Anda di halaman 1dari 4

TIPOLOGI BANGUNAN

Gambar 2.1 tampak depan rumah adat loka samawa

Rumah Adat Dalam Loka samawa disusun oleh bangunan kembar yang disokong atau ditahan
oleh 98 pilar kayu jati dan 1 pilar pendek (pilar guru) yang dibuat dari pohon cabe. Jumlah dari
seluruh tiang penyokong adalah 99 tiang yang mewakili 99 sifat Allah dalam Al-Qur’an (Asmaul
Husna). Bangunan dalam loka menghadap ke selatan atu tepatnya ke arah Bukit Sampar dan
alun-alun kota, ketika memasuki rumah ini terdapat ukiran khas daerah pulau Sumbawa yang
disebut lutuengal. Ukiran khas Pulau Sumbawa ini biasanya motif bunga dan juga motif daun-
daunan. rumah dalam loka samawa hanya memiliki satu pintu akses yang besar untuk masuk dan
keluar. Untuk masuk bisa melewati Tangga depan yang dimiliki Dalam Loka tidak seperti tangga
pada umumnya, tangga ini berupa lantai kayu yang dimiringkan hingga menyentuh tanah dan
lantai kayu tersebut ditempeli oleh potongan kayu sebagai penahan pijakan. Pertama kali
memasuki istana akan ditemukan susunan tangga yang menjadi satu-satunya jalan masuk ke
istana. Tangga ini menyimbolkan bahwa siapapun harus menghormati raja. Hal ini tercermin dari
keharusan membungkuk bagi siapapun yang melewati tangga ini.

di dalam loka samawa terdapat dua bangunan yaitu bala rea dan graha besar yang mempunyai
fungsi tersendiri.

Dibagian depan ada :

Gambar 2.2 pilar penyongkong rumah adat loka samawa

Lunyuk Agung : Di bagian depan bangunan terdapat ruangan bernama Lunyuk Agung yang
berfungsi sebagai tempat musayawarah, resepsi atau acara pertemuan lainnya.

Lunyuk Mas : Di sebelah Lunyuk Agung terdapat ruangan yang bernama Lunyuk
Mas, fungsinya adalah sebagai ruangan khusus untuk permaisuri, istri-istri menteri dan staf
penting kerajaan ketika dilangsungkan upacara adat.

Gambar 2.3 tangga bagian depan rumah adat loka samawa

Bala bulo : ada 2 lantai, lantai pertama berfungsi sebagai tempat bermain
putra/putri raja dan lantai kedua berfungsi sebagai tempat permaisuri dan istri para bangsawan
saat menyaksikan pertunjukan di lapangan istana. (Anak tangga menuju tingkat dua berjumlah
17 anak tangga. Jumlah tersebut mewakili 17 rukun sholat.)

Di bagian dalam ada :

Ruang dalam bagian barat : ruangan-ruangan ini hanya disekat oleh kelambu fungsinya
adalah sebagai tempat shalat, di sebelah utaranya merupakan kamar tidur permaisuri dan dayang-
dayang.

Gambar 2.4 ukiran khas Sumbawa, lutuengal terdapat di rumah adat loka samawa

Ruang dalam bagian timur : terdiri dari empat kamar dan diperuntukan bagi putra/putri raja
yang sudah berumah tangga di ujung utara ruangan ini adalah kamar pengasuh rumah tangga
istana.

Di bagian belakang ada :

Ruang sidang : pada malam hari ruangan ini dijadikan tempat tidur para dayang.

Kamar mandi : memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri.

FILOSOFI DAN TRADISI SUKU SUMBAWA

Suku Sumbawa adalah suku bangsa yang mendiami pulau Sumbawa dan menggunakan bahasa
Sumawa. Suku ini menganut sebagian besar beragama Islam, uniknya pada sebagian kecil
masyarakat suku Sumbawa, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada
umumnya yakni Islam Wetu Telu.

Suku Sumbawa juga hanya menganut islam tidak agama lain karna Hanya Islamlah yang mampu
mempertautkan rasa persaudaraan mereka dan mempersatukan berbagai perbedaan etnik
pendatang yang telah turun-temurun menjadi suku Sumbawa ini. ungkapan-ungkapan seperti to
tegas ano rawi ke? No soka ungkap bilik ke? Tempu tama dengan nya ke? menunjukkan betapa
penting arti Islam bagi suku Sumbawa.

Sumber penghidupan yang utama bagi suku Samawa umumnya adalah bercocok tanam di sawah
dengan menggunakan peralatan tardisional berupa cangkul atau bingkung, rengala, dan kareng
sebagai peralatan bajak dengan memanfaatkan hewan peliharaan seperti sapi dan kerbau. Pola
bercocok tanam ini mulanya diperkenalkan oleh orang-orang Jawa Majapahit pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu Sumbawa.
Gambar 2.5 suku sumbawa

Didalam suku Sumbawa terdapat lawas yang berbau islam yang berisi :

 Ling dunia pang tu nanam (di dunia tempat menanam)


 Pang akhirat pang tu matak (di akhirat tempat menuai)
 Ka tu boat po ya ada (setelah beramal baru memetik hasilnya)
 Na asi mu samogang (jangan kamu menganggap remeh)
 Paboat aji ko Nene’ (mengabdi kepada Allah)
 Gama krik slamat dunia akhirat (demi keselamatan dunia akhirat)

Kebiasaan dari suku Sumbawa dalam menghindari marabahaya yaitu :

suku Sumbawa juga mempercayai suara cecak dapat membenarkan perkataan seseorang,
mendatangkan keberuntungan maupun sebaliknya, bahkan sangat percaya bila dalam perjalanan
bepergian mereka bertemu orang buta berarti pertanda sial baginya

suku Sumbawa sering memakai jimat yang dikalungkan di leher maupun ditempelkan pada ikat
pinggangnya.

HUBUNGAN TIPOLOGI BANGUNAN DENGAN FILOSOFI KEHIDUPAN SUKU


SUMBAWA

Arah rumah adat menghadap selatan pun berdasarkan dari pengertian sukunya, selatan dipercaya
dapat memberikan suasana sejuk, tenteram, damai, dan nyaman. Tidak hanya itu, selatan pun
bermakna menatap pada masa lalu yang bila diartikan pemimpin harus memiliki kebijaksanaan
dan kearifan dalam menyikapi masa lalu yang bisa dibawa ke masa kini. Dan Istana kokoh yang
dibangun dari bahan kayu ini meninggalkan pesan filosofis“adat barenti ko syara’, syara’
barenti ko kitabullah’ yang artinya semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi
kehidupan Tau Samawa (warga Sumbawa) harus bersemangatkan pada Syariat Islam. Salah satu
perwujudannya yakni dengan menyatunya bangunan Istana Dalam Loka dengan Masjid
Nurulhuda. Bentuk bangunan dengan tiga atap yang tidak berdiri di tengah istana. Model atap
seperti itu diambil dari hakekat attahiyatpada posisi sholat. Sholat adalah tiang agama. Bangunan
ini juga mengingatkan kepada kita untuk melaksanakan sholat 5 waktu sebanyak 17 raka’at
sehari semalam.

KEARIFAN LOKAL DALAM BANGUNAN DALAM LOKA SAMAWA

Dalam loka samawa tiang penyokong berjumlah 99 tiang yang mewakili 99 sifat Allah dalam Al-
Qur’an (Asmaul Husna). Pertama kali memsuki istana akan ditemukan susunan tangga yang
menjadi ssatu-satunya jalan masuk ke istana. Tangga ini menyimbolkan bahwa siapapun harus
menghormati raja. Hal ini tercermin dari keharusan membungkuk bagi siapapun yang melewati
tangga ini

Keistimewaan bentuknya yang lain, yaitu dua bangunan kembar yang melambangkan Dua
Kalimat Syahadat, dengan tangga terletak di bangunan kiri.
Lalu Mahmud menjelaskan, keistimewaan bentuk bangunan kembar tersebut juga mengandung
arti dan makna begitu dalam, yaitu mengajarkan bahwa siapapun haruslah menaruh rasa hormat
kepada Sultan yang dinyatakan melalui sikap tubuh yang membungkuk ketika menaiki tangga
Istana Dalam Loka.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

dari pengambilan data diatas dapat disimpulkan bahwa rumah adat ini dibangun oleh Sultan
Muhammad Jalaluddin Syah III dari namanya sudah terlihat kriteria islam. maka dari itu rumah
adat dalam loka samawa bangunanya berbau islam bisa dilihat dari jumlah tiang penyongkong,
dan tadinya didirikan berdempetan dengan masjid nurul huda sebelum renovasi. dan diliat dari
fungsi dari rumah adat tersebut dapat terlihat dulunya memang ditempatkan sebagai tempat raja.
tidak hanya bangunannya yang berbau islam namun sukunya menganut agama islam terlihat dari
lawas suku tersebut yang mempunyai arti keislaman.

Anda mungkin juga menyukai