PERUMAHAN
Pengertisn
- pengejawantahan jatidiri
- barang modal (capital goods)
B. PERMUKIMAN
Pengertian Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan (UU no.4 tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman).
a. Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
b. Kawasan yang didomisili oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat
tinggal yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan
pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan
penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.
c. Tempat atau daerah untuk bertempat tinggal atau tempat untuk menetap.
Saat ini manusia bermukim bukan sekedar sebagai tempat berteduh, namun lebih dari itu
mencakup rumah dan segala fasilitasnya seperti persediaan air minum, penerangan, transportasi,
pendidikan, kesehatan dan lainnya. Pengertian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Sumaatmadja (1988) sebagai berikut:
Elemen permukiman
a. Alam.
b. Manusia. Di dalam suatu wilayah permukiman, manusia merupakan pelaku utama
kehidupan, disamping makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan lainnya. sebagai
makhluk yang paling sempurna, dalam kehidupannya manusia membutuhkan berbagai
hal yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya, baik itu kebutuhan biologis (ruang,
udara, temperatur, dan lain-lain), perasaan dan persepsi, kebutuhan emosional dan
kebutuhan akan nilai-nilai moral.
c. Masyarakat. Masyarakat merupakan kesatuan kelompok orang (keluarga) dalam suatu
permukiman yang membentuk suatu komunitas tertentu. Hal-hal yang berkaitan
dengan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat yang mendiami suatu wilayah
permukiman adalah:
2. Kelompok sosial
4. Pengembangan ekonomi
5. Pendidikan
6. Kesehatan
d. Bangunan atau rumah. Bangunan atau rumah merupakan wadah bagi manusia. Pada
prinsipnya bangunan yang dapat digunakan sepanjang operasional kehidupan manusia bisa
dikategorikan sesuai dengan fungsi masing-masing, yaitu:
1. Rumah pelayanan masyarakat (sekolah, rumah sakit, dan lain-lain)
3. Pusat perbelanjaan
4. Industri
5. Pusat transportasi
e. Networks. Networks merupakan sistem buatan maupun alami yang menyediakan fasilitas
untuk operasional suatu wilayah permukiman. Untuk sistem buatan, tingkat pemenuhannya
bersifat relatif, dimana antara wilayah permukimansatu dengan yang lainnya tidak sama.
Sistem buatan yang yang keberadaannya diperlukan dalam suatu wilayah antara lain:
3. Sistem transportasi
4. Sistem komunikasi
Fasilitas permukiman
d. Pusat perbelanjaan dan niaga (toko + pasar + bank + kantor-kantor + industri kecil).
Teori
Konsep territority N.J. Habraken adalah salah satu teori yang penting dalam
menunjang perkembangan ilmu arsitektur. Konsep ini mencakup pembahasan mengenai
kontrol ruang, inhabitasi, hirarki, hingga hubungan horisontal yang diatur dalam teritori.
Salah satu objek arsitektural yang memiliki kaitan erat dengan konsep teritorial adalah
Kampung Arab Malang. Penulisan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan
konsep territority pada permukiman Kampung Arab Malang, baik pada tingkat mikro
maupun meso. Metode yang digunakan pada penulisan ini adalah pendekatan kualitatif,
dengan pengumpulan data berbasis grand tour (grounded research) dan analisis data
melalui studi literatur. Berdasarkan hasil analisis, konsep territority juga berlaku pada
Kampung Arab Malang, dengan pengembangan variasi hirarki teritorial yang lebih kaya,
dan kemampuan ekspolari ruang oleh masyarakat yang baik sehingga transformasi
teritorial yang ditemukan lebih beragam. Kata kunci: territority, kontrol, hirarki, inhabitasi
1. Kontrol Ruang
Kontrol ruang yang diterapkan pada permukiman Kampung Arab ini tampak pada
aturan penanda ‘gang’ masuk berdasarkan tingkatan hirarki jalan. Pada hirarki jalan
publik (nomor 1 Gambar 1), ‘gang’ ditandai dengan gerbang besi dan penanda
identitas gang (nama jalan, RW, RT, dan sebagainya), Pada jalan semi privat (nomor
2 Gambar 1) yang memiliki aturan cul-de-sac (gang buntu), lebar jalan lebih sempit
yakni 1-2 m, kontur jalan mengikuti kontur tanah, dan posisi rumah penduduk lebih
rapat. Hal ini memberi kesan yang lebih privat, intim, dan tertutup.
Berdasarkan penjelasan lima hal yang terkait dengan penerapan teori territority (N.J.
Habraken 1998) di Kampung Arab Malang, dapat dikatakan bahwa, penerapan aturan teritori
dapat fleksibel sesuai dengan kondisi dari lingkungan binaan itu sendiri. Seperti yang telah
disampaikan oleh Habraken, bahwa manusia secara naluriah men-settle-kan ruang
terbangunnya sendiri, artinya, kemampuan ekspolasi teritori bukan hanya bergantung pada
bangunan fisik arsitektural, tetapi lebih banyak terkait dengan kemampuan manusia sebagai
pelaku, penggerak lingkungan binaan untuk mengidentifikasi ruang dan tempat yang dihuni:
kemampuan self-identifying inhabitation.
C. PERMUKIMAN KOTA
D. PERMUKIMAN DESA