Anda di halaman 1dari 13

A.

PERUMAHAN
 Pengertisn

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempal


tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan

Menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, perumahan


berada dan merupakan bagian dari permukiman, perumahan adalah kelompok umah yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan. Pembangunan perumahan diyakini juga mampu
mendorong lebih dari seratus macam kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang
perumahan dan ermukiman (Sumber: Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan
ermukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Permukiman )
 Fasilitas
Perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar
fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya
listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi
sebagaimanamestinya.
Menurut Permendagri No 1/1987, fasilitas umum dan sosial ini dibagi kedalam 3
kategori yaitu prasarana lingkungan yang mencakup jalan dan saluruan pembuangan,
utilitas umum yang mencakup bangunan yang dibutuhkan yang dibutuhkan dalam sistem
pelayanan lingkungan seperti jaringan air bersih, listrik, gas, telepon, dan fasilitas sosial
seperti pendidikan, peribadatan, rekreasi, olahraga dan kebudayaan.
Hakikat Pembangunan Perumahan dan Permukiman
1. Perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu kebutuhan dasar juga
mempunyai fungsi yang strategis sebagai:

- pusat pendidikan keluarga

- pembinaan generasi muda

- tempat persemaian budaya

- pengejawantahan jatidiri
- barang modal (capital goods)

2. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai melalui pemenuhan kebutuhan


perumahan dan permukiman yang layak huni.

B. PERMUKIMAN
 Pengertian Permukiman

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan (UU no.4 tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman).

Permukiman adalah kawasan yang didominasi oleh lingkungan yang dilengkapi


dengan prasarana dan sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan
kesempatan kerja yang terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan,
sehingga fungsinya dapat berdaya guna dan berhasil guna. Permukiman ini dapat berupa
permukiman perkotaan maupun permukiman perdesaan (Kamus Tata Ruang Tahun 1997).
Permukiman adalah tempat atau daerah untuk bertempat tinggal dan menetap (Kamus Tata
Ruang 1997) Permukiman di dalam kamus tata ruang terdiri dari tiga pengertian yaitu :

a. Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
b. Kawasan yang didomisili oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat
tinggal yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan
pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan
penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.
c. Tempat atau daerah untuk bertempat tinggal atau tempat untuk menetap.

Saat ini manusia bermukim bukan sekedar sebagai tempat berteduh, namun lebih dari itu
mencakup rumah dan segala fasilitasnya seperti persediaan air minum, penerangan, transportasi,
pendidikan, kesehatan dan lainnya. Pengertian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sumaatmadja (1988) sebagai berikut:

 Elemen permukiman

Permukiman terbentuk atas kesatuan antara manusia dan lingkungan di sekitarnya.


Permukiman merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elemen yaitu[2] :

a. Alam.
b. Manusia. Di dalam suatu wilayah permukiman, manusia merupakan pelaku utama
kehidupan, disamping makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan lainnya. sebagai
makhluk yang paling sempurna, dalam kehidupannya manusia membutuhkan berbagai
hal yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya, baik itu kebutuhan biologis (ruang,
udara, temperatur, dan lain-lain), perasaan dan persepsi, kebutuhan emosional dan
kebutuhan akan nilai-nilai moral.
c. Masyarakat. Masyarakat merupakan kesatuan kelompok orang (keluarga) dalam suatu
permukiman yang membentuk suatu komunitas tertentu. Hal-hal yang berkaitan
dengan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang mendiami suatu wilayah
permukiman adalah:

1. Kepadatan dan komposisi penduduk

2. Kelompok sosial

3. Adat dan kebudayaan

4. Pengembangan ekonomi

5. Pendidikan

6. Kesehatan

7. Hukum dan administrasi

d. Bangunan atau rumah. Bangunan atau rumah merupakan wadah bagi manusia. Pada
prinsipnya bangunan yang dapat digunakan sepanjang operasional kehidupan manusia bisa
dikategorikan sesuai dengan fungsi masing-masing, yaitu:
1. Rumah pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dan lain-lain)

2. Fasilitas rekreasi atau hiburan

3. Pusat perbelanjaan

4. Industri

5. Pusat transportasi

e. Networks. Networks merupakan sistem buatan maupun alami yang menyediakan fasilitas
untuk operasional suatu wilayah permukiman. Untuk sistem buatan, tingkat pemenuhannya
bersifat relatif, dimana antara wilayah permukimansatu dengan yang lainnya tidak sama.
Sistem buatan yang yang keberadaannya diperlukan dalam suatu wilayah antara lain:

1. Sistem jaringan air bersih

2. Sistem jaringan listrik

3. Sistem transportasi

4. Sistem komunikasi

5. Drainase dan air kotor

6. Tata letak fisik

 Fasilitas permukiman

Conyers, D. dan P. Hills (1984) merinci sarana/fasilitas permukiman dapat meliputi


diantaranya:

1. Fasilitas pelayanan ekonomi dan perdagangan, meliputi:

a. Warung/kios, merupakan unit usaha ekonomi skala terkecil;

b. Pertokoan, merupakan unit usaha ekonomi skala sedang - besar;

c. Pusat perbelanjaan skala lingkungan (toko dan pasar); dan

d. Pusat perbelanjaan dan niaga (toko + pasar + bank + kantor-kantor + industri kecil).

2. Fasilitas pelayanan sosial, meliputi:


a. Fasilitas pendidikan, terdiri dari:
b. Taman Kanak-Kanak (TK);
c. Sekolah Dasar (SD);
d. Sekolah Lanjutan Pertama (SLP); dan
e. Sekolah Lanjutan Atas (SLA).
f. Fasilitas kesehatan, terdiri dari:
g. Balai pengobatan;
h. BKIA + Rumah bersalin;
i. Puskesmas dan Balai pengobatan;
j. Rumah sakit daerah/wilayah;
k. Tempat praktek dokter;
l. Dokter; dan
m. Apotek/toko obat.
3. Fasilitas pelayanan kesejahteraan sosial, meliputi:
a. Tempat ibadah;
b. Balai pertemuan; dan
c. Tempat hiburan.
4. Fasilitas pelayanan pendukung lainnya, meliputi:
a. Taman/tempat bermain (park/play ground);
b. Jalur hijau; dan
c. Tempat pejalan kaki/pedestrian.
CONTOH PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KAMPUNG ARAB

 Teori

Konsep territority N.J. Habraken adalah salah satu teori yang penting dalam
menunjang perkembangan ilmu arsitektur. Konsep ini mencakup pembahasan mengenai
kontrol ruang, inhabitasi, hirarki, hingga hubungan horisontal yang diatur dalam teritori.
Salah satu objek arsitektural yang memiliki kaitan erat dengan konsep teritorial adalah
Kampung Arab Malang. Penulisan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan
konsep territority pada permukiman Kampung Arab Malang, baik pada tingkat mikro
maupun meso. Metode yang digunakan pada penulisan ini adalah pendekatan kualitatif,
dengan pengumpulan data berbasis grand tour (grounded research) dan analisis data
melalui studi literatur. Berdasarkan hasil analisis, konsep territority juga berlaku pada
Kampung Arab Malang, dengan pengembangan variasi hirarki teritorial yang lebih kaya,
dan kemampuan ekspolari ruang oleh masyarakat yang baik sehingga transformasi
teritorial yang ditemukan lebih beragam. Kata kunci: territority, kontrol, hirarki, inhabitasi

1. Kontrol Ruang (Control of Space)


Kontrol ruang atau dapat juga disebut sebagai kontrol teritori adalah sebuah
kemampuan untuk menutup sebuah ruang, untuk membatasi (sebuah tindakan nyata
dalam suatu inhabitasi - menempati ruang dan memilih apa yang boleh masuk dan apa
tetap di luar). Kontrol ruang dapat dilakukan dengan membatasi ruang secara fisik atas
keinginan pemiliknya sendiri. Kontrol teritori diwujudkan dengan kemampuan
memindahkan bentuk fisik (benda maupun ruang) dari satu tempat ke tempat lain untuk
membentuk sebuah teritori tertentu.
2. Teritori dan Kontrol (Territory and Control)

Teritori didefinisikan sebagai sebuah bentuk aksi okupansi (pendudukan sebuah


tempat). Tapi teritori tidak dapat dipertahankan hanya dengan gerak tubuh dan bahasa
tubuh, maupun bentukan arsitektural yang ada. Teritori dapat dipahami melalui
perletakan posisi objek yang terdapat dalam sebuah lingkungan binaan.
3. Inhabitasi dan Teritori (Inhabitation and Territory)
Teritori juga dapat diinterpretasi berdasarkan inhabitasi. Bentuk bangunan dan manusia
sebagai pelaku lingkungan binaan dapat memainkan peran ganda berkaitan dengan
teritori. Di satu sisi, manusia mengungkapkan teritori secara eksplisit. Di sisi lain,
manusia dapat mengungkapkan teritori secara implisit, seperti batas teritorial yang
harus dipahami sebagai adat dan dikte inhabitasi, dalam lansekap buatan (artifisial)
pada lingkungan binaan.
4. Hirarki Teritorial (Territorial Hierarchy)

Seperti dijelaskan sebelumnya, kontrol teritorial adalah kemampuan untuk


meniadakan, untuk menutup pintu, untuk mengizinkan siapa saja yang boleh masuk
dan apa yang diinginkan, secara selektif. Akan tetapi, walaupun kekuatan teritori
memiliki legitimasi untuk mencegah atau menghalangi, namun itu sifatnya tidak
memenjarakan (mengurung). Kontrol teritori akan menunjukkan tingkatan yang
diterapkan, yang dapat berbentuk simetri, maupun asimetri.

5. Hubungan Horisontal yang dihindari (Horizontal relations are avoided)


Pada skala yang jauh di atas lingkungan binaan dapat dilihat bahwa hubungan
teritorial horisontal dapat tak terhindarkan. Seperti sebuah gerbang vertikal yang
menghubungkan ruang publik dan ruang privat. Gerbang horisontal hanya terbuka
ketika dua pihak setuju untuk membuka gerbang. Artinya, biasanya terdapat
kesepakatan – kesepakatan mengenai hubungan horisontal yang menunjukkan
tingkatan (hirarki) teritorinya.
 Kampung Arab
Kampung Arab adalah salah satu kampung kota yang memiliki kontribusi dalam
perkembangan perkotaan di Indonesia. Berdasarkan catatan sejarah kolonial (L.W.C. Van
den Berg 1886), koloni-koloni Arab telah tinggal di 36 kota yang tersebar di Indonesia
sejak tahun 1885. Salah satu koloni Arab yang terdaftar dalam catatan sejarah kolonial
adalah koloni Arab yang berada dalam karisidenan Pasuruan, yakni bertempat tinggal di
Embong Arab, Malang. Hal ini ditunjukkan oleh peta bouwplan Kota Malang yang
menunjukkan peruntukan area bagi kalangan Arab untuk tinggal.
Peta area Kampung Arab Malang

 Analisis Dan Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap kondisi lingkungan


binaan permukiman Kampung Arab Malang, kemudian dikaitkan dengan konsep
territority (N.J. Habraken 1998), berikut penerapan teritorialitas yang terjadi dalam
lingkungan binaan tersebut.

1. Kontrol Ruang
Kontrol ruang yang diterapkan pada permukiman Kampung Arab ini tampak pada
aturan penanda ‘gang’ masuk berdasarkan tingkatan hirarki jalan. Pada hirarki jalan
publik (nomor 1 Gambar 1), ‘gang’ ditandai dengan gerbang besi dan penanda
identitas gang (nama jalan, RW, RT, dan sebagainya), Pada jalan semi privat (nomor
2 Gambar 1) yang memiliki aturan cul-de-sac (gang buntu), lebar jalan lebih sempit
yakni 1-2 m, kontur jalan mengikuti kontur tanah, dan posisi rumah penduduk lebih
rapat. Hal ini memberi kesan yang lebih privat, intim, dan tertutup.

Contoh penerapan kontrol fisik pada tingkat permukiman


2. Teritori dan Kontrol
Contoh penerapan yang paling mudah terlihat mengenai penegasan teritori di
Kampung Arab Malang muncul pada penataan ruang terbuka dan penandaan ‘gang’
permukiman dengan menggunakan gerbang. Pada Gambar terlihat double gate yang
diterapkan pada salah satu ‘gang’ di permukiman ini. Konsep double gate ini telah
digunakan sejak jaman colonial.

: Contoh penerapan penegasan teritori melalui perletakan posisi objek (benda)

Selain penegasan teritori, kontrol diterapkan melalui klaim teritorial. Diantaranya,


terkait dengan batas area yang lebih rinci tentang teritori komunitas Arab keturunan tinggal.
Klaim teritori Kampung Arab ini didasarkan pada okupansi area permukiman yang dihuni
oleh komunitas Arab keturunan.

Contoh penerapan klaim teritorial


3. Inhabitasi dan Teritori
Apabila melihat dari sisi inhabitasi, yakni proses daur hidup dan menjalani aktivitas
dalam lingkungan binaan, Kampung Arab juga memiliki ciri khas yang unik dalam
penerapan aturan teritori pada tingkat hunian maupun permukiman. Contoh yang
dapat dilihat lebih detil dalam hal ini adalah penggunaan ruang ketika terdapat
kegiatan pernikahan warga.

Contoh penerapan perubahan teritori karena inhabitasi


4. Hirarki Teritorial
Penerapan hirarki territorial di Kampung Arab ini didasarkan pada tujuh kasus
yang telah diamati secara mendalam. Berdasarkan hasil amatan tersebut dihasilkan
diagram alur sirkulasi dan pembagian area seperti pada Gambar

Pola hirarki ruang hunian Kampung Arab


5. Hubungan Horisontal yang dihindari
Pada kampung arab yang sekarang, konsep seperti diterapkan secara parsial, hanya
pada bagian tertentu dan tidak optimal. Namun, terdapat satu kesepakatan bersama
antara dua warga yang memiliki dinding bersama, yang menunjukkan hubungan
horisontal.

Berdasarkan penjelasan lima hal yang terkait dengan penerapan teori territority (N.J.
Habraken 1998) di Kampung Arab Malang, dapat dikatakan bahwa, penerapan aturan teritori
dapat fleksibel sesuai dengan kondisi dari lingkungan binaan itu sendiri. Seperti yang telah
disampaikan oleh Habraken, bahwa manusia secara naluriah men-settle-kan ruang
terbangunnya sendiri, artinya, kemampuan ekspolasi teritori bukan hanya bergantung pada
bangunan fisik arsitektural, tetapi lebih banyak terkait dengan kemampuan manusia sebagai
pelaku, penggerak lingkungan binaan untuk mengidentifikasi ruang dan tempat yang dihuni:
kemampuan self-identifying inhabitation.
C. PERMUKIMAN KOTA

Pemukiman kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan


oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai
fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri.

Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut:


 Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan
 Tersedianya tempat-tempat untuk parkir
 Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga
Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut:
 Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat
pendidikan dan jenis pekerjaan.
 Adanya jarak sosial dan kurangnya toleransi social diantara warganya.
 Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalahdengan pertimbangan
perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan.
 Warga kota umumnya sangat menghargai waktu.
 Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi.
 Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan social disebabkan
adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar.
 Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan
gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi.

D. PERMUKIMAN DESA

Desa sebagai permukiman,sebagai berikut: suatu tempat atau daerah tempat


penduduk berkumpul dan hidup Bersama dimana mereka dapat menggunakan lingkungan
setempat untuk mempertahankan,melangsungkan, dan mengembangkan kehidupan
mereka. Dalam definisi tersebut tersiratadanya tiga unsur: penduduk, tanah, dan bangunan;
karena masing-masing unsur itu lambatatau cepat mengalami perubahan, maka desa
sebagai pola permukiman bersifat dinamis.Secara geografis definisi tadi juga dapat
dipertanggungjawabkan, karena manusia sebagaipenghuni desa selalu melakukan adaptasi
spasial dan ekologis sejalan dengan kegiatannyaberpangupajiwa agraris. Adapun desa
dalam arti administratif dijelaskansebagai suatukesatuan hukum bertempat tinggal suatu
masyarakat yang berkuasa mengadakanpemerintahan sendiri. Desa di Jawa pada asal
mulanya dihuni oleh orang-orang seketurunan;mereka memiliki nenek moyang sama, yaitu
para cikal-bakal pendiri permukimanyangbersangkutan. Jika suatu desa kemudian penuh,
masalah-masalah ekonomi bermunculan,beberapa keluarga ke luar untuk mendirikan
pemukiman baru dengan cara membuka hutan;tindakan ini disebut tetruka

Anda mungkin juga menyukai