada di kota
• Plaza Gedung Tudung Saji
• Halaman dan tempat parkir fasilitas umum
• Jalur trotoar dan pedestrian
9 Kawasan peruntukan sektor informal
a. Sektor informal yang - • Kuliner malam di Jalan Kapten Munzir Thalib dan
direncananakan pada waktu Jalan Ican Saleh
tertentu • Pasar Ramadhan di Jalan Batin Tikal, Jalan Masjid
Jamik dan Jalan Depati Hamzah.
b. Sektor informal yang -
terintegrasi dengan
perdagangan dan jasa formal
10 Kawasan pendidikan
a. Kawasan pendidikan tinggi - Kecamatan Gabek
11 Kawasan kesehatan - Kecamatan Girimaya
12 Kawasan pertahanan dan - • POLDA Kep. Bangka Belitung di Kecamatan. Bukit
keamanan Intan
• POLRESTA Pangkalpinang di Kecamatan.
Tamansari
• KOREM 045 Garuda Jaya / KODIM 0413 Bangka di
Kecamatan. Rangkui dan Kecamatan. Gerunggang.
13 Kawasan reklamasi Pasir Padi 945 Kecamatan Bukit Intan
Water Front City
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalpinang
BAB 3-107
Gambar 3.45 - Peta Rencana Pola Ruang Kota Pangkalpinang
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pangkalpinang
Kawasan strategis Kota Pangkalpinang terdiri dari kawasan strategis ekonomi, kawasan strategis
sosial dan budaya, dan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup, yaitu:
Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan pariwisata di Kota Pangkalpinang sebagai berikut:
BAB 3-108
d. Kegiatan pariwisata di kawasan kolong tidak diperbolehkan menganggu keberadaan ekosistem
kolong; dan
e. Tidak diperbolehkan kegiatan pengambilan pasir dan batu pantai.
Adapun beberapa ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan-kawasan lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan pariwisata terangkum dalam tabel berikut:
BAB 3-109
BASELINE PARIWISATA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
4.1. PROFIL WILAYAH ....................................................................................................................... 1
4.1.1. Profil Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ........................................................... 1
4.1.1.1. Kondisi Geografi, Luas, dan Batas Wilayah............................................................ 1
4.1.1.2. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrogeologi, dan Hidrologi ...................................... 2
4.1.1.3. Kondisi Kebencanaan............................................................................................. 7
4.1.1.4. Kondisi Demografi ................................................................................................. 8
4.1.1.5. Peruntukan Lahan .................................................................................................. 9
4.1.2. Profil Wilayah Kabupaten Bangka ...................................................................................... 9
4.1.2.1. Kondisi Geografi, Luas, dan Batas Wilayah............................................................ 9
4.1.2.2. Kondisi Topografi, Geologi, dan Hidrologi ........................................................... 10
4.1.2.3. Kondisi Demografi ............................................................................................... 11
4.1.3. Profil Wilayah Kabupaten Bangka Barat ........................................................................... 11
4.1.3.1. Kondisi Geografi, Luas, dan Batas Wilayah.......................................................... 11
4.1.3.2. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrogeologi, dan Hidrologi .................................... 13
4.1.3.3. Kondisi Kebencanaan........................................................................................... 13
4.1.3.4. Kondisi Demografi ............................................................................................... 13
4.1.4. Profil Wilayah Kabupaten Bangka Tengah........................................................................ 14
4.1.4.1. Kondisi Geografi, Luas, dan Batas Wilayah.......................................................... 14
4.1.4.2. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrogeologi, dan Hidrologi .................................... 15
4.1.4.3. Kondisi Demografi ............................................................................................... 16
4.1.5. Profil Wilayah Kabupaten Bangka Selatan........................................................................ 16
4.1.5.1. Kondisi Geografi, Luas, dan Batas Wilayah.......................................................... 16
4.1.5.2. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrogeologi, dan Hidrologi .................................... 17
4.1.5.3. Kondisi Demografi ............................................................................................... 18
4.1.6. Profil Wilayah Kabupaten Belitung ................................................................................... 19
4.1.6.1. Kondisi Geografi, Luas, dan Batas Wilayah.......................................................... 19
4.1.6.2. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrogeologi, dan Hidrologi .................................... 20
4.1.6.3. Kondisi Kebencanaan........................................................................................... 20
4.1.6.4. Kondisi Demografi ............................................................................................... 20
4.1.7. Profil Wilayah Kabupaten Belitung Timur ........................................................................ 21
4.1.7.1. Kondisi Geografi, Luas, dan Batas Wilayah.......................................................... 21
4.1.7.2. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrogeologi, dan Hidrologi .................................... 22
4.1.7.3. Kondisi Demografi ............................................................................................... 22
4.1.8. Profil Wilayah Kota Pangkalpinang ................................................................................... 23
i
4.1.8.1. Kondisi Geografi, Luas, dan Batas Wilayah.......................................................... 23
4.1.8.2. Kondisi Topografi, Geologi, dan Hidrologi ........................................................... 24
4.1.8.3. Kondisi Demografi ............................................................................................... 25
4.2. DESTINASI ................................................................................................................................ 25
4.2.1. Atraksi ............................................................................................................................... 25
4.2.1.1. DTW Alam ............................................................................................................ 30
4.2.1.2. DTW Budaya dan Sejarah .................................................................................... 42
4.2.1.3. DTW Buatan ......................................................................................................... 45
4.2.1.4. MICE dan Event.................................................................................................... 48
4.2.2. Aksesibilitas ...................................................................................................................... 49
4.2.2.1. Sarana .................................................................................................................. 50
4.2.2.2. Prasarana ............................................................................................................. 51
4.2.2.3. Pola Pergerakan (Travel Pattern)......................................................................... 57
4.2.3. Amenitas ........................................................................................................................... 60
4.2.3.1. Prasarana Umum ................................................................................................. 60
4.2.3.2. Fasilitas Umum .................................................................................................... 63
4.2.3.3. Fasilitas Pariwisata............................................................................................... 65
4.3. INDUSTRI PARIWISATA ............................................................................................................ 68
4.4. KELEMBAGAAN ....................................................................................................................... 70
4.4.1. Tata Kelola ........................................................................................................................ 70
4.4.1.1. Kelembagaan Pelaku dari Masyarakat ................................................................ 70
4.4.1.2. Kelembagaan Pelaku Bisnis ................................................................................. 71
4.4.1.3. Kelembagaan Pelaku Pemerintah ........................................................................ 72
4.4.2. SDM Pariwisata ................................................................................................................. 73
4.5. PEMASARAN ............................................................................................................................ 73
4.5.1. Profil Pasar Wisatawan Nusantara ................................................................................... 73
4.5.1.1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ........................................................... 73
4.5.1.2. Sosio Demografi Wisatawan Nusantara .............................................................. 74
4.5.1.3. Karakteristik Segmen Pasar Wisatawan Nusantara............................................. 75
4.5.1.4. Minat Wisatawan Nusantara ............................................................................... 76
4.5.2. Profil Pasar Wisatawan Mancanegara .............................................................................. 76
4.5.2.1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ..................................................... 76
4.5.2.2. Sosio Demografi Wisatawan Mancanegara ......................................................... 77
4.5.2.3. Karakteristik Wisatawan Mancanegara ............................................................... 78
4.5.2.4. Minat Wisatawan Mancanegara ......................................................................... 78
4.5.3. Citra Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ...................................................... 79
ii
GAMBAR
Gambar 4 - Peta Tin Mayor South East Asian Tin Belt ........................................................................ 4
Gambar 5 - Peta Potensi Air Tanah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung .......................................... 5
Gambar 15 - Peta Sebaran Daya Tarik Wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ....................... 28
iii
Gambar 28 - DTW Pantai Tanjung Tinggi .......................................................................................... 37
Gambar 52 - Bandar Udara Depati Amir dan Bandar Udara H. AS. Hanandjoeddin ........................ 54
Gambar 53 - Peta Jaringan Jalan dan Sebaran Terminal Bus di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung55
iv
Gambar 57 - Sarana Persampahan ................................................................................................... 63
TABEL
Tabel 4.2 - Wilayah yang Berpotensi Rawan Bencana dan Jenis Bencana yang terjadi di Provinsi Kep.
Bangka Belitung .................................................................................................................................. 8
Tabel 4.4 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2011-2016 . 9
v
Tabel 4.17 Luas Wilayah Kota Pangkalpinang ................................................................................ 23
Tabel 4.20 - Daya Tarik Wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ............................................ 26
Tabel 4.21 - Potensi Geowisata Pada Daya Tarik Wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ... 26
Tabel 4.22 - Persentase dari Total Kunjungan Wisatawan Baik Wisman dan Wisnus ................... 29
Tabel 4.23 - Jumlah Event pada Kalender Event Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 202048
Tabel 4.24 - Event yang Diorganisasi oleh Sports and Youth Office Tahun 2019........................... 49
Tabel 4.25 - Maskapai dan Tujuan Penerbangan di Bandara di Kepulauan Bangka Belitung ....... 50
Tabel 4.27 - Prasarana Transportasi Laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ........................ 52
Tabel 4.28 - Panjang Jalan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Kondisi Jalan ......... 55
Tabel 4.29 - Sistem Pelabuhan Laut di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ................................ 56
Tabel 4.30 - Kunjungan Kapal di Pelabuhan Pangkalbalam dan Pelabuhan Kawasan .................. 59
Tabel 4.33 - Jumlah Penumpang Penerbangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ............... 60
Tabel 4.34 - Ketersediaan Sumber Air Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ................................. 60
Tabel 4.36 - Distribusi Fasilitas Kesehatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2018 ............. 63
vi
Tabel 4.46 - Karakteristik Segmen Pasar Wisatawan Nusantara .................................................... 75
Tabel 4.49 - Karakteristik Wisatawan Mancangeara Malaysia, Singapura, dan Tiongkok ............ 78
vii
4.1. PROFIL WILAYAH
4.1.1. Profil Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara astronomis terletak pada 104o 50’ - 109o 30’ BT dan 0o 50’ -
4o10’ LS. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada pada wilayah Indonesia sebelah Barat, dengan posisi
geografis yang sangat strategis. Berada pada pertemuan arus Selat Malaka dan Laut Cina Selatan,
sehingga menjadi wilayah yang kaya akan sumberdaya kelautan dan perikanan.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dikelilingi oleh laut dan merupakan daerah kepulauan. Adapun batas
administrasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai berikut:
Luas wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 81.725,23 Km². Terdiri dari daratan seluas
16.424,23 Km² atau 20,10 persen dari total luas wilayah dan wilyah laut seluas 65.301,00 Km² atau 79,90
persen dari total luas wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada awalnya terdiri dari 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Bangka dan
Kabupaten Belitung dan 1 Kota yaitu Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2003 terjadi pemekaran yang
membentuk 4 kabupaten baru yaitu Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten
BAB 4-1
Bangka Selatan, dan Kabupaten Belitung Timur, sehingga saat ini Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
terdiri dari 6 Kabupaten dan 1 Kota. Berikut adalah daftar kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung beserta luasan dan persentasenya.
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai topografi yang umumnya relatif datar yang
terdiri dari dataran rendah hingga berbukit dan hanya sebagian kecil yang bergunung. Ketinggian dataran
rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut. Titik tertinggi terdapat pada puncak Gunung
Maras di Kabupaten Bangka dengan ketinggian 699 meter dan puncak Gunung Tajam di Kabupaten
Belitung dengan ketinggian 445 meter di atas permukaan laut.
Berdasarkan kemiringan lerengnya, komposisi lahan datar dengan kemiringan 0-8% mencapai luas sekitar
46,19 persen, bergelombang 41,08 persen, dan sisanya 12,37 persen merupakan wilayah berbukit dan
bergunung serta berawa-rawa. Wilayah berawa-rawa umumnya terdapat di Kabupaten Bangka Barat dan
Kabupaten Bangka Tengah, dan sebagian kecil di Kabupaten Bangka Selatan.
BAB 4-2
Gambar 4.2 - Peta Topografi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Kondisi geologi di Pulau Bangka dan Pulau Belitung termasuk bagian tengah dari “Tin Mayor South
East Asian Tin Belt” dengan tipe granit main range yang mempunyai ciri-ciri megakristal (terutama K-
Feldspar) dan terjadi mineralisasi timah beserta mineral ikutannya. Oleh karena itu, Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung memiliki cadangan timah terbesar di Indonesia yang berpotensi sebagai
BAB 4-3
modal dasar pembangunan. Bahkan “banka” dan “billiton” menjadi salah satu merek dagang timah
di pasaran dunia hingga saat ini. The tin belt merupakan rangkaian batuan yang memanjang
menyerupai sabuk yang membentang dari mulai Myanmar, Thailand, Malaysia, Kepulauan Riau
(Pulau Singkep, Pulau Karimun, Pulau Kundur, hingga ke Pulau Bangka dan Pulau Belitung, termasuk
juga Pulau Karimata).
Gambar 4.4 - Peta Tin Mayor South East Asian Tin Belt
Sumber: Geology of Tin Deposit, 1979 dalam Tania, 2009
Dari kajian hidrologi, daerah Kepulauan Bangka Belitung dihubungkan oleh perairan laut dan pulau-
pulau kecil. Secara keseluruhan daratan dan perairan Bangka Belitng merupakan satu kesatuan dari
bagian dataran Sunda, sehingga perairannya merupakan bagian Dangkalan Sunda (Sunda Shelf)
dengan kedalaman laut tidak lebih dari 30 meter.
Kepulauan Bangka Belitung mempunyai dua jenis perairan yaitu perairan terbuka dan perairan semi
tertutup. Perairan terbuka yang terdapat di sekitar pulau Bangka terletak di sebelah Utara, Timur dan
Selatan Pulau Bangka. Sedangkan perairan semi tertutup terdapat di Selat Bangka dan Teluk Kelabat
di Bangka Utara. Sementara itu perairan di Pulau Belitung umumnya bersifat perairan terbuka.
Disamping sebagai daerah perairan laut, daerah Kepulauan Bangka Belitung juga mempunyai banyak
sungai seperti : Sungai Baturusa, Sungai Kepoh, Sungai Buluh, Sungai Kotawaringin, Sungai Kampa,
Sungai Layang, Sungai Manise dan Sungai Kurau di Pulau Bangka. Sedangkan di Pulau Belitung
terdapat Sungai Cecuruk, Sungai Buding, Sungai Lenggang.
Potensi air tanah di Provinsi Bangka Belitung memiliki tiga kelas, yaitu sangat rendah, rendah, dan
sedang. Wilayah yang terluas adalah potensi air tanah rendah.
• Daerah dengan potensi air tanah sangat rendah merupakan daerah yang memiliki air tanah
yang cukup sampai kurang pada musim penghujan dan sangat kurang pada musim kemarau,
termasuk dalam daerah dengan satuan batuan yang semi-permeable – impermeable, bentuk
lahan pada daerah ini tidak mendukung sebagai daerah tangkapan air, memiliki kedalaman
BAB 4-4
muka air tanah cenderung dalam bahkan tidak terukur, dan memiliki ketebalan tanah sedang
sampai tipis sebagai media resapan yang tidak baik. Daerah dengan potensi air tanah sangat
rendah termasuk daerah yang sangat sulit air.
• Daerah dengan potensi air tanah rendah merupakan daerah yang memiliki air tanah yang cukup
pada musim penghujan dan terbatas pada musim kemarau, termasuk dalam daerah dengan
satuan batuan yang semi-permeable, bentuk lahan pada daerah ini kurang mendukung sebagai
daerah tangkapan air, memiliki kedalaman muka air tanah cenderung sedang sampai dalam, dan
memiliki ketebalan tanah sedang sampai tipis sebagai media resapan yang kurang baik. Daerah
dengan potensi air tanah rendah termasuk daerah yang sulit air.
• Daerah dengan potensi air tanah sedang merupakan daerah yang memiliki air tanah yang cukup
sepanjang tahun, termasuk dalam daerah dengan satuan batuan yang semi-permeable, bentuk
lahan pada daerah ini mendukung sebagai daerah tangkapan air, memiliki kedalaman muka air
tanah dangkal sampai sedang, dan memiliki ketebalan tanah sedang sampai tebal sebagai media
resapan yang cukup. Daerah dengan potensi air tanah sedang termasuk daerah yang mudah air.
Gambar 4.5 - Peta Potensi Air Tanah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan litologi akuifernya, keterdapatan air tanah P. Bangka-P. Belitung dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) sistem akuifer dengan tingkat kelulusan batuan yang berbeda, yaitu:
Sistem akuifer ini terdapat pada sedimen lepas, yaitu endapan aluvium dan pantai yang disusun
oleh material lepas berukuran lempung sampai kerikil dengan tingkat kelulusan yang beragam,
umumnya mempunyai kelulusan rendah, yakniantara I0-5 dan 10-2 m/hari pada material halus,
dan kelulusan sedang sampai tinggi, yakni antara I0-1 dan I0-3 m/hari pada material kasar.
BAB 4-5
Sebaran akuifer ini menempati daerah dataran pantai dan terdapat setempat-setempat pada
lembah sungai di daerah pebukitan. Di P. Belitung sebarannya menempati daerah dataran pantai
yang sempit, dengan sebaran terbatas yaitu kurang lebih hanya 500 m dari garis pantai ke arah
daratan, sedangkan sebaran yang cukup luas terdapat di daerah P. Bangka bagian selatan dan
barat.
Tebal sistem akuifer ini beragam namun urnurnnya kurang dari 10 m. Ditinjau dari produktivitas
akuifernya, sistem akuifer ini tergolong Wilayah Akuifer dengan Produktivitas Sedang dan Akuifer
dengan Wilayah Setempat Produktif Sedang.
1. Wilayah Akuifer dengan Produktivitas Sedang. Akuifer dengan keterusan rendah sampai
sedang. Kedalaman muka air tanah beragam, umumnya kurang dari 2 m bawah muka tanah
(m bmt), dengan debit sumur kurang dari 5 l/detik. Air tanah umumnya bersifat asam (pH
<6,5). Di daerah pantai, sebagian air tanahnya bersifat payau atau asin akibat pengaruh
penyusupan air laut, sehingga tidak dapat dipakai untuk air minum dan irigasi. Wilayah ini
meliputi daerah bermorfologi dataran aluvium di daerah pantai. Di P. Bangka sebarannya
terdapat setempat-seternpat, yaitu di daerah Tarumbesar, Batubetumpang, Tanjungniur,
dan Kayuanak. Sedangkan di P. Belitung terdapat di daerah pantai sebelah selatan Manggar.
2. Akuifer dengan Wilayah Setempat Produktif Sedang. Pada wilayah ini umumnya akuifer
tidak menerus, tipis dengan nilai keterusan rendah. Kedalaman muka air ranah kurang dari 3
m bmt, debit sumur kurang dari 5 l/detik. Sebaran wilayah ini meliputi daerah bennorfologi
dataran aluvium mulai dari daerah pantai rnenerus sampai daerah lembah pebukitan di P.
Bangka dan Belitung. Air tanah umumnya bersifat asam (pH <6,5). Sebagian di daerah pantai
air tanah bersifat payau atau asin akibat pengaruh penyusupan air laut, sehingga tidak dapat
dipakai untuk air minum ataupun irigasi.
2. Sistem Akuifer Dengan Aliran Melalui Ruang Antar Butir Dan Rekahan
Sistem akuifer ini disusun oleh batuan yang sifatnya padu sampai kurang padu. Batuan yang
termasuk dalam sistem akuifer nu dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok formasi
batuan sebagai berikut:
• Formasi Ranggam, terdiri dari perselingan batu pasir, batu lempung, batu lempung tufaan,
dan konglomerat dengan sisipan tipis batu lanau dan bahan organik. Mengandung pasir
timah sekunder yang bercarnpur dengan batu pasir kuarsa dan batu lempung. Sebarannya
terdapat di P. Bangka dengan luas penyebaran relatif sempit, yaitu di daerah Koba dan
Belinyu. Formasi batuan ini umurnnya mernpunyai kelulusan rendah sampai sedang.
• Formasi Tanjunggenting dan Forrnasi Kelapakampit, terdiri dari batu pasir malih, batu pasir,
batu pasir lempungan, batu lempung, batu sabak, batu lumpur, serpih dan rijang dengan
lensa batu gamping, Sebarannya terdapat di sebagian besar P. Bangka dan P. Belirung.
Formasi ini umumnya berkelulusan rendah, setempat berkelulusan sedang pada zone
pelapukan batuan.
• Formasi Tajam tersusun oleh batu pasir kuarsa bersisipan batu lanau, terlipat dan
termalihkan. Batu pasir putih kehijauan sifatnya padat. Batu lanau hijau kecoklatan
termalihkan, mengandung bijih timah primer dan kuarsa dalam urat rekahan dan jejaring.
Formasi ini dijumpai setempat-setempat di P. Belitung dengan luas singkapan relatif sempit,
membentuk bukit-bukit kecil yang saling terpisah. Formasi batuan ini berkelulusan rendah,
setempat berkelulusan sedang pada zone pelapukan batuan.
BAB 4-6
Sebaran akuifer ini meliputi wilayah setempat akuifer produktif, sebarannya terdapat di daerah
Koba dan Belinyu di P. Bangka. Akuifer mempunyai nilai keterusan sangat beragam, kedalaman
muka air tanah beragam namun urnumnya kurang dari 3 m bmt, debit sumur kurang dari 5
l/detik. Air tanah umumnya bersifat asam (pH <6,5).
• Batuan beku asam terutarna granit, setempat granodiorit, adamelit, diorit, dan diorit kuarsa.
Batuan ini terdapat di daerah G. Mangkol, Sungailiat-Belinyu, Muntok, dan Ranggas. sifatnya
kedap air (impermeable), setempat berkelulusan rendah-sedang pada zone pelapukan dan
rekahan.
• Batuan beku basa berupa diabas, setempat adamelit, diorit kuarsa, dan granodiorit. Setempat
retak-retak dan tersesarkan. Batuan ini dijumpai di P. Belitung, di daerah Mangpayah, G.
Manglepah, G. Balong, dan daerah Membalong. Sifatnya kedap air, setempat berkelulusan
rendah sampai sedang pada zone pelapukan dan rekahan.
• Komplek Pemali, terdiri dari batuan metamorf seperti filit dan sekis dengan sisipan kuarsit dan
lensa marmer. Batuan ini dijumpai di P. Bangka seperti di daerah Pemali, Belinyu, dan
Pangkalpinang. Kelulusan umumnya rendah, setempat berkelulusan sedang pada zone
pelapukan dan rekahan.
Sebaran akuifer ini meliputi 2 (dua) wilayah akuifer dengan produktivitas yang berbeda yaitu:
• Wilayah Akuifer Produktif Kecil Setempat Berarti. Wilayah akuifer ini umumnya mempunyai
nilai keterusan rendah. Setempat pada daerah lembah dan lereng pebukitan dapat dijumpai
mata air dengan debit kecil (<2 l/detik). Air tanah dangkal dengan jumlah terbatas dapat
diperoleh di daerah lembah pebukitan, zona pelapukan, dan rekahan batuan padu. Wilayah
ini meliputi daerah bermorfologi pebukitan yang disusun oleh batuan sedimen padu, batuan
metamorf, dan batuan beku di P. Bangka dan P. Belitung. Air tanah umumnya bersifat asam
(pH <6,5).
• Wilayah Air Tanah Langka. Wilayah ini tersebar secara setempat-setempat di P. Bangka dan
P. Belitung, terdapat pada daerah bermorfologi pebukitan terjal yang disusun oleh batuan
beku dan sedimen padu, serta daerah pebukitan yang disusun oleh batuan metamorf. Pada
wilayah ini air tanah langka atau sulit dijumpai, kecuali pada zona rekahan batuan yang
umumnya muncul sebagai mata air. Di wilayah ini terdapat mata air berdebit besar, yaitu mata
air G. Mangkol di P. Bangka dengan debit 40 l/detik, dan mata air Mangpayah di P. Belitung
dengan debit 13 1/detik.
Sejarah bencana yang pernah terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan bencana alam
dan non alam serta bencana sosial akibat ulah manusia. Ancaman bencana alam tersebut antara lain
adalah banjir, cuaca ekstrim (putting beliung), dan pergeseran tanah/longsor.
BAB 4-7
Tabel 4.2 - Wilayah yang Berpotensi Rawan Bencana dan Jenis Bencana yang terjadi di Provinsi Kep.
Bangka Belitung
No Lokasi Bencana Jenis Bencana Intensitas
1 Bangka Banjir dan Putting Beliung Sedang
2 Bangka Tengah Banjir, pergerakan tanah Rendah
3 Bangka Selatan Banjir, Putting Beliung, pergerakan tanah Sedang, tinggi
4 Bangka Barat Banjir, Putting Beliung, pergerakan tanah Sedang
5 Belitung Banjir, Putting Beliung, pergerakan tanah Sedang
6 Belitung Timur Banjir, Putting Beliung, pergerakan tanah Rendah, sedang
7 Pangkal Pinang Banjir, Putting Beliung Rendah, sedang
Sumber: BDBD 2014 dalam RPJMD Provinsi Kep. Bangka Belitung 2017-2022
Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut data Badan Pusat Statistik Tahun 2020
sebesar 1.517.590 orang, dengan laju pertumbuhan 2010-2020 sebesar 1,70 persen. Pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi ini tidak hanya dipengaruhi oleh tingginya angka kelahiran (natalitas), namun
juga dikarenakan semakin tingginya angka harapan hidup sehingga tingkat kematian (mortalitas) menjadi
menurun serta adanya faktor migrasi. Faktor migrasi cukup besar karena berkembangnya daerah
Kepulauan Bangka Belitung dari berbagai sektor ekonomi, sehingga menjadi daya tarik untuk datang ke
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Adapun tingkat kepadatan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2020 mencapai 89 jiwa
per Km2. Apabila dilihat menurut kabupaten/kota, kota Pangkalpinang memiliki tingkat kepadatan
penduduk tertinggi sebesar 2.445 jiwa per Km2. sedangkan Kabupaten Belitung Timur dengan tingkat
kepadatan terendah yaitu 51 jiwa per Km2.
BAB 4-8
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Provinsi Bangka Belitung
Penduduk Menurut Kabupaten Kota (Jiwa/Orang)
Kabupaten/Kota
2018 2019 2020
Kabupaten Bangka 330.793 337.337 343.821
Kabupaten Belitung 186.155 189.824 193.493
Kabupaten Bangka Barat 209.011 213.163 217.332
Kabupaten Bangka Tengah 192.429 196.196 200.016
Kabupaten Bangka Selatan 205.901 209.973 213.966
Kabupaten Belitung Timur 127.064 129.572 132.069
Kota Pangkalpinang 208.520 212.727 216.893
Kep. Bangka Belitung 1.459.873 1.488.792 1.517.590
Sumber: BPS Provinsi Bangka Belitung 2021
Penggunaan lahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh hutan negara, perkebunan,
tegalan dan permukiman. Namun berdasarkan data numerik yang diperoleh dari BPS, terlihat juga bahwa
lahan kering yang tidak termanfaatkan juga cukup luas (lahan bukan sawah) mencapai 121.407 Ha. Lebih
detailnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.4 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2011-2016
Luas Ha
Jenis Penggunaan Lahan
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian Sawah 21.662 23.042 13.262 15.719 15.719 22.771
Tegalan 138.246 112.777 109.820 113.105 113.105 117.376
Ladang 45.984 48.960 44.085 30.348 30.348 28.147
Perkebunan 331.662 332.179 334.698 441.152 441.152 367.848
Hutan Rakyat 122.309 121.407 126.272 76.588 76.588 67.415
Pengembalaan 8.037 6.086 4.235 1.815 1.815 2.263
Tanah Kosong 122.309 121.407 126.272 76.588 76.588 67.415
Lain – lainnya (Pekarangan) 435.971 387.443 388.068 397.806 397.806 538.195
Permukiman 47.857 526.303 550.651 517.741 517.741 517.741
Jumlah 1.642.414 1.642.414 1.642.414 1.642.027 1.642.027 1.642.414
Sumber: Dinas Pertanian 2017 dalam RPJMD Provinsi Kep. Bangka Belitung 2017-2022
Dari seluruh luas lahan, 69 persen telah digunakan untuk pertanian legal/kebun/ladang/huma, tambak,
kolam/tebat/empang, lahan untuk tanaman kayu-kayuan, perkebunan negara/swasta, dan lahan sawah.
Sedangkan sisanya merupakan bangunan, pekarangan, padang rumput dan lahan yang sementara tidak
diusahakan.
Secara geografis, Kabupaten Bangka terletak pada 105’ sampai 106’ Bujur Timur dan 1’ sampai 2’ Lintang
Selatan. Adapun batas-batas wilayah meliputi:
BAB 4-9
Wilayah Kabupaten Bangka terletak di Pulau Bangka dengan luas kurang lebih 3.367,79 Km2 ditambah luas
lautan seluas lebih kurang 196.002,8Ha. Lingkup wilayah Kabupaten Bangka meliputi delapan kecamatan
sebagaimana terlihat pada tabel berikut.
Tanah di daerah Kabupaten Bangka mempunyai PH di bawah 5, didalamnya mengandung mineral biji
timah dan bahan galian lainnya seperti: Pasir Kwarsa, Kaolin, Batu Gunung dan lain-lain. Bentuk dan
keadaan tanahnya adalah sebagai berikut:
BAB 4-10
a. 4% berbukit seperti Gunung Maras lebih kurang 699 meter, Bukit Pelawan, Bukit Rebo dan lain-
lain. Jenis tanah perbukitan tersebut adalah Komplek Podsolik Coklat Kekuning-kuningan dan
Litosol berasal dari Batu Plutonik Masam.
b. 51% berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik Coklat Kekuning-kuningan
dengan bahan induk Komplek Batu pasir Kwarsit dan Batuan Plutonik Masam
c. 20% lembah/datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi Podsolik berasal dari Komplek Batu
Pasir dan Kwarsit.
d. 25% rawa dan bencah/datar dengan jenis tanahnya Asosiasi Alluvial Hedromotif dan Glei Humus
serta Regosol Kelabu Muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat.
Terkait hidrologi, sungaisungai di daerah Kabupaten Bangka pada umumnya berhulu di daerah perbukitan
dan pegunungan yang berada di bagian tengah Pulau Bangka dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai
yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka antara lain adalah: Sungai Baturusa, Sungai Layang dan
lainlain. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk
pertanian dan perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut.
Di Kabupaten Bangka tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan
hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong.
Jumlah penduduk Kabupaten Bangka hasil data BPS dalam angka Kabupaten Bangka jumlah penduduk
pada tahun 2020 sebesar 326.265 jiwa. Dengan laju pertumbuhan penduduk 2010 – 2020 sebesar 17,70
% dengan penduduk tertinggi berada dikecamatan Sungailiat berjumlah 92.883 jiwa dan untuk jumlah
penduduk terendah berada di kecamatan Puding besar berjumlah 19.419 jiwa. Jumlah penduduk
Kabupaten Bangka masih didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 164.802 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 155.750 jiwa, sehingga rasio jenis kelamin Kabupaten Bangka pada tahun 2020
adalah 104. Untuk lebih jelasnya dijelaskan pada table berikut.
Secara geografis, Kabupaten Bangka Barat terletak antara 105o00’ – 106o00’ Bujur Timur dan antara
01o00’ – 02o10’ Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah meliputi :
BAB 4-11
• Sebelah utara : Laut Natuna;
• Sebelah timur : Teluk Kelabat, Kecamatan Bakam, Kecamatan Puding Besar dan
Kecamatan Mendo Barat (Kabupaten Bangka);
• Sebelah selatan : Selat Bangka; dan
• Sebelah barat : Selat Bangka.
Luas wilayah daratan Kabupaten Bangka Barat ialah 2.884.15 Km2 yang terbagi dalam luas daratan di pulau
utama seluas ± 284.886,05 ha dan luas daratan di pulau-pulau kecil seluas ± 214,85. Sedangkan wilayah
kelautan Kabupaten Bangka Barat memiliki luas ± 202.438,03 ha. Lingkup wilayah Kabupaten Bangka
Barat meliputi:
BAB 4-12
4.1.3.2. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrogeologi, dan Hidrologi
Topografi Kabupaten Bangka Barat secara umum adalah datar, dimana 4 persen berbukit, 51 persen
berombak dan bergelombang, 20 persen datar, 25 persen rawa. Struktur dan karakteristik geologi
Kabupaten Bangka Barat memiliki jenis batuan yang tersebar di seluruh kecamatan yaitu:
Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Barat dari data BPS Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2020
sebesar 204.612 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2020 sebanyak 105.631 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 98.981 jiwa. Rasio jenis kelamin tahun 2020 yang sama sebesar 106.
BAB 4-13
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bangka Barat tahun 2010 - 2020 sebesar 2.73 persen terhadap.
Adapun tingkat laju kepadatan penduduk Kabupaten Bangka Barat mencapai 71 orang per km2.
Kecamatan Parittiga memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 101,82 orang per Km2 dan
Kecamatan Simpang Teritip memiliki tingkat kepadatan terendah yaitu 47,66 orang per Km2.
Kabupaten Bangka Tengah terletak antara 105O 48’ BT - 106O 51’ BT dan 2O 11’ LS - 2O 46’ LS, dengan
Ibukota Koba yang berjarak 58 km dari Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Batas wilayah
Kabupaten Bangka Tengah dinyatakan sebagai berikut:
Luas wilayah Kabupaten Bangka Tengah terbagi menjadi wilayah daratan seluas 2,269,03 Km2 dan wilayah
lautan seluas kurang lebih 197.773 Ha. Lingkup wilayah Kabupaten Bangka Tengah meliputi enam
kecamatan yang terdiri dari :
a. Kecamatan Koba,
b. Kecamatan Lubuk Besar,
c. Kecamatan Pangkalan Baru,
d. Kecamatan Namang,
e. Kecamatan Sungai Selan, dan
f. Kecamatan Simpang Katis.
BAB 4-14
Gambar 4.10 - Peta Administrasi Kabupaten Bangka Tengah
a. 4% berbukit seperti Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter. Jenis tanah perbukitan
tersebut adalah komplek podsolik coklat kekuning-kuningan dan litosol berasal dari batu plutonik
masam;
b. 51% berombak dan bergelombang, tanahnya berjenis asosiasi podsolik coklat kekuning-kuningan
dengan bahan induk komplek batu pasir kwarsit dan batuan plutonik masam;
c. 20% lembah/datar sampai berombak, jenis tanahnya asosiasi podsolik berasal dari komplek batu
pasir dan kwarsit;
d. 5% rawa dan bencah/datar dengan jenis tanahnya Asosiasi Alluvial hidromotif dan glei humus
serta regosol kelabu muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat.
Terkait hidrologi, sungai-sungai di daerah Kabupaten Bangka Tengah pada umumnya berhulu di daerah
perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Sungai-sungai yang terdapat di daerah
Kabupaten Bangka Tengah adalah: Sungai Kurau, Sungai Selan, Sungai Buak, Sungai Bemban dan lain-lain.
Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan
perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Kabupaten Bangka Tengah tidak
BAB 4-15
memiliki danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya
seperti danau buatan yang disebut Kulong.
Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Tengah pada Tahun 2020 berdasarkan Data BPS Kabupaten Bangka
Tengah Penduduk Tahun 2010-2020 dari BPS Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan angka sebesar
200.016 jiwa. Penduduk di Bangka Tengah lebih di dominasi laki-laki dimana jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 102.919 (52,46%) jiwa dan perempuan sebanyak 93.277 (47,54%) jiwa. Adapun tingkat
kepadatan penduduknya di Tahun 2020 yaitu 86 jiwa/km2.
Secara geografis Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 20 26’ 27’’ sampai 30 5’ 56’’ Lintang Selatan dan
1070 14’ 31’’ sampai 1050 53’ 09’’ Bujur Timur. Secara admnistratif Kabupaten Bangka Selatan memiliki
batas-batas administrasi sebagai berikut:
BAB 4-16
Gambar 4.11 - Peta Administrasi Kabupaten Bangka Selatan
Luas wilayah Kabupaten Bangka Selatan sebesar 3.607,08 Km2 atau 360.708 Ha, yang merupakan luas
daratan terluas diantara kabupaten/kota di Provinsi Bangka Belitung. Sedangkan untuk luas wilayah laut
kurang lebih sekitar 1.064.000 Ha.
Lingkup wilayah Kabupaten Bangka Selatan meliputi enam kecamatan yang terdiri dari :
a. Kecamatan Toboali;
b. Kecamatan Payung;
c. Kecamatan Lepar Pongok;
d. Kecamatan Simpang Rimba;
e. Kecamatan Airgegas;
f. Kecamatan Pulau Besar;
g. Kecamatan Tukak Sadai; dan
h. Kecamatan Kepulauan Pongok.
Wilayah Kabupaten Bangka Selatan berada pada ketinggian rata-rata 28 meter di atas permukaan laut
(DPL) dengan kontur wilayah yang datar dan bergelombang. Hanya sebagian kecil saja wilayah Bangka
Selatan yang berbukit. Secara umum kondisi topografis di kabupaten ini dapat diklasifikasikan menjadi
tiga yaitu:
a. Dataran dengan kemiringan 0o-2o yang berlokasi di sekitar pantai di bagian utara Kabupaten Bangka
Selatan. Selain itu, daerah dengan 0o-2o juga terdapat pada dataran sungai-sungai utama yang
memiliki tingkat erosi lateral yang tinggi dengan morfologi pedataran.
BAB 4-17
b. Dataran dengan kemiringan 2o-7o sebagian besar tersebar merata pada setiap daerah di Kabupaten
Bangka Selatan terutama terletak dibagian utara dan selatan Kabupaten Bangka Selatan
c. Dataran dengan kemiringan 7o-15o merupakan daerah daerah dengan morfologi perbukitan
terletak pada bagian utara dan bagian selatan Kabupaten Bangka Selatan.
Untuk kondisi geohidrologi, Kabupaten Bangka Selatan dilalui oleh beberapa sungai besar dan anak-anak
sungai yang membelah wilayah kabupaten menjadi beberapa wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) yaitu:
a. DAS Bantel, terletak sebagian besar di Kelurahan Toboali dan Desa Tukak Kecamatan Tukak Sadai.
DAS ini berupa hutan non mangrove seluas 5.940 Ha dan lahan terbuka 2.293 Ha.
b. DAS Kepoh, terletak bagian timur Kabupaten Bangka Selatan. DAS ini terdiri dari 9.455 Ha hutan
non mangrove, 5.454 Ha lahan terbuka, 509 Ha lahan terbuka recharge area (area imbuhan), 26 Ha
kolong recharge area.
c. DAS Nyirih, terletak di bagian timur wilayah Kabupaten Bangka Selatan yang terdiri dari hutan non
mangrove 42.040 Ha, lahan terbuka 9.023 Ha, lahan terbuka recharge area 1.641 Ha.
d. DAS Kurau, terletak dibagian utara wilayah Kabupaten Bangka Selatan, DAS ini terdiri dari kawasan
hutan non mangrove 23.224 Ha, areal terbuka 10.217 Ha lahan terbuka recharge area 3.110 Ha
dan kolong recharge area 285 Ha.
e. DAS Bangka Kota, terletak disebelah barat wilayah Kabupaten Bangka Selatan, wilayah DAS ini
hanya sebagian kecil saja yang masuk kedalam wilayah administrasi Kabupaten Bangka Selatan.
DAS ini terdiri dari Hutan non mangrove 24.935 Ha, lahan terbuka recharge area 320 Ha dan kolong
recharge area 38 Ha.
Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan pada Tahun 2020 berdasarkan data dari BPS Kabupaten
Bangka Selatan menunjukkan angka sebesar 213.966 jiwa dengan besar laju pertumbuhan sebesar 1,98
persen. Penduduk di Bangka Selatan lebih di dominasi laki-laki dimana jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 109.203 jiwa dan perempuan sebanyak 109.203 jiwa. Adapun tingkat kepadatan penduduknya
di Tahun 2020 yaitu 58,21 jiwa/km2.
BAB 4-18
4.1.6. Profil Wilayah Kabupaten Belitung
Secara geografis Kabupaten Belitung terletak antara 107O08’ Bujur Timur sampai 107O58’ Bujur Timur dan
02O30’ Lintang Selatan sampai 03O15’ Lintang Selatan. Pada peta dunia Pulau Belitung dikenal dengan
nama BILLITONIT yang bergaris tengah Timur-Barat + 79 km dan garis tengah Utara-Selatan + 77 km.
Kabupaten Belitung memiliki luas wilayah seluas 229.369 Ha yang terdiri dari sekitar seratus buah pulau
besar dan kecil. Pulau yang terbesar di Kabupaten Belitung adalah Pulau Belitung. Disamping itu, masih
ada pulau besar lainnya, seperti: Pulau Seliu, Pulau Mendanau, dan Pulau Nadu.
BAB 4-19
Lingkup wilayah Kabupaten Bangka Tengah meliputi lima kecamatan yang terdiri dari :
a. Kecamatan Tanjungpandan;
b. Kecamatan Membalong;
c. Kecamatan Badau;
d. Kecamatan Sijuk; dan
e. Kecamatan Selat Nasik.
Daerah yang paling tinggi di Kabupaten Belitung hanya mempunyai ketinggian kurang lebih 500 m dari
atas permukaan laut dengan puncak tertinggi ada di daerah Gunung Tajam. Sedangkan daerah hilir
(pantai) terdiri atas beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yakni:
Keadaan tanah di Kabupaten Belitung pada umumnya didominasi oleh kwarsa dan pasir, batuan aluvial
dan batuan granit. Menurut letaknya, batuan kwarsa dan pasir tersebar secara merata di seluruh wilayah
kecamatan dengan luas mencapai 266.865 ha atau 56,98 persen dari luas Kabupaten Belitung. Untuk
batuan aluvial dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah kecamatan, kecuali Kecamatan Selat Nasik
dengan luas total seluruhnya mencapai 133,5 km2 atau 5,82 persen dari luas Kabupaten Belitung.
Secara keseluruhan Kabupaten Belitung bukanlah daerah yang rawan terkena bencana, seperti bencana
banjir atau longsor. Hal ini dapat dijelaskan karena bentuk morfologi Kabupaten Belitung cenderung
datar. Kondisi yang sering terjadi di Kabupaten Belitung adalah adanya genangan yang terjadi di beberapa
kecamatan tersebar di Kabupaten Belitung akibat naiknya permukaan laut dan air pasang disamping itu
juga penyebab lainnya karena adanya musim hujan tiba. Namun genangan yang terjadi tidak mengganggu
perekonomian dan aktivitas sehari-hari masyarakat Kabupaten Belitung.
Jumlah penduduk Kabupaten Belitung berdasarkan data BPS Kabupaten Bangka Belitung pada tahun 2021
sebesar 173.717 jiwa, dengan laju pertumbuhan 2019-2020 sebesar 1,97 persen. Rasio jenis kelamin
sebesar 103. Adapun tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Belitung mencapai 83 orang per km2.
Sedangkan jumlah penduduk yang telah melakukan registrasi di dinas penduduk dan catatan sipil pada
tahun 2020 sebanyak 173.717 jiwa. Apabila dilihat menurut Kecamatan, Kecamatan Tanjungpandan
memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 260 orang per km2 dan Kecamatan Membalong
memiliki tingkat kepadatan terendah yaitu 28 orang per km2.
BAB 4-20
Penduduk Menurut Kecamatan(Jiwa/Orang)
Kecamatan
2018 2019 2020
Sijuk 30.688 31.340 30.091
Selat Nasik 6.289 6.279 5.911
Kabupaten Belitung 178.719 182.418 173.717
Sumber: BPS Provinsi Kabupaten Belitung 2021
Secara geografis Kabupaten Belitung Timur terletak antara 107O45’ Bujur Timur sampai 108O18’ Bujur
Timur dan 02O30’ Lintang Selatan sampai 03O15’ Lintang Selatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Belitung
Timur sebagai berikut:
Luas wilayah daratan Kabupaten Belitung Timur mencapai kurang lebih 2.506,91 Km2. Kabupaten Belitung
Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang juga merupakan wilayah
kepulauan yang terdiri dari 141 buah pulau besar dan kecil.
Lingkup wilayah Kabupaten Belitung Timur meliputi tujuh kecamatan yang terdiri dari :
BAB 4-21
b. Kecamatan Manggar;
c. Kecamatan Gantung;
d. Kecamatan Damar;
e. Kecamatan Simpang Renggiang;
f. Kecamatan Dendang; dan
g. Kecamatan Simpang Pesak.
Keadaan alam Kabupaten Belitung Timur sebagian besar merupakan dataran lembah dengan ketinggian
antara 0-100 meter di atas permukaan laut dan sisanya sebagian kecil merupakan pegunungan dan
perbukitan. Kemirigan lahan di Kabupaten Belitung Timur sebagian besar dengan ketinggian antara 2-
15% dan sisanya sebagian kecil mempunyai kemiringan antara >40%.
Keadaan tanah di Kabupaten Belitung Timur banyak mengandung mineral biji timah dan bahan galian
seperti; pasir, pasir kwarsa, batu granit, kaolin, tanah liat, dan lainlain. Hal ini terlihat dari tekstur tanah
yang ada di Kabupaten Belitung Timur yang didominasi oleh partikel bertekstur sedang (lempung).
Komposisi partikel bertekstur sedang (lempung) mencapai 48,45%, tekstur kasar (pasir) sebesar 27,43%,
dan sisanya 24,12 persen bertekstur halus (debu).
Kabupaten Belitung Timur memiliki 26 daerah aliran sungai. Daerah aliran sungai yang memiliki luasan
terbesar adalah DAS Cerucuk, sedangkan DAS yang memiliki keliling terpanjang adalah DAS Buding.
Berikut adalah karakteristik DAS yang berada di Kabupaten Belitung Timur.
Jumlah penduduk Kabupaten Belitung Timur pada Tahun 2020 berdasarkan data dari BPS Kabupaten
Belitung Timur menunjukkan angka sebesar 127.018 jiwa dengan besar laju pertumbuhan penduduk ari
tahun 2010 – 2020 sebesar 18,68 %. Penduduk di Belitung Timur lebih di dominasi laki-laki dengan jumlah
pada tahun 2020 adalah 65.543 jiwa. Adapun tingkat kepadatan penduduknya di Tahun 2020 yaitu 51
jiwa/km2.
BAB 4-22
Penduduk Menurut Kecamatan(Jiwa/Orang)
Kecamatan
2018 2019 2020
Gantung 27 580 28 113 28 349
Simpang Renggiang 7 406 7 461 7 512
Manggar 39 121 39 645 39 135
Damar 13 304 13 517 13 214
Kelapa Kampit 18 383 18 555 19 367
Kabupaten Belitung timur 124 555 126 201 127 018
Sumber: BPS Provinsi Kabupaten Belitung Timur 2021
Kota Pangkalpinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki luas wilayah
104,405 Km2. Apabila dibandingkan dengan wilayah Provinsi, luas wilayah kota ini hanya sebesar 0,72
persen dan merupakan wilayah kota/kabupaten terkecil di Provinsi Kepulauan.
Secara astronomis Kota Pangkalpinang terletak antara 204’-2010’ Lintang Selatan dan 106004’-106007’
Bujur Timur. Sedangkan berdasarkan posisi geografis, Kota
Pangkalpinang memiliki batas-batas:
a. Kecamatan Rangkui;
b. Kecamatan Bukit Intan;
c. Kecamatan Girimaya;
d. Kecamatan Pangkalbalam;
e. Kecamatan Gabek;
f. Kecamatan Tamansari;
g. Kecamatan Gerunggang.
BAB 4-23
Gambar 4.14 - Peta Administrasi Kota Pangkalpinang
Kondisi topografi wilayah Kota Pangkapinang pada umumnya bergelombang dan berbukit dengan
ketinggian 20–50 m dari permukaan laut dan kemiringan 0-25%. Secara morfologi daerahnya berbentuk
cekung dimana bagian pusat kota berada didaerah rendah. Daerah-daerah yang berbukit mengelompok
di bagian barat dan selatan kota Pangkalpinang.
Terkait hidrologi, di wilayah Kota Pangkalpinang terdapat beberapa sungai, pada umumnya sungai-sungai
kecil yang ada di wilayah ini bermuara ke Sungai Rangkui. Di samping Sungai Rangkui terdapat juga Sungai
Pedindang di bagian selatan. Kedua sungai ini berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan
kota yang kemudian mengalir ke Sungai Baturusa dan berakhir di Laut Cina Selatan. Sungai-sungai ini
selain berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota, juga befungsi sebagai prasarana
transportasi sungai dari pasar ke Sungai Baturusa dan terus ke laut.
Sumber air untuk air bersih pada umumnya dari air tanah disamping Kolong Kacang Pedang dan Kolong
Kace. Pada dasarnya wilayah kota Pangkalpinang kalau dilihat morfologinya berbentuk cekung dimana
bagian pusat kota lebih rendah, sehingga keadaan ini memberikan dampak negatif, yaitu rawan banjir
terutama pada musim hujan atau pengaruh pasang surut air laut melalui Sungai Rangkui yang membelah
Kota Pangkalpinang. Adapun daerah yang tidak pernah tergenang terletak di sebelah Utara, Barat dan
Selatan kota. Sedangkan daerah Timur yang berbatasan dengan Sungai Rangkui dan Laut Cina Selatan dan
bagian tengah kota yang dilalui oleh sungai Rangkui sering tergenang oleh air pasang (rob), daerah yang
tergenang tersebut terutama Kecamatan Rangkui, Pangkal Balam dan Taman Sari.
BAB 4-24
4.1.8.3. Kondisi Demografi
Jumlah penduduk kota Pangkalpinag hasil proyeksi penduduk pada tahun 2019 berdasarkan hasil
registrasi yaitu sebesar 215.379 orang dengan laju pertumbuhan 2018-2019 sebesar 0,85 persen. Rasio
jenis kelamin di Kota Pangkalpinang sebesar 102,62.
Kecamatan Gerunggang memiliki jumlah penduduk paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lain
di Pangkalpinang. Namun yang memiliki angka kepadatan penduduk paling tnggi, yaitu mencapai 7.714
penduduk per Km2 yaitu Kecamatan Rangkui. Secara umum, kepadatan penduduk di kota Pangkalpinang
adalah 1.819 orang per Km2.
4.2. DESTINASI
4.2.1. Atraksi
Perkembangan pariwisata di suatu destinasi sangat terkait dengan seberapa menarik daya tarik wisata
yang ada di kawasan tersebut. Semakin beragam dan menarik daya tarik wisata yang dimiliki, akan dengan
mudah pula untuk menarik wisatawan datang berkunjung. Data Ripparprov (2016) menunjukkan bahwa
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki banyak daya tarik wisata yang didominasi oleh daya tarik
wisata alam maupun budaya. Sebaran daya tarik wisata Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada
peta di halaman berikut.
Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 – 2025 menetapkan 27
daya tarik wisata provinsi yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Daya tarik wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
BAB 4-25
Belitung 45 25 5 13 88
Belitung Timur 94 17 6 10 127
JUMLAH 263 138 22 57 423
Sumber: Dokumen Visioning Masterplan, 2020
Dua puluh tujuh daya tarik wisata provinsi tersebut memiliki potensi untuk menjadi daya tarik geowisata.
Potensi geowisata 27 daya tarik wisata provinsi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Mengacu pada hasil
kajian terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang geowisata, dua puluh tujuh daya
tarik wisata provinsi tersebut memiliki potensi untuk menjadi daya tarik geowisata. Potensi geowisata 27
daya tarik wisata provinsi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.21 - Potensi Geowisata Pada Daya Tarik Wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Daya Tarik Wisata Provinsi (DTWP) Sebagai Keragaman Geologi
1. Pantai Pasir Padi, Kota Pangkalpinang 10. Pulau Lengkuas, Kabupaten Belitung
2. Pantai Penyusuk, Kabupaten Bangka 11. Pantai Tanjung Kelayang, Kabupaten Belitung
3. Pantai Matrasi, Kabupaten Bangka 12. Pantai Tanjung Binga, Kabupaten Belitung
BAB 4-26
Kepulauan Memperak, Kabupaten Belitung
4. Pantai Tanjung Pesona, Kabupaten Bangka 13.
Timur
Pantai Burung Mandi, Kabupaten Belitung
5. Pantai Parai Tenggiri, Kabupaten Bangka 14.
Timur
Pantai Tanjung Karasak, , Kabupaten Bangka
6. 15. Pantai Serdang, Kabupaten Belitung Timur
Selatan
Pantai Nyiur Melambai, Kabupaten Belitung
7. Pulau Tinggi, Kabupaten Bangka Selatan 16.
Timur
8. Pulau Mendanau, Kabupaten Belitung 17. Open Pit, Kabupaten Belitung Timur
9. Pantai Tanjung Tinggi, Kabupaten Belitung
DTWP Sebagai Keanekaragaman Hayati Terkait DTWP Sebagai Kekayaan Budaya
Geologi Terkait Geologi
1. Pulau Ketawai, Kabupaten Bangka Tengah 1. Museum Timah, Kota Pangkalpinang
Kawasan agrowisata dan hutan lindung
2. 2. Puri Tri Agung, Kabupaten Bangka
Namang,
Pesanggrahan Menumbing, Kabupaten Bangka
Kabupaten Bangka Tengah 3.
Barat
Pesanggarahan Muntok, Kabupaten Bangka
3. Batu Mentas, Kabupaten Belitung 4.
Barat
5. Desa Lenggang (Musem Kata dan Cerita Laskar
Pelangi, Bukit Raya Laskar Pelangi) , Kabupaten
Belitung Timur
6. Vihara Dewi Kwan Im, Kabupaten Belitung
Timur
Sumber: Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 – 2025
BAB 4-27
Gambar 4.15 - Peta Sebaran Daya Tarik Wisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber: Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 – 202
BAB 4-28
Tabel 4.22 - Persentase dari Total Kunjungan Wisatawan Baik Wisman dan Wisnus
No Daya Tarik Wisata Tujuan Persentase
1 Pantai Parai Tenggiro 8,41%
2 Pulau Lengkuas 8,41%
3 Tanjung Tinggi 8,41%
4 Pantai Pasir Padi 6,06%
5 Tanjung Pesona 5,67%
6 Laskar Pelangi(Replika SD Muhammadiyah 4,89%
7 Pantai 4,69%
8 Tanjung Kelayang 3,52%
9 Pulau Putri 2,73%
10 Museum Kata Dan Belitung 2,34%
11 Pantai Matras 2,15%
12 Pantai Penyusuk 2,15%
13 Hopping Island 1,95%
14 Manggar 1,95%
15 Warung Kopi 1,95%
16 Museum Timah 1,76%
17 Pantai Tikus 1,76%
18 Agoda 1,56%
19 Pantai Rambak 1,56%
20 Tanjung Pendam 1,56%
21 Belinyu 1,17%
22 Goa Maria 1,17%
23 Pantai Burung Mandi 1,36%
24 Bangka Botanical Garden 0,97%
25 Tirta Tapta Pemali 0,97%
26 Puri Tri Agung 0,97%
27 Bukit Batu 0,78% 0,78%
28 Dewi Kwan Im 0,78%
29 Galeri UMKM/ Pusat Oleh-Oleh 0,78%
30 Menumbing 0,78%
Sumber: Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2016 – 2025
Dari Data tersebut Destinasi wisata yang disukai oleh pengunuuang ter dapat 5 kategori unggulan dimana
yang pertama Lokasi DTW Pantai Parai Tenggiro (Kab. Bangka) memiliki persentase 8,41%, lalu ada DTW
Pulau Lengkuas (Kabupaten Belitung) memiliki persenatse yang sama sebesar 8,41%, Lokasi DTW
TanjungTinggi (Kabupaten Belitung) dengan persentase 8,41%, Pantai Pasir Padi (Kota Pangkalpinang)
persentase 6,06% dan Tanjung Pesona (Kabupaten Bangka) 5,67%.
BAB 4-29
4.2.1.1. DTW Alam
Danau indah bekas tambang ini terkenal dengan air berwarna biru cerah dan endapan mineral putih.
Danau Kaolin di Belitung terletak di Desa Air Raya Tanjung Pandan, Belitung, Provinsi Bangka Belitung.
Dalam perjalanan menuju ke lokasi ini, jika berangkat dari bandar Udara Internasional HAS
Hanandjoeddin di Tanjung Pandan, akan disambut dengan hamparan keindahan air yang biru dan jernih
serta bukit-bukit berwarna putih yang dapat memanjakan mata. Pengunjung dapat menyusuri jalur
pedestrian maupun jembatan kayu yang terhubung dengan Danau Kaolin (Kulong Biru) dan akan
memberikan sensasi yang luar biasa. Kejernihan air danau yang berwarna biru tosca akan sangat kontras
dipadukan dengan tekstur gundukan tanah berpasir putih, disulap menjadi bukit-bukit kecil yang
mengelilingi area Danau Kaolin. Warna air ini akan berubah-ubah menyesuaikan suhu udara dan pancaran
sinar matahari. Pengunjung dapat mengabadikan setiap momen bahagia bersama orang-orang terdekat
di beberapa spot swafoto menarik di setiap sudut danau yang tidak ditemukan di tempat lain.
Aksesibilitas
Akses menuju Danau Kaolin membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit dari bandara menggunakan
kendaraan pribadi. Untuk kendaraan umum, aksesnya masih minim. Kondisi jalan menuju lokasi sudah
beraspal dan sangat baik.
Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di Danau Kaolin yaitu warung yang dapat dijadikan tempat peristirahatan
wisatawan dan juga kafe dengan fasilitas mushola dan wc di dalamnya. Di Danau Kaolin tidak terdapat
loket.
BAB 4-30
Gambar 4.17 - Aksesibilitas dan Fasilitas DTW Danau Kaolin Belitung
Sumber: Dokumen Visioning Masterplan, 2020
Tanjung Pendam berada di Kelurahan Kampung Parit, Kecamatan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung.
Jaraknya sekitar 15 kilometer dari Bandara H.A.S Hananjoeddin. Pantai Tanjung Pendam adalah salah satu
objek wisata populer di ibukota Kabupaten Belitung dengan tiket masuk yang murah yaitu Rp.
5000/orang. Keindahannya Pantai Tanjung Pendam sudah diakui sejak lama, setidaknya dari zaman
Hindia-Belanda. Pada awal abad ke-20, pantai ini sempat menjadi perumahan elit perusahaan timah
NV.GMB.
BAB 4-31
Selain menikmati suasana pantai dengan ombaknya yang tidak terlalu besar, pengunjung juga dapat
menikmati suasana taman hiburan yang ada di sekitar pantai. Duduk-duduk sambil bersantai di sekitar
pantai menjadi hal mengasyikkan di pantai yang sering digunakan untuk menggelar acara-acara kesenian
khas Belitung ini. Di pantai ini, pengunjung juga bisa melihat pemandangan Pulau Kalimua yang berada di
tengah Pantai Tanjung Pendam. Pulau ini konon dipercaya warga Tionghoa sebagai tempat untuk buang
sial.
Aksesibilitas
Dari pusat Kota Tanjung Pandan ke Pantai Tanjung Pendam jaraknya yaitu sekitar 4 kilometer, sedangkan
dari Bandara H.A.S Hananjoeddin jaraknya sekitar 15 kilometer. Kondisi jalan di Pantai Tanjung Pendam
sudah beraspal dan sangat baik.
Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di objek wisata Tanjung Pendam adalah rumah makan yang menjajakan masakan
Belitung seperti Gangan dan aneka menu seafood, fasilitas mushola dan toilet umum, serta fasilitas loket
tiket dan parkiran. Penginapan di sekitar Pantai Tanjung Pendam yaitu Lux Melati Hotel, Harlika Jaya
Hotel, Grand Hatika Hotel, dan Golden Tulip Essential.
BAB 4-32
C. PANTAI PUNAI
Pantai Punai Belitung merupakan salah satu pantai yang terletak di bagian ujung selatan Pulau Belitung
dan tepatnya di Desa Tanjung Kelumpang, Kecamatan Simpang Pesak, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi
Bangka Belitung. Pantai Punai menyajikan pemandangan alam yang sangat menakjubkan. Di depan pantai
terdapat sebuah pulau kecil bernama Pulau Punai. Jika air laut sedang surut, wisatawan dapat berjalan
kaki ke Pulau Punai ini, yang dulunya terkenal dengan banyak burung punai. Pantai berpasir putih yang
masih sangat alami ini memiliki bebatuan granit yang tersebar di pinggir pantai dari ukuran yang besar
hingga kecil dan air laut yang biru jernih serta nyiur yang melambai di sepanjang pantai.
Aksesibilitas
Pantai Punai dapat dicapai dari pusat kota Tanjung Pandan yang berjarak sekitar 93 km yang dapat
ditempuh selama 2 jam perjalanan melalui jalan darat 18 km dari pusat kecamatan Dendang. Kota
terdekat adalah Gantung, kira-kira 35 Km di utara Tanjung Kelumpang. Perjalanan untuk mencapai pantai
ini kurang lebih memakan waktu 1,5-2 jam perjalanan, atau kurang lebih 100 Km dari Bandara H. AS
Hanandjoeddin Tanjungpandan. Untuk menuju Pantai Punai dengan menggunakan kendaraan pribadi
atau kendaraan umum (Bus), kondisi jalan menuju Pantai Punai sudah beraspal dan cukup baik.
BAB 4-33
Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di Pantai Punai yaitu warung makan, tempat parkir, mushola dan WC umum,
gazebo untuk wisatawan bersantai, serta homestay untuk tempat menginap para pengunjung.
Pantai Pasir Padi memiliki panorama alam yang mempesona karena memiliki garis pantai dengan lebar ±
300 meter dengan karang dan bebatuan serta hamparan pasir putih yang indah sepanjang 2 km, sehingga
bisa melakukan berbagai macam aktivitas dan olahraga pantai.
Pada hari libur, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 6.000 orang per hari. Pantai ini memiliki tipe
gelombang yang tenang sehingga aman dan nyaman untuk dipakai berenang. Struktur pantainya yang
landai dan kontur pasir yang padat di Pantai Pasir Padi disebabkan karena di bawah pasir pantai terdapat
pasir timah, sehingga pantai ini nyaman untuk dilalui dengan jalan kaki bahkan dapat dilalui oleh
kendaraan untuk wisata pantai.
Tidak jauh dari bibir pantai, terdapat sebuah pulau kecil yang indah bernama Pulau Punai. Pulau ini
terbentuk dari karang dan bebatuan dan berjarak ± 200 meter dari bibir pantai sehingga dapat dikunjungi
dengan berjalan kaki di waktu air surut. Untuk menunjang sektor pariwisata Pantai Pasir Padi, sejumlah
akomodasi yang berupa hotel berbintang dengan fasilitas lengkap, seperti restoran, ruang konferensi,
BAB 4-34
pameran dan lain-lain sudah tersedia. Selain itu, warung-warung tradisional yang menyajikan berbagai
hidangan laut menambah variasi akomodasi pantai itu.
Pantai Pasir Padi sering menjadi tempat penyelenggaraan berbagai macam kegiatan seperti olahraga
motorcross, pameran, kesenian dan hiburan (konser musik). Pantai ini juga menjadi tempat upacara
ritual Peh Chun. Peh Chun merupakan salah satu upacara adat yang dilaksanakan
oleh masyarakat Tionghoa yang berada di kota Pangkalpinang dan daerah-daerah lainnya di Bangka
Belitung.
Berbeda dengan pantai di bagian Barat Pulau Bangka yang berhadapan langsung dengan Laut Natuna,
Pantai Penyusuk ini tidak berhadapan langsung dengan laut lepas, dan di seberangnya terdapat pulau-
pulau kecil, sehingga airnya tenang. Pengunjung bisa bermain air dan berenang tanpa khawatir akan
ombak. Dengan banyaknya batu-batu granit di pinggir Pantai Penyusuk ini, wisatawan dapat bermain air
dan kadang melihat ikan-ikan kecil yang terbawa air laut jika pasang, terperangkap di sela-sela batu granit
seperti berada di kolam-kolam kecil.
Burung Mandi adalah nama sebuah gunung di Timur Laut Belitung, yang jaraknya kira-kira 18 kilometer
dari arah barat kota terbesar kedua Manggar. Burung Mandi merupakan tujuan wisata utama bagi
masyarakat Manggar dan sekitarnya. Tempat ini sudah dikenal sejak Belanda pertama kali mendirikan
BAB 4-35
pusat penambangan timah di Desa Damar, desa terdekat dari Burung Mandi. Pantai ini berlokasi di Desa
Burung Mandi, Kecamatan Damar, Belitung Timur, lebih tepatnya sekitar 20 kilometer dari Kota Manggar
atau 70 km dari Kota Tanjung Pandan. Pantai Burung Mandi memiliki pasir yang putih layaknya pantai-
pantai lainnya di Belitung. Menariknya, di pantai ini wisatawan tidak bisa melihat batu-batu granit yang
menjadi ciri khas pantai di Belitung seperti di Pantai Tanjung Tinggi atau Pantai Tanjung Kelayang.
Aksesibilitas
Akses menuju Pantai Burung Mandi ini sudah ditunjang dengan infrastruktur jalan beraspal yang mulus.
Jarak Burung Mandi ke bandara sekitar 70 kilometer (dapat ditempuh dalam satu jam) dan sekitar 20
kilometer dari Kota Manggar. Di sepanjang jalan menuju tempat wisata ini, wisatawan dapat melihat
perkampungan dan perkebunan masyarakat lokal Belitung.
Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di objek wisata Pantai Burung Mandi yaitu warung di sepanjang pantai, tempat
istirahat yang tersebar di sekitar pantai, tempat parkir, toilet umum, dan mushola, serta kesekertariatan
Pokparwis Desa.
BAB 4-36
Gambar 4.27 - Fasilitas DTW Pantai Burung Mandi
Sumber: Dokumen Visioning Masterplan, 2020
Tanjung Tinggi adalah pantai yang diapit oleh dua semenanjung, yaitu Tanjung Kelayang dan Tanjung
Pendam. Nama Tanjung Tinggi diambil dari kata tanjung yang artinya semenanjung dan tinggi yang artinya
pantai yang memiliki bebatuan yang tinggi. Pantai Tanjung Tinggi merupakan salah satu tempat wisata di
pulau Belitung. Letaknya tidak jauh dari Pantai Tanjung Kelayang dan berjarak sekitar 31 km dari Kota
Tanjung Pandan. Pantai ini memiliki area seluas 80 hektar, berpasir putih, dan terdapat ratusan batu
granit besar yang tersebar di kedua semenanjung dan juga di laut di depan pantai. Ukuran granit mulai
dari beberapa meter kubik hingga ratusan meter kubik lebih besar dari sebuah bangunan sebesar rumah,
sehingga menjadi tempat wisata unggulan di Pulau Belitung. Tanjung Tinggi juga dinamakan Pelabuhan
Bilik. Dahulu tempat ini adalah pelabuhan nelayan bagi desa terdekat Keciput atau Tanjung Tinggi. Di
pantai ini tidak perlu khawatir dengan serangan ikan hiu, karena tidak pernah terjadi di Belitung. Satu-
satunya yang harus diwaspadai adalah ubur-ubur, khususnya yang besar. Fasilitas lain di Pantai Tanjung
BAB 4-37
Tinggi ini lumayan memadai karena terdapat hotel tidak jauh dari pantai bagi para wisatawan yang ingin
menginap. Selain itu, terdapat juga warung-warung yang menyediakan berbagai macam makanan olahan
laut.
Aksesibilitas
Pantai Tanjung Tinggi terletak di Belitung Barat. Dari bandara H.A.S. Hanandjoeddin membutuhkan waktu
1 jam perjalanan. Pengunjung dapat mengambil rute melalui Tanjung Pandan-Tanjung Kelayang. Rute ini
memang lebih panjang dari rute lain, tapi rute ini melewati banyak restoran, ATM, dan warung. Rute lain
yang bisa ditempuh memiliki waktu perjalanan yang lebih singkat, seperti contohnya rute Jl. Sudirman –
Jl .Sjiuk yang tersambung ke Jl. Tanjung Pandan - Tanjung Kelayang. Dengan melalui rute tersebut,
pengunjung bisa istirahat sejenak dan mampir ke Danau Kaolin.
Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di tempat wisata Pantai Tanjung Tinggi, yaitu warung dan tempat makan yang
tersebar di sekitar pantai, mushola dan toilet umum, toko pernak pernik dan kerajinan tangan, serta
parkiran yang cukup luas. Aktivitas yang bisa pengunjung lakukan di pantai ini adalah berenang,
memancing, snorkeling, menyelam, dan menyewa jetski. Selain itu, terdapat juga fasilitas menjelajah
dengan kano atau perahu karet.
BAB 4-38
Gambar 4.30 - Fasilitas Pantai Tanjung Tinggi
Sumber: Dokumen Visioning Masterplan, 2020
Pantai Tanjung Kelayang merupakan salah satu pantai yang terletak di Kepulauan Bangka Belitung.
Lokasinya berada di Kecamatan Sijuk dan berjarak sekitar 27 kilometer dari Tanjung Pandan yang
merupakan ibu kota Kabupaten Belitung. Pantai ini memiliki puluhan batu granit raksasa, yang bentuknya
sangat mirip dengan kepala burung garuda. Menurut cerita rakyat setempat, batu tersebut dipercaya
memiliki kekuatan mistis. Nama “Kelayang” bisa dikatakan merupakan nama yang diambil dari salah satu
jenis burung yang terdapat di pantai ini. Pada tanggal 15 Maret 2016, Tanjung Kelayang ditetapkan
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016, dengan
kegiatan utama di bidang pariwisata. KEK Tanjung Kelayang dengan lahan seluas 324,4 hektar merupakan
KEK ke-9 yang ditetapkan pemerintah sampai tahun 2016. Pantai ini merupakan salah satu lokasi syuting
BAB 4-39
film Laskar Pelangi di samping Pantai Tanjung Tinggi. Tidak jauh dari Pantai Tanjung Kelayang, pengunjung
juga dapat menemukan Pulau Lengkuas yang memiliki mercusuar.
Aksesibilitas
Lokasi Pantai Tanjung Kelayang cukup dekat dengan ibu kota Kabupaten Belitung, Tanjung Pandan,
dengan jarak sekitar 27 kilometer. Hanya membutuhkan waktu perjalanan kurang lebih 30 menit dengan
perjalanan darat. Kondisi jalanannya pun beraspal dan sangat baik. Hanya saja, jalan menuju tepi
pantainya adalah jalan berpasir.
Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di Pantai Tanjung Kelayang yaitu parkiran yang cukup luas, mushola dan toilet
umum, rumah makan, balai pertemuan (alun-alun), penyewaan perahu, homestay, resort, kafe, dan
toko oleh-oleh.
BAB 4-40
I. PANTAI LENGKUAS
Pulau Lengkuas adalah salah sebuah pulau di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Letaknya di sebelah
utara Pantai Tanjung Kelayang, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung. Pulau ini merupakan satu dari
ratusan pulau yang mengelilingi Pulau Belitung. Daya tarik utama di pulau ini adalah sebuah mercusuar
tua yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1882. Hingga saat ini, mercusuar
tersebut masih berfungsi sebagai penuntun lalu lintas kapal yang melewati atau keluar masuk Pulau
Belitung. Di Pulau Lengkuas terdapat batu granit, pasir putih, dan air laut yang jernih.
Pulau kecil yang bisa dikelilingi dalam waktu 20 menit ini, dapat didatangi dengan perahu sewaan dari
Tanjung Binga maupun Tanjung Kelayang. Pulau ini adalah tujuan untuk snorkeling dan menyelam.
Terdapat juga wreck indomarine dan penjaga mercusuar juga memelihara Penyu hijau. Untuk menjaga
kebersihan dan keberlanjutan lingkungan, pengunjung disarankan untuk membawa persediaan air
minum dan membawa pulang kembali sampah yang dihasilkan selama di pulau, untuk dibuang di tempat
sampah di daratan Pulau Belitung.
Aksesibilitas
Pulau Lengkuas bisa dicapai dengan menyewa perahu dari Tanjung Binga. Harga sewa kira-kira Rp.
350.000 untuk sekali perjalanan yang biasanya menghabiskan waktu setengah hari. Lama perjalanan dari
pantai di Belitung ke Pulau Lengkuas berkisar 30-45 menit. Perahu sewaan dapat membawa 30-40 orang
dan perahu tersebut adalah perahu nelayan yang biasanya digunakan untuk mencari ikan pada malam
hari. Perahu tersebut cukup unik, karena terdapat rangka di kedua sisi perahu yang membuat perahu ini
menjadi stabil meskipun berlayar di ombak yang cukup besar.
BAB 4-41
Gambar 4.35 - Aksesibilitas Pulau Lengkuas
Sumber: Dokumen Visioning Masterplan, 2020
Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di Pulau Lengkuas yaitu toilet umum, tempat istirahat, warung dan gedung beserta
mercusuar.
Secara geografis, Desa Terong terletak di bagian utara Pulau Belitung, sekitar 16,5 km dari kota Tanjung
Pandan yang merupakan ibu kota Kabupaten Belitung. Desa ini merupakan bagian dari Kecamatan Sijuk,
Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Luas wilayahnya 16.000 Ha, dengan area yang
meliputi lahan kolong (bekas tambang timah), lahan pertanian, perkebunan, dan pesisir pantai. Berada
pada lokasi yang sangat strategis di jalur perlintasan pantai utara Pulau Belitung dan jalur lintasan
pariwisata Tanjung Pandan, Tanjung Kelayang, dan Tanjung Tinggi, menjadikan Desa Terong turut
menjadi objek wisata prioritas di Kabupaten Belitung. Yang menjadi keunikannya adalah pemugaran
lahan kolong bekas tambang timah yang sudah tidak produktif menjadi lahan wisata kreatif.
Pemerintah Desa Terong sangat jeli memanfaatkan peluang membangun komunitas masyarakat
berdasarkan kearifan lokal. Komunitas ini menjadi bagian penting memadukan budaya, adat istiadat,
kuliner serta kesenian di daerah mereka tinggal. Salah satu faktor penting yang membentuk prioritas
pembangunan desa adalah sinergi antara pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). BPD
BAB 4-42
menjadi mitra yang profesional dalam membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa.
Desa Wisata yang ada di Belitung mulai berkembang dan masyarakat sangat bersemangat ingin
mengembangkan desa wisata ini. Keadaan di lapangan saat ini yang masih sangat urgent adalah
perubahan pola pikir dan penguatan kapasitas SDM-nya, Jika memungkinkan, pola pendampingan
(konsep DMO) adalah hal yg mungkin paling sesuai. Sangat berbahaya jika terlalu mengejar infrastruktur
BAB 4-43
tanpa persiapan SDM dan perubahan pola pikir, khususnya untuk masing-masing pemerintahan desa dan
komunitas.
Tempat ini dikenal sebagai tempat ibadah Kong Hu Chu terbesar di Belitung. Vihara Dewi Kwan In
dibangun di lereng Gunung Burung Mandi dengan pemandangan laut lepas di sekitar pantai Burung
Mandi. Di setiap bulan Februari, tempat ini dipadati oleh penziarah untuk melakukan ibadah dalam
rangka peringatan Tahun Baru Cina. Vihara ini menjadi vihara terbesar dan tertua yang ada di Pulau
Belitung. Vihara Dewi Kwan Im ditemukan pertama kali pada tahun 1747. Konon, Dewi Kwan Im
bersembahyang di atas batu yang ada di Kon Im, salah satu tempat sembahyang paling besar di vihara
ini.
Aksesibilitas
Kelenteng Dewi Kwan Im berjarak ± 69 kilometer dari Bandara Hanandjoedin Tanjung Pandan dan dapat
ditempuh dalam 1 jam perjalanan dengan mobil. Jika dari Kota Manggar Ibukota Kabupaten Belitung
Timur, kelenteng ini berjarak ± 18 km dengan kondisi jalan yang beraspal dan sangat baik.
BAB 4-44
Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di Vihara ini yaitu toilet umum, dan Pengelola juga menyediakan jasa penyewaan
pakaian Tiongkok kuno untuk pengunjung yang ingin berfoto-foto.
SD ini terletak di Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur. Di depannya terdapat halaman
luas berupa bukit berpasir putih. Adapun bukit pasir putih ini adalah sampah dari pembuangan hasil
pencucian timah. SD Laskar Pelangi merupakan jejak yang tertinggal dari pembuatan film Laskar Pelangi.
Film ini didasarkan pada kisah novel dengan judul yang sama karya Andrea Hirata. Sebenarnya, SD yang
kini menjadi tempat wisata di Belitung ini hanya replika saja karena setelah adanya film Laskar Pelangi,
Belitung menjadi identik dengan Laskar Pelangi.
Bangunan Replika SD Laskar Pelangi ini terbagi ke dalam tiga ruangan. Dua ruangan belajar dan satu
ruangan guru yang sempit juga berfungsi sebagai dapur. Di dalam ruangan kelas hanya terdapat beberapa
kursi kayu sederhana dan papan tulis hitam dengan alat tulis kapur. Sementara itu, di sekeliling dinding
terdapat beberapa gambar Pahlawan Nasional.
Aksesibilitas
Dari Kota Tanjung Pandan, pengunjung harus menempuh jarak sekitar 100 kilometer jauhnya. Butuh
sekitar 1-2 jam perjalanan darat dari Kota Tanjungpandan, dengan kondisi jalan menuju tempat tersebut
beraspal dan sangat baik.
BAB 4-45
Gambar 4.42 - Aksesibilitas DTW Replika SD Laskar Pelangi
Sumber: Dokumen Visioning Masterplan, 2020
Fasilitas
Fasilitas yang terdapat di tempat wisata Replika SD Laskar Pelangi adalah tempat parkir yang luas, tetapi
masih berlapiskan tanah, warung makan, mushola dan toilet umum, serta tempat istirahat (gazebo) yang
tersebar di sekitar tempat wisata tersebut, dan juga tersedia loket tiket wisata bagi para pengunjung.
BAB 4-46
B. OPEN PIT NAM SALU
Open Pit merupakan peninggalan pertambangan timah Kabupaten Belitung Timur yang sudah tidak
beroperasi lagi sejak awal dekade 1990-an. Terletak di Bukit Ki Karak, Desa Senyubuk Kelapa Kampit,
sekitar 60 kilometer dari Tanjung Pandan, atau sekitar 30 kilometer dari Kota Manggar, ibukota Belitung
Timur.
Open Pit sebenarnya bukan area yang ditujukan untuk berwisata. Area ini menjadi daya tarik baru karena
keunikannya dan pemandangannya yang disukai oleh fotografer lanskap maupun fotografer pernikahan.
Open Pit menjadi unik karena kawasan yang dulunya merupakan area tambang timah ini merupakan
tambang dalam, bukan tambang semprot seperti kebanyakan tambang timah di Bangka Belitung. Di area
Open Pit ini terdapat sebuah danau besar yang letaknya dalam cekungan raksasa, serta gua beks
penambangan. Danau di Open Pit ini tidak terlihat dasarnya. Pantulan airnya berwarna hijau turquoise.
Dikelilingi oleh batuan cadas yang telah ditambang sehingga memberi tekstur yang luar biasa, kawasan
ini menjadi unik dan sering menjadi lokasi pengambilan foto pre-wedding.
Aksesibilitas
Akses dari Tanjung Pandan sekitar sekitar 30 kilometer dari Kota Manggar, ibukota Belitung Timur. Jalan
dari pos pengelolaan menuju Open Pit menanjak dan berbatu, sehingga belum bisa dilalui oleh kendaraan
penumpang biasa. Meskipun demikian, ada pemandangan asyik yang bisa dinikmati, yaitu tanaman-
tanaman hutan seperti pakis-pakisan, kramunting, anggrek hutan, dan kantong semar yang langka. Untuk
dapat menikmati pemandangan tempat wisata Open Pit, kita diharapkan membayar donasi sejumlah Rp.
50.000 per orang.
BAB 4-47
Gambar 4.45 - Aksesibilitas ke DTW Open Pit Nam Salu
Sumber: Dokumen Visioning Masterplan, 2020
Fasilitas
Fasilitas yang tersedia di tempat wisata Open Pit yaitu toilet umum, mushola, dan loket tiket wisata.
Pengelola juga menyediakan perlengkapan safety bagi para pengunjung.
Penyelenggaraan event merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dalam rangka mempromosikan keindahan alam, budaya, dan juga destinasi wisata yang
dimilikinya. Terdapat beberapa event yang diselenggarakan dan telah masuk dalam event ataupun
perayaan tahunan yang masuk ke dalam kalender event 2020, yaitu:
Tabel 4.23 - Jumlah Event pada Kalender Event Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2020
Bulan Jumlah
Januari 6
Februari 9
Maret 2
April 8
Mei 5
Juni 3
Juli 6
BAB 4-48
Bulan Jumlah
Agustus 12
September 6
Oktober 8
November 4
Desember 1
Total 70
Sumber: Kalender Event Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2020
Data pada tabel di atas merupakan data jumlah event yang telah ditetapkan untuk dilakukan pada tahun
2020. Namun, dikarenakan adanya pandemi Covid-19, maka hampir sebagian besar event yang ada
dibatalkan.
Tabel 4.24 - Event yang Diorganisasi oleh Sports and Youth Office Tahun 2019
Juni South East Asia Basketball Assosciation Under 19 Championship (Sahabudin Sports Hall)
Juni Intercity Everygreen Championship (Sahabudin Sports Hall)
Intercity Indor Volleyball Tournament Division 1/ All-Indonesia Regional
Executive Boards
Juli PPLP National Sand Volleyball / All-Indonesia Sport School (Belitung)
April PPLP National Athletic Tournament / All-Indonesia Sport School (Koba)
20 s/d 27 Juni Presiden Cup 2019 ( Sahabudin Sport Hall)
Sumber: Kalender Event Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2019
Beberapa event olah raga yang juga diselenggarakan pada tahun 2019 adalah event yang diselenggarakan
oleh Sports and Youth Office yang kental dengan muatan perlombaan olah raga. Terdapat 6 (enam) event
yang diselenggarakan sepanjang taun 2019.
4.2.2. Aksesibilitas
Keterhubungan wilayah merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kegiatan pariwisata di
Kepulauan Bangka Belitung. Kondisi aksesibilitas dan konektivitas ditunjukkan oleh bagaimana kondisi
sistem transportasi yang ada di Kepulauan Bangka Belitung. Sistem transportasi di Kepulauan Bangka
Belitung terdiri atas sistem transportasi darat, laut, dan udara.
BAB 4-49
Gambar 4.47 - Aksesibilitas dan Konektivitas Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
4.2.2.1. Sarana
Tabel 4.25 - Maskapai dan Tujuan Penerbangan di Bandara di Kepulauan Bangka Belitung
Lokasi Nama Bandara Maskapai Tujuan Penerbangan
Bangka Bandar Udara Depati Nam Air Bandung, Palembang, Tanjung Pandan,
Amir Jogjakarta
Susi Air Dabo
Wing Air Dabo Bandung, Palembang, Tanjung
Pandan
Lion Air Jakarta, Palembang, Tanjung Pandan
Garuda Indonesia Jakarta, Palembang, Tanjung Pandan
Citilink Jakarta
Sriwijaya Dabo Bandung, Palembang, Tanjung
Pandan
Belitung Bandara H. AS. Nam Air Jakarta, Pangkal Pinang
Hanandjoeddin Susi Air Jakarta, Kuala Lumpur
Wing Air Bandung, Palembang, Pangkal Pinang
Lion Air Jakarta
Garuda Indonesia Jakarta, Pangkal Pinang
Citilink Jakarta
Sriwijaya Jakarta
Sumber: RIPPARPROV Kepulauan Bangka Belitung 2016 - 2025
BAB 4-50
Garuda Indonesia Sriwijaya Air
4.2.2.2. Prasarana
Angkutan umum darat di Kepulauan Bangka Belitung masih sangat terbatas ketersediaannya meski sudah
terdapat 16 terminal yang tersebar di seluruh provinsi. Karena masih terbatasnya angkutan darat
membuat mayoritas wisatawan mengandalkan penyewaan mobil sebagai moda transportasi darat
utama. Daftar terminal yang ada di Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel berikut.
BAB 4-51
No. Terminal Instansi Pengelola
11 Terminal Bikang Dishubkominfo Kabupaten Bangka Selatan
12 Terminal Payung Dishubkominfo Kabupaten Bangka Selatan
13 Terminal Toboali Dishubkominfo Kabupaten Bangka Selatan
Kabupaten Belitung
14 Terminal Tanjung Pandan Dishubkominfo Kabupaten Belitung
15 Terminal Kota Dishubkominfo Kabupaten Belitung
Kabupaten Belitung Timur
16 Terminal Manggar Dishubkominfo Kabupaten Belitung Timur
Sumber: RIPPARPROV Kepulauan Bangka Belitung 2016 – 2025
BAB 4-52
Gambar 4.49 - Peta Sebaran Pelabuhan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber: RIPPARPROV Kepulauan Bangka Belitung 2015
BAB 4-53
C. PRASARANA TRANSPORTASI UDARA
Prasarana transportasi udara di Provinsi Bangka Belitung terdapat dua bandara yaitu bandara H. AS.
Hananjudin yang berlokasi di pulau Bangka dan Bandara Depati Amir yang berlokasi di Pulau Belitung.
Gambar 4.52 - Bandar Udara Depati Amir dan Bandar Udara H. AS. Hanandjoeddin
Sumber: https://mediaindonesia.com/nusantara
https://www.goodnewsfromindonesia.id
Kawasan pariwisata tersebar di perkotaan, baik PKN, PKW, dan PKL yang membuat jaringan jalan sebagai
akses akhir utama. Pada tahun 2019, Kepulauan Bangka Belitung memiliki jalan sepanjang 5.353
kilometer dengan 600,4 kilometer merupakan jalan nasional dan 850,99 kilometer jalan provinsi. Melihat
dari data pada tahun 2017 hingga 2019, terdapat penurunan panjang jalan dari 5.486 kilometer menjadi
5.353 kilometer.
BAB 4-54
Gambar 4.53 - Peta Jaringan Jalan dan Sebaran Terminal Bus di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2014, Pencarian Google Maps 2020
Daerah dengan panjang jalan paling tinggi pada tahun 2019 adalah Kabupaten Bangka Barat dengan 701
Km dan Kabupaten Belitung dengan 666 Km. Sedangkan untuk daerah dengan panjang jalan paling rendah
terdapat di Kabupaten Bangka Tengah dengan 347 Km dan Kota Pangkal Pinang dengan 403 Km. Melihat
dari kondisi jalannya, sebagian besar jalan memiliki kondisi jalan baik hingga sedang, sedangkan sebagian
kecil lainnya memiliki kondisi jalan rusak hingga rusak parah.
Tabel 4.28 - Panjang Jalan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Kondisi Jalan
Kondisi Jalan (Km)
Panjang Jalan
Kabupaten/Kota Tahun Rusak
Baik Sedang Rusak Total (Km)
Berat
Bangka 2017 327,87 134,69 126,00 145,94 735
2018 327,87 134,69 126,00 145,94 670
2019 327,87 134,69 126,00 145,94 670
Belitung 2017 614,21 315,95 106,19 0 629
2018 637,27 351,47 622,45 22,51 666
2019 794,46 203,44 46,26 29,54 666
Bangka Barat 2017 - - - - 702
2018 - - - - 701
2019 321,44 299,81 63,93 15,74 701
Bangka Tengah 2017 - - - - 347
2018 - - - - 347
2019 257,24 89,48 0,00 346,72 347
Bangka Selatan 2017 429,91 483,10 296,18 33,88 739
2018 332,24 77,56 134,05 90,12 634
2019 - - - - 634
Belitung Timur 2017 218,52 118,60 65,17 78,59 481
2018 141,48 158,23 92,74 88,43 481
2019 374,59 95,24 11,05 86,72 481
Pangkal Pinang 2017 210,00 109,00 73,00 11,00 403
2018 270,00 75,00 52,00 6,00 403
BAB 4-55
Kondisi Jalan (Km)
Panjang Jalan
Kabupaten/Kota Tahun Rusak
Baik Sedang Rusak Total (Km)
Berat
2019 352,00 14,00 22,00 15,00 403
Jumlah 2017 - - - - 5.486
2018 - - - - 5.353
2019 - - - - 5.353
*Data Tidak Tersedia Pada Bagian Yang Dikosongkan
Sumber: Kabupaten Bangka Dalam Angka 2020
Kabupaten Belitung Dalam Angka 2020
Kabupaten Bangka Barat Dalam Angka 2020
Kabupaten Bangka Tengah Dalam Angka 2020
Kabupaten Bangka Selatan Dalam Angka 2020
Kabupaten Belitung Timur Dalam Angka 2020
Kota Pangkal Pinang Dalam Angka 2020
Transportasi laut di Kepulauan Bangka Belitung antara lain dikelola oleh perusahaan PELNI dan
perusahaan swasta, seperti PT. Pelabuhan Indonesia II. Di Kepulauan Bangka Belitung terdapat beberapa
pelabuhan yang menjadi jalur keluar masuk penumpang dari luar provinsi, yaitu Pelabuhan Pangkalbalam
di Kota Pangkalpinang, Pelabuhan Tanjung Gudang di Belinyu, Kabupaten Bangka, Pelabuhan Tanjung
Kalian di Muntok, Kabupaten Bangka barat, dan Pelabuhan Sadai di Toboali, Kabupaten Bangka Selatan.
Pelabuhan-pelabuhan utama tersebut menghubungkan Kepulauan Bangka Belitung dengan beberapa
wilayah di Indonesia seperti Palembang, Jakarta, Banten, Surabaya, Pontianak, dan lainnya. Pelabuhan
terbesar dan paling sibuk adalah Pelabuhan Pangkalbalam di Kota Pangkalpinang, ibukota Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
BAB 4-56
F. SISTEM TRANSPORTASI UDARA
Kepulauan Bangka Belitung memiliki dua bandar udara yaitu Bandar Udara Depati Amir di Pulau Bangka
dan Bandar Udara H. AS. Hanandjoeddin di Pulau Belitung. Kedua bandara ini melayani perjalanan
domestik baik dari Palembang maupun Jakarta. Jalur udara merupakan akses masuk utama wisatawan ke
Kepulauan Bangka Belitung dengan estimasi waktu tempuh penerbangan dari Palembang ± 50 menit dan
±1 jam 10 menit dari Jakarta. Sedangkan untuk estimasi waktu tempuh penerbangan dari Pangkal Pinang
(Pulau Bangka) menuju Tanjung Pandan (Pulau Belitung) dan sebaliknya membutuhkan ± 50 menit.
Karakter perjalanan wisatawan di Pulau Bangka adalah 40% perjalanan bisnis sekaligus wisata dan 20%
adalah murni perjalanan wisata. Berikut pola perjalanan wisatawan di Pulau Bangka:
• Hari ke-1 : Wisatawan berkeliling di sekitar Kota Pangkal Pinang (kuliner, pantai, dan sejarah) dan
berlanjut ke pantai-pantai di Sungai Liat.
• Hari ke-2 : Wisatawan melanjutkan perjalanan wisata ke DTW di sekitar Teluk Belinyu (pantai,
rohani).
• Hari ke-2 : Wisatawan melanjutkan perjalanan (dari Pangkalpinang-Sungai Liat) ke Kota Tua
Muntok (sejarah, pantai)
• Hari ke-2 : Wisatawan melanjutkan perjalanan (dari pangkalpinang) ke DTW di sekitar Toboali dan
Tanjung Kerasak/Tanjung Sadai (pantai)
• Hari ke-2-3-4 : Wisatawan melanjutkan perjalanan dari Pangkalpinang menuju DTW sekitar
Sungai Liat; dilanjut ke Belinyu dan Kota Tua Muntok; dilanjut ke Toboali melalui Pangkalpinang
dan kembali ke Pangkalpinang
Perjalanan minat khusus, dari Tanjung Sadai (Bangka Selatan) menyeberang ke pulau-pulau di Selat Nasik
(pantai & snorkling) serta perjalanan wisata Pulau Bangka dan Pulau Belitung dapat dilakukan 3 sampai 5
hari perjalanan wisata.
BAB 4-57
Gambar 4.54 - Pola Perjalanan Wisata
Sumber : Dokumen Visioning Masterplan, 2020
B. TRANSPORTASI LAUT
Jalur pelayaran yang melintas dan menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung adalah:
1. Lintas penyeberangan antar pulau yaitu Pelabuhan Tanjung Pandan – Pelabuhan Laut Pontianak
(Kalimantan Barat)
2. Lintas penyeberangan sabuk tengah yang menghubungkan pelabuhan :
a. Tanjung Api –api (Sumatera Selatan) – Tanjung Kalian (Bangka Barat)
b. Pangkal Balam (Pangkal Pinang – Tanjung Pandan (Belitung)
c. Pelabuhan Manggar (Belitung Timur) – Ketapang (Kalimantan Barat)
3. Lintas koneksitas yaitu ;
a. Sadai (Kab. Bangka Selatan)– Pulau Pongok;
b. Pulau Pongok – Mendanau (Kab. Belitung);
c. Pangkal Balam (Pangkalpinang) – Tanjung Pandan (Kab. Belitung); dan
d. Mendanau – Tanjung Ru (Kab. Belitung)
Estimasi waktu perjalanan menuju Kepulauan Bangka Belitung menggunakan transportasi laut adalah
sebagai berikut:
1. Palembang (Pel. Bom) Pulau Bangka (Pel. Tanjung Kalian) : 2,5 – 3 jam
BAB 4-58
2. Jakarta (Tj. Priok) Pulau Bangka (Pel. Tanjung Gudang) : 26 jam
3. Pangkalpinang (Pel. Pangkalbalam) Pulau Belitung (Pel. Tanjung Pandan) : 4 jam
Berdasarkan data jumlah kapal di pelabuhan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2014,
pelayaran didominasi oleh kapal dalam negeri sebanyak 3.763 unit, sedangkan pelayaran luar negeri
hanya sebanyak 101 unit. Beberapa kapal nelayan juga sering disewakan untuk keperluan wisata untuk
mengunjungi pulau-pulau kecil di Kepulauan Bangka Belitung. Rincian data kunjungan kapal di Pelabuhan
Pangkalbalam dan Pelabuhan Kawasan (Muntok, Belinyu, Sungai Selan) tahun 2014 dapat dilihat pada
tabel berikut.
a. Reguler 12 20.805
Pelayaran Perintis - -
Kapal Negara/Tamu - -
C. TRANSPORTASI UDARA
Jumlah penumpang dan penerbangan, baik keberangkatan maupun kedatangan, secara konsisten terus
bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah penerbangan paling banyak berada pada pertengahan tahun dan
akhir tahun. Pola seperti ini terjadi akibat beberapa faktor seperti musim libur akhir tahun dan libur
musim panas bagi wisatawan mancanegara. Untuk pasar wisatawan domestik, rute penerbangan dari dan
ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah cukup banyak, namun untuk dapat lebih menjangkau pasar
wisatawan mancanegara lebih banyak lagi, penambahan rute perjalanan internasional dapat
diperbanyak.
BAB 4-59
Tabel 4.32 - Jumlah Penerbangan di Bandara Depati Amir
2014 2015 2016
Bulan
Keberangkatan Kedatangan Keberangkatan Kedatangan Keberangkatan Kedatangan
Januari 522 522 484 483 637 637
Februari 395 432 495 491 512 508
Maret 404 439 506 508 659 659
April 427 428 474 473 630 628
Mei 439 439 487 485 677 678
Juni 479 478 532 528 901 906
Juli 501 498 550 556 795 795
Agustus 558 552 722 729 694 693
September 435 434 551 551 658 657
Oktober 418 415 509 551 659 660
November 374 374 619 617 620 621
Desember 387 391 696 698 763 763
Jumlah 5.339 5.402 6.625 6.630 8.205 8.205
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2017
4.2.3. Amenitas
Ketersediaan pelayanan air bersih di provinsi kepulauan Bangka Belitung menurut BPS 2019 yaitu
berjumlah 29.936 pelanggan dengan produksi air bersih 7.077.942 M3 yang menghasilkan nilai 3 Milyar
Rupiah pertahun, namun masyarakat masih bergantung pada sumur, dan terdapat ketergantungan air
minum pada proses isi ulang dan air kemasan, perlu adanya pengembangan sumber daya air yang dapat
dimanfaatkan sebagai air minum untuk menunjang aktivitas pariwisata selain mencukupi kebutuhan
masyarakat.
Tabel 4.34 - Ketersediaan Sumber Air Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber Air Utama
Kabupaten/ Air
Air Isi Air Sumur Sumur Sumur Tak Mata Jumlah
Kota Kemasan Lainnya
Ulang Ledeng Bor Terlindungi Terlindungi Air
Bermerk
Bangka 10,5 32,29 4,32 2,65 36,11 11,49 2,31 0,34 100
Belitung 1,89 69,68 0,34 2,73 14,63 10,68 0 0,05 100
Bangka Barat 3,33 35,31 1,69 6,51 34,9 16,33 1,51 0,42 100
Bangka Tengah 11,98 32,78 0,48 18,09 26,71 9,42 0 0,54 100
Bangka Selatan 1,05 48,23 0 4,82 26,15 15,7 2,93 1,11 100
Belitung Timur 0,56 64,71 0,07 2,57 19,22 10,61 2,09 0,17 100
Pangkal Pinang 16,87 55,69 0 19,8 7,29 0,35 0 0 100
BAB 4-60
Sumber Air Utama
Kabupaten/ Air
Air Isi Air Sumur Sumur Sumur Tak Mata Jumlah
Kota Kemasan Lainnya
Ulang Ledeng Bor Terlindungi Terlindungi Air
Bermerk
Kepulauan
Bangka 7,24 46,23 1,32 7,95 24,84 10,71 1,33 0,38 100
Belitung
Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2019
Prasarana dan sarana telekomunikasi merupakan kebutuhan yang sangat mendasar di era modern ini.
Informasi menjadi semakin mudah didapatkan baik untuk berkomunikasi ataupun untuk mencari
informasi melalui berbagai media seperti media elektronik. Untuk aktivitas pariwisata, dibutuhkan
prasarana dan sarana telekomunikasi yang dapat diandalkan agar pariwisata dapat berkembang dengan
baik di Kepulauan Bangka Belitung. Pemenuhan kebutuhan layanan telekomunikasi di Kepulauan Bangka
Belitung dilakukan oleh PT. Telkom Tbk. Untuk jaringan seluler, terdapat tiga provider seluler di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yaitu telkomsel, excelcomindo, dan indosat. Masih terdapat kekurangan pada
jaringan seluler seperti jangkauannya yang masih terbatas, khususnya di pulau-pulau kecil.
Telkomel sebagai provider yang menyalani hampir seluruh wilayah kepulauan Bangka- Belitung. Dominasi
ini harus dihindari dan perlu adanya upaya peningkatan kekuatan seluler pada provider lainnya yang
dapat memberikan kenyamanan pada masyarakat khususnya aspek telekomunikasi.
BAB 4-61
Three Indosat
Telkomsel XL
Provinsi Bangka Belitung memiliki sarana persampahan Tempat pembuangan Akhir (TPA) berjumlah 9
yang tersebar di pulau bangka dan Belitung dan Tempat Pembuangan Sementara (TPS( berjumlah 31.
BAB 4-62
TPA
TPS 3R
Di setiap kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah memiliki fasilitas rumah sakit,
puskesmas dan puskesmas pembantu yang melengkapi fasilitas kesehatan di daerah ini. Terdapat 21 unit
terdiri dari 10 RS umum pemerintah, 9 RS umum swasta, dan 2 RS umum khusus. Untuk pelayanan
kesehatan pada fasilitas pertama terdapat Puskesmas/ puskesmas pembantu dan klinik. Data sebaran
fasilitas kesehatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat di lihat pada tabel berikut.
Tabel 4.36 - Distribusi Fasilitas Kesehatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2018
Rumah Sakit Pedagang
Puskesmas
Kabupaten/Kota RS RS RS Puskesmas Apotek Besar
Pembantu
Pemerintah Swasta Khusus Farmasi
Bangka 5 2 1 12 35 35 38
Bangka Barat 1 2 - 8 19 8 -
Bangka Tengah 1 1 - 9 20 15 1
Bangka Selatan 1 - - 10 29 10 -
Belitung 1 2 - 9 32 14 2
Belitung Timur 1 - - 6 17 10 -
Pangkalpinang 1 6 3 9 19 60 9
Total 2018 11 13 4 64 171 152 13
2017 9 9 2 63 169 134 11
2015 9 6 2 62 170 122 3
2014 8 6 2 62 169 105 8
Sumber: Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2019
BAB 4-63
B. KETERSEDIAAN PELAYANAN PENDIDIKAN
Fasilitas pendidikan khususnya kejuruan pariwisata di Bangka Belitung berjumlah 3 sekolah menengah
kejuruan (SMK) dan 2 universitas fakultas pariwisata. Jenjang Pendidikan masih didominasi masyarakat
yang tidak lulus SD dan hanya lulus SD yaitu mencapai 50%, perlu adanya peningkatan Pendidikan
masyarakat khususnya meningkatkan keterampilan untuk menunjang kegiatan pariwisata. Hal ini dibantu
dengan prosentase baca tulis masyarakat yang hampir 100%.
BAB 4-64
Gambar 4.59 - Peta Sebaran Fasilitas Pendidikan
Fasilitas penukaran uang yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Bank Pemerintah,
Bank Pembangunan Daerah dan Bank Swasta, untuk rinciannya dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Tabel 4.38 - Sarana Keuangan
1 Bank Negara Indonesia (BNI) 5 Bank Mega 9 Bank Sumsel Babel
2 Bank BCA 6 Bank Danamon 10 Bank Muamalat
3 Bank BRI 7 Panin Bank 11 Bank Indonesia
4 Bank Mandiri 8 Bank Sinarmas
Sumber: Dokumen Visioning Masterplan, 2020
Jumlah rumah makan di Kepulauan Bangka Belitung secara keselulruhan pada tahun 2020 berjumlah 702
usaha. Jika dilihat pada tingkat Kabupaten/Kota, Kabupaten Belitung Timur memiliki fasilitas makan dan
minum paling banyak dengan jumlah 166 usaha diikuti oleh bangka dengan 129 usaha.
BAB 4-65
Kabupaten/Kota Jumlah Restoran
Bangka Selatan 69
Bangka Tengah 31
Belitung 125
Belitung Timur 166
Pangkal Pinang 84
Jumlah 702
Sumber: Dokumen Visioning Masterplan, 2020
Berdasarkan sumber tripadvisor.com Secara keseluruhan menu yang ditawarkan restoran adalah
masakan Indonesia berupa makanan laut dan mie, kemudia Chinese food dan ada beberapa masakan
Eropa, Italia, dan Jepang.
Biro perjalanan adalah usaha jasa pemesanan sarana perjalan seperti tiket, akomodasi, dan pengurusan
dokumen perjalan. Fasilitas ini sudah banyak dijumpai di setiap kabupaten/kota di Kepulauan Bangka
Belitung. Fasilitas ini memudahkan wisatawan yang ingin berwisata di Bangka Belitung, tanpa harus
mengatur atau mengelola perjalananannya secara pribadi. Seperti fasilitas pariwisata lainnya, usaha
pariwisata ini paling banyak dijumpai di Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi.
Berikut beberapa contoh paket perjalanan yang disediakan oleh beberapa travel agen di Bangka Belitung:
BAB 4-66
Biro Bangka Tour Biro Belitung Tour Land
3. Pantai Burung 3. Danau Kaolin 3. Museum Andrea Hirata 3. Kain cuai
Mandi 4. Kampung Ahok 4. Rumah adat Belitung
4. Kuil Dwi Kuan Im 5. Pantai Serdang 5. Danau kaolin
6. Vihara Dewi Kwan Im
Hari Ke-2 : 7. Pantai Burung Mandi
1. Tanjung Kelayang Hari Ke-2 :
2. Pulau Burung 1. Tanjung Kelayang
3. Pulau Pasir 2. Pulau Batu Garuda
4. Pulau Lengkuas 3. Pulau Kelayang
5. Pulau Kepayang 4. Batu Berlayar
6. Batu Berlayar 5. Pulau Pasir
7. Tanjung Tinggi 6. Pulau Lengkuas
7. Pulau Kepayang
8. Tanjung Tinggi
9. Tanjung Pendam
BAB 4-67
Biro Bangka Tour Biro Yuktravel
Paket 3 Hari 2 Malam
Hari ke-1: Hari Ke-3 : Hari ke-1 : Hari Ke-3 :
1. Museum Timah 1. Keliling Kota Pangkal 1. Mie Koba 1. Danau Kaolin
Indonesia Pinang 2. Pantai Parai 2. Museum Timah
2. Klenteng Dwi Kwan 2. Toko oleh-oleh 3. Pantai Tongaci 3. Bangka Botanical
Im 4. Pantai Tikus Garden
3. Pantai Pasir Padi 5. Kuil Shaolin 4. Kain Batik Bangka Cual
4. Pantai Tikus
5. Pantai Rambak Hari Ke-2 :
6. Pantai Tanjung 1. Belinyu
Pesona 2. Kampung Gedong
7. Pantai Parai 3. Kuliner Otak-otak
Belinyu
Hari Ke-2 : 4. Pemandian air Panas
1. Pantai Matras Tirta Tapta
2. Kampung Gedong
3. Goa Maria
4. Pantai Penyusuk
BAB 4-68
No Bidang Usaha Usaha Jumlah
Pengelolaan Permukiman dan/atau Lingkungan 75
Adat 5
Pengelolaan Objek Ziarah 10
2 Kawasan Pariwisata Kawasan Pariwisata 423 DTW
3 Jasa Transportasi Wisata Angkutan Laut Wisata Dalam Negeri 1
Angkutan Wisata di Sungai dan Danau 2
4 Jasa Perjalanan Wisata Biro Perjalanan Wisata 108
5 Jasa Makanan dan Minuman Restoran, Kafe, dan Rumah Makan 702
6 Penyediaan Akomodasi Hotel, Resort, Homestay 177
7 Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi Wisata Petualangan Alam 264
Galeri Seni 1
Taman Rekreasi 2
8 Jasa Informasi Pariwisata
9 Jasa Konsultan Pariwisata
10 Jasa Pramuwisata
11 Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan insentif, 70
Konferensi, dan Pameran
Terdapat 13 jenis usaha pariwisata yang diatur di dalam Peraturan Menteri Pariwisata nomor 10 tahun
2018 tentang Pelayanan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Pariwisata di dapati beberapa
sektor usaha pariwisata di Bangka Belitung dengan jumlah seluruh usaha 1909 jenis usaha. Jasa
Penyediaan Akomodasi terdapat total 177 usaha hotel, resort, Homestay.
Kawasan pariwisata terdapat 423 usaha, jasa perjalanan wisata 108 usaha, daya tarik wisata 111 usaha,
penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi 267 usaha, penyelenggara MICE 70 usaha, dan wisata
tirta 1 usaha. Ada beberapa jenis usaha yang tidak terdapat di Bangka Belitung di antaranya yaitu: jasa
informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa pramuwisata.
BAB 4-69
Gambar 4.60 - Grafik 13 Jenis Usaha Pariwisata
Sumber: Dokumen Visioning Masterplan, 2020
4.4. KELEMBAGAAN
4.4.1. Tata Kelola
Dalam hal kelembagaan kepariwisataan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terhitung sudah memiliki
lembaga yang mumpuni dalam memfasilitasi antarstakeholder menggerakkan dan mengembangkan
kepariwisataan, baik di tingkat pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Di tataran pemerintah sebagai
perumus dan penentu kebijakan tingkat provinsi/daerah, terdapat beberapa organisasi, yakni Sekretariat
Daerah, Lembaga Teknis Daerah, dan Dinas Daerah. Adapun Dinas Daerah yang terlibat tidak hanya
bidang kepariwisataan saja, tetapi juga dinas yang terkait secara langsung maupun tidak langsung.
Kelembagaan pelaku yakni dari masyarakat dalam pengembangan pariwisata meliputi beragam macam
kelembagaan. Provinsi Kepulauan Belitung dalam kelembagaan masyarakat secara umum menuangkan
kedalam sebuah kebijakan antara lain:
b. Pergub No. 41 Tahun 2018 tentang Pembentukan Kepngurusan Lembaga Adat Melayu Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Lembaga Adat Melayu yang selanjutnya disingkat LAM adalah sebuah
organisasi kemasyarakatan baik yang dibentuk maupun secara wajar telah tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan sejarah masyarakat Kepulauan Bangka Belitung dengan wilayah hukum adat,
BAB 4-70
mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan, dengan mengacu
kepada adat istiadat dan hukum adat masyarakat Kepulauan Bangka Belitung;
c. Perda No. 2 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan meliputi
kelompok Nelayan; kelompok usaha bersama; koperasi; dan/atau kelompok lain yang sesuai dengan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain itu, kelembagaan pariwisata tidak hanya mengenai aspek kepariwisataan akan tetapi dapat
berintegrasi dengan kelompok masyarakat lainnya seperti Karang Taruna, Ibu Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (Ibu PKK), dan lain-lain. Namun, pada intinya kelembagaan dibentuk untuk mencapai tujuan
bersama agar tercapai cita-cita dan tujuan bersama untuk kelompok itu sendiri. Adapun juga tujuan dari
kelembagaan masyarakat dalam dokumen Ripparprov 2016-2025 antara lain:
a. Menguatkan peran masyarakat dalam pengembangan tata kelola destinasi pariwisata berkelanjutan
di KSPN Tanjungkelayang dan sekitarnya;
b. Meningkatkan peran Pokdarwis untuk mendukung pengelolaan KSPP dan KPPP Kepulauan Bangka
Belitung yang berdaya saing global;
c. Program pengembangan keterpaduan pemasaran pariwisata.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam kelembagaan pelaku bisnis telah memiliki 3 (tiga) asosiasi
besar di bidang pariwisata, yakni Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI), Himpuan Pramuwisata
Indonesia (HPI) serta Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). Berikut penjabarannya:
ASPPI adalah asosiasi yang beranggotakan individu yang berprofesi di bidang pariwisata, baik hotel,
biro perjalanan wisata, pemandu wisata, restoran, transportasi wisata, dan pelaku pariwisata
lainnya. Syarat keanggotaan ASPPI adalah pelaku pariwisata yang minimal telah berpengalaman
melayani wisatawan selama 1 (satu) tahun di usaha pariwisata yang telah berbadan hukum. ASPPI
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didirikan pada Januari 2013 dan berpusat di Tanjung Pandan,
Kabupaten Belitung. Visi ASPPI adalah “Memajukan pariwisata Indonesia dengan meningkatkan
profesionalisme pekerja pariwisatanya”. Adapun misi ASPPI adalah sebagai berikut:
a. Menjadi wadah pemersatu bagi seluruh pekerja yang bergerak di industri pariwisata, antara lain
biro perjalanan wisata, penerbangan, hotel, dan lain lain yang berkaitan langsung dengan
industri pariwisata Indonesia;
b. Dapat menjadi pelindung, pengayom bagi semua anggotanya;
c. Mampu meningkatkan profesionalisme insan pariwisata dalam melaksanakan tugas sehari-hari;
d. Mempersiapkan seluruh anggotanya untuk menyongsong era perdagangan bebas dunia atau
era liberalisasi pariwisata.
BAB 4-71
B. HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA (HPI) PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
HPI merupakan organisasi profesi pramuwisata di Indonesia. Sebagai wadah tunggal pramuwisata
Indonesia, HPI bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi para pramuwisata, pramuwisata dengan
pemerintah atau swasta, serta meningkatkan kemampuan dan kompetensi anggotanya dalam
memandu wisatawan. HPI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam pelaksanaanya bekerja sama
dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, termasuk saat
mengadakan pelatihan sertifikasi pramuwisata melalui Lembaga Sertifikasi yang telah dibentuk.
Hingga 2015, Kepulauan Bangka Belitung memiliki 72 pramuwisata yang bersertifikasi kompetensi.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sebagai wadah berkumpulnya para pengusaha
hotel dan penginapan merupakan salah satu organisasi pendukung pariwisata di kepulauan Bangka
Belitung. Keberadaan PHRI sangat penting dalam kerangka menghimpun pengusaha hotel dan
restoran agar mempunyai standar dan pemahaman yang sama ketika melayani keinginan dan
kepentingan wisatawan. PHRI di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih dalam tahap
perkembangan dan tidak seluruh pengusaha hotel dan restoran yang ada di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung telah masuk menjadi anggota PHRI. Rendahnya kesadaran untuk menjadi anggota
PHRI banyak disebabkan oleh kurangnya pengertian para pengusaha terhadap fungsi dan manfaat
dari menjadi anggota PHRI. Selama ini pengusaha takut akan peningkatan pajak apabila hotel atau
restorannya menjadi anggota PHRI, sedangkan pada kenyataannya PHRI dapat membantu
penyeberluasan promosi terhadap hotel dan restoran anggotanya sehingga lebih mudah dikenali
dan diakses informasinya oleh wisatawan. Kepengurusan PHRI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
belum mempunyai cabang kepengurusan di seluruh kabupaten/kota yang ada. Hal ini menjadi
kendala bagi pembangunan kepariwisataan Kepulauan Bangka Belitung secara umum. Kesulitan
wisatawan dalam mengakses hotel dan restoran di berbagai DTW dapat menghambat arus
wisatawan ke daerah tersebut.
Peran pemerintah dalam kelembagaan dalam bidang pariwisata adalah untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan dan percepatan perwujudan sebagai destinasi pariwisata berdaya saing global,
memberikan arah kebijakan, strategi dan program yang perlu dilakukan oleh para pemangku kepentingan
terkait untuk mencapai visi, misi, dan tujuan pembangunan kepariwisataan. Selain itu adapun kebijakan
pembangunan kelembagaan kepariwisataan, meliputi:
BAB 4-72
4.4.2. SDM Pariwisata
Sumber daya manusia pariwisata di provinsi Bangka Belitung memiliki 13 SMK kejuruan dan 1 sekolah
tinggi yang terdiri dari 2.598 siswa SMK lulusan tiap tahun dan 345 mahasiswa lulusan tiap tahun serta
mempunyai jenis jurusan yang diajarkan yaitu tata boga, usaha perjalanan wisata dan perhotelan.
4.5. PEMASARAN
4.5.1. Profil Pasar Wisatawan Nusantara
Pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, jumlah kunjungan wisatawan nusantara menyumbang sebesar
97,90% dari jumlah kunjungan wisatawan yaitu sebesar 2675189 orang yang dihasilkan dari total
perhitungan jumlah wisatawan Nusantara yang datang dari tahun 2013 hingga 2019.
BAB 4-73
Tabel 4.45 - Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara Tahun 2013-2019
Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Jumlah 236370 369743 465554 460263 362279 451,890 329,090 124,160 2.799.329
Sumber:
1) Data Tahun 2013-2017 (Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Angka 2018, BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
2018 (Dalam Laporan Akhir Kajian Geopark) 2018),
2) Data tahun 2018-2019 (Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2020)
3) Data tahun 2020 berdasarkan target kunjungan wisatawan (babel.antaranews.com, diakses 2 Des 2020)
Jumlah kunjungan wiisatawan selama rentang waktu 2013-2019 mengalami yang tidak stabil, kenaikan
terjadi dibeberapa tahun dan penurunanpun terjadi. Jumlah kunjungan tertinggi wisatawan nusantara
terjadi pada tahun 2015 dan terendah pada tahun 2013.
Pada sosio demografi wisatawan nusantara terdiri dari beberapa item, yaitu jenis kelamin, umur, asal
daerah, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan perbulan, dan alokasi dana berwisata yang
dikeluarkan.
BAB 4-74
Wisatawan Nusantara di dominasi oleh wisatawan laki-laki dalam usia dewasa, wisatawan dengan usia
relatif muda dan produktif, yaitu rentang usia antara 20 hingga 40 tahun, berasal dari Pulau Sumatra
(Sumatra Selatan dan Lampung) serta luar Pulau Sumatra yang jaraknya masih relatif dekat yaitu DKI
Jakarta dan Jawa Barat, dengan pendapatan perbulan dengan kisaran Rp 6.000.000 – Rp 8.000.000, yang
dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran yang akan dialokasikan wisatawan ketika melakukan
perjalanan. Jumlah pendapatan perbulan ini sesuai dengan profesi rata-rata wisatawan yang didominasi
oleh pegawai swasta, pegawai negeri, dan pengusaha.
Sebagian besar wisatawan nusantara yang datang dan berkunjung berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat
dan Sumatera bagian selatan dengan karakteristik yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini:
Wisatawan nusantara yang datang cenderung memiliki kesukaan akan wisata kota/pedesaan dan juga
wisata bahari dengan memilih jenis akomodasi untuk tinggal bersama keluarga ataupun hotel, serta
melakukan pengeluaran yang lumayan untuk berbelanja/cindramata. Akomodasi dan juga jasa hiburan.
Wisatawan yang berasal dari DKI Jakarta, Pulau Jawa dan Sumatera adalah wisatawan utama yang
mendominasi. Namun demikian, wisatawan nusantara lainnya yang berasal dari Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara dan juga Riau dapat dijadikan pangsa pasar potensial bagi pariwisata Provinsi
Kepulauan Bangka Bellitung. Hal ini didasarkan pada jumlah PDRB provinsi tersebut yang termasuk
tertinggi diantara provinsi lainnya yang ada di Indonesia (Setelah DKI Jakarta), serta memiliki letak
strategis yang secara geografi tidak terlalu jauh dari kepulauan Provinsi Bangka Belitung.
BAB 4-75
4.5.1.4. Minat Wisatawan Nusantara
Minat wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ini lebih berupa hal-hal yang disukai, yang
paling tidak disukai, atraksi yang diharapkan, alokasi pengeluaran serta alasan berkunjung kembali.
Untuk alokasi pengeluaran, sesuai dengan data yang dipaparkan pada tabel sebelumnya, bahwa
pengeluaran terbesar wisatawan nusantara diluar makan dan minum adalah untuk berbelanja,
transportasi dan akomodasi, sedangkan dari sisi atraksi lebih menginginkan adanya tambahan atraksi
wisata buatan, keindahan alam serta masyarakat yang terbuka menjadi hal yang paling disukai namum
demikian, kebersihan yang ada masih dirasakan kurang sehingga tidak disukai oleh wisatawan.
Berbeda halnya dengan jumlah kunjungan wisatawan nusantara yang cenderung naik dan turun, jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara cenderung konsisten untuk terus naik dari tahun ke tahunnya.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tingkat kunjungan wisatawan mancanegara terendah
berada pada tahun 2013 dengan jumlah wisiatwan sebanyak 2035 orang, serta jumlah tertinggi berada
di tahun 2019 dengan jumlah 19,063 orang.
BAB 4-76
Tabel 4.48 - Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Total
Jumlah 2035 3020 4690 6613 7143 14,681 19,063 3840 61.085
Sumber: 1) Data Tahun 2013-2017 (Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam Angka 2018, BPS Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, 2018 (Dalam Laporan Akhir Kajian Geopark) 2018),
2) Data tahun 2018-2019 (Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2020)
3) Data tahun 2020 (target kunjungan wisatawan dari babel.antaranews.com diakses 2 Des 2020
Data yang berhasil untuk didapatkan untuk sosio demografi wisatawan mancanegara adalah berupa data
jenis kelamin, umur, latar belakang pekerjaan, serta negara asal wisatawan, seperti yang diperlihatkan
pada gambar di bawah ini:
Data pada gambar diatas memperlihatkan bahwa wisatawan mancanegara didominasi oleh wisatawan
laki-laki pada usia dewasa sama seperti pada wisatawan nusantara. Sebagian besar berasal dari negaara
Malaysia, singapura dan tiongkok, sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitun Tahun 2016 – 2025,
wisatawan yang menjadi target pasar pariwisata Kepulauan Bangka Belitung adalah wisatawan Singapura,
Malaysia, Tiongkok.
BAB 4-77
4.5.2.3. Karakteristik Wisatawan Mancanegara
Wisatawan mancanegara yang menjadi pangsa pasar utama saat ini adalah wisatawan yang berasal dari
Malaysia, Singapura dan juga Tiongkok. Adapun karekteristik dari wisatwan tersebut dijabarkan dalam
tabel di bawah ini:
Ketiga wisatawan mancanegara tersebut memiliki kesamaan dalam hal jenis wisata yang dilakukan yaitu
wisata budaya dan kuliner, mengeluarkan uang untuk transport lokal, belanja dan souvenir. Mereka juga
lebih senang untuk tinggal pada hotel berbintang serta rumah teman. Pengeluran perhari tertinggi
berasal dari wisatawan asal Singapura dengan jumlah US$ 157,58/hari dan terendah adalah wisatawan
Malaysia dengan jumlah US$ 136,71/hari.
Selain Malaysia, Singapura dan Tiongkok yang telah menjadi pangsa pasar utama saat ini, pangsa pasar
wisatawan mancanegara potensial adalah wisatawan yang berasal dari negara Amerika Serikat, Australia
dan Inggris. Hal ini didasari pada jumlah pengeluaran dan juga lama tinggal wisatawan tersebut yang
cukup tinggi pada destinasi wisata yang dikunjunginya. Selain itu pangsa pasar ini juga memiliki minat
terhadap wisata budaya alam dan budaya, yang sesui dengan karakteristik destinasi wisata yang dimiliki
oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Minat wisatawan mancanegara tidak jauh berbeda dari minat wisatawan nusantara. Pada tabel dibawah
ini dijelaskan secara rinci mengenai alokasi pengeluaran, atraksi yang diharapkan, yang paling disukai dan
yang paling tidak disukai dari pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
BAB 4-78
Dimensi Dominasi
3. Galeri budaya, fasilitas kursi dipantai
4. Informasi dalam bahasa Inggris
Yang Paling Disukai 1. Masyarakat yang bersahabat
2. Pantai dan alamnya yang indah
3. Semuanya bagus
4. Kuliner
5. Pengalaman yang mengesankan
Yang Paling tidak disukai 1. Pantainya dan DTW banyak yang kotor (banyak sampah)
2. Persediaan air yang buruk
3. Menu direstoran kurang
4. Suara music luar yang mengganggu
Sumber: Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (RIPPARPROV) Kepulauan Bangka Belitung 2016 – 2025
Selain makanan dan minuman, alokasi pengeluaran terbesar dari wisatawan mancanegara adalah untuk
pembelian paket perjalanan wisata, hal ini tentunya berhubungan erat dengan keinginan mereka untuk
mendapatkan pengalaman wisata yang maksimal. Wisatawan mancanegara menyukai jenis wisata yang
berbasis alam dan budaya, namun kurangnya kebersihan dan juga ketersediaan air merupakan hal yang
paling tidak disukai.
Dan terakhir makna tanda panah untuk pesatnya kemajuan sektor pariwisata yang identik dengan
pesawat. Selain logo pemerintah Bangka Belitung juga meluncurkan kalender acara setiap tahunnya
untuk mendukung pariwisata di Bangka Belitung, terdapat 70 Event pariwisata dalam setahun di Bangka
Belitung.
BAB 4-79
Selain logo dan kalender Event yang dipasarkan, pemerintah Bangka Belitung juga memiliki media
promosi yaitu media website, sosial media, serta channel youtube untuk meningkatkan kunjungan
wisatawan. Untuk pemasaran langsung yang dilakukan pemerintah provinsi Bangka Belitung yaitu
Pameran wisata dalam (Jakarta, Bandung, Bogor, Palembang, Samarinda, Tarakan, Peknbaru dan luar
negeri (Malaysia, Singapura, Tiongkok, Amerika Serikat, Australia & Inggris.
BAB 4-80
RENCANA KERJA
BAB 5-0
5.1 PROGRAM KERJA
Program kerja menjabarkan tahapan pekerjaan secara mendetail disertai seluruh detail proses
pekerjaan, baik kegiatan penyusunan laporan maupun kegiatan berupa koordinasi bersama
stakeholder terkait. Berikut adalah program kerja dalam pelaksanaan Penyusunan Dokumen Rencana
Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism Master Plan (ITMP) Bangka Belitung.
1. Persiapan Pekerjaan, merupakan tahapan awal membuat pertimbangan dan persiapan dalam
kegiatan Penyusunan Dokumen Rencana Induk Destinasi Pariwisata Nasional/ Integrated Tourism
Master Plan (ITMP) Bangka Belitung. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan ini
yaitu:
a. Konsolidasi Tim & Studi Literatur
b. Penyusunan Metodologi Kerja & Penyiapan Alat Survai
c. Pengumpulan Data Sekunder (pemutakhiran data)
- Data Kebijakan Nasional, Provinsi, Kab/Kota terkait Pariwista
- Data Baseline Kepariwisataan (Destinasi, Industri Pariwisata, Pemasaran &
Kelembagaan)
- Data Dasar Fisik, Sosial, Ekonomi, Budaya Prasarana & Sarana Strtegis terkait
Kepariwisataan
d. Desk Analysis Kebijakan, Pilar Wisata & Data dasar untuk draft alternative KTA
e. Persiapan Survai
- Korespondensi
- Penyiapan Alat Survai & Peta Kerja
- Draft Alterantif KTA
f. Penyepakatan Rencana Kerja & Survai dengan Supervisi
3. Analisa dan Proyeksi, yaitu melakukan tahapan analisis dari data yang diperoleh baik data
observasi lapangan ataupun data sekunder, tahapan ini meliputi:
a. Analisis Penajaman Pengembangan dan Klaster DTW
- Analisis kesesuaian lahan
- Analisis tingkat aksesibilitas
- Analisis kelengkapan amenitas
- Analisis kinerja kelompok DTW
- Analisis tingkat kunjungan wisata
- Analisis karakter DTW unik/khas
- Analisis kerentanan DTW terhadap bahaya kebencanaan
b. Analisis Daya Dukung & Daya Tampung (Analisis tipologi DDDT DTW)
BAB 5-1
c. Analisis & Penetapan KTA
- Analisis tingkat aksesibilitas intra KTA
- Analisis Klasifikasi KTA
- Analisis SWOT & Rootcause KTA
d. Analisis Kebutuhan aksesibilitas, amenitas dan prasarana strategis pendukung pariwisata
e. Analisis Kebutuhan dan pengembangan industri & pemasaran pariwisata
f. Analisis Sosial Budaya terkait dengan pengembangan kepariwisataan
g. Analisis Kebutuhan SDM & Kelembagaan
h. Analisis Ekonomi wilayah & produk unggulan daerah
i. Analisis Proyeksi Pertumbuhan
7. Finalisasi muatan Dokumen Integrated Tourism Master Plan (ITMP) Bangka Belitung
BAB 5-2
h. Album Peta Ukuran A1
i. Executive Summary
BAB 5-3
Gambar 5.1 - Diagram Alur Pekerjaan
BAB5- 4
Tabel 5.1 - Tabel Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
April 1 - Mei 2 - Juni 3 - Juli 4 - Agustus 5 - September 6 - Oktober 7 - Nopember 8 - Desember
NO KEGIATAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V
I PERSIAPAN
1 Penyusunan Dokumen Penunjang
Pembuatan standar administrasi & dokumentasi
2 Pengkajian KAK
3 Mobilisasi Tim
4 Penyusunan Jadwal Kegiatan
5 Pengembangan Metodologi
6 Desk Study
Pemetaan Data
Studi literatur
Telaah Dokumen Sekunder: MADA,
peraturan perundang-undangan
Desain Survei
II PELAKSANAAN PEKERJAAN
1 Pemutakhiran Data dan Informasi
Pengumpulan Dokumen Pendukung ITMP
Pengumpulan Data Spasial
Pengumpulan Data Pendukung Lainnya
2 Perjalanan Dinas
Survei Awal Lapangan
Penetapan KTA dan Survei Detil KTA
3 Analisis Muatan ITMP
4 Perumusan Peluang dan Kesenjangan
5 Perumusan Proyeksi dan Skenario ITMP
Penyusunan Proyeksi Pertumbuhan
Perumusan Skenario Pembangunan
6 Perumusan rinci skenario pembangunan pariwisata
7 Penyusunan rencana induk pariwisata terpadu
Rencana Penahapan Pengembangan
Program Pengembangan Destinasi
Program pembangunan dan penataan infrastruktur
Program pengembangan industri pariwisata
Program pengembangan pemasaran
Program pengembangan kelembagaan
Program pengembangan kapasitas SDM
III PEMBAHASAN
1 Pembahasan awal bersama K/L di pusat dan daerah
2 Pembahasan penetapan KTA dan FGD di daerah
FGD I - menjaring informasi dan menyepakati
3
berbagai hal
4 FGD II - Konfirmasi data, konsep dan pra rencana
FGD III - finalisasi rencana dan mendapatkan
5
dukungan stakeholders
6 Pembahasan bersama K/L terkait muatan draf ITMP
7 Pembahasan terkait validasi ITMP
Pembahasan bersama K/L terkait pelaporan:
8
Laporan pendahuluan, antara, dan akhir
VI KOORDINASI SUPERVISI
BAB5- 5
Gambar 5.2- Rencana Kerja ITMP Bangka Belitung
BAB5- 6